STRATEGI PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
Diterbitkan Oleh:
Diterbitkan Oleh:
Univet Bantara Press
Univet Bantara Press
2011
2011
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Tugas utama guru adalah memberikan kemudahan bagi peserta didik agar Tugas utama guru adalah memberikan kemudahan bagi peserta didik agar melakukan kegiatan pembelajaran. Agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran. Agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik
baik dan dan tepat, tepat, seorang seorang guru guru harus harus memahami memahami dan dan menyelami menyelami hakikat hakikat belajar belajar dandan hakikat mengajar, serta hakikat strategi pembelajaran. Pemahaman secara mendalam hakikat mengajar, serta hakikat strategi pembelajaran. Pemahaman secara mendalam tersebut diperlukan agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang tersebut diperlukan agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang dipimpin
dipimpin guru tidak guru tidak salah jalan, tidak salah asalah jalan, tidak salah arah dan tepat sasaran. Hal rah dan tepat sasaran. Hal ini pentingini penting karena peran guru sebagai pengelola peserta didik di mana dia sebagai manusia yang karena peran guru sebagai pengelola peserta didik di mana dia sebagai manusia yang memiliki potensi, keinginan, kemauan, kemampuan yang berbeda dari yang lain. memiliki potensi, keinginan, kemauan, kemampuan yang berbeda dari yang lain. Dalam konteks pembelajaran berdasar KBK, strategi dapat dikatakan sebagai pola Dalam konteks pembelajaran berdasar KBK, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Guna memenuhi tugas guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta Guna memenuhi tugas guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik tersebut, maka disusunlah buku ini. Buku yang diberi judul
didik tersebut, maka disusunlah buku ini. Buku yang diberi judul StrategiStrategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia ini ini berisikan sejumlberisikan sejumlah mah materi ateri yakni yakni pengertianpengertian strategi pembelajaran, pendekatan dan metodologi pembelajaran, pemilihan strategi strategi pembelajaran, pendekatan dan metodologi pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran,
pembelajaran, dan dan model model pembelajaran. pembelajaran. Harapan Harapan Penulis Penulis buku buku ini ini mampumampu memberikan pencerahan pembelajaran bagi guru dan murid dalam proses memberikan pencerahan pembelajaran bagi guru dan murid dalam proses pembelajaran.
pembelajaran.
Akhirnya segala kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan Akhirnya segala kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan buku ini pada edisi mend
penyusunan buku ini pada edisi mendatang.atang.
Sukoharjo,
Sukoharjo, Juni Juni 20112011
Penulis Penulis
iii iii
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Oleh: Dra. Sri Muryati
Oleh: Dra. Sri Muryati Dewi
Dewi KusumaningsKusumaningsih,S.S.,M.Hum.ih,S.S.,M.Hum.
Setting
Setting : : AbimanyuAbimanyu Desain
Desain Cover Cover : : BeteBete
Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
bentuk apapun, apapun, baik baik secara secara elektronis, elektronis, maupun maupun mekanis, mekanis, termasuk termasuk memfotocopy,memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari Penulis.
merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari Penulis.
Penerbit Univet Bantara Press Sukoharjo Penerbit Univet Bantara Press Sukoharjo Jl. Letjen
Jl. Letjen Sujono Humardani No Sujono Humardani No 1 Sukoharjo 1 Sukoharjo Telp (0271)593156 Fax.(0271)591065Telp (0271)593156 Fax.(0271)591065
Percetakan TUGU Percetakan TUGU
Jl. Tentara Pelajar No 5B Jebres 57126 Telp (0271)669461 Jl. Tentara Pelajar No 5B Jebres 57126 Telp (0271)669461
Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan (KDT) ISBN : 979-498-038-3
ISBN : 979-498-038-3
iv iv
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN A. Pendahuluan 1 B. Pengertian Strategi 1 C. Pengertian Belajar 3 D. Pengertian Mengajar 6 E. Strategi Belajar 8
F. Pemilihan Strategi Pembelajaran 12
G. Jenis Strategi Pembelajaran 13
BAB II. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan 18
B. Pendekatan Pembelajaran 19
C. Metode Pembelajaran 34
D. Teknik Pembelajaran 46
BAB III. PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan 57
B. Faktor-faktor yang Perlu Dipetimbangkan dalam Pemililihan Strategi
Pembelajaran 57
C. Gaya Mengajar, Gaya Belajar, dan Kecakapan Mengajar 65 D. Hubungan antara Model Mengajar, Metode Mengajar, Gaya Mengajar,
dan Kecakapan Mengajar 70
BAB IV. MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajaran 73
B. Ciri-ciri Model Pembelajaran 73
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran 74
D. Model Pembelajarann Kontekstual 75
E. Model Pembelajaran Kooperatif 80
F. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 93
G. Model Pembelajaran Tematik 96
H. Model Pembelajaran Berbasis Komputer 106
I. Model PAKEM 108
J. Model Pembelajaran Berbasis Web 110
K. Model Pembelajaran Mandiri 111
L. Model Lesson Study 112
DAFTAR PUSTAKA 115
BAB I
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN H. Pendahuluan
Tugas utama guru adalah memberikan kemudahan bagi peserta didik agar melakukan kegiatan pembelajaran. Agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat, seorang guru harus memahami dan menyelami hakikat belajar dan hakikat mengajar, serta hakikat strategi pembelajaran. Pemahaman secara mendalam tersebut diperlukan agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang dipimpin guru tidak salah jalan, tidak salah arah dan tepat sasaran. Hal ini penting karena peran guru sebagai pengelola peserta didik di mana dia sebagai manusia yang memiliki potensi, keinginan, kemauan, kemampuan yang berbeda dari yang lain.
Guru sebagai profesi mempunyai berbagai peran yang harus dilaksanakan sesuai dengan tugasnya di antaranya adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, petugas administrasi, penilai, pemberi motivasi, dan pemberi kemudahan. Peran-peran tersebut harus dapat dilaksanakan secara serentak dan seimbang agar mendapatkan hasil yang diharapkan berupa tercapainya tujuan pendidikan, dikuasainya kompetensi yang sudah ditetapkan. Luas dan kompleksnya pelaksanaan pembelajaran menuntut guru dapat menguasai berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang berkaitan eret dengan peran-peran
tersebut.
I. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Panglima perang inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Sherly mengemukakan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Gagne, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Di sisi lain Salusu mengatakan bahwa strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
Dalam konteks pembelajaran berdasar KBK, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk
umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Berikut merupakan urutan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dapat disajikan dalam bentuk kerucut (Iskandarwassid, 2005: 32)
PENDEKATAN MODEL STRATEGI METODE TEKNIK TAKTIK
Sementara itu, menurut Sanjaya (dalam Komalasari, 2010: 54-58) strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Adapun metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yng sifatnya individual.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Di samping istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelaaran, sedangkan desain pembelajaran lebih merujuk kepada cara-cara merencanakan suatu system lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan stategi pembelajaran tertentu.
Menurut Kozma (dalam Gafur, 1984: 95) strategi instruksional dapat diartikan setiap kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Sedangkan menurut Dick dan Carey (Gafur, 1984: 95) pengertian strategi instruksional tidak hanya mencakup kegiatan saja tetapi juga menyangkut materi dan paket pembelajaran.
Komponen strategi instruksional meliputi (1) kegiatan instruksional pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi siswa, (4) tes, dan (5)
kegiatan lanjutan. Pada kegiatan instruksional pendahuluan dimaksudkan untuk menarik minat dan meningkatkan motivasi siswa terhadap materi yang dipelajari. Adapun teknik yang dapat digunakan misalnya menunjukkan kepada mereka pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka peroleh setelah belajar.Setelah itu tunjukkan juga manfaat setelah menguasai materi tersebut.Dapat juga dilakukan dengan menunjukkan eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan materi yang akan dipelajari.
Langkah berikutnya adalah penyampaian informasi. Pada langkah ini guru menyampaikan informasi dengan memperhatikan urutan, kuantitas, dan kategorinya. Dan langkah selanjutnya adalah partisipasi siswa yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan kelompok, maupun mandiri. Setelah itu dilakukan tes dan terakhir diadakan kegiatan lanjutan yang dapat berujud perbaikan dan pengayaan.
Dalam perkembangannya, konsep strategi digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam bidang belajar mengajar, sekurang-kurangnya meliputi pengertian sebagai berikut:
1. Strategi merupakan keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
2. Strategi merupakan kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam bidang pembelajaran. 3. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelolan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
4. Strategi dalam pembelajaran merupakan suatu rencana tentang aktivitas yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi merupakan pola umum kegiatan guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam dan urutan perbuatan yang ditampilkan guru-peserta didik dalam berbagai peristiwa belajar.
Dengan demikian strategi belajar pembelajaran pada dasarnya menyangkut 4 hal utama yaitu penetapan tujuan, pemilihan sistem pendekatan pembelajaran, pemilihan dan penetapan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, dan penetapan kriteria keberhasilan pembelajaran dari evaluasi yang dilaksanakan.
J. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan manusia yang dilakukan sejak lahir sampai meninggal dunia. Perbuatan atau aktivitas belajar menghasilkan
perubahan, yakni perubahan dalam diri seseorang maupun tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat aktif dan positif. Bersifat aktif, karena aktivitas tersebut dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Sedangkan pengertian bersifat positif, karena aktivitas belajar tersebut memperoleh hasil berupa
dimilikinya kompetensi tertentu.
Proses belajar dapat dipandang secara horizontal dan srecara vertikal. Secara horizontal, belajar berarti memperoleh kemampuan baru, menguasai ilmu pengetahuan, memperoleh sikap-sikap untuk menghadapi situasi baru, dan menentukan minat baru untuk menemukan teknik pemecahan masalah yang baru. Sedangkan belajar dipandang secara vertikal, karena dengan belajar seseorang dapat mengembangkan keterampilan khusus, mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki, dan melakukan intensifikasi minat, sikap, dan kemampuan teknis.
Hakikat belajar ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi peserta didik dengan lingkungan melalui pengalaman dan latihan. Tingkah laku belajar dapat diidentifikasikan ciri-cirinya, yaitu:
1. Perubahan itu bersifat konsisten, kontinyu, dan fungsional 2. Aktivitas tersebut dilakukan dengan sadar.
3. Perubahan itu bersifat aktif dan positif
4. Perubahan bukan merupakan proses kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan
5. Perubahan tersebut terarah dan bertujuan.
Proses belajar digambarkan oleh beberapa ahli di antaranya Piaget, Vigotsky, dan Bruner. Bagi Piaget, anak adalah individu yang aktif membentuk dan menyusun pengetahuan sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya seperti ketika mereka mengeksplorasi lingkungan. Selanjutnya tumbuh secara kognitif dalam pemikiran-pemikiran yang logis. Dalam hal ini Piaget menekankan pada penciptaan lingkungan belajar.
Bagi Vigotsky, anak mengontruksi pengetahuan mereka melalui in teraksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa yang dapat menjembatani arti dengan bahasa atau s ymbol sehingga dalam diri anak tumbuh pemikiran-pemikiran verbal. Dalam hal ini Vigotsky memandang penting interaksi guru siswa di mana guru dapat menjembatani arti simbol yang digunakan.
Bruner menyatakan bahwa aktivitas anak dengan orang dewasa akan mendorong anak mengontruksi pengetahuan mereka dalam bentuk tampilan spiral. Hal ini dapat diamati pada anak dalam belajar berbahasa mulai dari pre-speech sampai terlibat dalam penggunaan bahasa yang kompleks. Bruner lebih
menekankan pada gambaran proses pikiran anak dalam mengontruksi pengetahuan mereka.
Selanjutnya guru konstruktivis akan menyediakan lingkungan atau bahan belajar yang memungkinkan anak mengeksplorasi lingkungan. Guru juga akan menciptakan sistem interaksi pengajaran di mana anak berinteraksi dengan banyak orang dengan arahan guru. Eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi dalam diri anak merefleksikan pengalaman belajar anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus menerus.
Secara lebih beragam bagaimana anak belajar terkandung dalam sejumlah kata berikut: Constructing Participation Experiences Hands-on Active learning Linking Making conections Interacting Social Sharing Cooperation Collaboration Discussions Talk Scaffolding Mediated modeling Peer teaching Contingent teaching Adult support Assistance Apprenticeship Contextualizing
Search for meaning Relevant Functional
Real Authentic
Meaningful practicing Non-judgemental Continuous Making mistake Risk-taking Trust Trying. K. Pengertian Mengajar
Pengertian mengajar sebenarnya tidak hanya menyangkut persoalan penyampaian pesan kepada peserta didik. Tetapi lebih merupakan persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didi k untuk belajar. Kegiatan ini membutuhkan kemampuan professional dari guru. Menurut Gagne, mengajar merupakan usaha membuat siswa belajar. Selanjutnya menurut T Raka Joni, bahwa mengajar merupakan upaya menciptakan suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar
Aktivitas mengajar membutuhkan kemampuan tingkat tinggi karena pengajar harus dapat mengatur berbagai komponen dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif. Hal ini sesuai pendapat Davis yang mengungkapkan bahwa mengajar merupakan aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan.
Mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Ada empat strategi dasar dalam proses pembelajaran yaitu (1) mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, (2) memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnya, dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan system instruksional yangb bersangkutan secara keseluruhan.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengajar dipandang sebagai ilmu, artinya terdapat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari segi filsafat maupun teorinya yang bersifat metodologis dan prosedural.
b.
b. Mengajar sebagai teknologi, yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat danMengajar sebagai teknologi, yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris.
harus diuji secara empiris. c.
c. Mengajar sebagai seni, yang mengutamakan penampilan guru secara khas,Mengajar sebagai seni, yang mengutamakan penampilan guru secara khas, unik yang berasal dari sifat-sifat guru, perasaan, serta nalurinya.
unik yang berasal dari sifat-sifat guru, perasaan, serta nalurinya. d.
d. Mengajar sebagai pilihan nilai, bersumber dari nilai dan wawasanMengajar sebagai pilihan nilai, bersumber dari nilai dan wawasan kependidikan yang dianut guru.
kependidikan yang dianut guru. e.
e. Mengajar sebagai keterampilan, yaitu suatu proses penggunaan seperangkatMengajar sebagai keterampilan, yaitu suatu proses penggunaan seperangkat keterampilan secara terpadu.
keterampilan secara terpadu.
Dalam konteks pembelajaran bahasa, seorang guru bahasa selain memenuhi Dalam konteks pembelajaran bahasa, seorang guru bahasa selain memenuhi persyaratan
persyaratan sebagai sebagai guru guru profesional profesional yang yang memiliki memiliki kompetensi kompetensi kepribadian,kepribadian, kompetensi professional, kompetensi social kemasyarakatan juga dituntut untuk kompetensi professional, kompetensi social kemasyarakatan juga dituntut untuk memiliki kompetensi berkaitan dengan bahasa. Kompetensi dimaksud adalah memiliki kompetensi berkaitan dengan bahasa. Kompetensi dimaksud adalah kompetensi kebahasaan, kompetensi linguistik, kompetensi bidang budaya, dan kompetensi kebahasaan, kompetensi linguistik, kompetensi bidang budaya, dan kompetensi di bidang teknik mengajar serta kompetensi di bidang laboratorium kompetensi di bidang teknik mengajar serta kompetensi di bidang laboratorium bahasa.
bahasa.
Kompetensi pribadi di antaranya (1) kemampuan yang berhubungan dengan Kompetensi pribadi di antaranya (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan
pengamalan ajaran ajaran agama agama sesuai sesuai dengan dengan keyakinan keyakinan agama agama yang yang dianutnya, dianutnya, (2)(2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, (3) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, (3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan system nilai kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan system nilai yang berlaku di dalam masyarakat, (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai yang berlaku di dalam masyarakat, (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma, dan (5) bersikap demokratis seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma, dan (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
berhubungan dengan dengan penyelesaian penyelesaian tugas-tugas tugas-tugas keguruan. keguruan. Kompetensi Kompetensi iniini merupakan kompetensi yang sangat penting karena langsung berhubungan dengan merupakan kompetensi yang sangat penting karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan guru dapat kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubngan dengan dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubngan dengan kompetensi ini di antaranya (1) kemampuan dalam menguasai landasan kompetensi ini di antaranya (1) kemampuan dalam menguasai landasan kependidikan, (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, (3) kependidikan, (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya, (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan diajarkannya, (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai strategi pembelajaran, (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi media dan sumber belajar, (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran,
pembelajaran, (7) (7) kemampuan kemampuan dalam dalam menyusun menyusun program program pembelajaran, pembelajaran, (8)(8) kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, dan (9) kemampuan kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, dan (9) kemampuan melaksanakan bimbingan, (10) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan melaksanakan bimbingan, (10) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
Kompetensi sosial kemasyarakatan berkaitan dengan kemampuan guru Kompetensi sosial kemasyarakatan berkaitan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, di antaranya meliputi (1) sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, di antaranya meliputi (1) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, (2) kemampuan untuk mengenal dan meningkatkan kemampuan profesionalnya, (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, (3) kemampuan untuk memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, (3) kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok..
menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok..
Khusus berkaitan dengan guru bahasa, ada beberapa kemampuan yang hatus Khusus berkaitan dengan guru bahasa, ada beberapa kemampuan yang hatus dikuasai yaitu kemampuan di bidang kebahasaan yang meliputi pengetahuan dikuasai yaitu kemampuan di bidang kebahasaan yang meliputi pengetahuan tentang struktur bahasa, keterampilan menggunakan bahasa itu dalam bertutur, tentang struktur bahasa, keterampilan menggunakan bahasa itu dalam bertutur, menyimak, membaca dan menulis, terampil memahami dan menggunakan ragam menyimak, membaca dan menulis, terampil memahami dan menggunakan ragam bahasa ragam bahasa baku, mengen
bahasa ragam bahasa baku, mengenal dengan baik ragam-ragam bahasa itu.al dengan baik ragam-ragam bahasa itu.
Kemampuan di bidang linguistik yang harus dikuasai guru meliputi memiliki Kemampuan di bidang linguistik yang harus dikuasai guru meliputi memiliki pengetahuan
pengetahuan yang yang sahih sahih tentang tentang struktur struktur bahasa bahasa yang yang diajarkan diajarkan di di sampingsamping keterampilan menggunakan bahasa itu. Memiliki pengetahuan tentang bahasa keterampilan menggunakan bahasa itu. Memiliki pengetahuan tentang bahasa pertama
pertama para para siswa siswa dan dan perbedaan-perbedaannya perbedaan-perbedaannya dengan dengan bahasa bahasa yang yang dipelajari,dipelajari, keterampilan menerapkan analisis linguistik pada bahan pelajaran, memiliki keterampilan menerapkan analisis linguistik pada bahan pelajaran, memiliki pengetahuan
pengetahuan yang yang memadai memadai tentang tentang sejarah sejarah dan dan perkembangan perkembangan bahasa bahasa yangyang dipelajari untuk memperjelas latar belakang bahasa.
dipelajari untuk memperjelas latar belakang bahasa.
Kompetensi di bidang budaya berfungsi untuk memahami makna-makna Kompetensi di bidang budaya berfungsi untuk memahami makna-makna budaya
budaya yang yang diungkapkan diungkapkan menggunakan menggunakan bahasa bahasa tersebut. tersebut. Adapun Adapun kompetensi kompetensi didi bidang
bidang budaya budaya mencakup mencakup kemampuan kemampuan memahami memahami hubungan hubungan antara antara bahasa bahasa dandan kebudayaan, kemampuan dalam memahami pola-pola pokok tentang berpikir, kebudayaan, kemampuan dalam memahami pola-pola pokok tentang berpikir, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dalam bahasa itu, memahami sejarah, asal usul kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dalam bahasa itu, memahami sejarah, asal usul pemakai
pemakai bahasaitu, bahasaitu, dan dan memahami memahami kehidupan kehidupan perasaan perasaan penutur penutur bahasa bahasa itu itu yangyang terpancar dalam musiknya, leluconnya, dan kehidupan kesehariannya.
terpancar dalam musiknya, leluconnya, dan kehidupan kesehariannya.
Kompetensi dalam penggunaan laboratorium bahasa berkaitan dengan Kompetensi dalam penggunaan laboratorium bahasa berkaitan dengan pemahaman tentan
pemahaman tentang lab g lab bahasa dan bahasa dan mampu memanfaatkan mampu memanfaatkan dengan bdengan baik termasukaik termasuk mengoperasikannya.
mengoperasikannya.
L.
L. Strategi BelajarStrategi Belajar
Strategi belajar dan tipe belajar merupakan bidang garapan yang kini banyak Strategi belajar dan tipe belajar merupakan bidang garapan yang kini banyak menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa kedua. Strategi belajar menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa kedua. Strategi belajar dipersepsi dan diartikan berbeda-beda. Ada yang menggambarkan strategi belajar dipersepsi dan diartikan berbeda-beda. Ada yang menggambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapat sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapat diamati. Dari segi ruang lingkupnya, sebagian ahli beranggapan bahwa strategi diamati. Dari segi ruang lingkupnya, sebagian ahli beranggapan bahwa strategi belajar hanya
bahasa,
bahasa, namun namun ada ada sebagian sebagian yang yang beranggapan beranggapan bahwa bahwa strategi strategi belajar belajar jugajuga mencakup proses pemakaian bahasa untuk berkomunikasi.
mencakup proses pemakaian bahasa untuk berkomunikasi.
Strategi belajar dapat digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Rubin Strategi belajar dapat digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Rubin melakukan kajian tentang perbedaan antara sifat-sifat pembelajar bahasa yang melakukan kajian tentang perbedaan antara sifat-sifat pembelajar bahasa yang berhasil
berhasil dan dan sifat-sifat sifat-sifat pembelajar pembelajar bahasa bahasa yang yang tidak tidak berhasil. berhasil. OxfordOxford mendefinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku dan tindakan yang dipakai mendefinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku dan tindakan yang dipakai oleh pembelajar bahasa agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan oleh pembelajar bahasa agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan menyenangkan.Definisi ini menekankan bahwa strategi lebih merupakan proses menyenangkan.Definisi ini menekankan bahwa strategi lebih merupakan proses dan tindakan yang teramati walaupun juga mencakup tindakan kognitif yang tidakl dan tindakan yang teramati walaupun juga mencakup tindakan kognitif yang tidakl teramati.
teramati.
Pengertian yang dikemukakan oleh Brown bahwa strategi belajar merupakan Pengertian yang dikemukakan oleh Brown bahwa strategi belajar merupakan tingkah laku yang tidak teramati dibedakan dengan strategi komunikasi. Strategi tingkah laku yang tidak teramati dibedakan dengan strategi komunikasi. Strategi belajar
belajar berkaitan berkaitan dengan dengan pemrosesan, pemrosesan, penyimpanan, penyimpanan, dan dan pengambilan pengambilan masukanmasukan pemerolehan
pemerolehan bahasa, bahasa, sedangkan sedangkan strategi strategi komunikasi komunikasi berkenaan berkenaan dengan dengan keluarankeluaran pemerolehan
pemerolehan bahasa. bahasa. Kedua Kedua terminologi terminologi tersebut tersebut kadang kadang dipakai dipakai untukuntuk menyatakan konsep yang sama.
menyatakan konsep yang sama.
Sern (dalam Iskandarwassid, 2008: 30) juga menekankan bahwa strategi Sern (dalam Iskandarwassid, 2008: 30) juga menekankan bahwa strategi belajar
belajar merupakan merupakan aspek aspek kognitif kognitif yang yang tidak tidak teramati. teramati. Sern Sern memandang memandang bahwabahwa strategi belajar merupakan kecenderungan atau sifat-sifat umum dari pendekatan strategi belajar merupakan kecenderungan atau sifat-sifat umum dari pendekatan yang digunakan pembelajar bahasa kedua. Sedangkan Nunan menafsirkan strategi yang digunakan pembelajar bahasa kedua. Sedangkan Nunan menafsirkan strategi belajar
belajar sebagai sebagai proses proses mental mental yang yang digunakan digunakan pembelajar pembelajar untuk untuk mempelajari mempelajari dandan menggunakan bahasa sasaran.
menggunakan bahasa sasaran.
Dengan demikian, strategi pembelajaran sifatnya sangat personal, berbeda dari Dengan demikian, strategi pembelajaran sifatnya sangat personal, berbeda dari satu individu ke individu lainnya karena merupakan proses mental yang tidak satu individu ke individu lainnya karena merupakan proses mental yang tidak tampak. Strategi pembvelajaran hanya bias diidentifikasi melalui manifestasi tampak. Strategi pembvelajaran hanya bias diidentifikasi melalui manifestasi perilakunya.
perilakunya.
Strategi pembelajaran yang dikemukakan beberapa ahli meliputi kegiatan atau Strategi pembelajaran yang dikemukakan beberapa ahli meliputi kegiatan atau pemakaian
pemakaian teknik teknik yang yang dilakukan dilakukan oleh oleh pengajar pengajar mulai mulai dari dari perencanaan,perencanaan, pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan kegiatan sampai sampai ke ke tahap tahap evaluasi evaluasi serta serta p[rogram p[rogram tindak tindak lanjut lanjut yangyang berlangsung
berlangsung dalam dalam situasi situasi edukatif edukatif untuk untuk mencapai mencapai tujuan tujuan tertentu. tertentu. StrategiStrategi pembelajaran
pembelajaran bahasa bahasa merupakan merupakan tindakan tindakan pengajar pengajar mel;aksanakan mel;aksanakan rencanarencana mengajar bahasa Indonesia. Dalam pengertian lain, strategi pembelajaran bahasa mengajar bahasa Indonesia. Dalam pengertian lain, strategi pembelajaran bahasa Indonesia adalah pola keterampilan pembelajaran yang dipilih pengajar untuk Indonesia adalah pola keterampilan pembelajaran yang dipilih pengajar untuk melaksankan program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia.
melaksankan program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia. Penggolongan Strategi Pembelajaran
Penggolongan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dibedakan antara strategi utama dan strategi Strategi pembelajaran dibedakan antara strategi utama dan strategi pendukung,
secara langsung untuk mencerna materi poembelajaran, sedangkan strategi pendukung digunakan secara tidak langsung untuk mengembangkan sikap belajar
dan membantu pembelajar dalam mengatasi gangguan, kelelahan, frustasi dan sebagainya.
Strategi belajar juga dapat dibedakan atas strategi kognitif dan strategi metakognitif. Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar dapat diingat untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan strategi metakognitif adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif, seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri.
Pembagian lain strategi meliputi strategi sintaksis dan strategi semantik. Strategi sintaksis menggunakan kata fungsi, awalan, akhiran, dan penggoklongan kata. Sedangkan strategi semantik berhubungan dengan objek nyata, situasi, dan kejadian.
Subiyantoro (dalam Iskandarwassid, 2008: 11-20) mengungkapkan jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu yang terbagi atas (1) strategi mengulang, (2) strategi elaborasi, (3) strategi organisasi, dan (4) strategi metakognitif. Strategi mengulang terbagi atas strategi mengulang sederhana dan strategi mengulang kompleks. Pada strategi mengulang kompleks dapat ditempuh dengan menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima.
Strategi elaborasi dilakukan dengan membuat catatan, analogi, dan PQ4R. Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi ini, informasi baru dari memori jangka pendek pindah ke memori jangka panjang dengan cara menciptakan
hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang perbnah ada.
Pembuatan catatan merupakan strategi belajar yang menggabungkan informasi yang dimiliki dengan informasi baru yang diperoleh melalui proses mencatat. Dengan mencatat, peserta didik dapat menuangkan ide baru dari perpaduan kedua informasi itu.Sedangkan analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara cirri pokok benda atau ide. PQ4R adalah singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), question, read, reflect, recite, dan review yang artinya bertanya, membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang efektif dalam membantu peserta didik menghafal informasi bacaan.
Strategi organisasi merupakan strategi belajar yang dilakukan dengan mengelompokkan ide-ide atau istilah menjadi bagian yang lebih ringkas. Bentuk
strategi organisasi ini adalah outlining, mqapping dan mnemonics. Outlining , membuat garis besar, mapping, pemetaan konsep, dan mnemonics membentuk strategi khusus yang mencakup pemotongan, akronim, dan kata berkait.
Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir peserta didik tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat.Metakognisi memiliki dua komponen yaitu pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian atau monitoring kognisi. Metakognisi mementingkan learning how to learn, yaitu belajar bagaimana belajar.
Rubin menyebutkan ada 7 strategi pembelajar pandai yaitu pembelajar yang (1) memiliki kemampuan untuk menebak dengan teliti, (2) memiliki dorongan
kuat untuk
berkomunikasi, (3) sering tidak merasa takut dan mau membuat kekeliruan, (4) memfokuskan pada bentuk dengan mencari pola-pola dan melakukan analisis, (5) memanfaatkan kesempatan untuk berlatih, (6) memonitor pembicaraannya sendiri dan pembicaraan orang lain, dan (7) memberikan perhatian kepada makna.Studi lain membandingkan strategi belajar yang digunakan pembelajar yang pandai dan pembelajar yang tidak pandai. Hasilnya pemakaian strategi belajar yang tepat membantu peningkatan kemahiran berbahasa, kemampuan secara umum dan kemampuan pada hal-hal yang bersifat khusus. Selain itu, pembelajar yang pandai cenderung menggunakan banyak strategi belajar dan mampu memadukan sejumlah strategi secara efektif. Pembelajar yang kurang pandai cenderung menggunakan sedikit strategi belajar. Mereka tidak mengetahui strategi yang digunakan walaupun di antara mereka ada yang menggunakan strategi belajar secara sadar serta jenis maupun jumlah strategi tersebut tidak jauh berbeda dengan strategi yang digunakan oleh pembelajar yang pandai.
Pembagian strategi belajar yang merupakan hasil kajian Oxford adalah: Strategi Langsung
1) Strategi Ingatan
a. Menciptakan hubungan mental b. Menerapkan kesan dan suara
c. Mengulang dengan tuntas d. Menggunakan tindakan 2) Strategi Kognitif
a. Mempraktikkan
b. Menerima dan mengirim pesan c. Melakukan analisis dan argumentasi
3) Strategi kompensasi a. menerka secara cerdas
b. mengatasi keterbatasan dalam berbicara dan mengarang.. Strategi Tak Langasung
1) Strategi Metakognitif
a. Memprioritaskan kegiatan belajar
b. Mengatur dan merencanakan kegiatan belajar 2) Strategi Afektif
a. Mengurangi kecemasan b. Mendorong diri sendiri
c. Mengontrol ketegangan emosi 3) Strategi Sosial
a. Bertanya
b. Bekerjasama dengan orang lain
c. Memahami masalah orang lain (empati).
Ada faktor yang berperan dalam pemakaian strategi yaitu motivasi, jenis kelamin, latar belakang budaya, jenis tugas, umur, tahapan belajar berbahasa, dan gaya belajar.Pembelajar yang bermotivasi tinggi menggunakan lebih banyak strategi dibandingkan yang bermotivasi rendah. Wanita lebih banyak menggunakan strategi daripada pria, kelompok etnis berbeda menggunakan strategi yang berbeda misalnya bangsa Asia lebih banyak menggunakan strategi hafalan. Pembelajar yang lebih tua cenderung menggunakan strategi belajar yang lebih rumit.
M. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Gulo (dalam Iskandarwasid, 2008: 45-48) meliputi:
a. Tujuan Pembelajaran
Dalam pembelajaran dikenal dua mecam tujuan, yaitu tujuan instruksional (instructional effects) dan tujuan iringan (nurturant effets). Tujuan instruksional dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum sedangkan tujuan iringan diperoleh peserta didik jika ia terlibat aktif dalam pembelajaran melalui penampilan pengajar, situasi yang diciptakan pengajar dalam mengelola pembelajaran, dan penampilan pribadi pengajar.
Tujuan pengajaran yang berbeda mengharuskan pengajar memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Tujuan pengajaran yang
berorientasi sikap tentu tidak akan dapat dicapai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada dimensi kognitif.
b. Pengajar
Setiap pengajar dituntut memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya. Ia tidak hanya menjalankan proses pembelajaran secara teknis mekanis sesuai ketentuan yang ada, tetapi harus melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Ia melaksanakan tugas yang dipengaruhi oleh sikap dan pandangannya secara pribadi serta wawasan kependidikannya.Wawasan kependidikan pada hakikatnya menunjuk pada cara seorang pengajar melihat dirinya dan tugas-tugasnya yang bersumber pada pandangan hidup yang dimilikinya.
Pemilihan strategi pembelajaran dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan
hidup, dan wawasan pengajar. c. Peserta Didik
Peserta didik memiliki perbedaan latar belakang seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasinya dalam kelas.
d. Materi Pelajaran
Materi pembelajaran dapat dibedakan atas materi formal, yang terdapat dalam buku teks; dan materi informal yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Materi yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran
lebih relevan dan aktual. e. Media Pengajaran
Dewasa ini tersedia berbagai macam media pembelajaran, tetapi perlu diingat bahwa keberhasilan program pembelajaran tergantung pada ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. f. Faktor Administrasi dan Finansial
Faktor-faktor administrasi seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruang belajar diharapkan menjadi factor penunjang yang benar-benar berfungsi
selama proses pembelajaran berlangsung.
N. Jenis Strategi Pembelajaran
Seorang pengajar tidak hanya harus memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dari peserta didik, tetapi juga harus mampu membelajarkan peserta didik. Untuk itu, pengajar harus berusaha secara terus menerus membantu peserta didik
membangun potensi-potensinya. Dalam hal ini pengajar harus memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
Dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran diperlukan pendekatan tertentu. Pendekatan merupakan sudut pandang atau titik tolak untuk memahami seluruh persoalan dalam proses pembelajaran. Sudut pandang menggambarkan cara berpikir dan sikap pengajar dalam menjalankan profesinya. Menurut Gulo (dalam Iskandarwassid, 2008: 25-26), seorang pengajar profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, tetapi juga siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi peserta didik, dan kemampuan apa yang dimiliki ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa seorang pengajar harus mengetahui dan menguasai berbagai
strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Pengajar harus memilih strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Berikut dijelaskan jenis-jenis strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya.
a. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Penekanan Komponen dalam Pembelajaran 1) Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi pembelajaran yang paling tua yang disebut dengan strategi pembelajaran tradisional. Dalam hal ini pengajar merupakan sumber utama pembelajaran dan sumber informasi. Pengajar mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik yang pasif. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik team teaching , teknik
sumbang saran, dan teknik antardisiplin
2) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bertitik tolak pada pandangan bahwa mengajar merupakan usaha untuk menciptakan
sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar
Dalam proses pembelajaran peserta didik aktif berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang individu dan personal yang mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu. Dalam hal ini, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara utuh sehingga pengajar harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dikembangkan. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik inkuiri, teknik teknik satuan pengajaran (unit teaching), teknik advokasi, teknik diskusi, teknik eksperimen, teknik
kerja lapangan, teknik sosiodrama, teknik nondirektif, dan teknik penyajian kasus.
3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi bertitik tolak dari pendapat bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai
informasi. Dalam hal ini, pembelajaran dipusatkan pada materi pembelajaran. Dalam hal ini ada kecenderungan dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Di samping itu materi pelajaran yang disampaikan di kelas dan terdapat dalam buku teks cenderung ketinggalan zaman dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat guru bukanlah sumber utama informasi karena banyak sumber informasi yang dapat didapat dari berbagai media yang bersifat aktual. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi adalah teknik tutorial, teknik modular, teknik pengajaran terpadu, teknik secara kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik eksperimen, dan teknik demonstrasi.
4) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Kegiatan Pengolahan Pesan atau Materi a) Strategi pembelajaran ekspositoris
Strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan di kelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung. Dalam strategi ini, pengajar berperan lebih dominan sedangkan peserta didik sangat pasif. Teknik yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik interaksi massa, teknik antardisiplin, teknik simulasi, teknik demonstrasi, dan teknik team teaching.
b) Strategi pembelajaran heuristik atau kuriorstik
Dalam strategi pembelajaran heuristik ini peserta didik diberi kesempatan untuk berperan dominan dalam pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek pembentuk komponen sistem pembelajaran mengarah pada pengaktifan pserta didik mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi yang mereka butuhkan.
Dalam strategi heuristik ini pengajar pertama-tama mengarahkan peserta didik kepada data-data terpilih untuk diolah oleh peserta didik sehingga menghasilkan kesimpulan yang tepat. Jika peserta didik dapat menyimpulkan dengan tepat berarti pembelajaran berhasil. Sebaliknya jika kesimpulan peserta didik tidak tepat pengajar dapat memberikan data-data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam hal ini, pengajar berperan mengarahkan dan membimbing sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi ini adalah teknik inkuiri, pemecahan masalah, eksperimen, penemuan, teknik nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.
5) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengolahan Pesan atau Materi a) Strategi pembelajaran deduksi
Dalam strategi deduksi, pesan diolah mulai dari yang umum menuju ke hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak menuju ke hal yang nyata, dari konsep yang abstrak menuju ke contoh-contoh yang konkret, dari premis menuju kesimpulan yang logis. Strategi pembelajaran ini dimulai
dari pengajar menjelaskan konsep kemudian memberikan contohnya. b) Strategi pembelajaran induksi
Strategi pembelajaran ini dimulai dari hal-hal yang khusus, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju pada generalisasi,
dari pengalaman-pengalaman yang bersifat empiris menuju konsep yang bersifat umum. Pengajaran dimulai dari penentuan pengetahuan, aturan, prinsip, konsep yang akan diajarkan oleh pengajar. Selanjutnya pengajar memberikan contoh-contoh spesifik yang dijadikan bagian penyusunan hipotesis. Kemudian bukti-bukti disajikan untuk menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Terakhir menyimpulkan bukti-bukti dan contoh-contoh tersebut. Teknik penyajian yang paralel dengan teknik ini adalah teknik penemuan (discovery), teknik pengajaran unit, teknik penyajian secara kasus, dan teknik nondirektif.
6) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara Memproses Penemuan a) Strategi pembelajaran ekspositoris
Strategi ini sudah dijelaskan di atas bahwa strategi ini berbentuk penguraian, di mana pengajar mengolah secara tuntas materi atau pesan
secara tuntas sebelum disampaikan di kelas. b) Strategi pembelajaran discovery
Strategi ini menuntut peserta didik untuk melakukan proses mental sehingga mampu mengasimilasikan pesan menjadi sebuah konsep dan prinsip. Proses mental dimaksud adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Tenik penyajian yang paralel dengan strategi ini adalah teknik discoveri, teknik karya wisata, teknik kerja lapangan, dan teknik nondirektif.
BAB II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PEMBELAJARAN E. Pendahuluan
Dalam proses pembelajaran, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dalam pengertian yang sama; artinya orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan. Demikian pula dengan istilah teknik dan metode..
Sebenarnya ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda, walaupun dalam penerapannya saling berkaitan. Anthony berpendapat bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang mengenggap bahasa sebagai kebiasaan; ada asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, dan ada asumsi bahwa bahasa adalah alat
komunikasi.
Setiap asumsi teraktualisasikan dalam sebuah pendekatan, dengan demikian asumsi yang berbeda akan berkonsekuensi pada pendekatan yang berbeda pula. Pendekatan bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu dibuktikan kebenarannya. Dapat dikatakan bahwa pendekaan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang hakikat bahasa dan hakikat pembelajaran bahasa yang diyakini dan tidak perlu dibuktikan kebenarannya.
Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian metode tersebut menekankan pada langkah-langkah pembelajaran. Pendapat lain menyatakan bahwa metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Definisi ini menekankan pada sajian materi yang sistematis. Pengertian yang pertama lebih tepat diterapkan dalam pembelajaran, sebab metode lebih menekankan pada cara-cara yang ditempuh peserta didik dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah metode adalah prosedural.
Teknik adalah sebuah cara khas yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang pada proses yang sistematis yang terdapat dalam metode.Penggunaan teknik pembelajaran perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi lain. Oleh karena itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dari hal ini dikatakan bahwa teknik pembelajaran bersifat implementasional.
F. Pendekatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran bahasa, dikenal beberapa pendekatan yang dapat diterapkan antara lain pendekatan formal, pendekatan, struktural, pendekatan mekanis, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan terpadu, pendekatan integral, pendekatan sosiolinguistik, pendekatan psikologi, pendekatan psikolinguistik dan pendekatan komunikatif. Dalam setiap pendekatan
menerapkan asumsi tertentu dalam pembelajarannya. 1. Pendekatan Formal
Pendekatan formal merupakan pendekatan klasik dan tradisional dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa pembelajaran bahasa merupakan kegiatan rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan berdasar pengalaman. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang teoritis. Prosedur pembelajarannya pun hanya mendasarkan pada pengalaman pengajar dan apa
yang dianggap baik oleh umum.
Menurut pendekatan ini, yang dikemukakan oleh Semi, pembelajaran dimulai dengan rumusan-rumusan teoritis kemudian diaplikasikan dengan contoh-contoh pemakaiannya. Metode pembelajaran bahasa yang relevan dengan pendekatan ini adalah metode terjemahan tatabahas a dan metode membaca. 2. Pendekatan Empirik
Pendekatan empirik ini sering disebut dengan pendekatan atau aliran behavioris, pendekatan mekanis. Disebut pendekatan empirik karena didasarkan pada pengalaman, dan disebut pendekatan behavioris karena mendapat masukan dari psikologi behavioristik. Disebut pendekatan mekanik karena sifat dari tingkah laku dalam psikologi behavioristik adalah mekanis. Tokoh aliran ini misalnya Skinner.
Adapun asumsi-asumsi dalam pendekatan ini meliputi 1) Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan
3) Bahasa yang sewajarnya adalah yang digunakan penuturnya, bukan yang seharusnya diujarkan
4) Ajarkanlah bahasa, dan bukan tentang bahasa 5) Tidak ada dua bahasa yang sama.
Metode pembelajaran bahasa yang sesuai dengan pendekatan mekanis ini adalah metode aural oral, metode mimikri memorisasi, metode drill.
3. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini, pembelajaran lebih menekankan pada pengetahuan tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dengan demikian pengetahuan bidang kognitif bahasa lebih diutamakan. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan semakin cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidahnya.
4. Pendekatan Keterampilan Proses
Setiap manusia yang dilahirkan dibekali dengan kemampuan dasar. Kemampuan dasar ini ini tumbuh dan berkembang bila dibina dan dilatih. Sebaliknya, kemampuan dasar itu menjadi tumpul bila tidak dibina.
Dalam belajar, diperlukan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Ketiga keterampilan inilah yang mendasari pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Setiap keterampilan terdiri atas beberapa subketerampilan yang perlu dilatihkan.
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang te;lah ditemukan dan dikembangkan berfungsi sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam pembelajaran mengahasilkan terbentuknya sikap dan nilai dalam diri siswa. Sikap dan nilai tersebut misalnya teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerjasama, rajin dan seb againya.
Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapaian atau pengembangannya dilaksanakan dalam sdetiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Tidak ada satu mata pelajaran pun yang dapat mengembangkan keterampilan itu secara utuh. Karena itu, ada keterampilan yang cocok dikembangkan dengan mata pelajaran tertentu, dan ada pula keterampilan yang lain dikembangkan dengan mata pelajaran lainnya.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Karena itu penjabaran keterampilan proses yang dapat dikembangkan juga berbeda sesuai
dengan karakteristiknya. Perbedaan itru sifatnya tidak mendasar tetapi merupakan variasi-variasi belaka. Berbagai kemampuan dasar yang dapat dikembangkan dengan pendekatan keterampilan proses adalah:
1) Mengamati
a. Menatap, memperhatikan b. Membaca, memahami bacaan
c. Menyimak, memahami sesuatu yang dikatakan orang lain 2) Menggolongkan
Mencari persamaan, perbedaan atau penggolongan berbagai objek yang dipelajari.
3) Menafsirkan
a. Menafsirkan: mencari dan menemukan arti, situasi, pola, simpulan, dan mengelompokkan wacana.
b. Mencari dasar penggolongan; mengelompokkan sesuatu berdasarkan suatu kaidah.
c. Memberi arti, baik kata, morfem, frasa, klausa, kalimat, paragraf, maupun wacana dan mengungkapkan kembali secara lisan dan tulis.
d. Mencari hubungan situasi, waktu, tempat, umum-khusus, kausal, dan sebagainya.
e. Menemukan pola kalimat, paragraf, wacana, cerita, puisi sebagai bentuk penggunaan bahasa.
f. Menarik kesimpulan baik secara deduktif maupun induktif.
g. Menggeneralisasikan berbagai bentuk penggunaan bahasa dalam lingkup yang lebih luas.
h. Menganalisis baik wacana, paragraf, kalimat maupun frasa. 4) Menerapkan
Menggunakan konsep untuk menyusun wacana eksposisi, narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi; surat menyurat.
Mengubah, memadukan, meramu, memodifikasi, membentuk berbagai satuan bahasa menjadi satuan bahasa yang lebih besar.
5) Mengkomunikasikan
a. Berdiskusi: melakukan diskusi, tanya jawab, dengan menggunakan argumentasi atau alasan untuk memecahkan masalah.
b. Mendeklamasikan c. Dramatisasi
d. Bertanya e. Mengarang f. Bermain peran g. melaporkan
6) Mengendalikan variabel
Dalam melakukan penelitian diperlukan langkah-langkah yang objektif, sistematis, dan pasti untuk memutuskan penyelesaian suatu masalah.
5. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasionalis dikenal sebagai aliran mentalis yang dipelopori oleh Chomsky. Aliran ini muncul dalam bidang bahasa dan pengajaran bahasa pada tahun 1960-an. Adapun asumsi-asumsinya adalah
1) Manusia adalah satu-satunya yang dapat belajar bahasa
2) Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan dalam berpikir 3) Bahasa yang hidup ditandai oleh kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan
tatabahasa
4) Aturan-aturan tatabahasa bertalian dengan tingkah laku kejiwaan.
Dengan pendekatan ini muncul metode verbal aktif yang merupakan perbaikan dari metode langsung.
Kaum rasionalis berpendapat bahwa: (1) kemampuan berbahasa telah dimiliki seseorang sejak lahir tetapi kemampuan berbahasa itu baru dapat dicapai dengan belajar; (2) dalam belajar berbahasa, anak harus aktif. Kemampuan berbahasa tidak hanya dikuasai dengan pembiasaan, anak harus mampu
menciptakan kalimat-kalimat baru yang sesuai kaidah tatabahasa; (3) melatih berulang-ulang kalimat-kalimat yang lepas dari hubungan pemakaiannya tidak banyak manfaatnya; (4) tatabahasa perlu diajarkan secara fungsional; dan (5) karena bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan untuk berpikir, penguasaan bahasa dilihat dari kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat berpikir dengan kegiatan mendengarkan, membaca, b erbicara, dan menulis. 6. Pendekatan Fungsional
Pembelajaran bahasa dengan pendekatan fungsional dilakukan dengan mengadakan kontak langsung dengan masyarakat pemakai bahasa. Dengan demikian peserta didik langsung menghadapi bahasa yang hidup dan mencoba memakainya sesuai dengan keperluan komunikasi. Mereka dengan sendirinya merasakan fungsi bahasa tersebut dalam komunikasi langsung.
Metode pembelajaran bahasa yang didasarkan pada pendekatan fungsional adalah metode langsung, metode pembatasan bahasa, metode intensif, metode audiovisual, dan metode linguistik.
7. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu sering disebut dengan pendekatan integratif. Pendekatan pembelajaran bahasa yang terintegrasi didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan bahasa sehari-hari baik secara formal maupun tidak formal tiap-tiap aspeknya tidak pernah berdiri sendiri. Misalnya pada waktu kita membaca, berhadapan dengan ejaan, kosa kata, struktur kalimat. Setelah membaca mungkin membuat catatan, menceriterakannya kepada orang lain. Pada saat kita berbicara atau menulis perlu memilih kosa kata yang tepat dan menerapkan struktur kalimat yang tepat. Hal ini jelas bahwa kegiatan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis merupakan kegiatan yang terpad u.
Guru-guru yang menggunakan filsafat bahasa terpadu, tentu saja memberikan pengetahuan kognitif kepada siswa, tetapi di samping itu mereka juga menjadi model dalam hal membaca, menulis dan sebagainya. Dengan demikian, kelas mereka ditandai oleh komunikasi dan interaksi dengan bahasa yang hidup.
Penerapan pembelajaran bahasa terpadu memerlukan perlengkapan yang memadai, setidak-tidaknya ada perpustakaan yang meyediakan buku-buku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa. Lebih baik lagi jika sekolah memiliki laboratorium dan kelas khusus. Namun dengan kondisi sekolah yang sederhana pun dapat melaksanakan pembelajaran terpadu asal guru betul-betul mempersiapkan hal-hal yang mendukung pelaksanaannya.
Salah satu model pembelajaran terpadu yaitu pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemadu beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna, karena peserta didik akan mempelajari konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik dapat diterapkan dengan meliputi beberapa mata pelajaran atau dalam satu mata pelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pelaksanaan pembelajaran terpadu dilakukan dengan
memadukan beberapa keterampilan berbahasa dalam satu tema. 8. Pendekatan Integral
Pendekatan integral menganut pengertian bahwa pengajaran bahasa harus merupakan sesuatu yang multidimensional. Artinya, banyak factor yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Oleh karena itu, pengajaran harus fleksibel dan dengan metodologi terbuka. Bantuan-bantuan ilmu lain yang mendukung kelancaran pembelajaran berbahasa perlu mendapat tempat sehingga pembelajaran bahasa lebih bermanfaat. Misalnya, ilmu jiwa belajar, sains, dan antropologi.
9. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan sosiolinguistik diartikan sebagai pendekatan pembelajaran bahasa yang memanfaatkan hasil studi sosiolinguistik yang menghubungkan gejala masyarakat dengan gejala bahasa. Konsep-konsep sosiolinguisik yang memberikan sumbangan terhadap pembelajaran bahasa di antaranya (1) bahasa merupakan suatu sistem yang memiliki variasi atau ragam, setiap ragam memiliki peran, fungsi, gejala bahasa tertentu, serta kawasan pemakaian tertentu pula. Semua ragam perlu dipelajari sesuai konteksnya; (2) bahasa merupakan identitas kelompok. Bahasa yang digunakan menunjukkan identitas dan sikap masyarakatnya; (3) bahasa sebagai alat komunikasi, orang yang mampu berkomunikasi adalah orang yang dapat mengungkapkan gagasan dan perasaannya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tersebut.
Implikasi dari beberapa hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa menyangkut (a) pengajaran bahasa harus diarahkan pada penguasaan kompetensi komunikatif oleh peserta didik; (b) salah satu cara menganalisis komunikasi melalui bahasa dilakukan dengan mngeidentifikasi fungsi-fungsi bahasa yang khas, cara pemakaian bahasa dengan tujuan khusus; (c) analisis fungsional kegiatan komunikasi adalah menemukan fungsi-fungsi bahasa yang bersangkutan dengan komunikasi tersebut. Pengajaran bahasa memberi penekanan pada fungsi bahasa yang penting; (d) analisis linguistik atas kegiatan komunikasi adalah menemukan bentuk-bentuk linguistik yang diperlukan dalam setiap jenis kegiatan berkomunikasi. Analisis ini berguna untuk memberikan penekanan pada pembelajaran bahasa dan untuk memilih materi pembelajaran; (e) analisis bahasa yang berkembang dalam masyarakat perlu
dipetakan untuk mengetahui dinamika bahasa. 10. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi dalam pembelajaran bahasa menelaah bagaimana peserta didik belajar bahasa dan bagaimana peserta didik sebagai individu yang kompleks. Asumsi psikologi dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Asumsi-asumsi yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain:
a. Teori Behaviorisme. Teori ini berasumsi bahwa segala tingkah laku termasuk tingkah laku berbahasa manusia merupakan respons terhadap stimulus. Proses belajar juga merupakan mekanisme stimulus respons. Dalam proses belajar tergantung pada faktor yang berada di luar diri anak sehingga memerlukan stimulus dari pengajar. Di samping itu hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulangan, dan penguatan.
Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah mendahului yang sulit.
b. Teori gestalt. Teori ini beranggapan bahwa setiap individu mempunyai memiliki kemampuan mengkaji secara mendalam. Kajian ini berfungsi untuk mengasimilasi atau mereka-reka objek yang sedang diamati sehingga diterima sebagai objek yang utuh. Menurut teori ini pengamatan bagi seseorang yang pertama adalah struktur atau keseluruhan dari sebuah benda, baru diikuti dengan pengamatan atas bagian-bagian. Dalam pembelajaran yang berdasar pada teori ini agar bahan pembelajaran jangan diberikan sepotong-sepotong tetapi harus diberikan secara utuh dan dalam struktur yang bermakna.
c. Teori kognitif. Menurut teori ini segala aktivitas menusia yang dilakukan dengan sadar bersumber pada otak dan digerakkan oleh kognitif yang meliputi segala aspek kegiatan mulai dari menyadari adanya masalah, mengidentifikasikannya, merumuskan hiopotesis, mengumpulkan informasi atau data, menyimpulkan, mengevaluasi simpulan dan strategi untuk mencapai tujuan.. Pusat kognitif terletak di dalam susunan syaraf pusat, yang memiliki kemampuan mengolah dan menyimpan informasi yang hampir tidak terbatas jumlah dan ragamnya.
Hal tersebut mengingatkan bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar. Aspek psikologis, respons peserta didik serta kemampuan bawaan merupakan faktor yang penting juga.
11. Pendekatan Psikolinguistik.
Pendekatan psikolinguistik bertumpu pada pemikiran tentang proses yang terjadi pada benak anak ketika mulai belajar bahasa, serta bagaimana pula perkembangannya.Persoalan ini merupakan bidang yang ditekuni studi psikolinguistik yaitu ilmu yang mempelajari latar belakang psikologis
kemampuan berbahasa manusia..
Dalam proses penguasaan bahasa, terdapat teori empirisme yang pada akhirnya sejalan dengan paham behaviorisme..Menurut pandangan ini bahwa keberhasilan belajar berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor dari luar atau
faktor eksternal. Pandangan behaviorisme tentang belajar bahasa dapat dideskripsikan dalam dua ciri pokok yaitu fisikalisme dan determinisme. Ciri fisikalisme ditandai oleh semua yang terjadi dalam benak menusia dapat dirumuskan sebagai pernyataan tentang kondisi badan dan tingkah lakunya yang dapat diamati sehingga dapat dimasukkan ke dalam wilayah fisika. Ciri determinisme menyatakan bahwa semua gejala yang ada dapat dikembalikan pada hukum sebab akibat, semua tingkah laku berpikir dan tingkah laku yang
tidak terlihat dapat dikaitkan dengan faktor eksternal.
Pengaruh Skinner dalam pembelajaran bahasa antara lain dalam bentuk penyusunan program dengan tahapan tertentu, sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri, mengerjakan tugas sendiri, dan mengecek sendiri sesuai dengan kunci jawaban. Kesalahan yang ditemukan mengajarkan kepada mereka untuk menjadi lebih baik pada masa berikutnya. Penguatan harus segera diberikan .
Chomsky memberikan reaksi terhadp pendapat Skinner dalam 2 hal yaitu bahwa bahasa merupakan produk dari proses yang tersembunyi di dalam benak anak, berupa sistem aturan yang abstrak dan terinternalisasi. Skinner tidak berpikir bahwa tingkah laku berbahasa berlangsung dalam benak individu. Chomsky menganggap factor luar hanya merupakan prakondisi untuk mengaktifkan proses internal;. Ada prinsip yang sangat spesifik dan yang secara genetic menentukan bahasa menusia. Prinsip ini dimiliki anak dalam belajar bahasa yang sifatnya bawaan.
Menurut Chomsky, dalam diri individu memiliki competence dan performance. Kompetensi merupakan kemampuan berbahasa yang tidak terdfengar dan tidak terlihat karena berada dalam benak. Penampilan merupakan perbuatan berbahasa yang tampak, tuturan dalam situasi konkret sehingga dapat diamati dan dianalisis. Penguasaan bahasa ibu tidak ditentukan oleh faktor luar seperti peniruan, penguatan, dan factor luar linnya, tetapi boleh kekuatan yang ada pada diri anak. Anak tidak pasif, tetapi aktif dan kreatif seperti menciptakan strategi belajar sendiri, dan mampu menangkap hubungan-hubungan abstrak yang menjadi dasar semua hubungan-hubungan kalimat ang didengarnya. Bila anak memahami struktur dasar kalimat, dia mampu menciptakan berbagai kalimat lain.
12. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif diartikan sebagai orientasi belajar mengajar bahasa yang berdasarkan pada tugas dan fungsi bahasa untuk berkomunikasi.