• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Quick of Blood (QB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Quick of Blood (QB)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PROGRAM STUDI S – 1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Hubungan Antara Quick of Blood (QB) dengan Kualitas Hidup pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah

Pandan Arang Boyolali 1)

Gito Isfani, 2)Happy Indri Hapsari, 3)Setiyawan 1) Mahasiswa Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Pasien gagal ginjal kronik selama dalam perawatan akan mengalami berbagai masalah dalam kehidupan terutama kualitas hidupnya. Terapi hemodialisa merupakan pengobatan yang dilakukan bagi pasien gagal ginjal kronik. Pengaturan dan pemantauan Qb sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara Quick of Blood (Qb) dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional sampel penelitian sebanyak 67 responden yang menjalani terapi hemodialisis dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner kualitas hidup dan pencatatan Quick of Blood pada pasien gagal ginjal kronik. Alat analisis menggunakan uji nonparametric Chi Square.

Sebanyak 60 (89.6%) responden dengan Qb > 200ml/mnt, 7 (10.4%) responden dengan Qb < 200 ml/mnt. Sebanyak 43 (64.2%) responden mempunyai kualitas hidup yang baik, 17 (25.4%) responden kurang baik. Terdapat 7 (10.4%) responden dengan Qb > 200 namun 1 (1.5%) responden kualitas hidupnya baik, sementara 6 (8.9%) responden kurang baik kualitas hidupnya. Hasil analisis data diperoleh nilai

χ

2 = 9.155 dengan p = 0,002, Odds Ratio (OR) = 3.025.

Terdapat hubungan positif antara Quick of Blood (Qb) dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis. Responden dengan Qb > 200 ml/mnt mempunyai peluang sebesar 3.025 kali untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik dibanding responden dengan Qb < 200 ml/mnt.

Kata kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisis, Kualitas hidup, Quick of Blood. Daftar Pustaka : 27 (thn 1996 – 2015)

(2)

2

NURSING SCIENCE PROGRAM STIKES KUSUMA HUSADA OF SURAKARTA 2016

Relationship between Quick of Blood and Quality of Life Patient with Hemodialysis in Dialysis Unit of Pandan Arang General Hospital of Boyolali

1)

Gito Isfani, 2)Happy Indri Hapsari, 3)Setiyawan

1) Student of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta 2) Lecturer of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta 3) Lecturer of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta

ABSTRACT

Patients with chronic renal failure will suffer from various problems in their life especially for their quality of life during their treatment. Hemodialytic therapy is treatment for patients with kidney failure. Control and monitoring of Qb according to capacity and convenience are expected to be able to affect life quality of patients with chronic renal failure.

Purpose of the research is to know correlation between Quick of Blood (Qb) and life quality of patients with hemodialysis.

The research is correlational with cross-sectional approach. Sample of the research consisted of 67 respondents experiencing hemodialysis and the sample was taken by using simple random sampling. Instrument of the research is questionnaire of life quality and medical record of Quick of Blood of chronic renal failure patients. The data was analyzed by using chi-square non-parametric test.

Sixty (89.6%) of the respondents had Qb ≥ 200 ml/min, 7 (10.4%) of them had Qb < 200 ml/min. Forty three (64%) of the respondents had good quality of life, 17 (25.4%) had less good quality of life. There were 7 (10.4%) of the respondents with Qb > 200 but 1 (1.5%) had good quality of life, whereas 6 (8.9%) of the respondents had less good quality of life. Results of data analysis obtained χ2 = 9.155 and p = 0.002, Odds Ratio (OR) = 3.025.

A Positive correlation between Quick of Blood (Qb) and quality of life of patients with hemodialysis was found. Respondents with Qb ≥200 ml/min had chance of 3.0025 times greater than those with Qb < 200 ml/min to achieve good quality of life.

Key words: chronic renal failure, hemodialysis, quality of life, quick of blood References: 27 (1996 – 2015)

(3)

3

PENDAHULUAN

Gagal ginjal merupakan penyakit

kronis yang menduduki peringkat

tertinggi di dunia. Center Disease

Control (CDC) melaporkan dalam kurun

waktu tahun 1999-2004 terdapat 16,8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun menderita gagal ginjal. Laporan

The United States Renal Data System

(USRDS) di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukan adanya peningkatan

populasi penderita gagal ginjal.

Persatuan Nefrologi Indonesia/

PERNEFRI (2012) dalam hasil survey komunitas didapatkan bahwa 12,5 % dari populasi mengalami penurunan fungsi ginjal. Bila penduduk Indonesia saat ini sekitar 250 juta, maka dapat

dikatakan 31,25 juta penduduk

mengalami penurunan fungsi ginjal.

Indonesia Renal Regestry/ IRR (2011) di

Jawa Tengah penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 1.118 pasien dan di RSUD Boyolali saat ini terdapat 93 pasien hemodialisis (Rekam Medis, 2016).

Pasien tersebut perlu terapi hemodialisa untuk mengeluarkan sisa metabolisme, elektrolit dan cairan yang tertumpuk. Apabila tidak akan timbul gejala uremia seperti sesak nafas, mual, muntah, tidak nafsu makan, pucat, badan lemas, mudah lelah, udem dan lain-lain.

Penurunan uremia salah satunya

dipengaruhi oleh pengaturan kecepatan putaran aliran darah/ quick of blood (Qb) pada mesin dialisis. Menurut Dewi (2010) menyampaikan bahwa Qb dapat

menjelaskan adequasi hemodialisis

sebesar 4,1%.

Uremia dapat menimbulkan gejala multi sistem pada tubuh. Secara fisik pasien akan merasa lemah dan tidak mampu untuk melaksanakan aktifitas fisik secara mandiri makan/minum, mandi, menggosok gigi, eliminasi dan berhias. Syarif (2012) menjelaskan makin bertambah nilai ureum/kreatinin plasma maka semakin menurunkan kualitas hidup pasien.

Beberapa penelitian menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal yang dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur (Desita, 2010, Yuwono, 2000 & Yuliaw, 2009), suku/etnik (Desita, 2010), pendidikan (Desita, 2010 & Yuliaw, 2009), pekerjaan dan status perkawinan (Desita, 2010), pengetahuan (Yuliaw, 2009). Kedua adalah medik yaitu lama menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani (Desita, 2010), etiologi gagal ginjal, cara terapi pengganti, status nutrisi dan kondisi komorbid/penyakit penyerta (Yuwono, 2009).

(4)

4 Gambaran kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa secara fisik mengalami kelemahan karena kondisi malnutrisi dan anemia. Psikologis terjadi depresi dengan tanda sering marah, penolakan terhadap kondisi dan emosi yang tidak stabil. Menarik diri dari hubungan sosial, lebih sering sendiri dan hanya bergaul dengan orang-orang tertentu. Segi lingkungan yang sering muncul adalah masalah sumber keuangan karena tidak bisa bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan Quick

of blood (Qb) dengan kualitas hidup

pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di unit dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 93 pasien, sampel sejumlah 67 pasien. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dan uji statistiknya menggunakan chi square.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 41 61.2

Perempuan 26 38.8

Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 1, menunjukan sebesar 41 (61,2%) responden laki-laki. (Brunner & Suddarth, 2001; Black & Hawks, 2005) menyampaikan pembesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Juga batu renal lebih banyak diderita oleh laki karena saluran kemih pada

laki-laki lebih panjang sehingga

pengendapan zat pembentuk batu lebih banyak daripada wanita. Laki-laki juga

mempunyai kebiasaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan seperti

merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal

dan berdampak terhadap kualitas

hidupnya. Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Ryff dan Singer (dalam Papalia, Steren, Feldman,

dan Camp, 2007) mengatakan

kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda perempuan lebih

(5)

5

terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

Tabel 2. Distribusi responden menurut usia Usia Jumlah % < 20 tahun 1 1.5 21-30 tahun 3 4.4 31-40 tahun 12 17.9 41-50 tahun 19 28.4 > 50 tahun 32 47.8 Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 2. menunjukkan responden lebih banyak pada usia diatas 50 tahun sebesar 32 (47.8%). Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam

kehidupan, masa depan, dan

pengambilan keputusan serta salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pasien terhadap perawatan hemodialisis. Proses degeneratif terjadi setelah usia 30 tahun menyebabkan penurunan kerja ginjal dan kualitas hidup 1% setiap tahunnya (Sudoyo, 2006). Usia 40-70 tahun, laju flltrasi glomerulus menurun secara progresif hingga 50% dari normal, terjadi penurunan kemampuan tubulus

ginjal untuk mereabsorbsi dan

pemekatan urin, penurunan kemampuan pengosongan kandung kemih dengan sempurna sehingga meningkatkan risiko infeksi dan obstruksi, dan penurunan intake cairan yang merupakan faktor

risiko terjadinya kerusakan ginjal (Brunner & Suddarth, 2001). Moons, Marquest, dan de Geest (2004) dan Dalkey (2002) mengatakan bahwa usia

adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian Rugerri, M., Warner, R., Bisoffi, G.,dan Fontecedro, L (2001) menyampaikan pada responden berusia tua menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup subyektif individu.

Tabel 3. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah % SD 2 3 SMP 16 23.9 SMA 36 53.7 PT 13 19.4 Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 3. menunjukkan responden lebih banyak berpendidikan SMA sebesar 36 (53.7%) responden. Purwanto (2000), mengemukakan bahwa salah satu faktor

yang berpengaruh pada perilaku

kesehatan adalah tingkat pendidikan. Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa

pendidikan dapat mempengaruhi

sesorang untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Moons, Marquest, Budst, dan de Geest (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendididkan

adalah salah satu faktor yang

(6)

6 Tabel 4. Distribusi responden menurut

status pekerjaan

Pekerjaan Jumlah %

Tidak bekerja 36 53.7

Bekerja 31 46.3

Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 4. menunjukkan responden lebih banyak yang tidak bekerja sebesar 36 (53,7%). Hal ini dapat disebabkan bahwa pasien gagal ginjal kronik

mengalami kemunduran kemapuan

secara fisik dan menjadikan responden menjadi tidak mampu bekerja. Hasil penelitian Asri (2006) menyatakan

bahwa sebagian besar pasien

hemodialisis mengalami masalah

finansial dan mengalami kesulitan untuk

mempertahankan pekerjaaannya.

Moons, Marquest, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat

perbedaan kualitas hidup antara

penduduk yang berstatus sebagai pelajar, bekerja, tidak bekerja, dan yang tidak

mampu bekerja atau memiliki

keterbatasan tertentu.

Tabel 5. Distribusi responden menurut status perkawinan Status perkawinan Jumlah % Nikah 50 74.6 Duda/ Janda 11 16.4 Belum nikah 6 9 Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 5. menunjukkan responden lebih banyak dalam status nikah sebesar 50 (74.6%) responden. Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya yaitu selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan termasuk membantu

responden dalam mengantarkan

perawatan hemodialisa di rumah sakit. Penelitian Wahl, Rustoen, Hanested, Lerdal, dan Moum (2004) menemukan bahwa baik pria ataupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Tabel 6. Distribusi responden menurut lama menjalani HD Lama menjalani HD Jumlah % < 12 bulan 12 17.9 13-36 bulan 18 26.9 > 36 bulan 37 55.2 Total 65 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 6. menunjukkan lama menjalani HD yang lebih dari 36 bulan sebesar 37 (55.2%) responden. Penelitian yang

dilakukan Suryarinilsih (2010)

mengemukakan bahwa rata-rata lama

responden menjalani hemodialisis

adalah 29 bulan, yang mempunyai kualitas hidup baik rata-rata menjalani hemodialisis selama 17,6 bulan dan yang mempunyai kualitas hidup kurang

(7)

7

rata-rata menjalani hemodialisis selama 20,9 bulan.

Tabel 7. Distribusi responden menurut tipe akses

Tipe akses Jumlah %

Cimino 64 95.5

Bukan cimino 3 4.5

Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 7. menunjukkan responden

banyak menggunakan cimino sebesar 64 (95,5%) responden. Akses vascular cimino merupakan akses yang paling direkomendasi bagi pasien hemodialisis. Cimino yang berfungsi dengan baik akan berpengaruh pada kemampuan maksimal kecepatan putaran pompa dialisis/ quick of blood. Konsensus Dialisis Pernefri (2003) menyampaikan bahwa akses vaskuler yang adekuat dapat mengalirkan darah dengan Qb minimal 200-300 ml/ menit.

2. Quick of Blood ( Qb )

Tabel 8. Distribusi responden menurut

Quick of Blood Quick of Blood (Qb) Jumlah % < 200 7 10.4 > 200 60 89.6 Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 8. Menunjukkan sebagian besar responden dapat mencapai Quick of

blood > 200 ml/mnt sebesar 60 (89.6%)

responden. Ketidaktepatan dalam

pengaturan dan pemantauan Qb akan

menyebabkan tindakan hemodialisis

yang dilakukan menjadi kurang efektif (Gatot, 2003). Daugirdas, Blake, & Ing (2007) menjelaskan Qb merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian bersihan ureum. Daugirdas, Blake, Ing (2007) menyampaikan bahwa pengaturan Qb agar melihat penyakit kardiovaskuler yang diderita pasien.

Sehingga dengan pengaturan dan

pemantauan Qb yang maksimal sesuai kemampuan dan kondisi pasien akan memberikan hasil yang optimal untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

3. Kualitas Hidup

Tabel 9. Distribusi responden berdasar kan kualitas hidup

Kualitas hidup Jumlah %

Baik 44 65.7

Kurang baik 23 34.3

Total 67 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 9. menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup baik sebesar 44 (65.7%) responden.

Kualitas hidup yang baik pada

responden dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pengaturan nilai

Qb yang maksimal, peran petugas

kesehatan dalam memberikan motivasi selama berinteraksi kepada responden. Komunikasi pasien hemodialisis dengan tenaga paramedis akan menciptakan suasana yang baik dan persaan subyektif

(8)

8 responden terhadap petugas kesehatan

dapat membantu responden untuk tetap mau menjalani terapi hemodialisis.

Niken (2009) menyatakan bahwa

kesiapan dan kemampuan perawat yang baik dalam berinteraksi dengan pasien, akan meningkatkan kepercayaan pasien kepada perawat dan meningkatkan rasa

nyaman pasien sehingga dapat

meningkatkan rasa percaya diri pada pasien dan mau menjalani rutinitas hemodialisis.

4. Analisis Bivariat

Tabel 10. Hubungan Quick of Blood dengan kualitas hidup.

Quick of Blood Kualitas hidup Kurang Baik Baik N % n % < 200 6 8.9 1 1.5 >200 17 25.4 43 64.2 Jml 23 34,3 44 65,7 Jumlah χ2 p OR N % 7 10,4 9,155 0,002 3,025 60 89,6 67 100

Tabel 10. menunjukkan hasil analisis antara Quick of Blood dengan kualitas hidup diperoleh bahwa dari 60 responden (89.6%) dapat mencapai Qb >

200 dengan 43 responden (64.2%) mempunyai kualitas hidup yang baik, namun 17 responden (25.4%) kurang baik dalam kualitas hidupnya. Terdapat 7 responden (10.4%) yang Qb > 200 namun 1 responden (1.5%) kualitas hidupnya baik, sementara 6 responden

(8.9%) mempunyai kualitas hidup

kurang baik. Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square diperoleh nilai χ2= 9,155 dengan p = 0,002. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara Quick of Blood dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis di unit dialisis RSUD Pandan Arang Boyolali. Nilai Odds

Ratio (OR) sebesar 3,025 mempunyai

arti bahwa responden dengan Quick of

Blood >200 ml/mnt mempunyai peluang

sebesar 3,025 kali untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik dibanding responden Quick of Blood < 200 ml/mnt. Pengaturan Quick of Blood yang maksimal akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup pasien hemodialisis. Imam, Yuni, Chanif et al. (2011) menjelaskan ada perbedaan ureum sebelum dan setelah hemodialisis yang signifikan pada setiap kelompok Qb, hasil rasio reduksi ureum Qb 150 ml/menit adalah 52%, Qb 175 ml/menit 64,2% dan Qb 200 ml/menit sebesar

(9)

9

semakin bertambah nilai ureum/

kreatinin plasma maka semakin

menurun kualitas hidup pasien karena kelebihan ureum/kreatinin menyababkan

keasaman darah meningkat.

Kemampuan pasien melakukan berbagai

aktifitas terganggu dan akan

menurunkan kesehatan secara umum serta mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, peneliti mengambil

simpulan berdasar karakteristik

responden yaitu :

1.Sebagian besar yaitu 60 (89.6%)

responden yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis

RSUD Pandan Arang Boyolali

dengan Qb > 200 ml/menit.

2.Sebagian besar yaitu 44 (65.7%)

responden yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis

RSUD Pandan Arang Boyolali

mempunyai kualitas hidup yang baik. 3.Terdapat hubungan antara Quick of

Blood/ Qb dengan kualitas hidup

pada pasien yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis

RSUD Pandan Arang Boyolali

dengan p = 0,002 (nilai p < 0,05). Semakin besar Qb hemodialisis, kualitas hidupnya semakin baik.

Saran

Berdasarkan hasil simpulan yang diperoleh , peneliti memberikan saran sebagai berikut : memberikan Qb yang

maksimal sesuai kemampuan dan

kenyamanan pasien hemodialisis untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga diperlukan pemantauan dan pengaturan

Qb selama proses hemodialisis. Semakin

lama menjalani hemodialisis akan

semakin tahu dan paham tentang

penyakit ginjal dan program

hemodialisis sehingga semakin mampu menunjukkan adanya kualias hidup yang

baik dengan mengikuti program

hemodialisis. Diharapkan dapat

memberikan motivasi dan dukungan secara penuh terhadap pelaksanaan terapi hemodialisis secara rutin dan teratur. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup dari segi sosial budaya , spiritual, tingkat depresi dan dukungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Black, JM., & Hawks, J.H.(2005). Medical surgical nursing clinical management for positive outcomes (7th Ed). St Louis Missouri: Elsevier Saunders. Brunner & Suddarth. 2002. Buku

Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, Alih Bahasa H.Y. Kuncara dkk. EGC, Jakarta.

(10)

10

Cahyaningsih, Niken D. 2011. Hemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Daugirdas, J.T., Blake, P.G., & Ing, T.S.,(2007). Handbook of dialisys (4th Edition). Philadelphia : Lippincott.

Dewi, I.G.A.P.A. 2010. Hubungan Antara Quick o Blood/Qb Dengan Adekuasi Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali. Tesis.Tidak dipublikasikan.

Depkes R.I.(2008). Pedoman Pelayanan Hemodialis di Sarana Pelayanan Kesehatan. Cetakan 2. Jakarta.

Dharma, K.K. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Fadda, & Jiron (1999). Quality of

Life and Gender, A

Methodology for Urban Research. Environment and Urbanization.

Gatot, D. 2003. Rasio Reduksi Ureum dalam Dialisis. http://library.usu.ac.id/download

/fk/penyakitdalam-dairot%20gatot.pdf

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, Edisi 13. Editor Alih Bahasa Ahmad H. Asdi, EGC, Jakarta. Ibrahim K. 2005. Kualitas Hidup

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani

Hemodialisis.

http://www.mkb.online

Imam, H.Y, Yunie, A, Chanif. (2013). Pengaturan Kecepatan Aliran Darah (Quick of blood) Terhadap Rasio Reduksi Ureum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Kota Semarang.

K/DOQI. (2006a). Clinical practice guidelines for hemodialysis adequacy. Maret 2, 2010. htpp://www.kidney.org/professio nals/kdoqi/.

Machfoedz, I. 2008. Statistika Induktif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.

Moons, P., Marquest K., Budts W., Geest, Sabina. (2004). Validity, Realibity, and Responsiveness of the Schedule for the Evaluation of Individual Quality of Live-Direct Weighting (SEIQoL-DW) in 176 Congenital Heart Disease Health and Quality of Life Outcomes, 2 1-8. USA : BioMed Ltd.

Nurchayati, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan denga Kualitas Hidup Pasirn Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RS Islam Fatimah Cilacap dan RSU Banyumas. Tesis. Tidak dipublikasikan.

(11)

11 Nursalam. 2008. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Pernefri. 2003. Konsensus Dialisis, Edisi 1. Jakarta.

Pernefri. 2012. Simposium Nasional Peningkatan Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik Masa Kini dan Indonesian Renal Registry Jogolsemar. Yogyakarta.

Rangkuti. 2011. Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik. http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/32164

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Rugerri. M., Warner, R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L., (2001). Subjective and Objective Dimensionsof of Quality of Life in Psychiatric Patient : A Factor Analytical Approach. British Journal of Psychiatry, 178, p.168-75.

Ryff, C. D., Singer, B. (1996). Psychological Well-Being : Meaning, Measurement and Implication for Psychotherapy Research. Psychotherapy, Psychosoma Special Article. 65, 14-23.

Thomas, N. (2002). Renal nursing (2nd Edition). London United Kingdom Elsevier Science.

Wagner, Julie A., Abbot, G., Lett, Syretta. (2004). Age related differences in in individual quality of life domainsin youth with type 1 diabetes. Health and Quality of Life Outcomes. 2 (54).

WHO. 2004. Quality of Life-BREF. http://www.who.int/substance_a buse/research_tools/whoqolbref/ en

Wahl A, Rustoen T, Hanestad B, Lerdal A, Moum T. (2004). Quality of Life in the General Norwegian Population, Measured, by the Quality of Life Scale (QOLS-N), Quality of Life Research vol.13.1001-1009. Netherland Kiuwer Academic Published.

Gambar

Tabel 5. Distribusi responden menurut  status perkawinan  Status  perkawinan  Jumlah   %  Nikah  50  74.6  Duda/ Janda  11  16.4  Belum nikah  6  9  Total  67  100.0
Tabel 10. Hubungan Quick of   Blood           dengan kualitas hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hasil pengujian dengan menggunakan dataset asli, kesalahan prediksi untuk data yang seharusnya masuk ke dalam kelas CKD, tetapi diprediksi sebagai NotCKD sebanyak

Lulus pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (Warna Kuning) b. Lulus pada FakultasSyari'ah

Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na terhadap viskositas dalam formulasi sediaan gel lendir bekicot (Achatina fulica) dan kecepatan penyembuhan luka bakar

subtilis dan bahan organik terhadap luas daun tanaman .Rata – rata luas daun tanaman akibat interaksi, dapat disajikan pada Tabel 2.. Pengamatan umur 56 hst, tanpa

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 3-11a, alat ukur ampere jaringan dibuat dengan kumparan besi dalam bentuk seperti garpu yang mempunyai banyak lilitan, dan membentuk

Kebaikan penggunaan model analisis ini adalah ianya mampu menvisualisasikan lokasi penagih dadah. Kaedah ini seterusnya dapat membantu pengurusan dan pengawalan pergerakan

Dengan pemahaman terhadap permainan bola basket yang baik, seorang pelatih juga dapat lebih mudah untuk mengatur strategi pada saat pertandingan berlangsung. Kesimpulan dan