• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran akan peran penting sumberdaya estuaria di. bersangkutan. Sumberdaya daerah estuaria Sungai Sembilang, Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran akan peran penting sumberdaya estuaria di. bersangkutan. Sumberdaya daerah estuaria Sungai Sembilang, Sumatera"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

I 1 Latar Belakang

Peningkatan kesadaran akan peran penting sumberdaya estuaria di ekosistem perairan pantai telah mendorong upaya konservasi sumberdaya yang bersangkutan. Sumberdaya daerah estuaria Sungai Sembilang, Sumatera Selatan termasuk di antara sumberdaya mangrove yang direncanakan sebagai kawasan suaka margasatwa. Berkaitan dengan itu sebagai aspek yang berkaitan dengan sumberdaya alam ini perlu dikaji dan ditelaah untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan serta upaya pengelolaannya.

Perhatian konservasi biologi dewasa ini terutama ditujukan kepada keragaman hayati di ekosistem terestrial apabila dibandingkan dengan ekosistern akuatik. Perhatian terhadap h~langnya keragaman hayati di ekosistem akuatik sangat rendah walaupun tingkat kerusakan lingkungan baik fisik, kirnia dan biologi sudah diketahui sebagai masalah yang besar. Penyebab hilangnya keanekaragaman hayati akuatik antara Lain dapat dtkategorikan akibat terdapatnya: (1) kompetisi penggunaan surnberdaya air, (2) perubahan habitat,

(3) pencemaran, (4) eksploitasi berlebih dari jenis-jenis yang bersifat komwsial, dan (5) introduksi jenis-jertis ikan eksotik (Fiedler dan Jain, 1992).

Kawasan pesisir dan estuaria mernpunyai tantangan dan potensi yang sangat beser. Beberapa fungsi kawasan pesisir antara lain adalah sebagai tempat berternunya pendatang dart bevbagiti daersth, kitwasan pestsir rnenjadi rnoseik sosial dan budaya. Secara urnum kawasan pesisir yang di daiamnya tercakup kawasan mangrove dan estuaria sangat penting peranannya daiam

(2)

menjarnin pengadaan pangan. Setain itu, terdapat friksi dan ketidak-seirnbangan daiam pemanfaatan surnberdaya di kawasan pantai, antara lain meningkatnya persaingan untuk mendapatkan surnberdaya alam yang semakin langka dan rnelebarnya jurang antara yang kaya dengan yang miskin rnenjadikan kawasan pesisir berpotensi sebagai arena konflik.

Seperti didefinisikan oleh Cameron dan Pritchard (1963), estuaria adatah perairan setengah tertutup dan perairan pantai yang rnempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka, pada daerah ini air laut banyak terencerkan oleh air tawar yang berasai dari darat (Dyer 1979). Di sini kombinasi antara jumlah massa air dari aliran sungai dan hujan melebihi jumlah rnassa air yang menguap.

Estuaria sangat penting meskipun hanya merupakan bagian perairan yang sangat kecil dibandingkan dengan luas perairan dunia. Karena umurnnya perairan ini subur, terlindung dan mempunyai akses pelayaran bag1 daerah pedalarnan, maka estuaria telah menjadi pusat kegiatan manusia. Akan tetapi sering terjadi bahwa karena daya tariknya untuk pengembangan perdagangan dan industri, telah rnembawa perubahan kesinarnbungan aiam yang besar dengan berubahnya topografi estuaria untuk mernbuat alur pelayaran kapal-kapal besar lebih mudah, sehingga terjadi pencemaran besar-besaran sebagai darnpak industrialisasi dan pertambahan penduduk.

Perairan estuaria Sungai Sembilang belurn mengalami kondisi lingkungan seperti kondisi urnum yang diterangkan sebeiurnnya. Kegiatan manusia hanya terlihat di sebuah dusun, yakni Dusun Sungai Sembitang yang terletak di tepi tirnur agak ke dalam dari tanjung timur muara Sungai Sembilang, yang termasuk

(3)

Banyak perairan muara sungai di Indonesia merupakan daerah perikanan yang penting. Sebagai contoh, rnuara Sungai Rokan Bagansiapi-api di Propinsi Riau dan muara Sungai Asahan di Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah yang cukup produktif di lndonesia sef-ta tidak kalah pentingnya dengan muara Sungai Sembilang di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Umurnnya daerah muara sungai tersebut ditumbuhi hutan mangrove yang memegang peranan penting dalam kegiatan perikanan, terutama udang (Macnae 1974).

Menurut Heald dan Odum (1972), daun-daun mangrove yang telah gugur, jatuh ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi bakteri dan jamur, yang sekaligus berfungsi membantu proses pembusukan daun-daun menjadi detritus. Detritus akan digunakan oleh pemakan detritus seperti Amphipoda dan Mysidacea. Pemakan detritus akan dimakan oleh larva-larva ikan, kepiting, dan udang. Rantai makanan ini cukup efisien sehingga komunitas biota yang ada di perairan mangrove cukup beraneka ragam baik sebagai daerah asuhan maupun sebagai daerah pemijahan.

Kebutuhan yang khusus akan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil telah diutarakan dalam rekomendasi dan rancang tindak yang dirumuskan pada berbagai konferensi internasional. Konferensi lnternasional mengenai Lingkungan Hidup dan Pembangunan di Rio de Janeiro pada tahun 1992, Deklarasi Rio dan Agenda 21 merupakan cikal bakal dan pengembangan pengeloiaan kawasan pesisir terpadu sebagai sebuah kerangka kerja. Konferensi mengenai keanekaragaman hayati yang berlaku sejak tahun 1993. Tujuan dan kesepakatan merupakan dasar perlindungan dan pendayagunaan berkelanjutan

(4)

dari keragarnan hayati, pernbagian rnanfaat dan akses terhadap inforrnasi dan teknologt. Konferensi Tingkat Tinggi rnengenai Pembangunan Sosial di Kopenhagen pada tahun 1995, diakui secara resrni bahwa pembangunan sosial ekonomi serta pelestarian lingkungan hidup sating mendukung satu sama lain. Konferensi Global PBB mengenai Pernbangunan Berkelanjutan dari Negara- Negara Kepulauan Kecil yang Sedang Berkernbang di Barbados pada tahun 1994. Negara-negara ini secara khusus rnenghadapi bahaya dan tekanan dari pernbangunan yang tidak berkelanjutan.

Plankton rnemainkan peranan penting dalam rantai rnakanan lingkungan akuatik di samping sebagai rnakanan ikan dan udang serta krustasea lain (Chua 1980). Zooplankton, sebagai bagian dari plankton merupakan kelompok biota laut yang mendiarni lingkungan pelagik. Zooplankton ini rnendiami seluruh lapisan perairan sarnpai yang terjeluk dimana alat pengarnbil sampel plankton dapat digunakan (Raymont 1983). Zooplankton tersebar luas mulai dari sungai sampai ke laut terbuka. Narnun pola sebaran dan kornposisi zooplankton berbeda-beda menurut lingkungan perairan tempat hidupnya. Di perairan pantai yang terdapat estuaria atau di perairan estuaria itu sendiri, yang ditandai dengan salinitas air yang relatif rendah, beranekaragam rneroplankton atau plankton larva dapat dijurnpai dalarn kepadatan tinggi. Pada saat-saat tertentu bahkan dapat rnendorninasi populasi plankton (Rayrnont 1983). Jadi dalarn kornposisi zooplankton di tingkungan perairan ini dapat diharapkan hadirnya plankton larva dari berbagai jenis rnakro invertebrata dan ikan dalarn jumlah yang berarti. Hal ini terkait dengan keberadaan induk-induknya yang tersebar di pantai dan estuaria yang urnumnya dangkal dan subur.

(5)

Perairan Sungai Sembilang yang digolongkan ke dalam perairan estuaria, meskipun ttdak seperti yang dijelaskan, tetapi menunjukkan kepadatan zooplankton yang berarti. Meroplankton yang ditemukan di perairan terdapat dalam jumlah relatif besar, yaitu mencapai lebih dari 50 % dari seluruh kepadatan zooplankton di perairan ini.

Hutan mangrove Sungai Sembilang, Sumatera Selatan adalah salah satu hutan mangrove yang dilindungi dan dilestarikan di Indonesia karena merupakan kawasan konservasi yang masih balk kondisinya. Abdullah (19821, menyatakan bahwa hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut serta mata rantai yang sangat penting dalam menunjang keseimbangan ekosistem perairan. Salah satu fungsi hutan mangrove adalah mempersubur perairan sekitarnya yang sebahagian besar diperoleh dari serasah hutan mangrove dan merupakan sumbangan zat organik yang sangat penting sebagai rantai makanan untuk berbagai organisme, sehingga menjadi habitat yang baik untuk berbagai jenis biota (Krishnamurthy 1975).

Beberapa parameter fisika-kimia oseanografi yang diamati di perairan hutan mangrove ini yaitu fosfat, nitrat, nitrit, silika, ammonia, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), suhu dan salinitas sangat penting peranannya dalam menunjang kehidupan organisme yang baik.

Fenomena yang menarik adalah evolusi zonasi komunitas terlihat sangat berkaitan dengan proses fisika dan biologi. Proses fisika terdiri atas rangkaian proses geologi (tinggi-rendah dan kemiringan) pantai kondisi oseanografi meliputi arus, gelombang, sedimentasi dan karakteristik pasang-surut sedangkan proses

(6)

biologi meliputi penumpukan gugur serasah dan peninggian tanah oleh galian kepiting yang berperan didalamnya (Suyarso 1999).

Dalarn kesempatan ini penulis rnencoba rnernpelajari ekologi yang lebih lengkap rnengenai peranan parameter fisika-kimia oseanografi dan biologi serta kebijakan pernanfaatan dalarn ekosistem perairan estuaria Sungai Sembilang, Sumatera Selatan yang diharapkan dapat dimanfaatkan dalarn upaya peningkatan pengeiolaan perairan.

1.2. Perurnusan Masalah

Ekosistern Sungai Sembilang walaupun sampai saat ini masih dalam batas-batas pengelotaan yang baik, bila tidak dilakukan kehati-hatian di dalam pernanfaatan sumberdaya yang ada seperti pemanfaatan sumberdaya ikan, rnaka dikhawatirkan dalam jangka panjang akan terjadi penurunan kualitas sumberdayanya. Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan cenderung tidak terkendali, dernikian juga tingkat produksi ikan yang didapatkan juga pencatatannya belurn dilaksanakan dengan baik. Lernahnya sistern pengeloiaan pemanfaatan sumberdaya ikan terlihat dari berkembangnya

jumlah

unit penangkapan ikan yang tidak jelas perizinannya dan penggunaan alat tangkap ikan yang terlarang seperti frawl mini dan atat tangkap yang rnenyerupai frawl mini yang sebenarnya masih terlarang rnenurut peraturan Keppres No. 39 Tahun 1980.

Masalah lain yang timbul adalah berkembangnya areal tambak liar dengan cara mernbabat areal hutan mangrove di sebelah selatan dari kawasan estuaria Sungai Sembilang. Sampai saat ini telah dibuka tambak udang lebih dari

(7)

3000 ha oleh lebih dari 1500 kepala keluarga petambak, yang dilakukan dengan membabat hutan mangrove tersebut. Kawasan tambak ini berada di daiam kawasan Calon Tarnan Nasional Sembilang yang sedang dalam proses penetapan menjadi Tarnan Nasional Sembilang. Petambak liar ini datang secara spontan dari Propinsi Larnpung atau dari propinsi-propinsi

dj

Pulau Jawa. Apakah akibat pembukaan areal hutan mangrove tersebut berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan sumberdaya ikan di estuaria Sungai Sernbilang, perlu dilakukan pengkajian lebih rnendalam.

Di sarnping itu dari kenyataan di lapangan ditemui bahwa kapal penangkap ikan dari propinsi tain seperti propinsi di Jawa dan propinsi tetangga ikut beroperasi di kawasan perairan Sungai Sernbilang untuk menangkap ikan (tidak terdata jumlah kapal dan kapasitas produksinya). Bahkan kapal-kapal penangkap ikan dari negara tetangga seperti Thailand. Vietnam dan lain-lain secara ilegal ikut pula memanfaatkan sumberdaya ikan di sekitar perairan Sungai Sembilang.

1 3 Kerangka Pemikiran Daiam Pemecahan Masalah

Optirnalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan di estuaria perlu dipertahankan dan perlu dilakukan agar kelestarian sumberdaya ikan estuaria dapat berlangsung secara berkelanjutan. Perlu pendekatan secara menyeluruh dan terkoordinasi antara semua stakeholder dalarn suatu sistem atau model pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di estuaria, untuk menjaga kondisi lingkungan dan sumberdaya ikan agar selatu berada dalarn keadaan yang baik.

(8)

Langkah-langkah yang diarnbil dalarn pengelolaan dan pernanfaatan lingkungan dan surnberdaya ikan yang dikenal dengan istilah pernbangunan perikanan yang berkelanjutan dengan rnenerapkan prinsip responsible fisheries (perikanan yang bertanggung jawab), sering dipertentangkan dengan pernbangunan ekonomi dalarn artian sering dituding mengorbankan perturnbuhan ekonorni serta dianggap mernbatasi kepentingan masyarakat pesisir pantai. Persepsi ini tirnbul terutarna karena kegagalan rnemahami prinsip ekosistern serta kegagalan dalarn menyadari biaya ekonomi akibat kerusakan kawasan estuaria.

Memang upaya-upaya pembatasan pemanfaatan surnberdaya ikan dan pencegahan kerusakan lingkungan estuaria, tidak akan dapat dilakukan apabila pernaharnan tentang ekosistem estuaria hanya terbatas pada tataran wacana. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang intensif dan spesifik dengan penerapan model pengelolaan suatu ekosistern estuaria. Kerangka pernikiran dalarn pernecahan rnasalah disajikan pada Garnbar I.

(9)

&a

Biologi. Lingkungan Fisika dan Kirnia

Pelestarian Perlindungan Pengawetan Rehabilitasi Pengawasan

i-/

+

- .-

--

. . . - - Peraturan dan Perundangan

Garnbar 1. Kerangka Pemikiran dan Pernecahan Masalah

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menentukan kondisi lingkungan estuaria untuk kepentingan pengeloiaan perikanan yang berkelanjutan.

2 . Mengkaji fungsi ekosistern estuaria.

3 f~lrrurnuskan pola pemanfaatan dan perlindungan pada lingkungan estuaria secara berkesinambungan

(10)

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Kondisi lingkungan estuaria Sungai Sembilang masih baik.

2. Pemanfaatan sumberdaya ikan di sekitar perairan estuaria Sungai Sembilang sudah optimum.

3 . Pola pemanfaatan sumberdaya di perairan Sungai Sembilang betum dilakukan secara baik.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Memberikan surnbang pikiran khususnya bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan di perairan estuaria.

2. Memberikan kontribusi ilmiah dalam pengembangan penelitian wilayah estuaria selanjutnya.

3. Menyampaikan informasi khususnya bagi dunia usaha atas peluang bisnis dan prinsip-prinsip responsible fisheries yakni perikanan yang bertanggung jawab dalam investasi dan pemanfaatan perikanan di perairan sekitar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama 1 siklus terjadi peningkatan minat belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran

Teknik aalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regreis linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara kepuasan terhadap

Dosisnya (jumlah tablet yang diminum / disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan. Paket

Lodovicus Lasdi, MM., selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, beserta selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

Di samping memberi keselesaan kepada manusia, ia juga sedikit sebanyak akan terjejas akibat aktiviti-aktiviti pembanggunan negara sekirany alam sekitar di negara kita tidak

And I want you to take great video shots to prove the ghost of Hedge House really exists!”!. My video camera floated up from the floor, aimed itself at Roxanne’s back—and

Kesimpulan: Kehadiran sibling pada anak usia sekolah yang sedang menjalani hospitalisasi berkategori tinggi dengan hasil 100% dan untuk tingkat kesembuhan berkategori

PETA LOKASI