• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Golongan Darah Metode Reverse Grouping Cara Tabung Dan Cara Slide

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Golongan Darah Metode Reverse Grouping Cara Tabung Dan Cara Slide"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING

CARA TABUNG DAN CARA SLIDE

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING CARA TABUNG DAN CARA SLIDE

A. Tujuan

Untuk mengetahui jenis aglutinasi dalam serum probandus sebagai konfirmasi cell grouping. B. Prinsip

Reaksi aglutinasi antara aglutinin dalam serum dengan aglutinogen yang diketahui jenisnya. Bila bersesuaian akan terjadi aglutinasi.

C. Dasar Teori

Pemeriksaan konfirmasi golongan darah ABO donor dengan forward and backward typing yaitu

pemeriksaan golongan darah dilakukan terhadap sel darah merah dan serumnya secara terpisah. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap golongan darah Rhesus. Pada tahun 1901, Karl Kandsteiner mengadakan pemeriksaan terhadap darahnya sendiri dan beberapa orang temannya dengan memisahkan darah tersebut atas serum dan sel darah, kemudian mencampur setiap sel darah merah dengan serum-serum tersebut dan atas reaksi aglutinasi maka ditetapkan 3 golongan darah yaitu A, B, dan O.

Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan memisahkan antara sel dan plasmanya ( forward grouping = sel grouping dan reverse gouping = serum grouping )

FORWARD GROUPING

Pasien Sel pasien diperiksa dengan..? Interpretasi forward grouping Anti A Anti B 1 - - O 2 + - A 3 - + B 4 + + AB REVERSE GROUPING

Serum pasien diperiksa

dengan...? Interpretasi hasil Reversegrouping

Sel A Sel B + + O - + A + _ B - _ AB D. Metode Kerja 1. Alat : a. Tabung Sentrifuge

(2)

b. Centrifuge c. Tabung reaksi d. Rak tabung e. Pipet tetes f. Object glass g. Cover glass 2. Bahan : a. Serum

b. Suspensi Sel A 10% untuk slide ( 5% untuk cara tabung ). c. Suspensi sel B 10% untuk slide ( 5 % untuk cara tabung ). 3. Prosedur kerja

a. Cara Slide

1.) Taruhlah disebelah kiri dan kanan masing-masing 1 tetes serum yang diperiksa, tambahkan suspensi ery B 10% disebelah kiri dan suspensi sel ery 10% disebelah kanan.

2.) Campur dengan ujung lidi dan goyangkan kaca secara melingkar. 3.) Perhatikan adanya aglutinasi dalam 2-3 menit secara makroskopik. 4.) Pastikan secara mikroskopik.

b. Cara Tabung

1.) Sediakan 2 tabung reaksi pendek dalam rak tabung berilah tanda 1 dan 2. 2.) Isilah masing-masing tabung dengan 2 tetes serum yang diperiksa.

3.) Kedlam tabung 1 tambahkan 1 tetes suspensi ery B 5%, kedalam tabung 2 tambahkan 1 tetes suspensi ery A % %.

4.) Centrifuge 1000 rpm selama 3 – 5 menit.

5.) Amati adanya hemolisis tanpa mengocoknya, amati adanya aglutinasi engan jalan meresuspensikan.

E. Hasil Pengamatan

Ery B Ery A Golongan darah Keterangan

+ _ A Serum yang diperiksa

mengandung agutinin β - + B Serum yang direaksikan mengandung aglutinin α. -/ - AB Serum yang direaksikan tidak mengandung aglutinin + + O Serum yang direaksikan mengandung α, β Keterangan :

(3)

- : Tidak aglutinasi/ hemolisis. Cara Slide

Cara Tabung

F. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pemeriksaan golongan darah metode back typing ( slide dan tabung ) dapat disimpulkan, pasien bergolongan darah B dengan aglutinin α ( adanya aglutinin pada ery A ).

TEKNIK PEMERIKSAAN RHESUS ( RHESUS FACTOR ) A. Tujuan

Untuk mengetahui antigen D dalam sel darah. B. Prinsip

- Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam modified. - Suhu optimal untuk reaksinya 37 0C

- Dengan anti-D albumin ( anti-D modified )

- Jenis anti D inilah yang umumnya di pakai untuk penetapan Rh factor. C. Dasar Teori

Pemeriksaan rhesus yang paling tepat dilakukan sebelum kehamilan terjadi, atau bisa jadi menjadi satu paket dengan pemeriksaan kesehatan pra nikah yang sekarang banyak ditawarkan. Rhesus digolongkan menjadi dua, rhesus negative dan rhesus positif. Rhesus menunjukkan partikel protein yang ada di dalam darah seseorang, negative jika kekurangan protein dalam sel darah merah dan positif jika memiliki protein yang cukup. Ras Asia Afrika cenderung memiliki rhesus positif sedangkan Eropa Amerika memiliki rhesus negatif.

Apa perlunya pemeriksaan rhesus? Kasus yang sering terjadi ketika sang ibu memiliki rhesus negative dan ayah memiliki rhesus positif. Rhesus positif lebih dominan dibanding rhesus negative. Saat ibu hamil dengan rhesus positif, maka sang bayi bisa memiliki dua kemungkinan rhesus yaitu positif atau

Probandus Nama :... Umur :...

(4)

negative, dan cenderung positif karena lebih dominan. Hal ini menyebabkan rhesus ibu negative berlawanan dengan rhesus bayi yang positif. Secara otomatis maka tubuh ibu hamil akan memproduksi anti rhesus untuk melindungi tubuhnya dan melawan rhesus positif sang bayi. Anti rhesus yang diproduksi tubuh ibu hamil akan menyerang janin dan menghancurkan sel darah merah sang janin, hal ini akan memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung, anemia di dalam kandungan atau setelah lahir.

Pada kehamilan pertama dengan beda rhesus, bisa menyebabkan bayi lahir kuning. Risiko akan lebih berat untuk kehamilan kedua, karena anti rhesus yang dibentuk akan semakin kuat, dan bisa mengancam kelangsungan kehamilan Mommy. Jika hal ini terjadi, tentunya perlu dilakukan pengontrolan dengan dokter untuk memonitor perkembangan bayi secara khusus.

(file:///E:/LAIN-LAIN/Pemeriksaan%20Rhesus%20%20%20bettermomtoday.htm ) D. Metode Kerja

1. Alat : a. Objeck glass

b. Lidi sebagai pengaduk 2. Bahan :

a. Anti-D modified b. Bovin albumin 22% c. Suspensi sel 25-40% 3. Prosedur kerja

1.) Ambil sebuah objek gelas.

2.) Pada sebagian bidang teteskan 1 tetes anti-D modified.

3.) Pada sebagian bidang lainnya teteskan 1 tetes Bovin Albumin 22 %.

4.) Pada masing-masing tetesan reagen tersebut ditambah atau diberi pula 1 tetes sel yang diperiksa dalam suspense 25-40 %.

5.) Aduk dengan lidi pengaduk ± 2 Cm, melebar dan pipih. Goyang-goyangkan kaca objek glass diletakkan diatas viewing box dan digoyangkan ( viewing box = kotak atau permukaan kaca dengan sejenisnya yang didalamnya diterangi oleh bola lampu pijar hingga hangatnya permukaan kaca ± 40 0C ).

6.) Baca hasilnya dalam 2-3 menit ( + ) bila terjadi aglutinasi. E. Hasil pengamatan

F. Pembahasan G. kesimpulan

TEKNIK CROSS-MATCH

A. Tujuan

(5)

B. Prinsip

Mayor : reaksi antara sel donor dan serum resipien, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis, maka darah atau eritrosit donor tidak dapat ditranfusikan.

Minor : reaksi antara sel resipien dan serum donor, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis, darah/plasma donor tidak dapat ditranfusikan.

C. Dasar Teori

Pemeriksaan uji silang serasi darah merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan tranfusi darah yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dengan darah donor sehingga darah yang

dikeluarkan dari UTD benar-benar cocok ( kompatibel ).

Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari uji silang antara lain :

1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.

2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor.

3. Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.

Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross – match dibagi dalam 3 kategori yaitu :

1. Cross Matching Rutin. 2. Crossmatch Emergency. 3. Crossmatch Persiapan Operasi.

Bardasarkan mediumnya : 1. Saline

2. Bovine 3. Coomb’s

Untuk melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah pertama adalah : 1. Memeriksa golongan darah ABO dari resipien dan donor.

2. Memeriksa factor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan ditranfusikan dengan cara yang benar seperti telah diterangkan.

3. Mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donornya yang 5%. Barulah dilakukan crossmatch sesuai dengan tuntutannya. D. Metode Teori 1. Alat : a. Centrifuge b. Mikroskop c. Tabung serologi d. Tabung centrifuge e. Pipet pasteur f. Rak tabung g. Objek glass. 2. Bahan a. Sel donor 5% b. Sel pasien 5% c. Serum donor d. Serum pasien e. Bovin Albumin 22%

(6)

f. Saline

g. Coomb’s serum 3. Prosedur

a. Teknik Crossmatch Rutin

1.) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan Isikan

Tabung 1 Tabung 2

2 tetes serum OS 2 tetes serum DN

1 tetes sel donor 5% 1 tetes sel OS 5%

2.) Kedua tabung dikocok – kocok lalu diputar 1000 rpm/ 1 menit atau 3000 rpm/ 15 detik. Baca reaksi terhadap hemolisis/ aglutinasi.

Hasil : bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.

Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ). 3.) Kedua tabung ditambah 2 tetes Bovin albumin 22%. Lalu kedua tabung diinkubasikan kedalam

waterbath suhu 370C selama 15 menit lalu kedua tabung diputar 1000rpm/1 menit.

Baca reaksinya terhadap hemolisis/ aglutinasi

Hasil : Bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.

Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ).

4.) Cuci selnya 3 – 4 kali dengan saline dengan cara yang baik pencuciannya 3 kali sudah cukup membuang sisa – sisa globulin yang bebas. ( bila diperlukkan supernatant saline di tets dengan asam sulfosalisil 20%).

5.) Tambahkan pada sediment masing – masing 2 tetes Coomb’s serum, dicentrifuge 1000 rpm/ 1 menit, baca reaksinya secara mikroskopis.

Hasil :

Aglutinasi positif : tidak cocok ( incompatible ) Aglutinasi Negatif : cocok ( compatible ). b. Teknik Crossmatch emergency

1.) Sediakan 4 buah tabung Isikan :

Mayor test

Tabung I : 2 tetes serum OS 1 tetes sel donor 5 %. 2 tetes bovin albumin 22% Tabung II : 2 tetes serum OS 1 tetes sel donor 5% Minor Test

Tabung I : 2 tetes serum donor 1 tetes sel OS 5%

2 tetes bovin albumin 22% Tabung II : 2 tetes serum donor 1 tetes sel OS 5%

2.) Keempat tabung dikocok-kocok.kemudian : Tabung II dan IV putar 1000 rpm/ 1 menit

Tabung I dan III diinkubasi suhu 370 C selama 15 menit.

3.) Baca tabung I dan IV terhadap : Hemolisis atau tidak

(7)

Hasil

a. Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor COCOK ( COMPATIBLE) darah donor boleh kirim ke rumah sakit.

b. Bila ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor TIDAK COCOK ( INCOMPATIBLE). Dan cari causanya.

4.) Tabung I dan II sesudah di inkubasi dengan suhu 370C.

Putar 1000 rpm/ 1 menit baca hasilnya, bila hasilnya negative, cuci selnya 3 – 4 kali saline. Pada masing – masing sel ditambah 2 tetes coomb’s serum lalu kocok.

Putar 1000 rpm/ 1 menit baca reaksinya ( makroskopis dan mikroskopis )

E. Hasil Pengamatan 1.) Teknik crossmatch rutin

Hasil : aglutinasi negatif ( compatible ) Keterangan :

Tabung 1 = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel Dn 5%. Hasil = aglutinasi negatif ( compatible ). Tabung 2 = 2 tetes serum DN + 1 tetes sel OS 5%. Hasil = aglutinasi negatif ( compatible ). Tabung 3 = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel OS 5% Hasil = aglutinasi negatif ( compatible ). 2.) Teknik crossmatch emergency

(8)

A B C D Keterangan :

A dan B = Mayor test C dan D = Minor test

Hasil = Mayor test = compatible ( cocok ) = aglutinasi negatif Minor test = campatible ( cocok ) = aglutinasi negatif F. Pembahasan

Pada praktikum teknik crossmatch, dilakukan percobaan dengan menggunakan 3 teknik yaitu crossmatch rutin, teknik crossmatch emergency. Hasil kedua teknik yang telah dipraktekkan

menunjukkan haisl yang cocok ( compatible ) yang ditandai dengan terjadinya hemolisis dan tidak terbentuk aglutinasi pada masing-masing teknik.

Dalam crossmatch emergency darah sudah dikirim kerumah sakit jika pada medium saline hasil negatif pada hemolisis maupun aglutinasi. Teknik ini dilakukan bila permintaan darah diajukan 2 – 3 hari sebelum operasi dijalankan.

G. Kesimpulan

Pada praktikum crossmatch yang dilakukan bai pada teknik crossmatch rutin dan crossmatch emergency. Diperoleh hasil yang compatible atau cocok.

http://lacunata.blogspot.co.id/2012/12/pemeriksaan-golongan-darah-metode_10.html

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

DAN RHESUS

Standar

A. Pendahuluan

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel

darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat

(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada

dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO

dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam

penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang

(9)

terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar

46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4

golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa

golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun

dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para

donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,

dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak

memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada

dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan

B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian

Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner

menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB,

kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah

sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Penyebaran golongan

darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah

satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi

yang berbeda-beda.

Rhesus Faktor Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama

sekali ditemukan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan

rhesus karena dalam riset digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta),

salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina. Pada

sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,

sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh

(dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium

seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah

dengan Rh negatif (Rh), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada

pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+) Penting Untuk

Transfusi (Fairus Chalid, 2008).

B. Pemeriksaan Golongan Darah

(10)

Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah pendonor yang

didasarkan pada antigen yang terdapat di sel darah merah.

Prinsip : Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Metode Slide Test dengan Menggunakan Darah Kapiler

Tujuan : Sebagai pemeriksaan awal untuk mengetahui golongan

darah pendonor

Alat dan Bahan: – Object Glass

 Lancet

 Pengaduk

 Darah Kapiler

 Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

 Serum anti-B biasanya berwarna kuning

 Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

 Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja :

1. Menyiapkan reagen disuhu kamarMeneteskan 1 tetes (±50 µ) anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D pada objek glass

2. Memijit-mijit ujung jari manis/tengah donor dan kemudian melakukan desinfeksi dengan alkohol 70%

3. Menusuk jari manis/tengah dengan posisi vertical, mengggunakan blood lancet

4. Mengusap darah yang pertama kali keluar dari jari donor dengan kapas kering

5. Meneteskan 1 tetes darah yang keluar pada objek glass yang sudah diberi antisera

6. Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

7. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

(11)

Tujuan : Untuk konfirmasi ulang pemeriksaan golongan darah

pendonor sebelum ditransfusikan kepada pasien

Alat dan Bahan: – Object Glass

 Pengaduk

 Suspensi sel eritrosit 10% donor

 Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

 Serum anti-B biasanya berwarna kuning

 Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

 Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja :

1. Meneteskan 1 tetes (±50 µl) anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D pada objek glass

2. Memipet 50 µl suspensi sel 10% donor pada objek glass yang sudah diberi antisera

3. Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Pembacaan hasil : – Aglutinasi : ada antigen pada sel darah

merah donor – Tidak aglutinasi : tidak ada antigen pada sel

darah merah donor

(12)

Metode Tube Test

Tujuan : Untuk mengkonfirmasi golongan darah pasien sebelum

dilakukan transfuse darah

Alat dan Bahan: – Tabung reaksi dan rak

 Mikropipet

 Centrifuge

 Suspensi sel eritrosit 5% donor

 Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

 Serum anti-B biasanya berwarna kuning

 Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

 Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja :

1. Memipet 50 µl anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D pada masing-masing tabung 2. Memipet 50 µl suspensi sel eritrosit 5% donor ke tabung yang telah berisi

antisera dan menghomogenkan

3. Mencentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 detik 4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Interpretasi Hasil Pembacaan Golongan Darah Cell Typing

 Golongan Darah A : Aglutinasi pada anti-A karena golongan darah A mempunyai antigen A dan antibodi B

 Golongan Darah B : Aglutinasi pada anti-B karena golongan darah B mempunyai antigen B dan antibodi A

 Golongan Darah AB : Aglutinasi pada anti-A dan anti-B karena golongan darah AB mempunyai antigen A dan B tetapi tidak mempunyai antibodi

 Golongan Darah O : Tidak terjadi aglutinasi karena golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B tetapi mempunyai antibodi A dan B

2. Pemeriksaan Serum Typing

Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah seseorang berdasakan

antibodi yang terdapat di dalam serum

(13)

Prinsip : Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Metode Slide Test

Tujuan : Untuk mengkonfirmasi ulang golongan darah pendonor

sebelum ditransfusikan kepada pasien yang didasarkan pada antibodi

pendonor

Alat dan Bahan: – Object Glass

 Pengaduk  Serum donor  Suspensi sel A 10%  Suspensi sel B 10%  Suspensi sel O 10%

Cara Kerja :

1. Memipet 50 µl suspensi sel A 10%, suspensi sel B 10%, dan suspensi sel O 10% pada objek glass

2. Memipet 50 µl serum donor ke objek glass yang telah diberi suspensi sel 3. Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor

dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Metode Tube Test

Tujuan : Untuk mengkonfirmasi ulang golongan darah pendonor

sebelum ditransfusikan kepada pasien yang didasarkan pada antibodi

pendonor

Alat dan Bahan: – Tabung reaksi dan rak

 Mikropipet  Centrifuge  Serum donor  Suspensi sel A 5%  Suspensi sel B 5%  Suspensi sel O 5%

(14)

Cara Kerja :

1. Memipet 50 µl suspensi sel A 5%, suspensi sel B 5%,dan suspensi sel O 5% pada masing-masing tabung

2. Memipet 50 µl serum donor ke tabung yang telah berisi suspensi sel dan menghomogenkan

3. Mencentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 detik 4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Interpretasi Hasil Pembacaan Golongan Darah Cell Typing

 Golongan Darah A : Aglutinasi pada sel B karena mempunyai antibody B

 Golongan darah B : Aglutinasi pada sel A karena mempunyai antibody A

 Golongan darah AB : Tidak terjadi karena tidak mempunyai antibody

 Golongan darah O : Aglutinasi pada sel A dan sel B karena mempunyai antibody A dan B

https://nuruljumpol.wordpress.com/2015/03/05/pemeriksaan-golongan-darah-abo-dan-rhesus/

Referensi

Dokumen terkait