• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chabertia ovina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chabertia ovina"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Chabertia ovina

Chabertia ovina

Klasifikasi

Klasifikasi Chabertia ovinaChabertia ovina adalah sebagai berikut: (Levine, 1985).adalah sebagai berikut: (Levine, 1985). Phylum

Phylum : : NemathelminthesNemathelminthes Subphylum

Subphylum : : NematodaNematoda Class

Class : : AdenophoreaAdenophorea Ordo

Ordo : Strongylida: Strongylida Family

Family : : TrichonematidaeTrichonematidae Genus

Genus : : ChabertiaChabertia

Spesies :

Spesies : Chabertia ovinaChabertia ovina Host

Host : : Domba, Domba, kambing, kambing, sapi, sapi, rusa rusa dan dan ruminansia ruminansia lain..lain..

Gambar 3.26

Gambar 3.26 Chabertia ovina Chabertia ovina dengan metode natif perbesaran 400x (Dok. Pribadi)dengan metode natif perbesaran 400x (Dok. Pribadi)

Morfologi

Morfologi ::

Chabertia ovina

Chabertia ovina merupakan kcacing perut dan ruminansia lain. Cacing jantanmerupakan kcacing perut dan ruminansia lain. Cacing jantan mempunyai panjang 13 14 mm dan berdiameter 330 mikron, s=dengan spikuum langsing 1,3 mempunyai panjang 13 14 mm dan berdiameter 330 mikron, s=dengan spikuum langsing 1,3 -1,7 mm dan gubernakulum yang panjangnya 80 - 137 mikron. Cacing betina mempunyai panjang 1,7 mm dan gubernakulum yang panjangnya 80 - 137 mikron. Cacing betina mempunyai panjang 17- 20 mm dan berdiameter 500 mikron. Telur

17- 20 mm dan berdiameter 500 mikron. Telur Chabertia ovinaChabertia ovina  berukuran  berukuran 77 77 - - 100 100 x x 45-5945-59 mikron

mikron (Levine, (Levine, 1985).1985).

Siklus Hidup

Siklus Hidup ::

Siklus hidup mirip dengan siklus hidup Oesophagostomum. larva infektif kadang Siklus hidup mirip dengan siklus hidup Oesophagostomum. larva infektif kadang -kadang masuk kedalam mukosa usus apabila masuk, mereka tinggal hanya untuk waktu yang kadang masuk kedalam mukosa usus apabila masuk, mereka tinggal hanya untuk waktu yang singkat. Mereka menyilih sampai menjadi larva stadium keempat memerlukan waktu enam hari singkat. Mereka menyilih sampai menjadi larva stadium keempat memerlukan waktu enam hari

(2)

setelah tertelan dan menjadi cacing dewasa yang belum matang sekitar 25 hari setelah tertelan. telu - telurnya terdapat pada tinja 47 - 63 hari setelah tertelan (Levine, 1985).

Penyakit :

Akibat infeksi Chabertia ovina. disebut Chabertiasis dengan predileksi pada saluran  pencernaan. (Suwanti dkk, 2012).

Patogenesa :

Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui pakan, air minum atau litter yang tercemar oleh feses. Telur yag keluar bersama feses inang yang akan menetas 24 jam kemudian dan berkembang menjadi larva infektif yang masih dilengkapi dengan selubung sampai kor. Larva ditemukan dalam usus 90 jam setelah infeksi yang akan berubah menjadi larva stadium 4 dan akan menempel pada mukosa kolon bagian atas atau masuk ke dinding kolon. (Suwanti dkk, 2012).

Gejala klinis:

Infeksi akibat Chabertia ovina yang tampak yaitu adanya diare dengan feses campur lendir dan darah, kondisi jelek,lemah, penurunan berat badan , anemi, dan melanjut sampai kematian. (Suwanti dkk, 2012).

Gambaran patologis:

Cacing dewasa menempel pada membran mukosa dari kolon menggunakan buccal capsul, cacing menghisap darah sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bagian mukosa yang dilekati mulut cacing dewasa mengalami peningkatan aktivitas sel goblet dan infiltrasi limfosit dan eosinofil. (Suwanti dkk, 2012).

Diagnosa:

Banyak penyakit lain yang mempunyai gejala klinis mirip . Sehingga untuk menetapkan diagnosis hanya dengan melihat gejala klinis sulit dibedakan. Penentuan diagnosis secara tepat dapat dilakukan dengan pemeriksaan feses secara teratur untuk menentukan telur cacing. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan pemeriksaan pascamati dengan enemukan cacing dewasa dan lesi yang ditimbulkan dalam saluran pencernaa. (Suwanti dkk, 2012).

(3)

Terapi :

Dalam menentukan obat yang akan digunakan untuk mengobati infeksi cacing, haruslah mempertimbangkan toksisitas terhadap jenis cacing dalam semua stadium. pada kasus Chabertiasis dapat menggunakan obat cacing seperti, Methyridine, Thiabendazole, Cambendazole, Febendazole. (Suwanti dkk, 2012).

Pencegahan dan pengendalian:

Menjaga agar kandang hewan selalu dalam keadaan kering untuk menghindari kemungkinan perkembangan larva, pemberian ransum yang baik . Perlu dilakukan perputaran  padang penggembalaan dengan interval 30 - 90 hari tiap petak serta pemberian obat cacing yang

(4)

 syngamus trachealis

Klasifikasi Chabertia ovina adalah sebagai berikut: (Levine, 1985). Phylum : Nemathelminthes Subphylum : Nematoda Class : Secernentea Ordo : Strongylida Family : Syngamidae Genus : Syngamus

Spesies : Syngamus trachea

Host : Unggas

Gambar 3.26 Chabertia ovina dengan metode natif perbesaran 400x (Dok. Pribadi)

Morfologi :

Spesies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung. (Levine, 1985).

Siklus Hidup

Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan, kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah keluar dari

(5)

dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik. (Levine, 1985).

Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke  bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode  prepaten 17

 – 

 20 hari setelah infeksi. (Levine, 1985).

Penyakit

Cacing pada bronkus dan trakea dapat menyebabkan trakeitis hemoragik dan bronkitis, membentuk sejumlah besar lendir, membuntu saluran udara dan, pada kasus yang parah, menyebabkan sesak napas.

Patogenesa :

Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui pakan, air minum atau litter yang tercemar oleh feses. Telur yag keluar bersama feses inang yang akan menetas 24 jam kemudian dan berkembang menjadi larva infektif yang masih dilengkapi dengan selubung sampai kor. Larva ditemukan dalam usus 90 jam setelah infeksi yang akan berubah menjadi larva stadium 4 dan akan menempel pada mukosa kolon bagian atas atau masuk ke dinding kolon. (Suwanti dkk, 2012).

Gejala klinis:

Tanda klinis ini pertama kali muncul sekitar 1-2 minggu setelah infeksi. Burung yang terinfeksi cacing pita menunjukkan tanda-tanda kelemahan dan kecanduan, biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mata tertutup dan kepala ditarik mundur ke tubuh. Seekor  burung yang terinfeksi dapat menyebabkan kepalanya tergoncang kejang dalam upaya untuk

(6)

Burung yang sangat terpengaruh, terutama yang muda, akan memburuk dengan cepat; Mereka berhenti minum dan menjadi anoreksia. Pada tahap ini, kematian adalah hasil yang biasa. Burung dewasa biasanya kurang terkena dampaknya dan mungkin hanya menunjukkan batuk sesekali atau bahkan tidak ada tanda klinis yang jelas.

Gambaran patologis:

Cacing dewasa menempel pada membran mukosa dari kolon menggunakan buccal capsul, cacing menghisap darah sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bagian mukosa yang dilekati mulut cacing dewasa mengalami peningkatan aktivitas sel goblet dan infiltrasi limfosit dan eosinofil. (Suwanti dkk, 2012).

Diagnosa:

Diagnosis biasanya dilakukan berdasarkan tanda klinis klasik "menganga". Infeksi subklinis beberapa cacing dapat dilihat pada nekropsi dengan menemukan cacing kopulasi di trakea dan juga dengan menemukan telur khas pada kotoran unggas yang terinfeksi. Pemeriksaan trakea pada unggas yang terinfeksi menunjukkan bahwa selaput lendir sangat baanyak dan meradang. Batuk yang terjadi akibat iritasi ini pada lapisan mukosa yang di akibatkan oleh cacing tersebut .

Terapi :

Dalam menentukan obat yang akan digunakan untuk mengobati infeksi cacing, haruslah mempertimbangkan toksisitas terhadap jenis cacing dalam semua stadium. pada kasus infeksi Syngamus trachea dapat menggunakan obat cacing seperti Febendazole

Pencegahan dan pengendalian:

Menjaga agar kandang hewan selalu dalam keadaan kering untuk menghindari kemungkinan perkembangan larva serta pemberian obat cacing yang teratur dan pengaturan manajemen yang baik.

Gambar

Gambar 3.26  Chabertia ovina  Chabertia ovina dengan metode natif perbesaran 400x (Dok
Gambar 3.26  Chabertia ovina dengan metode natif perbesaran 400x (Dok. Pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk

Siklus hidup infeksi STH secara umum berupa; cacing dewasa dalam usus manusia (A.lumbricoides dan hookworm di usus halus, T.trichiura di kolon), bereproduksi secara

Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi

Infeksi terjadi bila telur matang tertelan oleh manusia, larva yang keluar dari dinding telur yang sudah dicerna masuk ke dalam usus halus bagian proksimal dan

Infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif ke dalam mulut, di dalam usus halus bagian atas dinding telur akan pecah sehingga larva dapat keluar untuk

Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes) kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus