1 PROGRAM STUDI S – 1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
Hubungan Antara Quick of Blood (QB) dengan Kualitas Hidup pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah
Pandan Arang Boyolali 1)
Gito Isfani, 2)Happy Indri Hapsari, 3)Setiyawan 1) Mahasiswa Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Pasien gagal ginjal kronik selama dalam perawatan akan mengalami berbagai masalah dalam kehidupan terutama kualitas hidupnya. Terapi hemodialisa merupakan pengobatan yang dilakukan bagi pasien gagal ginjal kronik. Pengaturan dan pemantauan Qb sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara Quick of Blood (Qb) dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional sampel penelitian sebanyak 67 responden yang menjalani terapi hemodialisis dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner kualitas hidup dan pencatatan Quick of Blood pada pasien gagal ginjal kronik. Alat analisis menggunakan uji nonparametric Chi Square.
Sebanyak 60 (89.6%) responden dengan Qb > 200ml/mnt, 7 (10.4%) responden dengan Qb < 200 ml/mnt. Sebanyak 43 (64.2%) responden mempunyai kualitas hidup yang baik, 17 (25.4%) responden kurang baik. Terdapat 7 (10.4%) responden dengan Qb > 200 namun 1 (1.5%) responden kualitas hidupnya baik, sementara 6 (8.9%) responden kurang baik kualitas hidupnya. Hasil analisis data diperoleh nilai
χ
2 = 9.155 dengan p = 0,002, Odds Ratio (OR) = 3.025.Terdapat hubungan positif antara Quick of Blood (Qb) dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis. Responden dengan Qb > 200 ml/mnt mempunyai peluang sebesar 3.025 kali untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik dibanding responden dengan Qb < 200 ml/mnt.
Kata kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisis, Kualitas hidup, Quick of Blood. Daftar Pustaka : 27 (thn 1996 – 2015)
2
NURSING SCIENCE PROGRAM STIKES KUSUMA HUSADA OF SURAKARTA 2016
Relationship between Quick of Blood and Quality of Life Patient with Hemodialysis in Dialysis Unit of Pandan Arang General Hospital of Boyolali
1)
Gito Isfani, 2)Happy Indri Hapsari, 3)Setiyawan
1) Student of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta 2) Lecturer of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta 3) Lecturer of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta
ABSTRACT
Patients with chronic renal failure will suffer from various problems in their life especially for their quality of life during their treatment. Hemodialytic therapy is treatment for patients with kidney failure. Control and monitoring of Qb according to capacity and convenience are expected to be able to affect life quality of patients with chronic renal failure.
Purpose of the research is to know correlation between Quick of Blood (Qb) and life quality of patients with hemodialysis.
The research is correlational with cross-sectional approach. Sample of the research consisted of 67 respondents experiencing hemodialysis and the sample was taken by using simple random sampling. Instrument of the research is questionnaire of life quality and medical record of Quick of Blood of chronic renal failure patients. The data was analyzed by using chi-square non-parametric test.
Sixty (89.6%) of the respondents had Qb ≥ 200 ml/min, 7 (10.4%) of them had Qb < 200 ml/min. Forty three (64%) of the respondents had good quality of life, 17 (25.4%) had less good quality of life. There were 7 (10.4%) of the respondents with Qb > 200 but 1 (1.5%) had good quality of life, whereas 6 (8.9%) of the respondents had less good quality of life. Results of data analysis obtained χ2 = 9.155 and p = 0.002, Odds Ratio (OR) = 3.025.
A Positive correlation between Quick of Blood (Qb) and quality of life of patients with hemodialysis was found. Respondents with Qb ≥200 ml/min had chance of 3.0025 times greater than those with Qb < 200 ml/min to achieve good quality of life.
Key words: chronic renal failure, hemodialysis, quality of life, quick of blood References: 27 (1996 – 2015)
3
PENDAHULUAN
Gagal ginjal merupakan penyakit
kronis yang menduduki peringkat
tertinggi di dunia. Center Disease
Control (CDC) melaporkan dalam kurun
waktu tahun 1999-2004 terdapat 16,8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun menderita gagal ginjal. Laporan
The United States Renal Data System
(USRDS) di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukan adanya peningkatan
populasi penderita gagal ginjal.
Persatuan Nefrologi Indonesia/
PERNEFRI (2012) dalam hasil survey komunitas didapatkan bahwa 12,5 % dari populasi mengalami penurunan fungsi ginjal. Bila penduduk Indonesia saat ini sekitar 250 juta, maka dapat
dikatakan 31,25 juta penduduk
mengalami penurunan fungsi ginjal.
Indonesia Renal Regestry/ IRR (2011) di
Jawa Tengah penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 1.118 pasien dan di RSUD Boyolali saat ini terdapat 93 pasien hemodialisis (Rekam Medis, 2016).
Pasien tersebut perlu terapi hemodialisa untuk mengeluarkan sisa metabolisme, elektrolit dan cairan yang tertumpuk. Apabila tidak akan timbul gejala uremia seperti sesak nafas, mual, muntah, tidak nafsu makan, pucat, badan lemas, mudah lelah, udem dan lain-lain.
Penurunan uremia salah satunya
dipengaruhi oleh pengaturan kecepatan putaran aliran darah/ quick of blood (Qb) pada mesin dialisis. Menurut Dewi (2010) menyampaikan bahwa Qb dapat
menjelaskan adequasi hemodialisis
sebesar 4,1%.
Uremia dapat menimbulkan gejala multi sistem pada tubuh. Secara fisik pasien akan merasa lemah dan tidak mampu untuk melaksanakan aktifitas fisik secara mandiri makan/minum, mandi, menggosok gigi, eliminasi dan berhias. Syarif (2012) menjelaskan makin bertambah nilai ureum/kreatinin plasma maka semakin menurunkan kualitas hidup pasien.
Beberapa penelitian menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal yang dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur (Desita, 2010, Yuwono, 2000 & Yuliaw, 2009), suku/etnik (Desita, 2010), pendidikan (Desita, 2010 & Yuliaw, 2009), pekerjaan dan status perkawinan (Desita, 2010), pengetahuan (Yuliaw, 2009). Kedua adalah medik yaitu lama menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani (Desita, 2010), etiologi gagal ginjal, cara terapi pengganti, status nutrisi dan kondisi komorbid/penyakit penyerta (Yuwono, 2009).
4 Gambaran kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa secara fisik mengalami kelemahan karena kondisi malnutrisi dan anemia. Psikologis terjadi depresi dengan tanda sering marah, penolakan terhadap kondisi dan emosi yang tidak stabil. Menarik diri dari hubungan sosial, lebih sering sendiri dan hanya bergaul dengan orang-orang tertentu. Segi lingkungan yang sering muncul adalah masalah sumber keuangan karena tidak bisa bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan Quick
of blood (Qb) dengan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di unit dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 93 pasien, sampel sejumlah 67 pasien. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dan uji statistiknya menggunakan chi square.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 41 61.2
Perempuan 26 38.8
Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 1, menunjukan sebesar 41 (61,2%) responden laki-laki. (Brunner & Suddarth, 2001; Black & Hawks, 2005) menyampaikan pembesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Juga batu renal lebih banyak diderita oleh laki karena saluran kemih pada
laki-laki lebih panjang sehingga
pengendapan zat pembentuk batu lebih banyak daripada wanita. Laki-laki juga
mempunyai kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti
merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal
dan berdampak terhadap kualitas
hidupnya. Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Ryff dan Singer (dalam Papalia, Steren, Feldman,
dan Camp, 2007) mengatakan
kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda perempuan lebih
5
terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
Tabel 2. Distribusi responden menurut usia Usia Jumlah % < 20 tahun 1 1.5 21-30 tahun 3 4.4 31-40 tahun 12 17.9 41-50 tahun 19 28.4 > 50 tahun 32 47.8 Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 2. menunjukkan responden lebih banyak pada usia diatas 50 tahun sebesar 32 (47.8%). Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam
kehidupan, masa depan, dan
pengambilan keputusan serta salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pasien terhadap perawatan hemodialisis. Proses degeneratif terjadi setelah usia 30 tahun menyebabkan penurunan kerja ginjal dan kualitas hidup 1% setiap tahunnya (Sudoyo, 2006). Usia 40-70 tahun, laju flltrasi glomerulus menurun secara progresif hingga 50% dari normal, terjadi penurunan kemampuan tubulus
ginjal untuk mereabsorbsi dan
pemekatan urin, penurunan kemampuan pengosongan kandung kemih dengan sempurna sehingga meningkatkan risiko infeksi dan obstruksi, dan penurunan intake cairan yang merupakan faktor
risiko terjadinya kerusakan ginjal (Brunner & Suddarth, 2001). Moons, Marquest, dan de Geest (2004) dan Dalkey (2002) mengatakan bahwa usia
adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian Rugerri, M., Warner, R., Bisoffi, G.,dan Fontecedro, L (2001) menyampaikan pada responden berusia tua menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup subyektif individu.
Tabel 3. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah % SD 2 3 SMP 16 23.9 SMA 36 53.7 PT 13 19.4 Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 3. menunjukkan responden lebih banyak berpendidikan SMA sebesar 36 (53.7%) responden. Purwanto (2000), mengemukakan bahwa salah satu faktor
yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan adalah tingkat pendidikan. Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa
pendidikan dapat mempengaruhi
sesorang untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Moons, Marquest, Budst, dan de Geest (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendididkan
adalah salah satu faktor yang
6 Tabel 4. Distribusi responden menurut
status pekerjaan
Pekerjaan Jumlah %
Tidak bekerja 36 53.7
Bekerja 31 46.3
Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 4. menunjukkan responden lebih banyak yang tidak bekerja sebesar 36 (53,7%). Hal ini dapat disebabkan bahwa pasien gagal ginjal kronik
mengalami kemunduran kemapuan
secara fisik dan menjadikan responden menjadi tidak mampu bekerja. Hasil penelitian Asri (2006) menyatakan
bahwa sebagian besar pasien
hemodialisis mengalami masalah
finansial dan mengalami kesulitan untuk
mempertahankan pekerjaaannya.
Moons, Marquest, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan kualitas hidup antara
penduduk yang berstatus sebagai pelajar, bekerja, tidak bekerja, dan yang tidak
mampu bekerja atau memiliki
keterbatasan tertentu.
Tabel 5. Distribusi responden menurut status perkawinan Status perkawinan Jumlah % Nikah 50 74.6 Duda/ Janda 11 16.4 Belum nikah 6 9 Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 5. menunjukkan responden lebih banyak dalam status nikah sebesar 50 (74.6%) responden. Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya yaitu selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan termasuk membantu
responden dalam mengantarkan
perawatan hemodialisa di rumah sakit. Penelitian Wahl, Rustoen, Hanested, Lerdal, dan Moum (2004) menemukan bahwa baik pria ataupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
Tabel 6. Distribusi responden menurut lama menjalani HD Lama menjalani HD Jumlah % < 12 bulan 12 17.9 13-36 bulan 18 26.9 > 36 bulan 37 55.2 Total 65 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 6. menunjukkan lama menjalani HD yang lebih dari 36 bulan sebesar 37 (55.2%) responden. Penelitian yang
dilakukan Suryarinilsih (2010)
mengemukakan bahwa rata-rata lama
responden menjalani hemodialisis
adalah 29 bulan, yang mempunyai kualitas hidup baik rata-rata menjalani hemodialisis selama 17,6 bulan dan yang mempunyai kualitas hidup kurang
7
rata-rata menjalani hemodialisis selama 20,9 bulan.
Tabel 7. Distribusi responden menurut tipe akses
Tipe akses Jumlah %
Cimino 64 95.5
Bukan cimino 3 4.5
Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 7. menunjukkan responden
banyak menggunakan cimino sebesar 64 (95,5%) responden. Akses vascular cimino merupakan akses yang paling direkomendasi bagi pasien hemodialisis. Cimino yang berfungsi dengan baik akan berpengaruh pada kemampuan maksimal kecepatan putaran pompa dialisis/ quick of blood. Konsensus Dialisis Pernefri (2003) menyampaikan bahwa akses vaskuler yang adekuat dapat mengalirkan darah dengan Qb minimal 200-300 ml/ menit.
2. Quick of Blood ( Qb )
Tabel 8. Distribusi responden menurut
Quick of Blood Quick of Blood (Qb) Jumlah % < 200 7 10.4 > 200 60 89.6 Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 8. Menunjukkan sebagian besar responden dapat mencapai Quick of
blood > 200 ml/mnt sebesar 60 (89.6%)
responden. Ketidaktepatan dalam
pengaturan dan pemantauan Qb akan
menyebabkan tindakan hemodialisis
yang dilakukan menjadi kurang efektif (Gatot, 2003). Daugirdas, Blake, & Ing (2007) menjelaskan Qb merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian bersihan ureum. Daugirdas, Blake, Ing (2007) menyampaikan bahwa pengaturan Qb agar melihat penyakit kardiovaskuler yang diderita pasien.
Sehingga dengan pengaturan dan
pemantauan Qb yang maksimal sesuai kemampuan dan kondisi pasien akan memberikan hasil yang optimal untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
3. Kualitas Hidup
Tabel 9. Distribusi responden berdasar kan kualitas hidup
Kualitas hidup Jumlah %
Baik 44 65.7
Kurang baik 23 34.3
Total 67 100.0
Sumber : Data Primer yang diolah Tabel 9. menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup baik sebesar 44 (65.7%) responden.
Kualitas hidup yang baik pada
responden dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pengaturan nilai
Qb yang maksimal, peran petugas
kesehatan dalam memberikan motivasi selama berinteraksi kepada responden. Komunikasi pasien hemodialisis dengan tenaga paramedis akan menciptakan suasana yang baik dan persaan subyektif
8 responden terhadap petugas kesehatan
dapat membantu responden untuk tetap mau menjalani terapi hemodialisis.
Niken (2009) menyatakan bahwa
kesiapan dan kemampuan perawat yang baik dalam berinteraksi dengan pasien, akan meningkatkan kepercayaan pasien kepada perawat dan meningkatkan rasa
nyaman pasien sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri pada pasien dan mau menjalani rutinitas hemodialisis.
4. Analisis Bivariat
Tabel 10. Hubungan Quick of Blood dengan kualitas hidup.
Quick of Blood Kualitas hidup Kurang Baik Baik N % n % < 200 6 8.9 1 1.5 >200 17 25.4 43 64.2 Jml 23 34,3 44 65,7 Jumlah χ2 p OR N % 7 10,4 9,155 0,002 3,025 60 89,6 67 100
Tabel 10. menunjukkan hasil analisis antara Quick of Blood dengan kualitas hidup diperoleh bahwa dari 60 responden (89.6%) dapat mencapai Qb >
200 dengan 43 responden (64.2%) mempunyai kualitas hidup yang baik, namun 17 responden (25.4%) kurang baik dalam kualitas hidupnya. Terdapat 7 responden (10.4%) yang Qb > 200 namun 1 responden (1.5%) kualitas hidupnya baik, sementara 6 responden
(8.9%) mempunyai kualitas hidup
kurang baik. Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square diperoleh nilai χ2= 9,155 dengan p = 0,002. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara Quick of Blood dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis di unit dialisis RSUD Pandan Arang Boyolali. Nilai Odds
Ratio (OR) sebesar 3,025 mempunyai
arti bahwa responden dengan Quick of
Blood >200 ml/mnt mempunyai peluang
sebesar 3,025 kali untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik dibanding responden Quick of Blood < 200 ml/mnt. Pengaturan Quick of Blood yang maksimal akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup pasien hemodialisis. Imam, Yuni, Chanif et al. (2011) menjelaskan ada perbedaan ureum sebelum dan setelah hemodialisis yang signifikan pada setiap kelompok Qb, hasil rasio reduksi ureum Qb 150 ml/menit adalah 52%, Qb 175 ml/menit 64,2% dan Qb 200 ml/menit sebesar
9
semakin bertambah nilai ureum/
kreatinin plasma maka semakin
menurun kualitas hidup pasien karena kelebihan ureum/kreatinin menyababkan
keasaman darah meningkat.
Kemampuan pasien melakukan berbagai
aktifitas terganggu dan akan
menurunkan kesehatan secara umum serta mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, peneliti mengambil
simpulan berdasar karakteristik
responden yaitu :
1.Sebagian besar yaitu 60 (89.6%)
responden yang menjalani
hemodialisis di Unit Hemodialisis
RSUD Pandan Arang Boyolali
dengan Qb > 200 ml/menit.
2.Sebagian besar yaitu 44 (65.7%)
responden yang menjalani
hemodialisis di Unit Hemodialisis
RSUD Pandan Arang Boyolali
mempunyai kualitas hidup yang baik. 3.Terdapat hubungan antara Quick of
Blood/ Qb dengan kualitas hidup
pada pasien yang menjalani
hemodialisis di Unit Hemodialisis
RSUD Pandan Arang Boyolali
dengan p = 0,002 (nilai p < 0,05). Semakin besar Qb hemodialisis, kualitas hidupnya semakin baik.
Saran
Berdasarkan hasil simpulan yang diperoleh , peneliti memberikan saran sebagai berikut : memberikan Qb yang
maksimal sesuai kemampuan dan
kenyamanan pasien hemodialisis untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga diperlukan pemantauan dan pengaturan
Qb selama proses hemodialisis. Semakin
lama menjalani hemodialisis akan
semakin tahu dan paham tentang
penyakit ginjal dan program
hemodialisis sehingga semakin mampu menunjukkan adanya kualias hidup yang
baik dengan mengikuti program
hemodialisis. Diharapkan dapat
memberikan motivasi dan dukungan secara penuh terhadap pelaksanaan terapi hemodialisis secara rutin dan teratur. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup dari segi sosial budaya , spiritual, tingkat depresi dan dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Black, JM., & Hawks, J.H.(2005). Medical surgical nursing clinical management for positive outcomes (7th Ed). St Louis Missouri: Elsevier Saunders. Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, Alih Bahasa H.Y. Kuncara dkk. EGC, Jakarta.
10
Cahyaningsih, Niken D. 2011. Hemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., & Ing, T.S.,(2007). Handbook of dialisys (4th Edition). Philadelphia : Lippincott.
Dewi, I.G.A.P.A. 2010. Hubungan Antara Quick o Blood/Qb Dengan Adekuasi Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali. Tesis.Tidak dipublikasikan.
Depkes R.I.(2008). Pedoman Pelayanan Hemodialis di Sarana Pelayanan Kesehatan. Cetakan 2. Jakarta.
Dharma, K.K. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Fadda, & Jiron (1999). Quality of
Life and Gender, A
Methodology for Urban Research. Environment and Urbanization.
Gatot, D. 2003. Rasio Reduksi Ureum dalam Dialisis. http://library.usu.ac.id/download
/fk/penyakitdalam-dairot%20gatot.pdf
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, Edisi 13. Editor Alih Bahasa Ahmad H. Asdi, EGC, Jakarta. Ibrahim K. 2005. Kualitas Hidup
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani
Hemodialisis.
http://www.mkb.online
Imam, H.Y, Yunie, A, Chanif. (2013). Pengaturan Kecepatan Aliran Darah (Quick of blood) Terhadap Rasio Reduksi Ureum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Kota Semarang.
K/DOQI. (2006a). Clinical practice guidelines for hemodialysis adequacy. Maret 2, 2010. htpp://www.kidney.org/professio nals/kdoqi/.
Machfoedz, I. 2008. Statistika Induktif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.
Moons, P., Marquest K., Budts W., Geest, Sabina. (2004). Validity, Realibity, and Responsiveness of the Schedule for the Evaluation of Individual Quality of Live-Direct Weighting (SEIQoL-DW) in 176 Congenital Heart Disease Health and Quality of Life Outcomes, 2 1-8. USA : BioMed Ltd.
Nurchayati, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan denga Kualitas Hidup Pasirn Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RS Islam Fatimah Cilacap dan RSU Banyumas. Tesis. Tidak dipublikasikan.
11 Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Pernefri. 2003. Konsensus Dialisis, Edisi 1. Jakarta.
Pernefri. 2012. Simposium Nasional Peningkatan Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik Masa Kini dan Indonesian Renal Registry Jogolsemar. Yogyakarta.
Rangkuti. 2011. Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik. http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/32164
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Rugerri. M., Warner, R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L., (2001). Subjective and Objective Dimensionsof of Quality of Life in Psychiatric Patient : A Factor Analytical Approach. British Journal of Psychiatry, 178, p.168-75.
Ryff, C. D., Singer, B. (1996). Psychological Well-Being : Meaning, Measurement and Implication for Psychotherapy Research. Psychotherapy, Psychosoma Special Article. 65, 14-23.
Thomas, N. (2002). Renal nursing (2nd Edition). London United Kingdom Elsevier Science.
Wagner, Julie A., Abbot, G., Lett, Syretta. (2004). Age related differences in in individual quality of life domainsin youth with type 1 diabetes. Health and Quality of Life Outcomes. 2 (54).
WHO. 2004. Quality of Life-BREF. http://www.who.int/substance_a buse/research_tools/whoqolbref/ en
Wahl A, Rustoen T, Hanestad B, Lerdal A, Moum T. (2004). Quality of Life in the General Norwegian Population, Measured, by the Quality of Life Scale (QOLS-N), Quality of Life Research vol.13.1001-1009. Netherland Kiuwer Academic Published.