• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Tuberculosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Tuberculosis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN TUBERCULOSIS

(TBC)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala Puji hanya bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta petunjuknya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal “Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan” ini. Proposal Laporan kegiatan ini disusun dengan maksud untuk mempermudah para pembaca khususnya para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa proses penyusunan proposal laporan kegiatan ini tidaklah mudah sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna penyempurnaan proposal yang selanjutnya.

Semoga proposal laporan kegiatan promosi kesehatan ini dapat bermanfaat. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Mataram, 17 januari 2014 Penyusun

(2)

LAPORAN KEGIATAN

PROMOSI KESEHATAN TUBERCULOSIS (TBC)

Oleh : 1. NURUL AENI

2. PRIHATINI SETIAWATI 3. RAHMI FITRI RAMDANI 4. RIMA NUR UTAMI

5. RONA PASHILIA 6. RONY FANSYURI 7. RUNINGSI

8. SHINDY WILLIA UTAMI 9. SUKMAWATI

10. SUCI RAHMADANI 11. TITI MARYATI

(3)

12. WARDI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S. 1 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... .... 1

1. LATAR BELAKANG ... 1

2. TUJUAN ... 3

3. MANFAAT ... 3

BAB II METODE PELAKSANAAN... .... 4

1. STRATEGI PELAKSANAAN ... .... 4

2. RENCANA WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAAN... 4

3. SAP TBC ... 5

(4)

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sehat menurut WHO merupakan suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan spiritual serta tidak hanya bebas dari penyakit ataupun kelemahan. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas kita sehari-hari. Bila keadaan kita tidak baik (sakit) maka itu akan mempengaruhi produktifitas kita juga. Melihat pentingnya hidup sehat tersebut, maka sudah semestinya kita menjaga perilaku kita dan sadar akan pentingnya hidup sehat agar terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya hidup sehat tersebut, sehingga mereka kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan mengakibatkan rentannya terserang oleh suatu penyakit, baik yang sifatnya tidak menular bahkan sampai penyakit menular seperti TBC, dan lain-lain.

Di Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi masalah yang serius dan sulit dihindarkan oleh karena kurangnya kesadaran diri dari penduduknya. Salah satu masalah kesehatan yang saat ini marak dibicarakan di semua kalangan bahkan di seluruh penjuru dunia adalah masalah penyakit menular yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Salah satunya adalah penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian peringkat

(5)

ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan serta menjadi peringkat pertama dari golongan penyakit infeksi. Setiap tahunnya, WHO memperkirakan terjadi 583.000 kasus TBC baru di Indonesia dan kematian karena TBC sekitar 140.000 orang (Depkes, 2008). TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (Basil Tahan Asam) positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan (Depkes, 2008).

Adanya fenomena insidensi dan prevalensi kasus TBC di seluruh dunia, yang dikenal sebagai fenomena TBC global, telah mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan global health emergency pada bulan maret 1993, untuk menyadarkan dunia bahwa kita sedang menghadapi ancaman serius penyakit TBC. Pada bulan September 2000, diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di ikuti oleh 189 negara anggota. Konferensi itu menyepakati untuk mengadopsi tujuan Pembangunan Milenium atau Milenium Development Goals (MDGs). MDGs memiliki 8 tujuan yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2015, salah satunya adalah memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain seperti TBC dan lain-lain.

Dengan adanya MDGs ini, diharapkan dapat membantu mengurangi masalah yang ada khususnya mengenai insidensi dan prevalensi penyakit TBC, seperti yang telah tercantum dalam tujuan dari pembangunan MDGs itu sendiri. Jelaslah bagi kita bahwa penurunan insidensi dan prevalensi penyakit TBC menjadi salah satu tujuan MDGs yang mesti kita perjuangkan bersama-sama, karena tercapainya satu tujuan akan mendekatkan pada pencapaian tujuan yang lainnya. Sebagai tenaga kesehatan, tentunya kita juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk mencapai tujuan MDGs tersebut khususnya dalam kasus pencegahan insidensi penyakit TBC. Oleh karena itu, menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat merupakan pokok utama yang harus dilakukan sebagai upaya pencegahan dini terhadap penularan penyakit TBC ini.

(6)

Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mahasiswa STIKES YARSI Mataram berinisiatif untuk mengadakan Penyuluhan Kesehatan tentang Penyakit TBC yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya keluarga-keluarga pengidap TBC tentang cara penularan serta pencegahan penyakit tersebut. Selain itu, setelah melakukan penyuluhan kesehatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC dan pencegahannya sehingga masyarakat sadar dan dapat mengubah paradigma tentang pentingnya pola hidup sehat, khususnya dalam mencegah terjadinya penularan penyakit TBC secara luas yang pada akhirnya dapat menurunkan insidensi dan prevalensi kasus TBC di NTB khususnya dan dunia pada umumnya.

B. Tujuan

1. Jangka Panjang

Membantu menurunkan terjadinya penularan TBC, sehingga dapat menurunkan insidensi dan prevalensi kasus TBC.

2. Jangka Pendek

Untuk memberikan pengetahuan tentang TB Paru dan pencegahan pada keluarga-keluarga dengan TB Paru.

C. Manfaat

1. Manfaat Umum

Mahasiswa memahami makna promosi kesehatan beserta beserta perkembangannya.

2. Manfaat khusus

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan

pencarian pengobatan TBC.

b. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian TBC.

c. Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara terkoor-dinasi dan

(7)

BAB II

METODE PELAKSANAAN A. Metode Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah yaitu penyampaian teori dan pembagian leaflet TBC yang diikuti kegiatan tanya jawab. Penyampaian materi akan dilakukan oleh mahasiswa stikes yarsi mataram dan didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Komunitas STIKES YARSI Mataram. Dengan memberikan materi yang mudah di mengerti dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran. Kami menggunakan motode pendekatan dengan sasaran agar lebih dapat mengetahui masalah apa yang ada pada sasaran dan sasaran lebih nyaman pada saat kami memberikan penyuluhan. Leaflet TBC yang kami buat dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan mudah dibaca oleh sasaran dan kamipun menyertai gambar agar sasaran lebih dapaat memahami tentang TBC tersebut.

B. Rencana Waktu dan Tempat Pelaksanaaan

Hari/Tanggal : Kamis, 27 januari 2014 Waktu : Jam 09.00 wita

Tempat : Gunungsari (RT 09,RW:03 )

Peserta : Pasien Puskesmas Gunungsari khususnya keluarga bapak ‘A’ dan keluarga-keluarga yang berada di sekitarnya

(8)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TBC

Bidang studi : Keperawatan Komunitas Topik : TBC

Sub Topik : Penanganan TBC

Sasaran : Pasien TBC dan keluarga. Hari/Tanggal : Kamis, 30 januari 2014 Jam : 09.00 wib

Waktu : 20 menit

Tempat : Gunungsari Kabupaten Lombok Barat A. Latar belakang masalah

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Tuberculosis (TBC) ini merupakan penyakit yang dapat menular dan sangat menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, tidak ada satu Negara pun yang bebas dari penyakit ini. Angka kematian dan kesakitan akibat Mycobacterium Tuberculosis ini sangat tinggi.

Hingga kini, prevalensi pengidap TBC di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai 289 per 100.000 penduduk dan insidensi telah mencapai angka 189 per 100.000 penduduk sudah terancam meninggal dunia seperti yang telah diutarakan oleh Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesiayang menghimpun angka tersebut sejak tahun 2011 yang lalu mengenai Tuberculosis (TBC) di Indonesia. Namun, pada tahun

(9)

2011 ini angka penyembuhan penyakit TBC tersebut suda sesuai dengan harapan yaitu sebesar 90,3 persen pasien telah sembuh.

Mengingat masalah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit TBC ini merupakan penyumbang kematian terbesar di dunia khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak khususnya pemerintah kesehatan Republik Indonesia untuk mencegah penularan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan dampak yang lebih buruk lagi bagi masyarak, sehingga sangat perlu dilakukan pencegahan dini terhadap penyakit TBC tersebut. Dalam rangka menurunkan angka penularan penyakit TBC ini, kami berinisiatif untuk melakukan sebuah kegiatan “Promosi Kesehatan tentan Penyakit TBC” yang diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat dalam mencegah terjadinya TBC, sehingga dapat menurunkan angka penderita penyakit TBC tersebut.

B. Tujuan Instruksional Umum (Tiu)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat menginformasikan dan mengetahui tentang penyakit TBC sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

C. Tujuan Instruksional Khusus (Tik)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali : 1. Pengertian TBC 2. Proses penularan TBC 3. Gejala – gejala TBC 4. Pencegahan TBC 5. Pengobatan TBC D. Materi Penyuluhan Terlampir E. Metode Pelaksanaan

(10)

Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa 1. Ceramah, dan

2. Tanya Jawab

3.

F. Rencana Proses Pelaksanaan

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 2 Menit Pembukaan :

 Memberi Salam

 Menjelaskan tujuan

Pembelajaran

 Menyebutkan materi/pokok

bahasan yang akan disampaikan  Menjawab Salam  Mendengarkan dan Memperhatikan 2 10 Menit Pelaksanaan :  Menjelaskan materi

penyuluhan secara berurutan dan teratur  Menyimak dan memperhatikan Materi : 1. Pengertian TBC 2. Gejala – gejala TBC 3. Proses penularan TBC 4. Pencegahan TBC 5. Pengobatan TBC  Menyimak dan memperhatikan 3 6 Menit Evaluasi :

 Meminta sasaran menjelaskan

atau menyebutkan kembali : 1. Pengertian TBC

2. Gejala – gejala TBC

3. Cara pencegahan TBC

 Memberikan pujian atas

keberhasilan sasaran menjawab pertanyaan

 Bertanya dan menjawab

pertanyaan

4 2 Menit Penutup :

 Mengucapkan terimakasih dan

mengucapkan salam

 Menjawab salam

G. Media Penyuluhan

Media Penyuluhan yang digunakan: 1. Materi SAP

(11)

2. Leaflet

H. Metode Evaluasi

1. Metode Evaluasi : Tanya jawab

2. Jenis Evaluasi : Lisan dan Tulisan

I. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu :

 Materi SAP  Leaflet

b. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk Madding dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan.

c. Persiapan Peserta

Penyuluhan mengenai TBC diberikan kepada seluruh keluarga Tn. “A” yang telah diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan

memahami materi penyuluhan yang diberikan.

b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.

c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.

d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat

penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

a. Masyarakat mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.

b. Masyarakat mahami dan mengetahui bagaimana gejala – gejala yang ditimbulkan

dari penyakit TBC

c. Masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.

d. Masyarakat mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit TBC

e. Masyarakat mengetahui pengobatan yang tepat dan benar terhadap penyakit TBC. C. Materi

1. Pengertian TBC

(12)

3. Gejala – gejala TBC

4. Cara Pencegahan TBC

5. Pengobatan TBC

Mataram, 17 januari 2014 Ketua tingkat A2 Kelompok penyuluh

(SUCI RAHMADANI) (KELOMPOK 3)

Mengetahui, Pengampu Mata Kuliah

( Sopian Halid, S. Kep., Ners., M. Kes. )

MATERI

TUBERKULOSIS (TBC) A. Pengertian TBC/Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah

(13)

kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.

Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

B. Proses Penularan TBC

Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh orang lain.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan

(14)

dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

C. Gejala – gejala TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari

disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian

bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan

keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu

saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai

meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

(15)

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

D. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit TBC

1. Tahap Pencegahan

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain : a. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi :

1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada

daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan.

2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan

tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak.

3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan

diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental. b. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

(16)

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

c. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

2. Pengobatan

Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui

(17)

perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

3. Mendiagnosa TBC

Harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang dipastikan menderita TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC.

Dahak yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu:

a. Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan kesehatan, disebut

dahak Sewaktu pertama (S).

b. Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur, kemudian

dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Pagi (P).

c. Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi,

disebut dahak Sewaktu kedua (S). 4. Tempat pengobatan penderita TBC

Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma (GRATIS).

5. Mengetahui kemajuan pengobatan

Keluhan berkurang atau hilang, berat badan bertambah, nafsu makan meningkat. Pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal juga menunjukkan hasil negatif.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/

http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php www.tbcindonesia.or.id

Referensi

Dokumen terkait

PEGAWAI PENILAI-PENTAULIAHAN PENCAPAIAN TERDAHULU PP-PPT.. ZALEHA

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi , maka manusia dapat menciptakan dan membuat berbagai benda, salah satu cara membuat benda yaitu dengan proses

Persyaratan kompetensi yang dimaksud diktum Kesatu, tertuang dalam Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sumedang Selatan Nomor : 445/012/PKM/IX/2016 tentang Kebijakan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana dalam pengukuran variabel untuk uji teorinya memakai angka dan analisis data dengan prosedur statistik

Beberapa keterampilan yakni konseptual, interpersonal, dan teknikal diperlukan untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif (Glickman et al., 2007). Oleh karena itu,

Untuk gempabumi Mentawai 2010 anomali sangat sulit telihat di karena adanya gangguan badai magnetik dari aktivitas matahari selama beberapa hari sebelum gempabumi

Sesuai dengan namanya sebagai agama damai dan sejahtera, islam lebih mengutamakan perdamaian dan kerja sama dengan Negara mana saja. Islam diturunkan sebagai