• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENYITAAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI TERKAIT DENGAN PENCUCIAN UANG KETUT MAHA AGUNG NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENYITAAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI TERKAIT DENGAN PENCUCIAN UANG KETUT MAHA AGUNG NIM :"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM PENYITAAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

TERKAIT DENGAN PENCUCIAN UANG

KETUT MAHA AGUNG NIM : 1290561045

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM PENYITAAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

TERKAIT DENGAN PENCUCIAN UANG

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

KETUT MAHA AGUNG NIM : 1290561045

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 8 JULI 2015

Pembimbing I

Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH.,M.Hum NIP. 19461231 197602 1 001

Pembimbing II

Dr. I Gede Artha, SH.,MH NIP. 19580127 198503 1 002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,L.LM. NIP. 19611101 198601 2 001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

(4)

iv

TESIS INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 8 JULI 2015

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 2042/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 7 Juli 2015

Ketua : Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH.,M.Hum Sekretaris : Dr. I Gede Artha, SH.,MH

Anggota : 1. Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH.,MS 2. Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH

(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : KETUT MAHA AGUNG

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penyitaan Aset Tindak Pidana Korupsi Terkait Dengan Pencucian Uang

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas Plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti Plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2015 Yang menyatakan,

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tesis yang berjudul “Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penyitaan Aset Tindak Pidana Korupsi Terkait Dengan Pencucian Uang” kiranya dapat penulis selesaikan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Hukum pada ProgramPascasarjana Universitas Udayana.

Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikan dorongan, bantuan serta masukan sehingga dalam kesimpulan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD,

KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

2. Ibu Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

3. Ibu Ketua Program Studi Pasca Sarjana Universitas Udayana Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, S.H., M.Hum., L.LM dan sekaligus selaku Anggota Penguji III, atas kesempatan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis

(7)

vii

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana serta yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran serta ilmu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Sekretaris Program Studi Pasca Sarjana Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, S.H., M.H atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. Dr. I Ketut Mertha, SH., M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran serta ilmu yang penulis terima baik selama mengikuti perkuliahan maupun selama bimbingan.

6. Bapak Dr. I Gede Artha, SH., MH., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran serta ilmu yang penulis terima baik selama mengikuti perkuliahan maupun selama bimbingan.

7. Bapak / Ibu selaku Ketua / Sekretaris dan Anggota Penguji I, II dan III, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran serta ilmu kepada penulis guna penyempurnaan tesis ini.

8. Bapak / Ibu para Teoritisi dan Para Praktisi yang secara tidak langsung telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran serta ilmu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(8)

viii

9. Para Dosen pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang telah memberikan arahan serta ilmu yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan,

10. Seluruh karyawan/karyawati pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan serta kelancaran pelayanan administrasi baik selama penulis mengikuti perkuliahan maupun sampai dengan penyelesaian tesis ini.

11. Atasan langsung dan tidak langsung beserta seluruh kolega di Kejaksaan Tinggi Bali dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang telah berbaik hati memberikan ijin kepada Penulis untuk menempuh Studi Magister Ilmu Hukum di Program Studi Pascasarjana Universitas Udayana

12. Segenap kolega seprofesi di Kejaksaan Negeri Denpasar dan Kejaksaan Negeri Bekasi yang telah memberikan dorongan moril sehingga penulis berhasil melakukan penelitian untuk mengakhiri masa studi yang dapat dilalui tanpa hambatan yang berarti.

13. Segenap informan yang telah memberikan masukan data atau bahan hukum sehingga penelitian tesis dapat tersusun dan terselesaikan.

14. Bapak / Ibu Orang Tua, Mertua, Istri, serta anak-anak yang saya cintai dengan tekun memberi doa dan dorongan sehingga tesis ini bisa terselesaikan

15. Bapak dan Ibu serta saudara-saudara handai taulan, yang telah memberikan dukungan serta doa dalam penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

(9)

ix

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik mengenai isi maupun dari segi teknis penulisannya, sebagaimana pepatah mengatakan Tiada Gading Yang Tak Retak. Oleh karenanya penulis dengan kerendahan hati sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pecinta hukum pada umumnya.

Denpasar, April 2015 Hormat

(10)

x ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penyitaan Aset Tindak Pidana Korupsi Terkait Dengan Pencucian Uang”. Tindak pidana korupsi yang terjadi secara kualitas dan kuantitas terus meningkat dan sangat merugikan keuangan negara. Tindak pidana korupsi yang terjadi hampir selalu terkait dengan pencucian uang. Maka untuk kepentingan proses peradilan perlu aset-aset tersangka disita oleh KPK. Sedangkan dasar pengaturan untuk penyitaan dalam perundang-undangan terjadi konflik norma hukum antara KUHAP dan dan Undang – Undang KPK. Pasal 38 ayat (1) KUHAP mengatur penyidik dalam melakukan penyitaan harus ada ijin Ketua Pengadilan Negeri, sedangkan Pasal 47 ayat (1) Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, penyidik KPK dalam melakukan penyitaan tidak perlu ijin Ketua Pengadilan Negeri, maka disini tampak adanya konflik norma hukum antar undang-undang.

Penelitian ini mengetengahkan permasalahan : 1) Apakah ada pengaturan yang harmonis dan terkorelasi tentang penyitaan aset tersangka korupsi diduga pula melakukan tindakan pidana pencucian uang perspektif perundang-undangan pidana Indonesia ? 2) Apakah dasar pertimbangan penyidik KPK dalam penyitaan aset koruptor yang jumlah nilainya dianggap tidak logis atau tanpa batas? Permasalahan ini akan dikaji berdasarkan asas-asas hukum, konsep-konsep hukum, doktrin hukum, yurisprudensi dan teori-teori hukum yang relevant.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong penelitian hukum normatif, dengan metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan perbandingan dan pendekatan kasus. Dengan sumber bahan hukum primer dan subsidair : Teknik analisis atas kajian dipakai teknik deskriptif, interpretatif, evaluasi dan argumentasi sebagai temuan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada dasar pengaturan yang sinkron antara KUHAP dan UU KPK dalam melakukan penyitaan aset korupsi. Dan tidak adanya batas waktu atas perolehan aset korupsi yang dijadikan obyek penyitaan oleh KPK. Untuk masa mendatang perlu pengaturan pasti untuk kedua hal tersebut.

(11)

xi ABSTRACT

This research is topic “The Function of Corruption Eradication Commition (KPK) to up Confiscation of Corruption by the Money Laundering”. The corruption has been growing and expanding and financial loss of the state. Criminal corruption always to up with money laundering criminal to up the process administration of justice is interested in to action ower confiscation to assets corruption criminal by the corruption eradication commition. But its ower legislation with confiscation in Indonesian regulation its conflict of norm in other KUHAP and KPK legislation. In the KUHAP it’s need premission to by judge, but in the cooruption eradicition commition is not need presmission by the judge. In the a regulation is conflic of norm.

This problem in ower research : 1. What are to be harmonization and corelated legislation of confiscation in other regulation in Indonesian are to connected with money laundering criminals ? 2. What are the logical issues with corruption eradication commintion in it asset corruption is not limitation regulation ? Ower problems is solution break with fundamentation law, concept of law, doktrin of law, yurisprudence and theory of law are related.

In this research to use the normatif law types and to statues method, conseptual method, comparative method, and cases method. Analitic techincal to use descriptive analitical, interpretative analitical, evaluatif and argumentatif analitical. The findings of the research are is not to be sincronization ower. KUHAP and KPK legislation to action confiscation corruption asset to future s improtant it distinct to regulation legislation by to solution this problems.

Keywords : Corruption Eradication Commition Function, Confiscation, Corruption Asset, Money Laundering

(12)

xii RINGKASAN

Tesis dengan judul “Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Penyitaan Aset Tindak Pidana Korupsi Terkait Dengan Pencucian Uang”. Terdiri dari 5 (lima) bab dengan paparan tiap ban dengan sub-sub terurai seperti berikut : Bab I : Pendahuluan, terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Orisional Penelitian, Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir, dan Metode Penelitian yang menyangkut jenis penelitian, Jenis Pendekatan, Sumber Bahan Hukum, Teknik Pengumpulan Bahan Hukum dan Teknik Analisis Bahan Hukum. Dalam Bab I ini pada inti pokoknya menyajikan latar belakang menyangkut fungsi KPK dalam melakukan tindakan penyitaan terhadap aset koruptor yang sebelumnya telah dicuci oleh koruptor. Berbagai bentuk tindak pidana asal salah satunya korupsi. Ketentuan pengaturan akan penyitaan oleh KPK mengalami kesulitan karena tiada ketentuan yang sinkron antara KUHAP dan UU Korupsi yang mengaturnya. Terjadi konflik norma pengaturan tentang penyeitaan, juga tidak adanya batasan pengaturan terhadap obyek atau aset yang mesti disita, karena tidak ada pembatasan ruang dan waktu untuk itu, sehingga melahirkan 2 (dua) buah masalah : 1. Apakah ada ketentuan pengaturan yang sinkron dalam perundang-undangan pidana tentang penyitaan ? 2. Apa dasar pertimbangan KPK dalam menyita aset koruptor yang dipandang aset tidak logis tersebut ? Untuk menjawab dan mengkaji permasalahan tersebut memakai penelietian hukum normatif dengan beberapa pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, perbandingan

(13)

xiii

serta pendekatan kasus, serta memakai kerangka teoritik asas-asas hukum, konsep-konsep hukum, doktrin, yurisprudensi, hasil penelitian terdahulu, serta teori-teori hukum yang relevant. Dengan tujuan penelitian untuk memperdalam pengetahuan hukum pidana khususnya hukum secara pidana, serta masukan bagi dunia praktisi akan manfaat tindakan penyitaan dalam proses aset koruptor bagi negara oleh KPK.

Dalam Bab II, terurai mengenai beberapa pemahaman akan pengertian dari variabel-variabel judul seperti Esensi KPK, Penyitaan, Tindakan Pidana, Korupsi dan Pencucian Uang. Sub berikut menyangkut landasan yuridis tentang pengaturan sanksi pidana dalam tindak pidana korupsi dalam berbagai dasar hukum seperti KUHP, Peraturan Penguasa Militer, Perpu Tahun 1960 UU No. 3 Tahun 1971 dan terakhir dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga lanjut disajikan tipe – tipe korupsi dan modus operandinya, serta kaitan tindak pidana korupsi dengan tindakpidana pencucian uang.

Bab III, menyajikan paparan uraian tindakan penyitaan yang dapat dilakukan sesuai pengaturan KUHAP dan sesuai UU KPK NO. 30 Tahun 2002. Hal ini juga dihubungkan dengan pengaturan oleh UU NO. 8 Tahun 2010 tentang Pencucian Uang terhadap tindak pidana asal sesuai UU No. 31 Tahun 1999 jo UU NO. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang sasarannya guna pengembalian kerugian keuangan negara oleh koruptor melalui tindakan penyitaan terlebih dahulu oleh KPK. Tindakan penyitaan yang ada di Indonesia juga diperbandingkan dengan keberadaan tindakan penyitaan di

(14)

xiv

beberapa negara seperti : Amerika Serikat, Swiss, Filipina, Columbia, Australia serta Hongkong dalam upaya pemulihan aset guna kepentingan negara. Dalam bab ini pula dikaji fungsi KPK dalam penyitaan tersebut terkait dengan teori fungsi serta teori harmonisasi hukum, dimana guna membenahi dasar pengaturan yang konflik agar harmonis sehingga ada dasar kepastian hukum dalam berfungsi bagi KPK dan absah secara hukum. Hal ini seiring dengan esensi teori kebijakan hukum pidana untuk increformulasi ketentuan aturan yang masih belum sinkron atau konflik tersebut seperti tersurat dalam KUHAP dan UU NO. 31 Tahun 1999 jo UU NO. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya mengatur tentang penyitaan tersebut.

Bab IV, dalam bab ini menguraikan tentang penyitaan dan perampasan aset korupsi terkait dengan pencucian uang. Menyangkut mengenai kebijakan pengaturan tindakan penyitaan perspektif hukum positif Indonesia dikaitkan dengan pengaturan universal UNCAC (UU No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan Konvensi PBB Anti Korupsi). Juga penyitaan dan perampasan aset sesuai dengan UU Korupsi dan UU TPPU. Untuk perspektif kedepan bagi Indonesia telah dirintis RUU tentang perampasan aset dari suatu tindak pidana, melalui penetapan / putusan hakim dan perampasan aset melalui upaya tindakan hukum lainnya. Serta dipaparkan pula implikasi dan korelasi penerapan TPPU terhadap harta kekayaan asal dari tindak pidana korupsi.

Bab V, simpulan engan mendapatkan esensi inti menjawab permasalahan bahwa : 1. Tidak ada pengaturan yang sinkron tentang penyitaan oleh KPK, bahkan antara KUHAP dan UU Tindak Pidana Korupsi terjadi norma konflik (

(15)

xv

menurut KUHAP untuk melakukan penyitaan harus seijin Ketua Pengadilan Negeri), tetapi oleh UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK tidak perlu ijin dari Ketua Pengadilan Negeri dalam menyita aset koruptor. 2. KPK dalam menyita aset koruptor tidak jelas dasar pertimbangan dan pengaturannya tanpa ada batas waktu perolehan aset yang dikuasai / dimiliki oleh tersangka koruptor sebagai saran kedepan legislatif perlu memformulasi pengaturan tentang penyitaan agar ada kepastian hukum dan keharmonisan norma yang mengaturnya, juga ada batasan waktu kepemilikan atas aset yang dimiliki / dikuasai tersangka koruptor untuk dapat dilakukan penyitaan oleh KPK atau penegak hukum lainnya selaku penyidik.

(16)

xvi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

DAFTAR ISI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 23

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 23

1.4 Tujuan Penelitian ... 24

1.4.1 Tujuan Umum ... 24

1.4.2 Tujuan Khusus ... 24

1.5 Manfaat Penelitian ... 25

1.6 Orisinalitas Penelitian ... 25

1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir ... 27

1.8 Metode Penelitian ... 57

(17)

xvii

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 58

1.8.3 Sumber Bahan Hukum ... 60

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 62

1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ... 63

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) TERKAIT PENYITAAN, ASET, TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG ... 64

2.1. Pengertian Fungsi, KPK, Penyitaan, Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian Uang ... 64

2.1.1 Pengertian Fungsi ... 64

2.1.2. Komisi Pemberantasan Korupsi ... 65

2.1.3. Penyitaan ... 66

2.1.4. Pengertian dan Makna Aset ... 67

2.1.5. Arti Tindak Pidana Korupsi ... 67

2.1.6. Pencucian Uang ... 73

2.2. Landasan Yuridis Pengaturan Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Beberapa Perundang-Undangan Pidana Indonesia ... 75

2.2.1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ... 77

2.2.2. Peraturan Penguasa Militer Nomor : PRt/PM-06/1957 tanggal 9 April 1957 ... 79

(18)

xviii

2.2.3. Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat No. : Prt/Peperpu/013/1958, Tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Perbuatan Korupsi Pidana dan Penilikan

Harta Benda (BN Nomor : 40 Tahun 1960) 81 2.2.4. Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor : 24 Prp Tahun 1960 Tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Perbuatan Korupsi Pidana dan Penilikan Harta Benda (LN Nomor : 72

Tahun 1960) ... 83 2.2.5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi ... 84 2.2.6. Undang-Undang Nomor : 3 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ... 86 2.3. Tipologi dan Modus Operandi Korupsi ... 103

(19)

xix

2.3.2. Tipologi Korupsi Menurut UU No. 31

Tahun 1999 ... 109 2.3.3. Modus Operandi Korupsi ... 113 2.4. Modus Operandi Korupsi Dalam Pencucian Uang . 118 2.4.1. Esensi Korupsi Dalam TPPU ... 118 2.4.2. Modus Operandi Korupsi Dalam

Pengelolaan Hutan ... 123 2.4.3. Korelasi Tindak Pidana Korupsi Dengan

TPPU ... 124

BAB III PENYITAAN ASET HARTA KEKAYAAN

TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 135 3.1. Tugas dan Wewenang Penyitaan ... 135

3.1.1 Tugas dan Wewenang Penyitaan Menurut

KUHAP ... 138 3.1.2. Tugas dan Wewenang Penyitaan Menurut

Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) ... 145 3.2. Penyitaan dan Perampasan Aset Tindak Pidana

Korupsi Melalui Sarana UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang (TPPU) ... 161 3.2.1 Penyitaan dan Perampasan Aset Korupsi

(20)

xx

Kerugian Keuangan Negara Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi ... 167

3.2.2. Kajian Dari Teori Kebijakan Hukum Pidana dan Teori Harmonisasi Hukum Terhadap Permasalahan Menyangkut Pengaturan Penyitaan Dalam Perundang-undangan Pidana Indonesia ... 171

3.3. Komparasi Penyitaan dan / atau Perampasan Aset di Beberapa Negara Asing ... 171

3.3.1. Amerika Serikat ... 171 3.3.2. Swiss ... 172 3.3.3. Filipina ... 173 3.3.4. Columbia ... 174 3.3.5. Australia ... 176 3.3.6. Hongkong ... 176

BAB IV TINDAKAN HUKUM PENYITAAN DAN PERAMPASAN ASET KORUPSI DENGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ... 179

4.1. Kebijakan Pengaturan Hukum Tindakan Penyitaan dan / atau Perampasan Aset Perspektif Perundang -Undangan Pidana (ius constitutum) ... 179

(21)

xxi

4.1.1. Penyitaan dan / atau Perampasan Aset Atas Dasar UNCAC Ratifikasi Dengan UU No. 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi PBB Anti Korupsi Tanggal 18 April 2006 Tentang Bantuan Hukum Timbal Balik Dalam Hukum

Pidana / Mutual Legal Assistance (MLA) .. 179 4.1.2 Penyitaan dan / atau Perampasan Aset

Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 dan UU No. 8 Tahun Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang (TPPU) ... 187 4.2. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Tindakan

Penyitaan dan / atau Perampasan Aset Korupsi Kedepan (ius consitutiendum) Sebagai Langkah

Antisipatif Penyelamatan Aset Negara ... 196 4.2.1. Penyitaan dan / atau Perampasan Aset

Berdasarkan RUU Tentang Perampasan

Aset Dari Tindak Pidana ... 196 4.2.2. Penyitaan dan / atau Perampasan Aset

Berdasarkan Penetapan atau Putusan

(22)

xxii

4.2.3. Penyitaan dan / atau Perampasan Aset

Dengan Upaya Tindakan Hukum Lainnya 206

4.3. Implikasi dan Korelasi Penerapan Tindak Pidana Pencucian Uang Terhadap Harta Kekayaan Hasil Tindak Pidana Korupsi ... 213

4.3.1. Landasan Hukum dan Esensi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) ... 213

4.3.2. Jenis – Jenis Harta Kekayaan Atau Aset Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) ... 217

4.3.3. Pengaturan Rumusan Delik TPPU dan Ancaman Pidananya (Strafmaat) ... 218

4.3.4. Proses Ringkas Dalam Peradilan TPPU ... 220

BAB V PENUTUP ... 231

5.1. Simpulan ... 231

5.2. Saran ... 232 DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Selain hasil penelitian dari kuesioner juga dapat dilihat pada hasil penelitian Uji hipotesis menggunakan korelasi Kendall Tau menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000

man, bahwa seorang animator dapat mengkreasi sebuah objek atau efek yang tidak mampu dihasilkan camera man. Seorang animator mampu membuat visualisasi angin topan,

Berdasarkan hasil evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga serta kualifikasi dengan ini Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa mengumumkan pemenang

Website ini berfungsi untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain serta situasi dan kondisi di sekolah tersebut kepada para orang

Tabel 2.3 Jumlah Mata Air, Debit Rerata Tahunan dan Volume Tahunan di Wilayah Sungai UPT PSDAW di Provinsi Jawa Timur tahun 2012

Oleh karena itu untuk membuat animasi iklan dibutuhkan dua komponen animasi yaitu animasi teks yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan animasi twening objek yang

RKPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 merupakan penjabaran RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun 2014- 2019 dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN dan Rencana

Langkah pertama pembuatan program ini adalah mengumpulkan elemen elemen yang dibutuhkan untuk membuat suatu aplikasi multimedia lalu dilanjutkan dengan menggabungkan elemen