• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: Oleh Yunita Dwi Rukmana NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: Oleh Yunita Dwi Rukmana NIM"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)

SD NEGERI TURI 3 KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Oleh

Yunita Dwi Rukmana NIM 10108244116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

“Thinking it self is question”.

(6)

Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Kedua orang tua tercinta.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

SD NEGERI TURI 3 KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

Oleh

Yunita Dwi Rukmana NIM 10108244116

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa melalui penerapan keterampilan bertanya pada pembelajaran IPA berpusat pada siswa bagi siswa kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian menggunakan desain Kemmis dan Mc Taggart yang dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang berjumlah 27 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi untuk mengetahui keterampilan proses siswa dan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal yang disusun berdasarkan tujuan pembelajaran dan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati keterampilan proses siswa dan keterampilan bertanya guru selama proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan keterampilan bertanya dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Turi 3. Pada siklus I, persentase siswa dengan keterampilan proses berkategori tinggi mencapai 50% dan pada siklus II meningkat menjadi 98%. Penelitian berhenti pada siklus II karena hasil yang diperoleh pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu persentase siswa dengan keterampilan proses berkategori tinggi > 75% dari jumlah siswa.

Kata kunci: keterampilan proses,keterampilan bertanya  

   

(8)

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Rochmat Wahab, M. Pd, MA., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi SI PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan, sehingga studi saya dapat berjalan dengan lancar.

3. Bapak Dr. Sugito, MA., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Hidayati, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar (PPSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengaharan dalam pengambilan TAS. 5. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. sebagai pembimbing I, Bapak Ikhlasul Ardi

Nugroho, M. Pd. sebagai pembimbing II, dan Bapak Pujianto, M. Pd. sebagai expert judgement yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dewan Penguji Skripsi ini, atas kritik, saran, dan masukannya. 7. Ibu Kepala Sekolah dan Bapak Guru Kelas V SD Negeri Turi 3 yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Turi 3 yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

(9)

10. Nenekku Sulastri, Pamanku Muhammad Rahmat, dan Taufik yang selalu mendoakan setiap waktu.

11. Kakakku Eka Fajar Rahmawati, Winarno, dan Adikku Ilham Prihandika yang selalu memberi dukungan dalam bentuk material maupun emosional.

12. Sahabat-sahabat seperjuanganku Endah Nuraeni, Miftahur Reza Irachmat, Dita Rostanti Dewi, Umi Ulfa Sakinatun, Madila Norma Rasti, Siti Anifah, dan semua teman-temanku khususnya kelas F PGSD Kampus Wates angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 28 Agustus 2014 Penulis

(10)

JUDUL ... i PERSETUJUAN ... ii PERNYATAAN ... iii PENGESAHAN ... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Pembatasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6 BAB II PEMBAHASAN A. Pembelajaran IPA ... 8 1. Pengertian IPA ... 8

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 10

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Kelas V ... 12

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 13

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 15

D. Keterampilan Proses ... 20

1. Pengertian Keterampilan Proses ... 20

(11)

2. Pengertian Keterampilan Bertanya ... 30

3. Indikator Keterampilan Bertanya ... 33

4. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom ... 36

F. Kerangka Pikir ... 41

G. Hipotesis Tindakan ... 45

H. Definisi Operasional Variabel ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 47

C. Setting Penelitian ... 47

D. Model Penelitian ... 47

1. Perencanaan (plan) ... 48

2. Pelaksanaan dan Pengamatann (act and observe) ... 49

3. Refleksi (reflect) ... 49

E. Metode Pengumpulan Data ... 50

1. Tes ... 50 2. Observasi ... 50 3. Dokumentasi ... 51 F. Instrumen Penelitian ... 51 1. Soal ... 51 2. Observasi ... 52 3. Dokumentasi ... 55

G. Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 55

1. Validitas Instrumen ... 56

2. Reliabilitas Instrumen ... 56

H. Teknik Analisis Data ... 57

I. Indikator Keberhasilan ... 58

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

(12)

3. Deskripsi Kegiatan ... 61

a. Realibilitas Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 61

b. Siklus I ... 63

1) Perencanaan Tindakan ... 63

2) Pelaksanaan Tindakan ... 65

a) Pertemuan Pertama Siklus I ... 65

(1) Kegiatan Awal ... 65 (2) Kegiatan Inti ... 66 (a) Prapercobaan ... 67 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 68 (c) Pascapercobaan ... 69 (3) Kegiatan Akhir ... 70

b) Pertemuan Kedua Siklus I ... 71

(1) Kegiatan Awal ... 71 (2) Kegiatan Inti ... 73 (a) Prapercobaan ... 74 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 75 (c) Pascapercobaan ... 76 (3) Kegiatan Akhir ... 76

3) Pengamatan atau Observasi ... 77

a) Observasi Siswa pada Siklus I ... 78

(1) Pertemuan Pertama ... 78 (a) Prapercobaan ... 78 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 80 (c) Pascapercobaan ... 83 (2) Pertemuan Kedua ... 84 (a) Prapercobaan ... 84 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 86 (c) Pascapercobaan ... 89

(13)

1) Perencanaan Tindakan ... 95

2) Pelaksanaan Tindakan ... 96

a) Pertemuan Pertama Siklus II ... 96

(1) Kegiatan Awal ... 96 (2) Kegiatan Inti ... 98 (a) Prapercobaan ... 99 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 100 (c) Pascapercobaan ... 101 (3) Kegiatan Akhir ... 102

b) Pertemuan Kedua Siklus II ... 103

(1) Kegiatan Awal ... 104 (2) Kegiatan Inti ... 104 (a) Prapercobaan ... 105 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 106 (c) Pascapercobaan ... 108 (3) Kegiatan Akhir ... 108

3) Pengamatan atau Observasi ... 110

a) Observasi Siswa pada Siklus II ... 110

(1) Pertemuan Pertama ... 110 (a) Prapercobaan ... 110 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 112 (c) Pascapercobaan ... 114 (2) Pertemuan Kedua ... 115 (a) Prapercobaan ... 116 (b) Pelaksanaan Percobaan ... 117 (c) Pascapercobaan ... 119 4) Refleksi Siklus II ... 120 B. Pembahasan ... 126

(14)

B. Saran ... 133 DAFTAR PUSTAKA ... 135 LAMPIRAN ... 138

(15)

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5 Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13.

SK dan KD Kelas V Semester II ... Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan Bertanya Guru ... Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan Proses Siswa ... Kategori Nilai Keterampilan Proses Siswa ... Hasil Realibilitas Indikator Keterampilan Proses dari Dua Observer ….. Hasil Keterampilan Proses Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus I Pertemuan Pertama ... Hasil Keterampilan Proses Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus I Pertemuan Kedua………... Rencana Perbaikan Siklus I ke Siklus II ………... Hasil Keterampilan Proses Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus II Pertemuan Kedua ………... Hasil Keterampilan Proses Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus II Pertemuan Kedua ………... Perbandingan Hasil Keterampilan Proses Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus I dan Siklus II ……….

13 52 52 53 54 58 62 90 91 92 121 121 122

(16)

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.

Bagan Kerangka Berpikir ………... Alur Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart ……… Siswa memahami langkah-langkah percobaan di LKS ……….. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi sifat cahaya merambat lurus ………... Siswa menganalisis hasil percobaan ……….. Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa …….. Guru membimbing siswa merumuskan masalah ... Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan cahaya menembus benda bening ... Guru bersama siswa membahas hasil percobaan yang telah dikerjakan siswa ... Guru sedang menjelaskan tentang materi pembiasan cahaya .... Guru sedang membimbing siswa untuk melakukan percobaan.. Siswa yang sedang mengamati koin dari bibir mangkuk setelah diisi air penuh ………. Siswa sedang mengamati percobaan penguraian cahaya ketika cahaya matahari mengenai cermin datar ……… Siswa sedang mengamati percobaan penguraian cahaya ketika cahaya matahari mengenai kaca bening ………. Diagram batang perbandingan persentase hasil keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA pada siklus I dan siklus II ………. hal 44 48 249 249 249 249 249 249 250 250 250 250 250 250 124

(17)

hal

Lampiran 1.1 RPP Siklus I ... 139

Lampiran 1.2 RPP Siklus II ... 170

Lampiran 1.3 Pedoman Penskoran Keterampilan Proses Siswa ... 201

Lampiran 1.4 Hasil Rekapitulasi Data ... 204

Lampiran 1.5 Hasil Perolehan Keterampilan Bertanya Guru ... 211

Lampiran 1.6 Hasil Perolehan Siswa ... 219

Lampiran 1.7 Foto Kegiatan Siswa ... 249

Lampiran 1.8 Surat Perizinan ... 251

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan di atasnya. Kurikulum pendidikan dasar terdapat beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Srini M. Iskandar (1996: 1) menyebutkan bahwa IPA adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 6) tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah mempersiapkan siswa agar memiliki keterampilan proses untuk mendapatkan ilmu, memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya, serta memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 141) keterampilan proses memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengomunikasikan hasil yang diperoleh. Dengan keterampilan proses kemampuan siswa dalam mengelola dan memperoleh ilmu selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dapat ditingkatkan.

Keterampilan proses merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA. Selain itu,

(19)

keterampilan proses akan memudahkan siswa menyelesaikan permasalahan secara logis dan rasional serta dapat meningkatkan kemampuan menganalisis suatu informasi maupun kebenaran suatu pernyataan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penilaian keterampilan proses, guru mampu mendeteksi faktor penghambat siswa dalam menyelesaikan dan menghadapi suatu permasalahan pada saat proses pembelajaran IPA serta mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar pada siswa. Apabila keterampilan proses siswa dapat diperbaiki maka akan berdampak pada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diungkapkan bahwa penguasaan keterampilan proses perlu diterapkan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri Turi 3 pada tanggal 18 Oktober dan tanggal 15, 16, dan 18 November 2013 ditemukan empat kondisi yang tidak mendukung dalam proses pembelajaran IPA. Pertama, keterampilan proses siswa rendah dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada saat kegiatan pembelajaran, siswa jarang melakukan beberapa keterampilan yang dilatihkan dalam keterampilan proses, yaitu: merumuskan masalah, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, mengamati percobaan, mengisi tabel data, menganalisis hasil percobaan, menyimpulkan dan mengomunikasikan hasil percobaan serta menerapkan konsep.

Kedua, proses belajar mengajar berorientasi pada teacher centered

(20)

sedangkan kegiatan belajar siswa mendengarkan penjelasan dari guru kemudian siswa mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Sehingga kemampuan dan potensi siswa yang beragam tidak dapat dikembangkan secara maksimal.

Ketiga, penggunaan media atau alat peraga selama proses pembelajaran

IPA kurang maksimal. Padahal media atau alat peraga IPA yang tersedia sudah lengkap. Namun, guru jarang menggunakan alat peraga yang ada karena kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga masih rendah. Seharusnya, guru harus kreatif menggunakan media pembelajaran yang sudah tersedia. Selain itu, guru bisa memanfaatkan lingkungan sekitar atau bahan yang mudah dicari dan digunakan sebagai media pembelajaran. Agar pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan.

Keempat, sikap ilmiah belum ditunjukkan siswa saat proses

pembelajaran IPA. Ada empat sikap ilmiah yang belum ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran IPA. Siswa belum memiliki sikap ingin tahu yang tinggi dibuktikan saat guru memberikan pertanyaan siswa hanya diam saja. Sikap penemuan dan kreativitas serta sikap ketekunan siswa tidak terlihat karena saat pembelajaran IPA siswa tidak melakukan percobaan ataupun pengamatan. Sikap kerjasama juga belum terlihat karena siswa tidak melakukan diskusi kelompok kecil (bekerja dalam kelompok) melainkan melakukan diskusi secara klasikal. Sikap peka terhadap lingkungan sekitar pun belum ditunjukkan oleh siswa karena pembelajaran yang diberikan guru hanya

(21)

dilakukan di dalam kelas dan tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber, sarana, maupun sasaran pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di atas, terlihat ada empat aktivitas guru dan siswa yang tidak mendukung berkembangnya keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Turi 3.

Apabila permasalahan ini tidak segera diselesaikan maka akan berdampak pada proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan temuan-temuan selama pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas V, maka peneliti berupaya memberikan salah satu pemecahan masalah untuk mengatasi kondisi tersebut. Salah satu solusi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut melalui tindakan pemberian pertanyaan yang didukung oleh keterampilan bertanya guru.

Peneliti barharap agar penggunaan keterampilan bertanya selama proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses pada siswa kelas V SD Negeri Turi 3 khususnya dalam mata pelajaran IPA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri Turi 3 dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterampilan proses siswa rendah dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada saat kegiatan pembelajaran, siswa jarang melakukan beberapa keterampilan yang dilatihkan dalam keterampilan proses, yaitu: merumuskan masalah, merencanakan percobaan, melakukan percobaan,

(22)

mengamati percobaan, mengisi tabel data, menganalisis hasil percobaan, menyimpulkan dan mengomunikasikan hasil percobaan serta menerapkan konsep.

2. Proses belajar mengajar berorientasi pada teacher centered (berpusat pada guru). Guru mendominasi saat proses belajar mengajar, sedangkan kegiatan belajar siswa mendengarkan penjelasan dari guru kemudian siswa mengerjakan LKS. Sehingga kemampuan dan potensi siswa yang beragam tidak dapat dikembangkan secara maksimal.

3. Penggunaan media atau alat peraga selama proses pembelajaran IPA kurang maksimal. Padahal media atau alat peraga IPA yang tersedia sudah lengkap. Namun, guru jarang menggunakan alat peraga yang ada karena kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga masih rendah.

4. Ada empat sikap ilmiah yang belum ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran IPA, diantaranya: siswa belum memiliki sikap ingin tahu yang tinggi, sikap penemuan dan kreativitas serta sikap ketekunan siswa tidak terlihat pada saat percobaan, sikap kerjasama siswa juga belum terlihat pada saat diskusi kelompok, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar pun belum ditunjukkan oleh siswa karenan pembelajaran yang diberikan guru hanya dilakukan di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan pada rendahnya keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman dalam proses pembelajaran IPA.

(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan keterampilan bertanya untuk meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA berpusat pada siswa bagi siswa kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa pada pembelajaran IPA berpusat pada siswa bagi siswa kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman melalui penerapan keterampilan bertanya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Turi 3 Kecamatan Turi Kabupaten Sleman ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis:

Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi terkait dengan penerapan keterampilan bertanya untuk meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA berpusat pada siswa. 2. Secara Praktis:

a. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu pilihan yang memicu aktivitas kognitif siswa melalui penerapan keterampilan bertanya untuk

(24)

meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA berpusat pada siswa.

b. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini, pada pembelajaran IPA khususnya keterampilan proses siswa terfokus pada kegiatan menyimak penjelasan materi dari guru, merumuskan masalah, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, mengamati percobaan, mengisi tabel data, menganalisis hasil percobaan, menyimpulkan dan mengomunikasikan hasil percobaan, menerapkan konsep, dan mengembalikan peralatan percobaan ke tempat semula dapat meningkat. Selain itu, meningkatnya keterampilan proses siswa juga berdampak pada meningkatnya pemahaman siswa tentang materi pembelajaran dan nilai tes yang diperoleh siswa.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti tentang cara pengaplikasian keterampilan bertanya khususnya dalam pembelajaran IPA.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA

1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris “natural science” secara singkat sering disebut “science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Kata “science” artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M. Iskandar, 1996:2).

Menurut Sri M. Iskandar (1996: 1), IPA adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. IPA sebagai produk merupakan sekumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA (Srini M. Iskandar, 1996: 1).

Fakta merupakan produk sains yang diperoleh melalui observasi secara intensif dan terus menurus. Secara verbal fakta merupakan pernyataan untuk suatu benda yang nyata atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Contoh fakta adalah cahaya matahari merupakan salah satu contoh sumber cahaya. Konsep merupakan abstraksi tentang benda atau kejadian alam. Konsep juga dapat dikatakan sebagai suatu definisi atau penjelasan. Contoh konsep yaitu benda-benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Prinsip

(26)

merupakan generalisasi mengenai hubungan antara konsep-konsep yang saling berkaitan. Contohnya sebuah benda dapat dilihat karena ada cahaya yang memancar dan ada cahaya yang dipantulkan dari benda tersebut. Hukum merupakan prinsip yang bersifat khusus. Kekhususan hukum dapat dilihat dari sifatnya yang kekal karena telah diuji berkali-kali. Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variabel satu dengan yang lain. Contohnya hukum Newton, hukum Ohm, dan hukum Kepler. Teori merupakan generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang terjadi di alam semesta. Contohnya teori Atom dan teori Evolusi.

Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya (Srini M. Iskandar, 1996, 4). IPA sebagai proses merupakan kumpulan fakta-fakta yang saling berhubungan berdasarkan hasil penelitian sehingga menghasilkan produk-produk sains yang dapat diterapkan oleh masyarakat. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki setiap peneliti ketika melakukan eksperimen atau percobaan agar diperoleh data yang valid dan dapat dipercaya. Sikap ilmiah yang harus diterapkan dalam IPA, antara lain: obyektif, rasa ingin tahu, terbuka, jujur, teliti, ingin memperoleh sesuatu, kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir fleksibel, dan disiplin. Sikap ilmiah tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan kegiatan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan di lapangan.

(27)

Menurut Paolo & Marten (Usman Samatowa, 2006: 12) aktivitas IPA untuk anak sekolah dasar, antara lain: mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. IPA yang diterapkan pada anak usia sekolah dasar harus dimodifikasi agar anak-anak sekolah dasar dapat mempelajari. Ide-ide dan konsep-konsep IPA harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak-anak sekolah dasar.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui proses atau kegiatan tertentu menggunakan metode ilmiah untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar memahami alam sekitar secara ilmiah.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

(28)

menyebutkan bahwa tingkat Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan tujuan mata pelajaran IPA yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan keterampilan proses dan berperilaku secara ilmiah. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan karena melalui pengamatan atau penyelidikan langsung di lingkungan alam sekitar.

(29)

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Kelas V

Muslichah Asy’ari (2006: 23-24) menyatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi dua aspek, yaitu: kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah yaitu memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang meliputi penyelidikan atau penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas serta pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Sedangkan lingkup pemahaman konsep erat kaitannya dengan materi pelajaran IPA yang disajikan. Materi yang disajikan harus lebih jelas pengorganisasiannya sehingga tidak tumpang tindih.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mata pelajaran IPA pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Makhuk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Materi IPA di sekolah dasar khususnya kelas V meliputi seluruh aspek tersebut. Aspek-aspek yang tercantum dalam ruang lingkup mata pelajaran IPA di atas dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Ada beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa kelas V sekolah dasar. Berikut disajikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang diberikan di kelas V sekolah dasar.

(30)

Tabel 1. SK dan KD Kelas V Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

1. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model

1.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

1.2 Membuat suatu karya atau model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil ruang lingkup energi dan perubahannya yang sesuai dengan KD 1.1 yaitu mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti: membaca, menulis, dan menghitung (Syamsu Yusuf LN, 2011: 178). Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 106) masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar atau khayalan menjadi lebih konkret atau dapat diterima akal. Dikatakan tahap operasi konkret dalam berfikir, karena pada tahap ini anak mampu berpikir logika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan.

Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasi atau mengelompokkan, menyusun, dan mengasosiasikan atau menghubungkan benda-benda yang ada di sekitarnya (Syamsu Yusuf LN,

(31)

2011: 178). Siswa mulai memperhatikan dan menerima pendapat orang lain. Bahan pembicaraan lebih ditujukan kepada lingkungan sosial.

Daya nalar dapat dikembangkan dengan melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, maupun pemikiran mengenai suatu peristiwa yang pernah dialami di lingkungannya (Syamsu Yusuf LN, 2011: 179). Misalnya, cerita yang berkaitan dengan pergaulan dengan teman-teman di sekolahnya, peristiwa berupa pengalaman yang menyenangkan maupun menyedihkan saat di sekolah dan sebagainya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka tugas guru sebagai pelaksana pembelajaran sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, gagasan, maupun pemikiran terkait dengan materi pelajaran yang dibaca atau dijelaskan guru.

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:116) masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase yaitu masa fase-fase rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar adalah siswa yang berada pada rentang usia 6/7 tahun sampai 9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar. Masa kelas tinggi sekolah dasar adalah siswa yang berada pada rentang usia 9/10 tahun sampai 12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar.

Pada fase kanak-kanak akhir mempunyai karakteristik masing-masing. Karakteristik siswa yang berada pada fase kelas rendah yaitu tidak dapat membedakan khayalan dengan kenyataan, benda tiruan memiliki sifat yang sama dengan yang asli, mengaitkan pemgalaman dunia luar dengan pengalaman pribadi. Sedangkan karakteristik siswa pada fase kelas-kelas tinggi

(32)

yaitu adanya rasa ingin tahu, ingin selalu bertanya, memiliki minat belajar pada mata pelajaran yang disukai, memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya, senang dengan kegiatan-kegiatan yang menantang siswa agar aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diungkapkan bahwa siswa kelas V sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logika untuk menyelesaikan permasalahan yang sifatnya konkret dengan cara mengamati dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Daya nalar siswa pada tahap ini dapat dikembangkan dengan cara melatih siswa mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan pendapat mengenai sesuatu peristiwa yang pernah dialami. Perlu adanya kemampuan agar siswa dapat mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan pendapat mengenai suatu peristiwa yaitu dengan menerapkan keterampilan proses siswa. Kelas V sekolah dasar yang berada pada fase kelas tinggi senang dengan segala bentuk kegiatan-kegiatan yang menantang agar dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tidak habis-habisnya untuk diteliti dan dipelajari. Pembelajaran IPA yang ditujukan kepada siswa memang perlu untuk disampaikan sejak dini. Hal itu dimaksudkan agar siswa lebih peka terhadap

(33)

gejala-gejala alam yang yang terjadi serta dapat membangkitkan kesadaran siswa untuk menjaga alam.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar dimulai dengan mempelajari peristiwa-peristiwa sederhana yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal serta lingkungan sekolah. Apabila mempelajari hal yang terjadi di sekitarnya, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami IPA terutama untuk usia pra operasional dan operasional konkret. Selain itu juga dapat merangsang siswa agar tertarik untuk belajar dan membuktikan hal yang telah dipelajari dengan kejadian di lingkungan sekitarnya.

Dalam mata pelajaran IPA hal-hal yang dipelajari mencakup semua materi yang berhubungan dengan berbagai objek alam beserta persoalan yang mendasarinya. Ruang lingkup IPA antara lain adalah makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.

Akan tetapi, siswa terkadang kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi IPA karena mata pelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang cukup rumit untuk dipelajari. Selain itu, siswa lebih banyak belajar dan mendapatkan materi dari buku saja tanpa mengetahui dan mempelajari hal sebenarnya yang berada di lingkungan alam. Kegiatan belajar mengajar lebih banyak di dalam kelas dan dibatasi oleh empat dinding serta keterbatasan sumber belajar. Hal ini seringkali tidak terpikirkan oleh guru dan guru sebagai pembimbing siswa lebih mengutamakan bahan belajar dari buku bukan benar-benar dari alam yang sebenarnya memang sedang dipelajari. Padahal dalam mempelajari materi IPA lingkungan alam sangat penting

(34)

digunakan sebagai media pembelajaran karena membantu siswa untuk lebih memahami suatu objek atau benda secara langsung dan nyata dengan cara mengamati dan mengenal lingkungan alam. Sehingga siswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa yaitu tahap opersional konkret. Benda-benda yang diamati merupakan benda yang bersifat konkret atau nyata bukan benda abstrak. Siswa sudah mampu memecahkan permasalahan dengan berfikir logika atau sesuai dengan kenyataan. Melalui kegiatan observasi dan eksperimen siswa akan mendapatkan pengalaman langsung untuk dapat mengembangkan pengetahuannya dan keterampilannya tentang alam sekitar secara ilmiah.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar memusatkan pada keaktifan siswa baik secara fisik, mental maupun emosional. Pusat pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan pengalaman yang diperoleh di lingkungan alam sekitar. Hal tersebut sependapat dengan Oemar Hamalik (2004: 201) bahwa pengajaran berpusat pada siswa adalah proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Strategi pengajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa. lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang atau fasilitator.

(35)

J.J Rousseau (Masitoh, dkk., 2005: 36) menyatakan bahwa “kita jangan menekankan pada banyaknya pengetahuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh seorang anak, tetapi harus menekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui anak sesuai dengan minatnya”. Pendapat J.J Rousseau menjelaskan bahwa student centered merupakan proses pembelajaran yang seluruh kegiatan dipusatkan pada anak dan minat anak sehingga anak yang mendominasi proses pembelajaran. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati (2010: 43) mengemukakan pembelajaran berpusat pada anak “…melibatkan anak dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir merupakan belajar aktif (active learning), yang lebih menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan student centered merupakan pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar siswa belajar. Konsep student centered yang penting adalah belajarnya siswa. Guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial siswa. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan student centered menghargai keunikan tiap individu dari diri setiap anak, baik dalam minat, bakat, pendapat serta cara dan gaya belajar masing-masing anak. Perserta didik atau anak disiapkan untuk dapat menghargai diri sendiri, orang lain, perbedaan, menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis dan berwawasan global. Sesuai dengan tahap perkembangannya siswa usia sekolah dasar sangat menyukai kegiatan yang

(36)

sifatnya menantang dan berkompetisi seperti metode permainan antar individu maupun antar kelompok yang memacu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran yang interaktif juga salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Media dapat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru. Selain itu, guru juga akan lebih mudah untuk menyampaikan materi dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran interaktif yang dapat mengaktifkan suasana pembelajaran, antara lain: media gambar, buku pembelajaran, video pembelajaran, laboratorium, perpustakaan, dan lain sebagainya (Sardiman A.M, 2012: 170).

Selain itu, faktor lain yang mendukung keberhasilan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah guru. Guru berfungsi sebagai motivator, organisator, pengarah dan media pengajaran cukup komunikatif. Guru dalam mengajar harus menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan seluruh kemampuan siswa dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran misalkan membentuk siswa dalam kelompok. Menurut Spencer Kagan, dalam Warsono & Hariyanto (2012:169) tim pembelajaran secara ideal terdiri dari maksimal empat anggota yang heterogen. Lingkungan dan aturan diciptakan sedemikian rupa sehingga setiap siswa memahami tugas individu maupun tugas kelompoknya.

Keterampilan mengajar guru sangat berpengaruh pada proses pembelajaran IPA di sekolah dasar. Ada beberapa jenis keterampilan mengajar

(37)

sebagaimana dikemukakan oleh Wingkel dalam Hamzah B.Uno (2005: 168), antara lain: (1) keterampilan memberikan penguatan, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Salah satu jenis keterampilan mengajar guru pada proses pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan keterampilan proses siswa adalah keterampilan bertanya karena dengan guru memiliki keterampilan bertanya yang baik secara lisan dan tertulis, maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang memacu keterampilan proses siswa.

D. Keterampilan Proses

1. Pengertian Keterampilan Proses

Carin dalam Usman Samatowa (2011: 5) mendefinisikan keterampilan

proses adalah: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji kebenaran ramalan-ramalan tersebut. Keterampilan proses merupakan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 138). Keterampilan proses menjadikan siswa memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Mengajar dengan keterampilan proses berarti melibatkan siswa aktif dan memberikan kesempatan siswa secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Guru hendaknya menanamkan sikap dan nilai bagaimana ilmuwan bekerja kepada para siswanya.

(38)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diungkapkan bahwa keterampilan proses sebagai tempat penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa. Pengembangan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu pengetahuan, serta sikap dan nilai dalam proses pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses saling berpengaruh. Keterampilan proses tidak mungkin terlaksana apabila dalam proses pembelajaran tidak melibatkan aktivitas siswa.

2. Jenis-Jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses

Ada berbagai keterampilan yang dilatihkan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar (basic skllis) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yaitu: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri sepuluh keterampilan, yaitu: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, meyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 140). Berikut ini terurai penjelasan keterampilan dasar (basic skllis) dalam keterampilan proses.

(39)

a. Mengamati

Mengamati merupakan keterampilan proses menggunakan panca indera untuk memperoleh data atau informasi (Patta Bundu, 2006: 25). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 142) menjelaskan bahwa merupakan tanggapan seseorang terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan panca indera, yaitu: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau peraba. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam keterampilan proses. Selain itu, keterampilan mengamati merupakan keterampilan yang terpenting karena kebenaran informasi yang diperoleh bergantung pada kebenaran dan kecermatan hasil pengamatan.

b. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasi merupakan keterampilan proses untuk menggolongkan atau mengelompokkan beberapa objek maupun peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 143). Menurut Patta Bundu (2006: 26) menjelaskan bahwa mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atas aspek dan ciri-ciri tertentu. Keterampilan mengklasifikasi merupakan dasar pembentukan konsep. Setiap objek dapat digolongkan atas dasar ukuran, bentuk, warna atau sifatnya yang lainnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari beberapa objek maupun peristiwa.

(40)

c. Mengomunikasikan

Komunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan (Patta Bunda, 2006: 26). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 143) mengomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Cara mengomunikasikan dalam ilmu pengetahuan bentuknya bisa berupa laporan, grafik, gambar, diagram, atau tabel yang dapat disampaikan kepada orang lain. Komunikasi merupakan dasar dalam memecahkan suatu permasalahan karena semua orang merasa perlu untuk mengomunikasikan ide, perasaan dan kebutuhannya kepada orang lain. Oleh karena itu, keterampilan mengomunikasikan perlu dilatih dan dikembangkan agar keterampilan proses dalam pembelajaran dapat ditingkatkan.

d. Mengukur

Mengukur merupakan keterampilan proses membandingkan objek yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 144). Keterampilan mengukur merupakan hal pendukung dalam membina observasi kuantitatif, mengklasifikasi, membandingkan segala sesuatu di sekeliling kita, mengomunikasikan secara tepat dan efektif kepada orang lain.

(41)

e. Memprediksi

Prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari dapat diamati (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 144). Menurut Patta Bundu (2006: 27) prediksi adalah suatu perkiraan yang spesifik pada bentuk observasi yang akan datang. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang suatu objek dan peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan. Jadi, memprediksi merupakan suatu kegiatan mengantisipasi atau membuat ramalan mengenai suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan pada pola perilaku tertentu terhadap lingkungan sekitar.

f. Menyimpulkan

Menyimpulkan diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 145). Jadi, menyimpulkan merupakan kegiatan menarik suatu pernyataan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahui dari hasil pengamatan maupun temuan.

Enam keterampilan yang telah dijelaskan di atas merupakan keterampilan dasar (basic skills) dalam keterampilan proses. Keterampilan dasar tersebut menjadi landasan untuk keterampilan proses terintegrasi (integrated skills) yang lebih kompleks. Keterampilan proses terintegrasi merupakan keterampilan-keterampilan yang digunakan untuk melakukan

(42)

penelitian. Berikut ini terurai penjelasan keterampilan terintegrasi (integrated skllis) dalam keterampilan proses.

a. Mengenali Variabel

Sebelum melakukan penelitian, kita perlu mengenali variabel terlebih dahulu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 145) mengatakan bahwa ada dua macam variabel yang perlu dikenali, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel digunakan untuk merumuskan hipotesis penelitian (Singarimbun dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 145).

Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah atau berganti dalam suatu situasi tertentu. Variabel bebas merupakan variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam suatu situasi dan diselidiki pengaruhnya (Surakhmad dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 146). Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan fungsional (dengan atau sebagai pengaruh dari variabel bebas) (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 146).

b. Membuat Tabel Data

Keterampilan membuat tabel data perlu diberikan kepada siswa karena berfungsi untuk menyajikan data yang diperlukan dalam penelitian. Tabel data yang telah dibuat akan memudahkan peneliti untuk menganalisis hasil pecobaan dan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan.

(43)

c. Membuat Grafik

Keterampilan membuat grafik merupakan kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar, dengan variabel bebas selalu pada sumbu datar dan variabel terikat selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 147). Data yang disajikan pada setiap variabel sesuai dengan apa yang terjadi pada tabel data.

d. Menggambarkan Hubungan Antar Variabel

Keterampilan mendeskripsikan hubungan antar variabel merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap peneliti. Keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat atau hubungan antara variabel-variabel yang sama (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 147). Hubungan antar variabel sangat perlu digambarkan karena merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah (Singarimbun dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 147).

e. Mengumpulkan dan Mengolah Data

Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data diperlukan untuk pengukuran dan pengujian hipotesis (Surakhmad dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 147-148). Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data merupakan kemampuan memperoleh informasi atau data dari seorang sumber atau informan baik secara lisan, tertulis, atau melalui pengamatan.

(44)

Data yang diperoleh kemudian dikaji lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.

f. Menganalisis Penelitian

Keterampilan menganalisis penelitian sangat diperlukan oleh seorang ilmuwan yaitu siswa. Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 148). Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis diantaranya adalah mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis. g. Menyusun Hipotesis

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 148) menjelaskan bahwa menyusun hipotesis merupakan kemampuan menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor dalam suatu situasi tertentu, maka akan timbul suatu akibat dari dugaan tersebut. Keterampilan menyusun hipotesis dapat menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pertanyaan berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas.

h. Mendefinisikan Variabel

Seorang peneliti perlu memiliki keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional untuk mengetahui hubungan antar variabel. Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda (Dimyati dan Mudjiono,

(45)

2013: 149). Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mendefinisikan variabel di antaranya adalah mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terikat, dan kegiatan lain sejenisnya.

i. Merancang Penelitian

Suatu penelitian agar dapat dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka perlu adanya rancangan penelitian. Rancangan penelitian dibuat pada setiap kegiatan penelitian. Merancang penelitian merupakan kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian akan dilaksanakan (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 150). Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah: a) mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti; b) merumuskan satu atau lebih hipotesis untuk menjawab rumusan masalah; c) memiih alat atau instrumen yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan.

j. Bereksperimen

Bereksperimen merupakan keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat diterima atau diolah berdasarkan ide-ide tersebut. Contoh keterampilan

(46)

bereksperimen adalah menguji kebenaran sifat-sifat cahaya, meliputi: merambat lurus, menembus benda bening, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dan penguraian cahaya.

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis keterampilan proses di atas, peneliti mengembangkannya ke dalam beberapa indikator keterampilan proses yang akan digunakan untuk melakukan penelitian, yaitu: menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru atau sumber lainnya, merumuskan masalah, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, mengamati percobaan, mengisi tabel data, menganalisis hasil percobaan, menyimpulkan dan mengomunikasilan hasil percobaan, menerapkan konsep, dan mengembalikan alat-alat ke tempat semula. Keterampilan proses dalam IPA pada dasarnya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu sebuah strategi yang mendukung agar siswa selalu terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan keterampilan bertanya guru secara lisan dan tertulis, karena manfaat dari guru bertanya, yaitu: dapat meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan minat dan rasa ingin tahu terhadap masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir siswa, dan menuntut proses berpikir siswa karena pertanyaan yang baik dari guru dapat membantu siswa untuk menentukan jawaban yang baik. Dengan manfaat dari guru bertanya, maka dapat membantu siswa untuk memacu meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.

(47)

E. Keterampilan Bertanya 1. Pengertian Bertanya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), kata “tanya” diartikan sebagai permintaan keterangan sedangkan “bertanya” diartikan sebagai (1) meminta keterangan atau penjelasan, dan (2) meminta supaya diberitahu tentang sesuatu. Menurut Ramlan (2005: 28) pertanyaan atau kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Sedangkan menurut Evelyn Williams English (2005: 143) pertanyaan adalah sesuatu yang dipertanyakan atau suatu pencarian yang memerlukan jawaban.

Menurut Brown dalam Hasibuan, dkk. (1988: 19) bertanya adalah setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Bertanya sangat erat kaitannya dengan berpikir, seperti yang diutarakan John Dewey, “Thinking it self is question”. Menurut Hasibuan, dkk. (1988: 27) tujuan bertanya tidak sekadar untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bertanya merupakan ucapan verbal berupa kalimat bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai hal yang belum diketahui. Dalam hal ini, bertanya dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

2. Pengertian Keterampilan Bertanya

Kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan bertanya. Kegiatan tanya jawab terjadi di rumah, di pasar, di perjalanan, di sekolah dan di manapun. Pertanyaan diajukan untuk mendapatkan suatu informasi yang belum

(48)

diketahui. Bertanya secara lisan merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir (Saidiman dalam Hamzah B. Uno, 2005: 170).

Sebenarnya inti dari setiap komunikasi antar manusia sangat tergantung pada kemampuan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dimengerti kedua belah pihak yang berkomunikasi. Penggunaan pertanyaan oleh dua orang atau lebih dalam suatu pembicaraan sehari-hari merupakan hal yang paling sering dilakukan. Masa modern seperti saat ini orang yang memiliki keterampilan berkomunikasi biasanya disukai dalam pergaulan.

Keterampilan bertanya sangat diperlukan oleh banyak orang dalam berbagai bidang pekerjaan. Orang yang paling sering menggunakan pertanyaan untuk keperluan pekerjaannya antara lain seperti pewawancara, wartawan, peneliti, dan guru. Semua profesi tersebut membutuhkan keterampilan bertanya dalam rangka mengumpulkan, menggali, mengonfirmasikan, dan menyampaikan suatu informasi. Menurut Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh (1998: 25) untuk memperoleh keterampilan bertanya tersebut maka perlu memahami esensi pertanyaan-pertanyaan yang baik melalui latihan-latihan membuat pertanyaan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Menurut Hasibuan, dkk. (1985: 14) manfaat keterampilan bertanya guru adalah sebagai berikut.

(49)

a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

c. Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya.

d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru adalah kemampuan bertanya yang dilakukan oleh guru dalam rangka merangsang kemampuan berpikir siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menyelesaikan suatu permasalahan, serta untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran. Keterampilan bertanya guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini yang dimaksud adalah pada pembelajaran IPA, kualitas proses dalam pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan keterampilan proses. Apabila guru menggunakan penerapan keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran IPA dapat berpengaruh pada cara berpikir siswa untuk memahami dan menanggapi suatu permasalahan. Sehingga siswa dapat menyimpulkan dan menerapkan solusi yang tepat dari permasalahan yang dihadapi. Meningkatnya kualitas proses pembelajaran IPA terutama keterampilan proses siswa sangat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa karena hasil belajar yang diperoleh siswa ditunjukkan dari proses kegiatan belajar siswa saat mengikuti pembelajaran.

(50)

3. Indikator Keterampilan Bertanya

Menurut Bolla dan Pah dalam Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh (1998: 27) keterampilan bertanya guru terdiri dari keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Menurut Hamzah B. Uno (2005: 170-171) komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya dasar sebagai berikut.

a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

b. Pemberian acuan digunakan supaya siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi yang menjadi acuan pertanyaan.

c. Pemusatan ke arah jawaban yang diminta yaitu pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas atau terbuka yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.

d. Pemindahan giliran menjawab yaitu pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.

e. Penyebaran pertanyaan yaitu guru melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain.

f. Pemberian waktu berpikir yaitu dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespon pertanyaannya. g. Pemberian tuntunan yaitu bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam

(51)

Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.

Komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjut sebagai berikut. a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan yaitu untuk

mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,dan evaluasi).

b. Urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan harus memunyai urutan yang logis.

c. Melacak yaitu untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilam melacak perlu dimiliki oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, dan memberikan contoh yang relevan.

d. Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antarsiswa. Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan upaya mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar terbiasa melakukan inisiatif sendiri.

Menurut Peter C. Gega (1994: 89-90) keterampilan bertanya guru menggunakan pertanyaan luas dan sempit dalam proses sains sebagai berikut. 1. Mengajukan pertanyaan dengan cara mengidentifikasi objek yang

(52)

Contoh:

Pertanyaan sempit:

• Sebutkan sumber-sumber cahaya yang kalian ketahui! • Sebutkan sifat-sifat cahaya yang kalian ketahui! Pertanyaan luas:

• Apa yang kalian ketahui tentang pengertian sumber cahaya?

2. Mengajukan pertanyaan tentang perubahan suatu objek atau peristiwa. Contoh:

Pertanyaan sempit:

• Apa yang terjadi jika cahaya senter dipancarkan pada gelas plastik bening?

• Apa yang terjadi jika cahaya senter dipancarkan pada gelas plastik berwarna ungu?

Pertanyaan luas:

• Apa perubahan yang dapat kamu amati dari kedua kegiatan percobaan tersebut?

3. Mengajukan pertanyaan tentang persamaan dan perbedaan suatu objek. Contoh:

Pertanyaan sempit:

• Pada saat nyala api lilin diamati dari salah satu ujung paralon yang lurus, apakah berkas nyala api lilin dapat merambat lurus?

• Pada saat nyala api lilin diamati dari salah satu ujung paralon yang melengkung, apakah berkas nyala api lilin dapat merambat lurus?

(53)

Pertanyaan luas:

• Bagaimana perbedaan nyala api lilin yang diamati dari salah satu ujung paralon yang lurus dan dari salah satu ujung paralon yang melengkung?

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka indikator keterampilan bertanya guru yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; 2) memberian acuan berupa informasi; 3) pemusatan ke arah jawaban yang diminta dengan cara mengidentifikasi objek yang melibatkan salah satu atau semua alat indera siswa, mengidentifikasi perubahan suatu objek atau peristiwa, dan mengidentifikasi persamaan atau perbedaan suatu objek; 4) pemindahan giliran menjawab; 5) menyebarkan pertanyaan; 6) memberikan waktu berpikir; 7) memberikan tuntunan; 8) mengubah tuntutan tingkat kognitif pertanyaan; 9) mengurutkan pertanyaan; 10) melacak; dan 11) keterampilan mendorong terjadinya interaksi antarsiswa.

4. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom

Menurut Taksonomi Bloom, ada enam tingkatan pertanyaan untuk menuntun kemampuan merespon secara spesifik (Hasibuan, dkk. ( 1985: 15-19)). Keenam tingkat pertanyaan itu adalah pertanyaan pengetahuan, pertanyaan pemahaman, pertanyaan penerapan, pertanyaan analisis, pertanyaan sintesis, dan pertanyaan evaluasi. Berikut adalah penjelasan keenam tingkat pertanyaan tersebut.

(54)

a. Pertanyaan pengetahuan ( recall question atau knowlegde question)

Pertanyaan pengetahuan yaitu pertanyaan yang menuntut siswa mengingat kembali dan menyebutkan informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini siswa tidak dituntut memanipulasi atau menilai informasi, tetapi hanya mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa harus mengingat kembali fakta, definisi, hasil pengamatan, dalil, rumus dan lain sebagainya yang telah dipelajari sebelumnya.

Contoh:

• Apa yang dimaksud dengan sumber cahaya?

• Sebutkan empat contoh sumber cahaya yang kamu ketahui! • Sebutkan empat sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui! b. Pertanyaan pemahaman (comprehention question)

Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab dengan mengorganisasikan informasi yang pernah dipelajarinya dengan kata-kata sendiri dan membuat perbandingan atau menerjemahkan bahan informasi dari komunikasi verbal ke bentuk lain, misalnya dalam bentuk grafis, skema dan tabel.

Contoh:

• Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, mengapa cahaya dapat menembus benda-benda bening?

(55)

c. Pertanyaan aplikasi atau penerapan (application question)

Pertanyaan aplikasi merupakan pertanyaan yang menuntut siswa menerapkan informasi yang dipelajari sebelumnya, berupa aturan, hukum, rumus, kriteria, atau prinsip-prinsip tertentu dalam situasi konkret. Dengan pertanyaan tersebut, siswa diharapkan dapat memberikan jawaban tunggal dengan menerapkan informasi-informasi yang dimaksud.

Contoh:

• Tunjukkanlah melalui kegiatan percobaan bahwa cahaya senter dapat menembus benda bening!

d. Pertanyaan analisis (analysis question)

Pertanyaan analisis yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir lebih kritis dan mendalam mengenai suatu permasalahan yang sedang dibahas. Dengan pertanyaan analisis ini, peserta didik diharapkan dapat menemukan jawaban dengan cara mengindentifikasi motif, mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan, dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada.

Contoh:

• Identifikasi motif: Mengapa kertas karton tidak dapat ditembus oleh cahaya senter?

• Menganalisa kesimpulan atau generalisasi: Cahaya dapat menembus benda-benda bening. Dapatkah kamu menunjukkan bukti-buktinya?

(56)

• Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada: Setelah kita mempelajari sifat-sifat cahaya melalui kegiatan percobaan, maka kesimpulan apa sajakah yang dapat kita simpulkan?

e. Pertanyaan sintesis (synthesis question)

Pertanyaan sintesis yaitu pertanyaan yang menuntut siswa menyusun suatu pemikiran yang sifatnya mandiri dan kreatif. Pertanyaan sintesis dapat berupa membuat ramalan atau prediksi, pemecahan masalah berdasarkan imajinasi siswa, maupun mencari komunikasi.

Contoh:

• Membuat ramalan: Apa yang terjadi jika botol berisi air jernih diberi pewarna merah, apakah cahaya senter dapat menembus botol berisi air berwarna merah tersebut?

• Memecahkan masalah berdasarkan imajinasi siswa: Bayangkan jika cahaya lampu ditutup dengan kertas buku, apakah cahaya senter dapat menembus kertas buku tersebut?

• Mencari komunikasi: Susunlah suatu deskripsi dari percobaan yang kamu lakukan bahwa cahaya dapat merambat lurus!

f. Pertanyaan evaluasi (evaluation question)

Pertanyaan evaluasi yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk mengemukakan ide, gagasan, dan memecahkan suatu permasalahan. Di samping itu, pertanyaan ini juga meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang suatu isu yang sedang dibahas.

(57)

Contoh: Pada saat percobaan untuk membuktikan pembiasan cahaya dengan menggunakan mangkuk dan koin, koin dimasukkan ke dalam mangkuk yang diisi air jernih sampai penuh, kemudian mangkuk tersebut dijauhkan sampai koin tidak terlihat oleh pandangan mata kita. Apakah koin tersebut dapat terlihat terlihat? Jelaskan dengan alasanmu!

Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam jenis pertanyaan berdasarkan tingkat berpikir anak, yaitu pertanyaan tingkat berpikir rendah dan pertanyaan tingkat berpikir tinggi (Hasibuan, dkk. (1988: 42-44)).

a. Pertanyaan tingkat rendah

Pertanyaan tingkat rendah menekankan daya ingat seseorang terhadap informasi yang diperoleh. Pertanyaan tingkat rendah terfokus pada fakta. Jenis pertanyaan yang termasuk pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan pengetahuan, pertanyaan pemahaman, dan pertanyaan aplikasi.

b. Pertanyaan tingkat tinggi

Pertanyaan tingkat tinggi menuntut jawaban dengan tingkat berpikir yang kompleks dan abstrak. Pertanyaan tingkat tinggi digunakan untuk menilai kemampuan berpikir siswa yang bersifat kompleks dan abstrak. Tipe pertanyaan ini menuntut siswa untuk dapat berpikir analitis, sintesis, maupun berpikir evaluatif, dan keterampilan pemecahan masalah. Jenis pertanyaan yang termasuk pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan analisis, pertanyaan sintesis, dan pertanyaan evaluasi.

(58)

F. Kerangka Pikir

Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah (Srini M. Iskandar, 1996: 1). IPA sebagai produk merupakan sekumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA (Srini M. Iskandar, 1996: 1). IPA sebagai proses merupakan kumpulan fakta-fakta yang saling berhubungan berdasarkan hasil penelitian sehingga menghasilkan produk-produk sains yang dapat diterapkan oleh masyarakat (Srini M. Iskandar, 1996: 4). Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki setiap peneliti ketika melakukan eksperimen atau percobaan agar diperoleh data yang valid dan dapat dipercaya (Srini M. Iskandar, 1996: 12).

Pembelajaran IPA di sekolah dasar harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD dan tujuan pembelajaran IPA. Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses. Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah dasar sebaiknya membantu siswa mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA meliputi kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengomunikasikan hasil yang diperoleh melalui sikap ilmiah sehingga dapat menghasilkan produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan proses merupakan hal yang penting untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan tingkat pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran IPA. Dengan keterampilan proses melalui percobaan dan

Gambar

Gambar 1.  Gambar 2.  Gambar 3.  Gambar 4.  Gambar 5.  Gambar 6.  Gambar 7.  Gambar 8
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2. Alur Model Spiral menurut Kemmis dan Taggart   Adapun prosedur pelaksanaan tindakan yang ditempuh dalam penelitian  ini adalah:
Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I  Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Peningkatkan Hasil Belajar IPS Pokok Bahasan Jenis-Jenis Pekerjaan dengan Menggunakan Media Gambar pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya peningkatan kemampuan penalaran dan representasi matematis siswa menggunakan pembelajaran model problem posing dengan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran melalui model Problem Solving berbantuan media ular tangga engklek pada

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki terhadap kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2

Inisiatif yang diambil adalah melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan media atau alat peraga yang peneliti namakan Alat Permainan Identifikasi (API)

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahap yaitu sensori motorik ( 0-2 tahun) , pra operasional ( 2-7 tahun), operasional konkrit ( 7-11 tahun)

Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat April 2023,Vol 5 1 2023: 61‒67 ISSN 2721-897X Inovasi Lubang Resapan Biopori Menggunakan Pipa Paralon sebagai Upaya Mengurangi Penumpukan Sampah

[email protected] 19 SISTEM PENGATOMAN DENGAN NYALA  Menggunakan nyala api untuk mengubah ion dalam larutan menjadi atom bebas  Terdiri dari 2 bagian utama: Sistem pengabut