• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASlL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASlL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HASlL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Kalibuaya

Desa Kalibuaya merupakan bagian dari Kabupaten Karawang yang berada pada bagian utara Propinsi Jawa Barat atau "Pantura" dan secara geografis berada pada 107°02'-107040' Bujur Timur (BT) dan 5'56'- 6'34' Lintang Selatan (LS). Kabupaten Karawang memiliki morfologi yang sebagian besar berupa dataran rendah dengan ketinggian 1

-

5 meter di atas permukaan laut (dpl) dan sebagian kecil wilayah lainnya berbukit dengan ketinggian tertinggi mencapai 1200 meter dpl (BPS Karawang, 2000). lklim Kabupaten Karawang memiliki suhu udara rata-rata sebesar 27'C, dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar dengan kelembaban nisbi sebesar 80%. Frekuensi curah hujan tahunan berkisar antara 1.500 mm

-

3.000 mm per tahun, dengan kecepatan angin rata-rata antara 30

-

35 kml jam (BPS Karawang, 2000).

Desa Kalibuaya memiliki frekuensi curah hujan sebesar 1.222 mmltahun, dengan 11 bulan hujan dan hanya 1 bulan kering pada Bulan Agustus. Fekuensi curah hujan rata-rata terbesar terjadi pada bulan Desember hingga April, dengan kisaran antara 6

-

10 Hari Hujan. Luas wilayah Desa Kalibuaya meliputi 4,96 ~m~ dengan jumlah penduduk sebanyak 4.282 jiwa, yang terdiri dari 2.167 jiwa laki-laki dan 2.115 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata mencapai 863 jiwa per ~m~ (BPS Karawang, 2000). Jarak Desa Kalibuaya ke lbukota Kabupaten Karawang adalah

+

12 Km dan jarak ke lbukota Propinsi, yaitu Bandung 5 9 8 km dan jarak ke lbukota Negara (Jakarta) + 40 Km. (BPS Karawang, 2000). Sebagian besar aktifitas ekonomi cenderung berorientasi ke Jakarta sebagai ibukota negara bila dibandingkan dengan ibukota propinsi, berarti peluang transaksi ekonomi lebih luas untuk dikembangkan, karena jarak

(2)

yang tidak terlalu jauh dengan sumber sarana produksi, informasi dan pemasaran produk yang lebih aktraktif.

Desa Kalibuaya sebagian besar masih merupakan areal pertanian sawah yang mencapai hampir 90% luas areal Desa Kalibuaya, dengan areal pertanian mencapai 4.48 ~ m ' . Penduduk Desa Kalibuaya sebagian besar masih bermata pencaharian sebagai petani, yaitu 793% dari jumlah penduduk dan yang lainnya bermata pencaharian sebagai Pedagang, Penyedia Jasa dan Pekerja industri. Desa Kalibuaya sebagai salahsatu desa penghasil beras, rata-rata memproduksi padi sebesar 6,7 tonlha pada Masa Tanam tahun 2000/2001. Varietas yang umum digunakan adalah IR 64, Waya dan Ciherang. Serangan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi petani saat ini adalah Keresek (BLB), busuk batang (BRS) dan Tikus. Penurunan produksi akibat serangan

,.

hama dan penyakit tersebut dapat mencapai 20

-

30% dari seluruh hasil produksi padi.

Masyarakat Desa Kalibuaya yang sebagian besan bekerja sebagai petani, masih memiliki ciri-ciri masyarakat desa, dimana ikatan kekeluargaan, ikatan sosial dan rasa solidaritasnya masih cukup kuat. Hal ini dikarenakan di Desa Kalibuaya belum terdapat industri besar sebagai salahsatu ciri masyarakat perkotaan, selain itu jarak ke daerah industri dan perkotaan relatif cukup jauh (+ 12 Km). Namun demikian, Desa Kalibuaya mengalami pengaruh yang cukup besar dari daerah perkotaan, dengan adanya akses bagi aktifitas masyarakatnya melalui transportasi dan komunikasi yang lancar. Hal ini dilihat dengan tersedianya sarana transportasi umum maupun pribadi dan sarana komunikasi berupa jaringan telepon yang tersebar.

Kehidupan masyarakat di Desa Kalibuaya yang sebagian besar adalah petani, dapat digolongkan menjadi dua golongan petani, yaitu Petani Pemilik

(3)

(sekaligus Penggarap) dan Petani Penggarap (sekaligus buruh tani). Di dalam pola hubungan antara Petani Pemilik dengan Petani Penggarap, masih terdapat pola hubungan bercirikan Patron-Klien, walaupun pola hubungan tersebut sudah longgar. Pola hubungan tersebut lebih cenderung berupa hubungan antara petani yang memiliki lahan luas dan mampu dalam ekonominya dengan petani yang tidak memiliki lahan dan kondisi ekonomi yang lemah. Pola tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa keterikatan atau ketergantungan petani lemah terhadap petani kuat, dimana petani lemah merupakan penggarap dari lahan milik petani mampu, dan dalam beberapa ha1 apabila petani lemah memerlukan bantuan ekonomi, maka petani lemah akan meminta bantuan kepada petani mampu.

Sebagian petani lainnya menggarap lahan milik orang lain yang pemiliknya berada di luar desanya, bahkan di luar Karawang. Pada kondisi tersebut, petani menggarap lahan sawah tersebut dengan sistem bagi hasil atau bahkan tanpa bagi hasil, karena dengan digarap lahan milik orang tersebut, pemilik lahan merasa diuntungkan dengan telah dijaga atau dipeliharanya lahan sawahnya. Para petaci di Desa Kalibuaya hampir seluruhnya tergabung di dalam Kelompok Tani (KT). Seluruh KT yang terdapat di Desa Kalibuaya berjumlah 16 kelompok, dengan rincian kategori KT Lanjut sebanyak 13 kelompok

,

KT

Madya sebanyak 3 kelompok dan tidak ada yang tergolong KT Utama. Pengelompokkan KT pada umumnya didasarkan kepada kedekatan wilayah areal pesawahan, sehingga terdapat beberapa anggota suatu kelompok tani bertempat tinggal relatif jauh dengan anggota lainnya, namun masih berada pada satu Rukun Warga (RW), sehingga memudahkan di dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan Kelompok Taninya.

(4)

Kelompok Tani, pada saat ini masih merupakan lembaga non formal yang paling dimanfaatkan oleh petani dibandingkan lembaga formal maupun non- formal lainnya seperti RT, Desa atau Kecamatan. Wadah kelompok tani merupakan tempat yang paling sering dimanfaatkan para petani dalam berinteraksi dengan petani lainnya dan sebagian besar dimanfaatkan oleh para petani yang memiliki kondisi ekonomi relatif kurang kuat. Selain itu, kelompok tani merupakan lembaga yang paling sering digunakan di dalam menyalurkan sarana produksi pertanian, seperti pupuk dan kredit pertanian. Program pemberian kredit dari pemerintah bagi petani selama ini. sebagian besar disalurkan melalui kelompok tani, sehingga memudahkan petani yang menjadi menjadi anggota Kelompok Tani.

Identitas dan Karakteristik Responden

1. Tingkat Pendidikan dan Umur Responden

Tingkat pendidikan responden bewariasi dari tingkat Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang sederajat (Tabel 1). Seperti halnya di desa-desa di Jawa Barat, sebagian responden memiliki pendidikan Madrasah lbtidaiyah (MI), yang sederajat dengan SD. Para responden melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan SLTA, walaupun terdapat yang sederajatnya, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Tingkat pendidikan Responden yang sebagian besar (54%) adalah SD, dikarenakan kemampuan orang tua yang sangat terbatas dalam membiayai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, pendapatan yang diterima para petani dari hasil usaha taninya sebagian besar dicurahkan atau dialokasikan untuk keperluan utama rumah tangga dan pembiayaan produksi usaha taninya.

(5)

Responden yang lulus SO dan SLTP, setelah lulus dalam pendidikannya, umumnya bekerja membantu orang tuanya sebagai tenaga kerja dalam usahatani orang tuanya. Bagi responden yang lulus SLTA, sebagian pernah bekerja di luar bidang pertanian sebagai pedagang atau pekerja pabrik selama 5

-

6 tahun, dan sebagian responden lainnya langsung bekerja membantu orang tuanya bekerja dalam usaha tani.

Tabel 1. Karakteristik tingkat pendidikan dan umur responden

Tingkat umur responden sebagian besar masih berusia muda dan produktif, dan sangat sedikit beiusia tua (Tabel 1). Kondisi umur yang sebagian besar masin berusia muda tersebut merupakan salah satu potensi di dalam mengembangkan usahatani, dimana ha1 tersebut berarti golongan "pemuda" masih memiliki motivasi kuat untuk bertani dibandingkan bekerja pada bidang lain dan di tempat lain. Kondisi tersebut memiliki segi positif, yaitu masih terdapatnya masyarakat berusia produktif untuk melanjutkan pekerjaan di bidang pertanian, karena pada saat ini, para pemuda memiliki kecenderungan untuk bekerja di luar bidang pertanian dan menjual sawahnya sebagai modal usaha lainnya.

(6)

Kondisi dominasi tingkatan umur yang relatif masih muda (36-40 tahun) pada responden, telah memberikan peluang dan harapan dalam usaha untuk mengembangkan usaha tani yang lebih meningkat. Pada usia muda tersebut, peluang untuk menerima suatu inovasi bidang sosial, ekonomi dan teknologi relatif masih terbuka. Dari kondisi tersebut, berarti masih terdapat waktu yang cukup lama sekitar 20-25 tahun untuk berpartisipasi dan mendorong para petani muda tersebut mengoptimalkan pengembangan usahataninya.

2. Pengalaman Responden dalam Bertani dan Mengikuti Program Pertanian

Sesuai dengan kondisi tingkatan umur responden yang sebagian besar masih relatif muda, pengalaman bertani para respondenpun relatif masih baru, dengan dominasi tingkatan lama pengalaman berkisar antara 10-1 8 tahun. Para responden pada umumnya mulai bertani pada umur 15

-

20 tahun, dan sebagian lainnya pada umur 25 tahun, yaitu yang pernah bekerja terlebih dahulu di luar bidang pertanian setelah lulus sekolah SLTA (Tabel 2).

Pengalaman atau pengetahuan bertani para responden sebagian besar di peroleh dari beberapa pihak, yaitu orangtuanya, sesama petani dan petugas penyuluh lapangan. Sesuai dengan perkembangan bidang pertanian beserta inovasi teknologinya, pengetahuan yang didapatkan dari orang tuanya semakin berkurang karena adanya pengetahuan-pengetahuan baru yang diperoleh dari para petugas penyuluh pertanian dan sesama petani.

Pengetahuan yang diperoleh para responden dari orangtuanya yang masih sering digunakan adalah mengenai perkiraan-perkiraan atau kebiasaan mengenai cuaca atau musim yang akan datang. Namun demikian, ha1 tersebutpun pada saat ini jarang digunakan, karena musim telah mengalami pergeseran yang tak menentu. Pengetahuan dari orang tua digantikan oleh inovasi-inovasi yang lebih akurat, termasuk inovasi teknologi untuk

(7)

mengantisipasi pergeseran musim, yaitu berupa pengaturan dan pemanfaatan saluran air di lahan pertanian.

Tabel 2. Lama pengalaman responden dalam bertani dan mengikuti program pertanian

Desa Kalibuaya sebagai salah satu desa yang terdapat di Karawang, telah lama dan sering menjadi lokasi pelaksanaan program-program pertanian yang sebagian besar bersumber dari pemerintah daerah maupun pusat. Kondisi tersebut rnenjadikan para responden yang mengikuti program-program tersebut telah mengenal inovasi-inovasi, termasuk dalam bidang pertanian. Walaupun seluruh inovasi tersebut belum tentu diadopsi oleh para petani, namun sedikitnya telah mengetahui dan mengenal beragam inovasi.

Beberapa program yang ada, termasuk kredit pertanian, dilengkapi dengan pembinaan atau penyuluhan-penyuluhan dari petugas pertanian. Program- program yang pernah diikuti oleh para petani adalah Bimas, Insus, KUT hingga Kredit Ketahanan Pangan. Seluruh program-program tersebut berasal dari pemerintah dan disalurkan melalui kelompok tani, sehingga petani yang tidak masuk ke dalarn kelompok tani, menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bantuan dari program-program tersebut.

(8)

Melalui hasil-hasil yang diperoleh selama program berlangsung, para petani dapat menilai atau mengevaluasi tingkat keberhasilan program-program, sehingga hasil evaluasi petani pada akhirnya dapat menjadi sikap individu petani maupun sikap kelompok taninya dalam menghadapi dan melaksanakan program- program pertanian pada masa mendatang.

3. Partisipasi Responden dalam Masyarakat

Para petani, seperti halnya masyarakat lainnya, turut berpatisipasi di masyarakatnya secara aktif maupun pasif. Bagi responden yang memiliki partisipasi aktif di masyarakatnya, dapat ditandai keikut sertaanya dalam suatu organisasi formal maupun non-formal di lingkungannya. Sebanyak 11,1% responden memiliki lebih dari dua keanggotaan masyarakatnya, sisanya sebanyak 88,9% hanya memiliki satu keanggotaan di lembaga formal yang diikutinya, yaitu kelompok tani. Lembaga formal yang diikuti oleh responden selain kelompok tani adalah Kantor Desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), KUD dan partai politik.

Pada umumnya, para responden hampir tidak peduli dengan lembaga- lembaga yang ada di lingkungannya selain kelompok tani. Para responden pada umumnya kurang atau tidak berminat untuk memasuki lembaga-lembaga formal tersebut karena keterbatasan waktu dan merasa tidak mendapatkan banyak manfaat dari keikut sertaannya. Namun demikian, terdapat responden yang berpartisipasi dalam organisasi formal staf aparat desa atau Badan Perwakilan Desa (BPD) yang memiliki aktifitas keseharian cukup tinggi, sehingga memiliki akses banyak dalam memperoleh informasi-informasi aktual yang terjadi, baik di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten maupun Nasional. Kondisi tersebut didukung oleh kondisi ekonomi yang cukup mapan dan peran yang menonjol di dalam kelompok taninya.

(9)

1 4 . Harapan Responden terhadap Kondisi Usahatani

Harapan responden terhadap usaha tani adalah pandangan dan penilaian ~~esponden terhadap kondisi usaha tani dan ekonomi rumah tangganya, yang *terjadi pada masa sebelum terjadinya krisis ekonomi nasional, pada masa krisis

ekonomi dan setelah krisis ekonomi (Tabel 3).

Tabel 3. Tanggapan responden terhadap kondisi pertanian dan ekonomi rumah tangga

Pada saat krisis ekonomi berlangsung, yaitu mulai tahun 1997 hingga sekarang, terjadi perubahan-perubahan di beberapa bidang kehidupan, terlrtama

Jumlah (%) 100

l o o

100 100

Kondisi pertanian sekarang

I dibandingkan sebelum

krisis

Kondisi ekonomi ~ m a h tangga saat sekarang di bandingkan sebelum krisis

Kondisi pertanian pada Masa mendatang Kondisi ekonomi rurnah tangga pertanian pada Masa mendatang

di bidang ekonomi, yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya harga- harga barang pokok keperluan hidup, yang juga berdampak terhadap meningkatnya harga-harga sarana produksi pertanian. Dalam ha1 ini, penilaian responden mengenai kondisi pertanian sekarang lebih buruk dibandingkan dengan sebelum krisis, dikarenakan pada saat sekarang fluktuasi

Tanggapan (%)

harga-harga barang tidak menentu, dan cenderung semakin meningkat setiap saat. Namun demikian sebagian besar petani, memiliki harapan akan terjadi

Lebih buruk

89,8

95,4

21,3

18,6 Lebih baik

I

Sama saia

-

50,O 54,6 10,2 4,6 28,7 26,8

(10)

perbaikan-perbaikan kondisi ekonomi, setidaknya terjadi stabilitas harga-harga barang, sehingga petani dapat memperkirakan dan merencanakan usahataninya dan mengantisipasi kondisi yang akan te qadi.

5. Minat Responden dalam Mengembangkan Usahatani

Minat petani dalam berusahatani sebagian besar masih rendah, hanya 26.9% petani memilki minat yang tinggi untuk mengembangkan usahataninya (Tabel 4). Minat petani dalam berusahatani, biasanya terkendala dengan kemampuan ekonomi petani.

Tabel 4. Minat responden dalam berusahatani

Para responden yang memiliki kemampuan ekonomi yang relatif rendah, umumnya merasakan belum mampu mengembangkan usahataninya karena keterbatasan biaya. Sebaliknya, jika memiliki modal yang cukup, mereka

Tingkat Minat Tinggi Sedang Rendah Jumlah

termotivasi untuk meningkatkan usahataninya dengan menyediakan beberapa prasarana dan sarana pertanian yang diperlukan. Selain itu dengan modal yang kuat, para petani merasa lebih mudah untuk mengembangkan usahataninya, seperti mencoba beberapa inovasi teknologi dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman padi. Kondisi ekonomi yang sangat terbatas ini, erat kaitannya dengan hasil produksi padi dan berpengaruh terhadap pendapatan.

Persentase

(%I

26,9 34,l 39 ,O 100

(11)

6. Status dan Luas Lahan Garapan Responden

Status kepemilikan atau luas garapan merupakan ha1 yang dianggap penting oleh masyarakat pedesaan. Hal tersebut telah banyak disinggung oleh ahli-ahli antropologi, sosiologi maupun ekonomi, Mubyaito (1985) mengungkapkan bahwa tanah merupakan salahsatu faktor produksi penting bagi para petani, di samping modal dan tenaga kerja. Tanah juga merupakan status sosial bagi pemiliknya, dan sebagai salahsatu status dalam stratifikasi sosial berdasarkan luas lahan yang dimiliki. Sajogyo (1976) membagi lapisan masyarakat Jawa Barat dari hasil penelitiannya atas : Golongan petanilrumah tangga yang memiliki lahan kurang dari 0,25 Ha; rumah tangga dengan luas lahan 0,25-0,5 Ha; dan rumah tangga dengan luas lahan lebih dari 0,5 Ha.

Tabel 5. Status kepemilikan dan luas garapan Lahan sawah responden

Kondisi status dan luas kepemilikan lahan sawah yang dimiliki Responden, pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu Pemilik Penggarap (Pemilik yang sekaligus sebagai penggarap) dan Penggarap, dengan luas rata-rata 0,5 Ha, sehingga dapat dibagi menjadi dua golongan kepemilikan berdasarkan luasan lahan, yaitu Kepemilikan dengan luasan

1

0,5 Ha dan > 0,5 Ha (Tabel 5).

Status kepemilikan lahan di Desa Kalibuaya sebagian besar adalah penggarap. Luas lahan yang dimiliki petani semakin sempit, ha1 ini karena sebagian lahannya dijual dan lainnya terbagi dengan pola warisan keluarga. Kondisi ini sesuai

Status dan Luas Lahan Pemilik Penggarap Luas lahan

>

0.5 Ha Pemilik Penggarap Luas lahan 1 0 . 5 Ha Penggarap Jum!ah Persentase (%) 26,9 26,9 46,2 100

(12)

dengan pendapat Tjondronegoro (1986), yaitu jumlah petani dengan kepemilikan di bawah 0.5 Ha semakin meningkat dan di atas 0,5 Ha semakin menurun.

Sistem kerjasama antara pemilik dengan penggarap pada umumnya dilakukan dengan cara bagi hasil, yaitu dari hasil panen dibagi 50% : 50%. Sarana produksi berupa pupuk, pestisida atau insektisida dan benih disediakan oleh pemilik. Para penggarap pada umumnya menggarap sawah pada pemilik yang tetap, sehingga jarang terjadi para penggarap berpindah menggarap sawah pemilik lainnya yang tidak biasa digarapnya. Keadaan ini semakin menguatkan hubungan antara pemilik dan penggarap, yaitu terdapat kecenderungan para penggarap tergantung atau terikat kepada pemilik, baik dalam usaha taninya maupun ekonomi rumah tangganya. Demikian pula para pemilik biasanya tidak mengganti penggarapan sawahnya kepada penggarap lainnya, karena telah terbiasa dan terikat kepada penggarap tersebut.

Para petani penggarap yang merupakan buruh tani, tidak memiliki lahan sawah dan bermodalkan tenaga. Para penggarappun menjadi buruh tani apabila ia disewa oleh petani lain untuk membantu mengerjaksn pekerjaan sawah petani tersebut. Pembayaran buruh tani dapat berupa pembayaran langsung setelah pekerjaan selesai atau pembayaran sefelah panen.

Pada saat musim paceklik tiba, para petani umumnya sangat memerlukan biaya untuk rumah tangganya. Sebagian petani mencari pekerjaan di luar pertanian sebagai buruh bangunan, buruh borongan dinas PU dengan pekerjaan membersihkan rumput pada saluran air sekunder, tukang becak dan tukang ojek. Lokasi beberapa pekerjaan bukan pertanian tersebut berada di luar Desa Kalibuaya, namun masih dalam wilayah Kecamatan Telaga Sari.

(13)

7. Kondisi Ekonomi Rumah Tangga

Kondisi ekonomi para petani pada umumnya dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah dan kepemilikan benda-benda yang dianggap memiliki nilai jual cukup tinggi, serta ada tidaknya kepemilikan hutang piutang, baik natura maupun innatura. Petani dalam penelitian ini pada umumnya memiliki kondisi ekonomi kurang (Tabel 6). Kepemilikan benda berharga yang dianggap dapat memiliki nilai jual yang cukup tinggi adalah Radio Transistor, Sepeda China, Tape deck1 Mini compo, Televisi berwarna 14" atau 17", Kulkas , Sepeda Motor dan Traktor.

Tabel 6. Tingkat kondisi ekonomi rumah tangga responden

Selain kepemilikan benda-benda berharga, kondisi rumah petani juga menjadi penilaian. Sebagian petani memiliki tempat tinggal yang permansn dengan kondisi lantai yang telah memakai teraso, luas, dan terdapat bagian yang berkeramik. Sedangkan, sebagian petani lainnya memiliki tempat tinggal dengan lantai semen dengan luas rumah yang sedang.

Kondisi ekonomi rumah tangga responden yang sebagian besar (75%) berkategori Kurang, menunjukkan bahwa sebagian petani belum sepenuhnya merasakan keberhasilan dari usaha taninya sendiri sebagai mata pencahariannya utama. Hal ini menujukkan bahwa usahatani yang selama ini dijalaninya, perlu untuk dikembangkan dan ditingkatkan.

Kondisi ekonomi petani sangat erat kaitannya dengan pendapatan petani dari hasil usaha taninya. Pendapatan bersih rata-rata petani dari usaha tani

Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Kurang Cukup Mampu Jumlah Persentase (%) 75,O 23,l 1,9

100

(14)

padinya dalam setiap musim tanam mencapai Rp 2.351.520,- per Ha atau Rp 4.703.040,- per Ha dalam satu tahun (BPS Karawang, 1999). Dalam per bulannya, petani mendapat keuntungan bersih sebesar Rp 391.920,- per Ha, yang bila dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karawang sebesar Rp 568.210,- , maka keuntungan petani dari usaha taninye jauh lebih rendah dari UMR.

Rendahnya pendapatan petani mengakibatkan rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Nilai tukar hasil produksi padi yang rendah, harga sarana produksi pertanian yang semakin meningkat dan semakin sempitnya pemilikan lahan mengakibatkan para petani dan pemuda desa lebih tertarik untuk berusaha di luar usaha tani, seperti berdagang, bekerja di pabrik,

buruh bangunan dan ojek motor.

8. Keterikatan Sesama Anggota dan Kenggotaan dalam Kelompok

Kegiatan para petani dalam berusaha tani urnumnya selalu rnelibatkan Kelompok Tani. Dalam Kelompok Tani, para petani dapat saling bertukar informasi, pengalaman dan juga diskusi yang menyangkut usaha taninya. Dalam kelornpok tani terdapat sifat-sifat kelornpok, salahsatunya adalah keterikatan sesama anggota dalam kelompok. Keterikatan sesama anggota kelornpok terutama dalam ha1 komunikasi, ditunjukkan dengan arus informasi saat rapat Kelornpok Tani. Selain itu, dapat dilihat melalui rasa saling peduli atau memperhatikan antara sesama anggota kelornpok di dalam usaha tani para petani. Sebanyak 46,3% petani memiliki rasa keterikatan yang rendah (Tabel 7). Hal ini mengkhawatirkan, karena rasa keterikatan dan rasa kebersamaan perlu dimiliki oleh masing-masing anggota dalam meningkatkan kegiatan kelornpok.

(15)

Tabel 7. Tingkat keterikatan antar sesama anggota kelompok tani

I

Tinggi

1

18,s

1

Tingkat Keterikatan Sedang Rendah persentase ' (% )

Belum tingginya rasa keterikatan antar anggota dapat disebabkan oleh ketidak yakinan para petani terhadap rnanfaat dari Kelornpok Tani yang secara langsung belurn dirasakan dalarn pengernbangan usaha taninya. Hal ini lebih banyak dirasakan oleh petani yang kurang mampu ekonominya. Manfaat Kelompok Tani bagi petani dirasakan hanya pada hal-ha1 tertentu, yaitu saat penyaluran kredit bantuan dan penyuluhan, di luar kedua ha1 tersebut, para petani cenderung tidak berinteraksi atau berkornunikasi, khususnya dalarn ha1 usahataninya., Hal lain yang penting selain keterikatan anggota adalah keanggotaan dalarn kelompok, yaitu aktifitas petani dalam kelompok tani pada saat rapat Kelompok Tani dan kegiatan-kegiatan Kelornpok Tani lainnya, seperti kegiatan pemberantasan hama tikus.

Petani yang aktif dalam kelompok tani rnencapai 4 4 3 %. Petani yang aktif, pada saat rapat Kelornpok Tani ditunjukkan dengan seringnya hadir dalarn rapat, aktif dalarn tanya jawab dan mengikuti kegiatan bersama Kelompok Tani, berupa pemberantasan hama tikus dan perbaikan saung kelompok tani. Petani yang aktif lebih sering berkornunikasi dengan petani lainnya unutk saling bertukar inforrnasi dan berdiskusi, sedangkan petani yang pasif cenderung hanya menerirna atau rnenunggu informasi dari petani lainnya. Situasi pada saat rapat Kelompok Tani rnerupakan salahsatu indikator untuk rnelihat dinamika kelornpok tani. Kelornpok Tani yang dinamis dalarn kegiatan kelornpoknya, pada saat rapat

(16)

kelompok tani berlangsung, umumnya lebih hidup dan berkembang, yaitu anggota Kelompok Tani turut berpartisipasi, baik dalam bertanya, menjawab atau memberikan ide atau saran-saran. Kondisi sebaliknya terjadi, kelompok tani yang tidak dinamis, pada saat rapat Kelompok Tani terjadi, pembicaraan umumnya dikuasai oleh beberapa petani tertentu saja.

Petani yang aktif dalam keanggotaan Kelompok Tani cenderung untuk selalu aktif dalam kegiatan kelompok, demikian pula dengan petani yang pasif cenderung selalu pasif, sehingga ha1 ini menyebabkan dalam keputusan- keputusan hasil rapat kelompok dan penetapan bentuk-bentuk kegiatan kelompok cenderung sangat dipengaruhi oleh petani-petani tertentu saja. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi dinamika kelompok, karena dengan pengaruh dari petani tertentu saja, maka ide-ide dan saran-saran dari petani lain kurang diperhatikan, sehingga jawaban atau jalan keluar yang sebenarnya tepat yang dilontarkan petani lain, tidak diperhatikan dan tidak digunakan. Hal ini memerlukan peran penyuluh pertanian dalam meningkatkan dinamika kelompok tani, sehingga dalam rapat Kelompok Tani atau kegiatan lainnya, penyuluh pertanian dapat memberikan kesempatan berpatisipasi bagi petani pasif.

9. Intensitas Mengikuti Penyuluhan dan Jenis Materi Penyuluhan

Penyuluhan pertanian umumnya adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga penyuluhan yang diikuti oleh petani dan penyuluh pertanian. Hal ini berbeda dengan rapat kelompok tani, yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani dan dihadiri oleh anggota Kelompok Tani, namun tidak dihadiri penyuluh pertanian kecuali jika diundang. Dalam penyuluhan pertanian, seperti halnya dalam rapat Kelompok Tani, petani yang aktif dalam penyuluhan pertanian umumnya adalah petani aktif dalam kelompok taninya. Petani yang aktif dalam penyuluhan pertanian mencapai 41,5 % (Tabel 8). Petani aktif umumnya terbiasa

(17)

hadir dalam penyuluhan dan terbiasa berinteraksi, serta berkomunikasi dengan penyuluh pertanian, sehingga pada saat penyuluhan pertanian berlangsung, pertanyaan, jawaban dan ide-ide umumnya berasal dari petani tersebut. Para petani yang aktif tersebut dianggap oleh penyuluh pertanian mewakili seluruh anggota kelompok taninya, sehingga seluruh keputusan dan kebijaksanaan yang diambil saat penyuluhan pertanian dianggap telah mewakili Kelompok Tani.

Tabel 8. lntensitas petani mengikuti penyuluhan dan jenis materi penyuluhan

Materi penyuluhan yang disampaikan dari penyuluh kepada petani umumnya bersumber dari kebijakan pertanian nasional dan kondisi nyata di lapangan. Materi yang bersumber dari kebijakan nasional adalah seperti cara pembagian kredit pertanian, teknik pengolahan tanah dan pengelolaan pasca panen, sedangkan materi penyuluhan yang bersumber dari kondisi di lapangan adalah penggunaan varietas padi dan pemberantasan hama tikus. Petani yang menyatakan materi penyuluhan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan petani adalah sebanyak 81,5%. Petani pada umumnya lebih tertarik pada materi penyuluhan yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi petani dibandingkan materi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pertanian.

Intensitas Mengikuti Penyulu han Jenis Materi Penyuluhan Uraian Aktif Pasif Jumlah

.

persentase

(%I

41,5 58,s 100 Sesuai kebutuhan Tidak sesuai kebutuhan Jumlah 81,5 18,5 100

(18)

10. Perilaku Komunikasi Petani Desa Kalibuaya

Perilaku komunikasi mencakup tiga ha1 yang penting, yaitu : Partisipasi Komunikasi, Pemanfaatan media massa dan Pemahaman isi media, serta Kekosmopolitan petani. Partisipasi komunikasi merupakan keikutsertaan petani di dalam lingkungannya yang bersifat aktif maupun pasif. Bersifat aktif, apabila petani dalam berinteraksi dapat berkomunikasi secara dua arah, yaitu saling memberikan informasi pertanian dan berdiskusi, serta bersifat pasif apabila cenderung untuk berkomunikasi secara satu arah atau lebih banyak menerima informasi saja.

Dalam kehidupan sehari-hari, para petani memiliki aktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu Keluarganya (Suamil Istri, Anaknya, Orang Tuanya), Temanl Sesama Petani, Petugas Penyuluh Pertanian, dan Aparat Desa. Penilaian partisipasi komunikasi didasarkan kepada intensitas dalam berkomunikasi, yaitu berupa selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah dalam berbagai aktifitas komunikasi kesehariannya. Aktifitas komunikasi yang dilakukan, berupa menyampaikan informasi, mencari informasi, memberikan dan menerima saran, berdiskusi mengenai usaha tani dan melakukan pengontr~lan ulang terhadap informasi yang diterimanya kepada sumber pertama informasi.

a) Partisipasi Komunikasi Petani dalam Keluarganya

Lingkungan yang terdekat bagi petani dalam berinteraksi dan ber- komunikasi adalah dengan keluarga. Keluarga petani dapat terdiri dari suami atau istrinya, anaknya atau orang tuanya yang tinggal serumah. Petani pria di Desa Kalibuaya pada umumnya memiliki peran dominan, serta sentral sebagai Kepala Keluarga dan sebagai pemimpin daiam usahatani keluarga.

(19)

Peran-peran dalam proses berusahatani, sebagian besar dikerjakan oleh pria dewasa sebagai kepala keluarga (KK), mulai dari proses awal, seperti pengolahan lahan sawah, hingga proses akhir berupa pemanenan.

Tabel 9. Partisipasi komunikasi petani dalam keluarganya

Sebagian kecil petani (21,3%) terbiasa berkomunikasi secara dua-arah Partisipasi Komunikasi

Petani dalam Keluarga Dua-ara h Sa tu-ara h

Jumlah

dalam membahas usahataninya, sedangkan besar petani cenderung Persentase

(YO) 21,3 78,7 100

berkomunikasi secara satu arah dari kepala keluarga kepada anggota keluarganya. Peran wanita atau istri dalam usaha tani pada umumnya dilakukan pada saat pemupukan dan pada saat menjemur gabah yang dianggap tidak memerlukan tenaga yang besar. Selain peran dalam usaha tani, para wanita sepenuhnya berada di rumah untuk mengurus rumah tangga dan keluarga. Kondisi ini berpengaruh terhadap partisipasi komunikasi antara suami sebasai KK dengan anggota keluarganya (istri dan anak). Komunikasi dengan obyek bidang pertania~ umumnya terjadi satu arah, yaitu dari KK kepada anggata keluarganya berupa informasi-informasi yang menyangkut usahatani. Namun tidak sebaliknya, yaitu anggota keluarga sangat sedikit memberikan umpan balik berupa informasi atau saran kepada Kepala Keluarga yang menyangkut usaha tani. Komunikasi dua-arah yang terjadi dalam keluarga petani, umumnya terjadi pada obyek atau topik pembicaraan di luar usahatani, seperti kondisi ekonomi keluarga dan pendidikan anak-anaknya.

(20)

b) Partisipasi Komunikasi Petani dengan Sesama Petani

Kehidupan sehari-hari petani tidak terlepas dari lingkungannya, terutama dengan sesama petani. Komunikasi antara sesama petani mendominasi aktifitas komunikasi sehari-hari. Hal tersebut dapat terjadi karena secara fisik maupun sosial, para petani memiiiki kedekatan tempat tinggal dengan petani lainnya. lnteraksi dan komunikasi sesama petani sering terjadi di lingkungan tempat tinggalnya dan di lahan sawah saat petani mengerjakan sawahnya.

Pola komunikasi yang terjadi antara sesama petani di Desa Kalibuaya memiliki kecenderungan bersifat dua-arah, namun pola tersebut terjadi pada jaringan komunikasi tertentu, karena para petani masing-masing memiliki kelompok tersendiri dalam berkomunikasi. Setiap kelompok pada umumnya memiliki tokoh sebagai tempat bertanya ataupun berdiskusi. Para petani memiliki kecenderungan lebih besar untuk berdiskusi dengan para tokohnya dibandingkan dengan petani lain ataupun tokoh lain di luar kelompok.

Dalam komunikasi antara sesama petani, sebesar

53,7%

petani (Tabel 10).

terbiasa secara aktif berkomunikasi dengan petani lainnya. Petani menerima informasi pertanian dari petani lain dan menyebar luaskan kepada petani lain, Selain itu, mereka juga menerima saran-saran, berdiskusi dan memberikan saran-saran mengenai usahatani kepada petani lainnya.

Tabel 10. Partisipasi komunikasi petani dengan sesama petani Partisipasi Komunikasi Petani dengan

sesama petani Aktif Pasif Jumlah Persentase (Oh/.) 53,7 46,3 100

(21)

Sebagian besar petani biasanya menerima informasi tanpa melakukan pengontrolan ulang informasi yang belum jelas untuk ditanyakan kembali kepada sumber informasi pertama, sehingga sering terjadi distorsi isi pesan informasi yang rnerugikan para petani. Sebagai contoh, informasi dosis pemberian insektisida yang disampaikan rnelalui beberapa petani. Petani yang akan melakukan pemberantasan hama tidak rnenanyakan terlebih dahulu dosis yang tepat pada PPL sebagai sumber informasi pertama, sehingga menyebabkan hasil panen tidak sesuai dengan harapan petani, bahkan ha1 ini rnengakibatkan kerugian secara ekonomis.

c) Partisipasi Komunikasi Petani dengan Penyuluh Pertanian Lapangan Keberadaan PPL bagi petani di Desa Kalibuaya sangat berarti, yaitu 88,7% sebagai sumber utarna informasi pertanian (Tabel II), sedangkan sumber lainnya adalah ; media massa dan aparat desa. Namun demikian, partisipasi kornunikasi petani dengan PPL belum dapat berkernbang. Secara kuantitas, sebesar 41,7% petani yang aktif berkomunikasi dengan PPL adalah petani yang terbiasa rnenerima langsung inforrnasi pertanian dari PPL dan men- diskusikannya, rnereka urnumnya adalah tokoh-tokoh petani di kelompoknya.

Tabel 11. Partisipasi komunikasi petani dengan PPL Persentase (%) 88,7 11,3 100 41,7 58,3 100 Sumber Utama informasi

Partisipasi komunikasi petani dengan PPL Uraian PPL Lainnya Jumlah Aktif Pasif Jumlah

(22)

Pada saat

ini

PPL yang bertugas Desa Kalibuaya hanya satu orang dan

menangani 15 kelompok tani atau

+

450 keluarga dengan luas wilayah

+

4.96 ~ m ~ . Kondisi

ini

mengurangi mobilitas dan efisiensi kerja PPL tersebut.

Kesulitan lain yang dihadapi oleh para PPL adalah sistem pembagian kerja yang bersifat "Monovalenn, satu orang PPL menangani satu bidang pertanian, yang sebelumnya bersifat "Polivalenn, yaitu satu orang PPL bertugas untuk seluruh bidang pertanian dalam satu desa. Kondisi ini mengurangi efektifitas hasil penyuluhan. Sebagai contoh adalah, desa dengan potensi tanaman pangan memperoleh PPL peternakan atau perikanan, sehingga keberadaan PPL di desa tersebut kurang efisien.

Selain itu, status PPL berada pada masa transisi, yang sebelumnya secara operasional di lapangan bernaung pada lembaga Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) , pada saat ini PPL bernaung pada Dinas terkait masing-masing. Kondisi ini dirasakan belum sepenuhnya mendukung efisiensi kerja PPL, karena status dan pola kerja yang ada belum jelas. Selain belum proporsionalnya perbandingan antara jumlah PPL dan jumlah petani, kondisi lain yang belum mendukung kinerja PPL adalah sebagian besar PPL (78%) telah berumur lebih dari 40 tahun. Hal ini mempengaruhi mobilitas PPL pada saat bertugas di lapangan, karena semakin lama kemampuannya semakin menurun, terutama kemampuan fisik.

d) Partisipasi Komunikasi Petani dengan Aparat Desa

Lembaga Desa Kalibuaya sebagai lembaga yang memiliki peran penting bagi masyarakat pedesaan, dirasakan belum sepenuhnya mendukung akses komunikasi bagi petani. Hal ini dilihat dari kurangnya informasi pertanian yang yang diperoleh petani, bersumber dari kantor desa (Tabel 11). Kondisi tersebut mempengaruhi komunikasi yang terjadi antara para petani dengan aparat desa.

(23)

Namun demikian, tidak berarti lembaga desa tidak berpartisipasi dalam aktiias para petani, terdapat beberapa kegiatan, seperti identifikasi petani untuk penyaluran kredit pertanian usaha tani dilakukan oleh lembaga desa bersama dengan PPL. Kegiatan lainnya adalah pemberantasan hama tikus, biasanya dilakukan di bawah koordinasi kantor desa dan PPL.

e) Partisipasi Komunikasi Petani di Sekolah Lapang dan Kursus Pertanian Petani di Desa Kalibuaya sebagian besar pernah mengikuti Sekolah Lapang (SL) yang merupakan program kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). SL tersebut meliputi beberapa materi, seperti teknik penanaman, pemupukan, pengolahan tanah dan pengendalianlpemberantasan hama dan penyakit tanaman. Khusus mengenai SL dengan materi pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman, terdapat program khusus dari BPP, yaitu

:

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Dalam

SLPHT, petani bersama-sama dengan petugas khusus hama (PHP) mempelajari mengenai serangan hama dan penyakit tanaman, terutama pada tanaman padi. Dalam SLPHT, petani belajar untuk leblh teliti dalam me-ngamati hama dan penyakit tanaman (padi). Hal ini merupakan ha1 yang dianggap baru dan menarik bagi petani, karena para petani dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemberantasan hama dan penyakit, yaitu saat serangan hama dan penyakii telah melampui batas ambang serangan. Sebelumnya, para petani terbiasa melakukan pemberantasan hama dan penyakii tanaman padi pada saat yang tidak tepat, yaitu saat serangan hama belum mencapai batas ambang serangan atau pada saat serangan hama mencapai stadium lanjut. Hal ini mengakibatkan timbulnya kekebalan (immunitas) pada hama, sehingga pemberantasan hama dan penyakit menjadi tidak efektif

.

(24)

Pelaksanaan SLPHT di Desa Kalibuaya dimulai pada tahun 1995-2000 dan dilakukan setiap minggu. SLPHT dilakukan secara bergilir pada lahan petani yang berbeda, sehingga setiap anggota kelompok tani memiliki kesempatan untuk mempelajari PHT tersebut secara mandiri maupun secara berkelompok. Sebanyak 88,5% petani merasakan manfaat SLPHT karena kegiatan ini secara langsung dapat mengurangi risiko kegagalan panen padi petani. Praktek langsung secara visual dan dipraktekkan sendiri, dirasakan oleh petani merupakan ha1 yang mudah diingat dan dipelajari, sehingga petani selanjutnya telah terbiasa menangani hama dan penyakit tanaman secara mandiri maupun secara bersama-sama.

11. Pemanfaatan Media Massa dan Pemahaman Isi Pesan

Sebagian besar petani di Desa Kalibuaya (83,3%) telah memiliki televisi sebagai salahsatu media massa elektronik. Selain itu, beberapa petani lainnya memiliki radio transistor. Media massa cetak berupa surat kabar, majalah dan brosur atau leaflet sangat jarang ditemui, termasuk media cetak khusus bidang pertanian. Petani yang memiliki akses tinggi terhadap media cetak umum (bukan khusus pertanian) tercatat sebanyak 10,2% petani (Tabel 12), sedangkan petani lainnya memiliki akses rendah. Petani yang mudah mengakses media cetak adalah mereka yang hampir setiap hari membeli surat kabar dan sering memperoleh brosur atau leaflet dari PPL.

Beberapa ha1 yang mempengaruhi sulitnya para petani dalam mengakses media cetak adalah ; keterbatasan biaya untuk membeli dan terbatasnya jumlah media cetak yang beredar. Selain itu, para petani juga merasa tidak banyak memperoleh manfaat dari media cetak tersebut, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk memilikinya.

(25)

Tabel 12. Pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media massa oleh petani

Media Cetak

Siaran dari media massa elektronik berupa radio, pada saat ini kurang dimanfaatkan. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya petani yang memiliki radio (32,4%), dan dari petani yang rnemiliki radio, 45% petani yang secara rutin tiap hari mendengarkan radio, sehingga hanya 14,5% petani di Desa Kalibuaya yang sering rnendengarkan siaran radio.

Petani yang merniliki televisi, kurang rnerasakan manfaat dari siaran televisi dalam mendukung usaha taninya. Sebanyak 13,9% petani merasakan manfaat siaran televisi, sedangkan petani lainnya merasakan kurangnya manfaat dari siaran televisi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi-informasi pertanian yang disiarkan oleh media massa elektronik tersebut. Walaupun demikian, terdapat suatu topik utama yang sering menjadi perhatian para petani, yaitu Harga Dasar Gabah yang diumurnkan pemerintah melalui televisi maupun radio.

(26)

Namun ha1 itupun pada akhirnya kurang bermanfaat bagi para petani karena harga dasar gabah di lapangan ditentukan oleh mekanisme pasar setempat.

Pemahaman para petani terhadap isi pesan media massa, baik media cetak ataupun media elektronik umumnya cukup baik. Sebesar 74% petani mengerti akan pesan yang disampaikan oleh media massa. Namun karena terbatasnya kesempatan untuk memperoleh informasi dan sedikitnya informasi dari media massa, maka manfaat yang dirasakan masih terbatas dalam pengembangan usaha tani para petani.

12. Kekosmopolitan

Petani di Desa Kalibuaya jarang bepergian keluar Desa atau Kecamatan, sebanyak 25,9% petani sering bepergian ke lbukota Kabupaten atau daerah Jabotabek. Bagi petani yang sering bepergian, jarang memanfaatkan-nya untuk mencari informasi tentang pertanian, serta tujuan petani dalam bepergiannya umumnya bukan khusus untuk mencari informasi.

Tabel 13. Kekosmopolitam petani

Petani lainnya, jarang bepergian ke luar kecamatannya karena terbatas- nya biaya, sehingga mempengaruhi penguasaan pengetahuan dan informasi tentang perkembangan pertanian. Sulitnya petani mengakses media massa dan rendahnya tingkat kekosmopolitan telah menyebabkan tertutupnya akses petani dalam memperoleh informasi-informasi.

lntensitas bepergian ke luar daerah Sering Kadang-kadang Jarang Jumlah Persentase ( % ) 25,9 27,8 46,3 100

(27)

13. Hubungan antara Faktor lndividu Petani dengan Perilaku Komunikasi Petani

Faktor-faktor individu petani yang diuji secara statistika mencakup Status kepemilikan dan luas lahan, Tingkat pendidikan, Tingkat kondisi ekonomi, Motivasi bertani, Lama pengalaman bertani, Pengalaman mengikuti program pertanian, Partisipasi di dalam masyarakat dan Tingkat harapan dalam usaha tani. Faktor Perilaku komunikasi mencakup Tingkat partisipasi komunikasi petani dengan keluarganya, Tingkat partisipasi komunikasi petani denian sesama petani, Tingkat partisipasi komunikasi petani dengan penyuluh pertanian lapangan, Tingkat partisipasi komunikasi petani dengan aparat desa, tingkat partisipasi komunikasi petani di dalam kursus pertanian, Tingkat pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media massa, Tingkat pemahaman petani di dalam sekolah lapang dan Tingkat kekosmopolitan petani.

Uji statistik yang dilakukan adalah Uji Korelasi Bivariate Rank-Spearman (r,). Melalui uji tersebut diketahui hubungan antara dua peubah yang ada',yaitu, tingkat karakteristik individu petani terhadap tingkat partisipasi komunikasi petani. Hasil uji Rank-Spearman menunjukkan bahwa hanya dua faktor individu petani, yaitu Tingkat kondisi ekonomi petani dan Tingkat minat bertani yang memiliki korelasi terhadap seluruh partisipasi komunikasi petani, kecuali terhadap pemanfaatan dan pemahaman isi media massa (Tabel 14)

.

Hal ini berarti, bahwa semakin tinggi Tingkat Kondisi Ekonomi petani atau Tingkat Minat bertani dalam berusahatani maka semakin tinggi Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan keluarganya, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan sesama pe_tani, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan penyuluh pertanian lapangan, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan aparat desa,

(28)

Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dalam kursus pertanian, Tingkat Pemahaman Petani Dalam Sekolah Lapang dan Tingkat Kekosmopolitan Petani. Sementara itu, Tingkat Kondisi Ekonomi atau Tingkat Minat bertani tidak berkorelasi dengan Tingkat Pemanfaatan dan Pemahaman Isi Media.

Tabel 14. Hasil uji statistika Rank-Spearman antara faktor individu petani dengan perilaku komunikasi petani

Keterangan : L . Motiva Pendd PengLBertani Pengl.Prog K0nd.E kono 0rg.Form Harap Org. Form Harap ParPPL ParKel ParPet ParDes ParKss ManMed Pahlsi PahSL Kosmo

: Korelasi nyata pada derajat 0.01 (dwiiarah)

: Faktor motivasi petani dalam mengembankan usaha tani : Faktor pendidikan petani

: Faktor pengalaman bertani

: Faktor pengalaman petani mengikuti program pertanian

: Faktor kondisi ekonomi petani

: Faktor keikutsertaan petani dalam lembaga formal : Faktor harapan petani

-0,03

0.10

: Partisipasi komunikasi petani dengan PPL

: Partisipasi komunikasi petani dengan keluarganya : Partisipasi komunikasi petani dengan sesama petani

: Partisipasi komunikasi petani dengan aparat Desal Kecamatan

: Partisipasi komunikasi petani dalam kursus pertanian

: Pemanfaatan media massa oleh petani

: Pemahaman petani terhadap isi media massa

: Pemanfaatan sekolah lapang oleh petani : Kekosmopolitan petani -0,02 0,13 -0,42 0,08 -0.01 0,15 -0,04 0,08 0,09 -0,04 0,09 -0,15 -0,05 0,08 -0,04 0,09

(29)

Hasil uji statistika ini menunjukkan, bahwa kondisi ekonomi dan minat petani sangat penting dan menentukan dalam perilaku komunikasi petani. Kondisi ekonomi yang tinggi memberikan kesempatan yang luas kepada petani untuk melakukan interaksi di lingkungan. Sebagai contoh petani yang memiliki tingkat kondisi ekonomi kurang, pada suatu kesempatan harus mencari informasi mengenai harga jual gabah, pestisida dan menemui PPL, namun karena harus meiigerjakan sawah orang lain untuk memperoleh uang, maka keinginan mencari informasi tersebut ditinggalkan. Hal seperti ini telah diamati oleh Shingi and Mody (1976), yang menyatakan bahwa revolusi hijau ternyata lebih menguntungkan para petani kaya, karena memiliki kesempatan sangat luas untuk mengakses sumber-sumber produksi. Dampak yang muncul adalah semakin lebarnya perbedaan sosial ekonomi antara petani kaya dengan petani biasa. Petani kaya memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, memiliki modal kuat serta hubungan komunikasi yang lebih baik.

Faktor lain yang berkorelasi dengan perilaku komunikasi adalah minat petani dalam berusaha tani. Faktor minat merupakan faktor dalam diri petani untuk berperilaku termasuk berkomunikasi dengan li'ngkungannya. Minat yang tinggi dalam mengembangkan usahatani menyebabkan semakin kuatnya minat petani untuk mencari informasi dan berpartisipasi dengan lingkungannya.

Hal ini sesuai dengan Wortman dan Loftus (1992) yang menyatakan bahwa, motivasi seseorang akan mempengaruhi perilaku dan keputusan yang penting dalam situasi tertentu. Petani yang memiliki minat yang kurang atau rendah dalam mengembangkan usaha taninya, memiliki partisipasi yang kurang dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa, tidak terdapat korelasi antara faktor individu dengan pemanfaatan dan pemahaman isi media. Hal ini disebabkan oleh rendahnya akses petani terhadap informasi media massa,

(30)

terutama media cetak berupa surat kabar, majalah atau brosur-brosur pertanian. Beberapa kondisi yang kurang mendukung akses petani terhadap media massa adalah keterbatasan jumlah media cetak yang beredar dan kemampuan petani untuk membelinya. Jumlah surat kabar, majalah ataupun brosur, khusus bidang pertanian sangat terbatas.

Selain media cetak, informasi pertanian yang diterima petani dari media elektr~nikpun sangat terbatas. Stasiun Televisi, baik milik pemerintah maupun swasta, sangat sedikit yang memiliki program khusus tentang pertanian. Radio, t e ~ t a m a stasiun radio RRI yang sempat menjadi andalan dan diminati para petani pada tahun 70-80'an, pada saat ini semakin menurun popularitasnya, karena petani yang memiliki dan memanfaatkan siaran radio telah digantikan keberadaan dan fungsinya dengan pesawat televisi.

Berbagai uraian tentang media massa menunjukkan bahwa, eksistensi dan peran media massa bagi petani sangat terbatas. Dalam usaha untuk meningkatkan peran dan fungsi media massa dalam pembangunan pertanian, memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar, sehingga pendekatan komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal kepada petani merupakan alternatif yang lebih efektif.

14. Hubungan antara Faktor Kelompok Tani dengan Perilaku Komunikasi Petani

Faktor Kelompok Tani yang diuji adalah Kenggotaan dalam kelompok dan Keterikatan antar sesama anggota kelompok. Hasil uji statistika Rank- Spearman menunjukkan bahwa, tingkat keanggotaan dalam kelompok tani dan keterikatan antar anggota memiliki korelasi dengan seluruh perilaku komunikasi kecuali dengan pemanfaatan dan pemahaman isi media massa (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keanggotaan dalam kelompok dan keterikatan antar anggota dalam kelompok tani , maka semakin tinggi

(31)

Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan Keluarganya, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan Sesama Petani, Partisipasi Komunikasi Petani dengan Penyuluh Pertanian Lapangan, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani dengan Aparat Desa, Tingkat Partisipasi Komunikasi Petani di daiam Kursus Pertanian, Tingkat Pemanfaatan Petani di dalam Sekolah Lapang dan Tingkat Kekosmopolitan Petani.

Tabel 15. Hasil uji statistika Rank-Spearman antara faktor kelompok tani dengan perilaku komunikasi petani

Perilaku Komunikasi

I

%K::ok

I

Par

I

Par

I

Par

I

Par

I

Par

I

Man

I

Pah

I

Pah

I

Kos

I

Tani

Keanggota

Keterangan : ** : Korelasi nyata pada derajat 0,01 (dwi-arah)

lkatkel

Keanggota : Faktor keanggotaan dalam kelompok tani

lkatkel : Faktor keterikatan antara anggota kelompok tani

PPL 0,78"

Petani yang aktif dalam keanggotaanya di Kelompok Tani, sering bertemu dan berkomunikasi dengan anggota lainnya, baik saat rapat kelompok tani maupun dalam kegiatan lainnya, seperti pemberantasan hama tikus secara berkelompok, sehingga memiliki partisipasi komunikasi yailg tinggi di lingkungannya. Petani yang aktif cenderung untuk selalu mencari informasi pertanian di lingkungannya. Tidak adanya korelasi faktor keanggotaan dalam kelompok dan keterikatan antar anggota dengan pemanfaatan dan pemahaman isi media massa, akibat terbatasnya media cetak yang beredar dan kurangnya program pertanian di media elektronik, sehingga akses informasi bagi petani dari media massa masih rendah.

0,82" Kel 0,81" 0,78" Pet 0,79" 0,85" Des 0.74" 0,78" Kss 0,80" 0,85" Med 0,02 0,Ol Isi -0,Ol -0,Ol SL 0,81" mo 0,79" 0,85" 0,84"

(32)

15. Hubungan antara Faktor Status Kepemilikan dan Luas Lahan Garapan dengan Perilaku Komunikasi Petani

Faktor status kepemilikan dan luas garapan sawah, dibagi menjadi 3 golongan. yaitu Petani Pemilik Penggarap dengan Luas Lahan > 0.5 Ha, Petani Pemilik Penggarap dengan Luas Lahan

5

0,5 Ha dan Petani Penggarap. Uji statistika yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua faktor tersebut adalah Uji Khi-kuadrat (Lampiran 4).

Nilai uji statistika menunjukkan X 2 ~t,,,

=

8,08,

sehingga nilai p c a dengan nilai

X 2 b ~

=

15.5 pada a dan db

=

8. Hasil uji statistika khi-kuadrat menunjukkan

bahwa ketiga penggolongan status kepemilikan dan luas lahan garapan sawah berkorelasi nyata dengan perilaku komunikasi petani. Petani yang memiliki lahan sawah luas adalah petani tergolong mampu, sehingga memiliki kemampuan untuk mengakses sumber-sumber informasi di lingkungannya dengan biaya yang dimilikinya. Sementara itu, petani penggarap dan tidak memiliki lahan sawah adalah petani tergolong tidak mampu atau kurang, sehingga kemampuan untuk mengakses informasi di lingkungannya sangat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa, status dan luas kepemilikan lahan sawah merupakan faktor penting dalam partisipasi komunikasi petani di lingkungannya.

16. Hubungan antara Faktor Lembaga Penyuluhan Pertanian dengan Perilaku Komunikasi

Faktor lembaga penyuluhan pertanian terdiri dari lntensitas petani yang mengikuti penyuluhan dan Jenis materi yang diterima petani. Hasil uji statistika Rank-Spearman menunjukkan bahwa, lntensitas petani mengikuti penyuluhan memiliki korelasi dengan seluruh perilaku komunikasi, kecuali dengan pemanfaatan dan pemahaman isi media massa (Tabel 16). Petani yang sering mengikuti penyuluhan pertanian, selalu berusaha untuk mencari informasi

(33)

pertanian yang lebih lengkap dan jelas di lingkungannya, baik yang benumber dari sesama petani maupun

PPL,

sehingga memiliki partisipasi komunikasi yang tinggi di lingkungannya. Petani yang jarang mengikuti penyuluhan pertanian. tidak mencari informasi informasi lebih lengkap dan cenderung menunggu informasi dari sesama petani atau PPL.

Tabel 16. Hasil uji statistika Rank-Spearman antara faktor lembaga penyuluhan dengan perilaku komunikasi petani

1 I I I I

Keterangan : ** : Korelasi nyata pada derajat 0.01 (dwi-arah) lntensitas : Faktor lntensitas petani mengikuti penyuluhan Faktor

Lembaga Penyuluhan

Hubungan antara Jenis materi yang diterima petani dalam penyuluhan dengan perilaku komuniknsi, dimuat pada Lampiran 5. Hasil uji statistika menunjukkan

x2

hitung

=

1,38, sehingga nilai p < a dengan nilai X2hM

=

9,49 pada

Perilaku Komunikasi

a 0.m dan db

=

4. Hasil ini berarti bahwa, jenis materi yang diterima petani

berkorelasi dengan perilaku komunikasi petani. Materi penyuluhan aktual dan sesuai dengan keadaan lingkungan petani mendorong petani untuk mencari informasi lebih lanjut yang lebih lengkap, sehingga petani dapat berpartisipasi di lingkungannya. Par PPL I I I I I I I I Par Kel Par Pet Par Des Par Kss Man Med Pah Isi Pah SL Kos mo

(34)

17. Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian

Petani di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari mengalami beberapa kendala dalam mengembangkan usahataninya. Hal ini disebabkan akses informasi pertanian melalui media massa dan kelompok tani masih sangat terbatas, sehingga petani mengalami kesulitan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berusahataninya. Dalam ha1 ini, peran penyuluh pertanian sebagai sumber utama informasi pertanian bagi petani menjadi sangat strategis dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi petani. Pendekatan melalui komunikasi kelompok yang partisipatif dan melibatkan seluruh anggota kelompok tani merupakan alternatif dalam menangani kendala tersebut.

Pendekatan melalui komunikasi kelompok dilakukan dalam bentuk forum diskusi yang dapat menampung aspirasi dari anggota kelompok tani, sehingga seluruh anggota yang hadir dapat menyampaikan pendapatnya. Forum ini diharapkan dapat memberi motivasi untuk diikuti anggota kelompok tani yang kurang aktif. Forum yang tepat, dapat berupa pola Participato~y Rural Appraisal (PRA). Forum tersebut diharapkan juga dapat meningkatkan efisiensi kerja PPL, yaitu penyuluh dapat bertemu dengan seluruh anggota Kelompok Tani dan berkomunikasi secarz dua-arah, yang selama ini tidak seluruh anggota Kelompok Tani dapat bertemu dan berkomtlnikasi dengan penyuluh. Peran penyuluh pertanian dalam forum ini sangat penting, yaitu sebagai fasilitator bagi seluruh anggota kelompok. Dalam forum tersebut, petani merencanakan dan melaksanakan program kerja kelompok serta mengevaluasi hasil kerjanya secara bersama-sama, sehingga secara mandiri menentukan bentuk-bentuk kegiatan dalam usahatani yang akan dilaksanakan. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja kelompok tani dan turut meningkatkan keterikatan

(35)

antar anggota dan kekompakan dalam kelompok. Bentuk forum yang tepat bagi kelompok tani di Desa Kalibuaya dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan lingkungannya.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik tingkat pendidikan dan umur responden
Tabel  2.  Lama pengalaman responden dalam bertani  dan mengikuti  program pertanian
Tabel 3. Tanggapan responden terhadap kondisi  pertanian dan ekonomi rumah tangga
Tabel 4.  Minat responden dalam berusahatani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji dan syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2013 didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supply vessel yang mempunyai biaya operasional yang minimum adalah platform supply vessel dengan kapasitas dan pola operasi untuk dua

Kemiskinan merupakan masalah nasional yang belum dapat diselesaikan secara nyata. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pengangguran, kesenjangan sosial yang semakin

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik regresi linear berganda.Hasil dari pengujian secara simultan yang telah dilakukan

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap.. pernyataan bahwa nasabah BRI syariah tidak akan terpengaruh oleh produk Perbankan lain

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan membandingkan daftar aset tetap yang dibuat oleh saudari ester dengan fisik aset tetap tersebut, terutama untuk

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang baik secara langsung atau pun tidak langsung telah membantu proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dari awal