• Tidak ada hasil yang ditemukan

adiwgunawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "adiwgunawan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajar.Com:: - Konsep Diri Positif: Kunci Keberhasilan Hidup -...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=314

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Konsep Diri Positif: Kunci Keberhasilan

Hidup

- 20 Juni 2005 - 02:15 (Diposting oleh: Editor)

Perubahan dunia yang sangat pesat membuat persaingan hidup semakin meningkat. Para orangtua saat ini berlomba-lomba untuk memberikan bekal pendidikan, yang dipercayai sebagai bekal terbaik bagi anak yaitu pendidikan. Asumsi orangtua pada umumnya adalah semakin tinggi level pendidikan formal maka akan semakin terjamin masa depan anaknya. Apakah benar demikian?

Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu melihat ke sekeliling kita. Berapa jumlah sarjana yang ”ngganggur”? Berapa jumlah lulusan luar negeri, yang setelah pulang ke Indonesia, tidak bisa bekerja atau tidak berhasil? Berapa banyak yang lulus cum laude namun prestasi hidupnya biasa-biasa? Sebaliknya ada banyak orang yang prestasi akademiknya biasa-biasa namun prestasi hidupnya sangat luar biasa. Jadi, sebenarnya prestasi akademik bukan merupakan jaminan keberhasilan hidup.

Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Eli Ginzberg beserta timnya menemukan satu hasil yang mencengangkan. Penelitian ini melibatkan 342 subyek penelitian yang merupakan lulusan dari berbagai disiplin ilmu. Para subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan bea siswa dari Colombia

University. Dr. Ginzberg dan timnya meneliti seberapa sukses 342 mahasiswa itu dalam hidup mereka, lima belas tahun setelah mereka menyelesaikan studi mereka. Hasil penelitian yang benar-benar mengejutan para peneliti itu adalah:

Mereka yang lulus dengan mendapat penghargaan (predikat memuaskan, cum laude atau summa cum laude), mereka yang mendapatkan penghargaan atas prestasi akademiknya, mereka yang berhasil masuk dalam Phi Beta Kappa ternyata lebih cenderung berprestasi biasa-biasa

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keberhasilan akademik dan keberhasilan hidup. Lalu faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan hidup manusia?

Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating

system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program

yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.

Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.

Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Glasser, seorang pakar pendidikan dari Amerika, menyatakan bahwa lima tahun pertama di SD akan menentukan ”nasib” anak selanjutnya. Sering kali proses pendidikan yang salah, saat di SD, berakibat pada rusaknya konsep diri anak.

Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

*Adi W. Gunawan, seorang Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius dan Genius Learning Strategy. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(2)

Pembelajar.Com:: - Transforming Thoughts Into Action - Adi...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=327

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Transforming Thoughts Into Action

-04 Juli 2005 - 02:41

(Diposting oleh: Editor)

Ada satu kepercayaan yang sudah sangat tua usianya, sejak jaman Socrates, yang menyatakan bahwa Knowledge is Power ( pengetahuan adalah kekuatan). Pendidikan saat ini masih berpegang pada kepercayaan kuno ini dan hanya berfokus pada mengajarkan pengetahuan, dan berharap segala sesuatu akan berjalan dengan baik berdasar pengetahuan yang telah dipelajari. Sikap ini sudah tidak relevan dengan kondisi dunia saat ini. Pengetahuan tetap merupakan hal yang sangat penting – namun pengetahuan bukanlah segala-galanya. Kita juga perlu ”berpikir untuk bertindak”

Dunia yang berubah dengan sangat cepat menuntut individu untuk bisa memiliki kecakapan berpikir yang baik.

Masa depan individu, masyarakat, dan seluruh dunia bergantung pada kemampuan berpikir kita.

Kecakapan berpikir, walaupun merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai, sangat jarang diajarkan sebagai satu bidang studi. Berapa banyak sekolah yang mengajarkan kecakapan berpikir dalam kurikulumnya ? Jika sekolah ada mengajarkan kecakapan berpikir maka yang biasa mereka ajarkan adalah kecakapan berpikir kritis (critical thinking) yang berasal dari kata Yunani ”kritikos” yang berarti menghakimi atau judgement. Kita perlu memiliki kemampuan untuk menghasilkan IDE, tidak sekedar menghakimi ide. Kita perlu membuat

perencanaan TINDAKAN, bukan sekedar menghakimi perencanaan itu.

Ada orang yang percaya bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa dalam hal mengembangkan kecakapan berpikir. Mereka percaya bila anda cerdas maka anda adalah seorang pemikir yang cakap dan jika anda terlahir ”goblok” maka tidak ada satupun hal yang bisa dilakukan untuk mengubah hal ini. Kecerdasan ibarat tenaga dari mesin sebuah mobil dan kecakapan berpikir seperti kecakapan menyetir mobil.

Ada dua hal yang dapat kita lakukan untuk mengubah pandangan salah ini:

1. Kita perlu memperlakukan berpikir seperti suatu kecakapan yang dapat dipelajari, dipraktekkan, dikembangkan, dilatih, dan ditingkatkan.

2. Kita perlu memperhatikan ”berpikir untuk bertindak / thinking for doing” Sayangnya

THINKING FOR DOING adalah hal yang rumit

Anda perlu memperhatikan orang lain. Anda harus mempunyai perencanaan dan strategi. Ada saatnya anda perlu bekerja sama dan ada waktunya anda terpaksa untuk berkompetisi. Mungkin anda perlu melakukan negosiasi. Anda harus menebak dan memperhitungkan berbagai kemungkinan.

Banyak orang percaya bahwa berpikir hanya berhubungan memecahkan teka-teki/puzzle yang sulit di mana semua keping-keping puzzle disediakan dan anda harus menghasilkan jawaban dengan menyusun keping-keping itu. Kehidupan nyata tidak seperti merangkai keping puzzle. Anda tidak punya semua keping yang dibutuhkan. Anda harus menemukan sendiri keping-keping itu. Jawaban yang benar bisa lebih dari satu. Tidak ada satu jawaban yang mutlak paling benar.

Anda harus merancang tindakan anda. Anda harus mempertimbangkan akibat yang timbul dari tindakan-tindakan anda. Dalam dunia nyata, masalah muncul sewaktu-waktu dan informasi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah itu sering kali tidak lengkap. Tidak setiap masalah dapat dipecahkan dan anda mungkin akan frustrasi karena tidak dapat memecahkan suatu masalah. Meskipun demikian proses berpikir itu sendiri haruslah menyenangkan.

SELAMAT BERPIKIR !

*Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius dan Genius Learning Strategy. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(3)

Pembelajar.Com:: - Penjara Mental - Adi W Gunawan

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=339

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Penjara Mental

-18 Juli 2005 - 05:23 (Diposting oleh: Editor)

Dalam berbagai seminar pengembangan diri dan manajemen pikiran yang saya lakukan, saat saya bertanya pada peserta seminar, ”Mengapa orang sukses?” atau ”Mengapa orang gagal?” maka saya selalu mendapatkan jawaban yang beragam. Terlepas dari jenjang pendidikan peserta seminar, saya selalu mendapatkan jawaban yang justru bersifat menghambat diri mereka untuk bisa mencapai keberhasilan hidup. Jawaban-jawaban itu mencerminkan sistem kepercayaan yang justru telah mengurung mereka dalam satu zona kenyamanan yang tidak nyaman, dan telah menjadi penjara mental yang tidak mereka sadari.

Penjara mental yang saya maksudkan adalah berbagai kepercayaan yang salah, yang mereka terima sebagai sesuatu yang benar, tanpa pernah mereka periksa keabsahan dan kebenaran kepercayaan itu. Setiap kali saya bertanya ”Mengapa orang sukse ?”, jawaban standar yang saya dapatkan adalah karena faktor keturunan, hoki, pendidikan, koneksi, hari lahir/jam lahir, nasib, jenis kelamin, shio/zodiak, modal, dan kesehatan/fisik. Anehnya, bila saya bertanya, ”Mengapa orang gagal?”, maka saya juga mendapatkan jawaban yang kurang lebih sama dengan jawaban di atas.

Yang lebih aneh dan memprihatinkan , setelah saya membahas dan menerangkan bahwa semua jawaban mereka itu adalah kepercayaan yang salah, tetap masih ada peserta seminar yang bersikeras bahwa apa yang mereka percayai, sebagai faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan hidup, adalah hal yang benar. Alasannya adalah karena kepercayaan itu adalah pelajaran yang mereka dapatkan dari orangtua, guru, atau figur yang mereka kagumi dan hormati.

Penjara yang umum kita kenal adalah tempat untuk mengurung seseorang, untuk periode waktu tertentu, yang telah berbuat kesalahan atau kejahatan. Selama seseorang berada di penjara maka ia kehilangan kebebasan dan sebagian hak-haknya sebagai warga negara. Narapidana menjalani hidup yang monoton dan terisolasi dari dunia luar sampai masa hukumannya habis.

Penjara mental menjalankan fungsi yang sama. Namun sangat banyak orang yang secara sadar atau tidak sadar telah memasukkan diri mereka ke penjara yang tidak kasat mata, yang lebih mengerikan, dan dapat mengurung diri mereka seumur hidup. Satu-satunya cara untuk keluar dari penjara mental adalah dengan secara sadar menelaah setiap kepercayaan yang dipegang seseorang. Tidak ada kepercayaan yang baik atau buruk. Yang ada adalah kepercayaan yang mendukung dan menghambat.

Kepercayaan seseorang mengendalikan cara berpikir, sikap, perilaku, bagaimana ia menggunakan waktunya, siapa kawannya, buku apa yang ia baca, gaya hidup, penghasilan, dan masih banyak aspek lain.

Saya sering bertemu dengan orang yang berkata, ”Uang adalah akar dari segala kejahatan.” Orang dengan kepercayaan ini hidupnya biasa-biasa, cenderung agak kekurangan. Mereka telah mengadopsi kepercayaan yang salah. Saat saya jelaskan bahwa kepercayaan itu kurang tepat karena mereka salah mengutip salah satu ayat dari kitab suci, mereka umumnya kaget. Kepercayaan ini telah menjadi penjara mental mereka.

Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang sangat berhasil secara finansial. Saat saya bertanya mengenai rahasia keberhasilannya, ia menjawab, ”Sejak usia tujuh tahun saya telah mempunyai keyakinan bahwa bila saya berusaha dan bekerja keras, maka Tuhan akan berkonsultasi dengan saya untuk menentukan nasib saya.” Kita tidak boleh menilai apakah kepercayaan ini benar atau salah. Kepercayaan adalah sesuatu yang pribadi. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa apapun kepercayaan yang kita pegang maka kepercayaan ini akan mempengaruhi hidup kita.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan satu pertanyaan bagi anda. Ada dua keluarga yang mengajarkan dua kepercayaan yang berbeda pada anak-anak mereka. Keluarga pertama mengajarkan ”Mangan ora

mangan...kumpul.” Keluarga kedua mengajarkan,”Kumpul....kumpul...kita makan.” Menurut anda, anak dari keluarga mana yang akan jauh lebih berhasil secara finansial?

*Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius dan Genius Learning Strategy. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(4)

Pembelajar.Com:: - Life Value : The Source of Motivation - A...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=352

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Life Value : The Source of Motivation

- 01 Agustus 2005 -

02:46 (Diposting oleh: Editor)

Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang mengajukan pertanyaan, “Saya telah membaca banyak buku pengembangan diri, mendengar banyak kaset/CD motivasi, menghadiri berbagai seminar motivasi dan pengembangan diri, namun mengapa sampai saat ini saya masih belum sukses? Mengapa saat mengikuti seminar motivasi, saat masih di ruang seminar, saya sangat bersemangat dan termotivasi, namun setelah pulang ke rumah, motivasi saya hilang ?, “Apa ada yang salah dengan diri saya?”.

Cukup sulit bagi saya untuk bisa memberikan jawaban langsung. Kawan saya ini termasuk maniak buku. Buku-buku yang dia baca juga bukan buku sembarangan. Sebut saja nama penulis terkenal seperti Zig Ziglar, Erich Fromm, Maslow, Carl Rogers, Victor Frankl, William Glasser, Kiyosaki, Anthony Robbins, Maxwell Maltz, Stephen Covey, Dale Carnigie, Michael Hutchinson, Goleman, Martin Seligman, Bandler dan Grinder, Milton Erickson, dan sederet nama besar lainnya. Seminar yang ia datangi juga seminar-seminar mahal tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

Setelah minta waktu untuk berpikir, saya akhirnya mengajukan pertanyaan yang berhasil menemukan sumber masalahnya, ”Apa yang paling penting bagi hidup anda?”. Mendengar pertanyaan ini kawan saya menjawab, ”Ah, pertanyaan ini sudah sering ditanyakan pada saya. Dan saya sudah tahu jawabannya”. ”Kalau begitu, apa jawaban anda untuk pertanyaan ini ?’, kejar saya lagi. ”Saya ingin sukses”, jawab kawan saya singkat dan sedikit jengkel. Mungkin ia merasa bahwa pertanyaan saya ini terlalu sederhana bagi seseorang yang telah ”kenyang” dengan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri. ”Mengapa sukses penting bagi diri anda ?”, tanya saya lagi. ”Ya, pokoknya saya mau sukses. Semua orang mau sukses. Siapa yang mau hidup susah !”, jawab kawan saya lagi.

Mendengar jawaban ini, saya langsung tahu mengapa ia sampai sekarang belum sukses. Saat ia menjawab bahwa ia ingin sukses, saya masih belum puas. Saat ia menjawab pertanyaan kedua, ”Mengapa sukses penting bagi diri anda ?”, saya langsung tahu sumber masalahnya. Mengapa saya bisa tahu ? Karena ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa ia ingin sukses. Bila ia tidak punya alasan yang kuat untuk sukses maka pikiran bawah sadarnya mengartikan sukses sebagai sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak, dan tidak perlu dicapai.

Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya ini, ia langsung protes, ”Ah, itu nggak mungkin. Sukses itu sangat penting bagi saya. Masa saya nggak mau sukses”. Namun saat saya menunjukkan bahwa ia tidak bisa

memberikan alasan yang jelas mengapa sukses penting bagi dirinya, ia langsung diam dan sedikit kaget. Hal berikut ini adalah apa yang saya jelaskan padanya.

Kita bisa sukses, di bidang apa saja, bila sukses adalah hal yang penting bagi diri kita. Hal ini dibuktikan dengan adanya alasan yang kuat, dengan muatan emosi yang tinggi, untuk bisa mencapai keberhasilan. Bila sesuatu menjadi penting bagi diri kita maka sesuatu itu akan bernilai dan berharga untuk dicapai. Hal ini yang dinamakan value. Semakin tinggi ”nilai” atau value sesuatu hal maka kita akan semakin bersemangat dan fokus untuk bisa mencapainya. Demikian juga sebaliknya. Bila sesuatu itu tidak penting bagi diri kita maka kita tidak akan mau bersusah payah mencapainya. Buat apa mengerjakan sesuatu yang menurut kita tidak penting, bukan ? Kecuali kalau memang kita ini kengangguran atau kurang kerjaan.

Secara sederhana value dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita percayai sebagai hal yang penting bagi diri kita atau suatu emosi yang kita pandang penting untuk kita alami atau kita hindari.

Value berperan sebagai filter yang beroperasi di bawah sadar yang menentukan fokus kita dan bagaimana kita memanfaatkan waktu. Semakin tinggi value sesuatu maka semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk melakukan hal tersebut.

Apakah value ini harga mati ? Tentu tidak. Value dapat berubah sewaktu-waktu sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri kita. Ada hal yang dulunya kita anggap penting, misalnya saat masih di SMA atau saat kuliah, ternyata kini sudah tidak penting lagi bagi hidup kita.

Value merupakan sumber motivasi. Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya, ia tampak bingung dan bertanya, “Maksudnya ?”. Saya lalu menunjukkan buku yang sedang saya baca. Buku ini judulnya

Abhiddhammatasangaha, tebalnya sekitar 550 halaman. Buku ini mengenai manajemen pikiran dan berisi sangat banyak istilah dalam bahasa Pali. Saya berkata, “Kalau anda saya minta untuk membaca buku ini, mau nggak ?”. Setelah melihat sekilas isi buku ia menjawab, “Ngapain baca buku ini. Apa saya kurang kerjaan ?”. “Persis !”, jawab saya. “Apanya yang persis ?”, kejar kawan saya dengan penasaran. “Kalau saya kasih uang Rp. 1 juta dan anda saya minta membaca buku ini dalam waktu 1 malam, mau nggak ?”, tanya saya lagi. “Nggak mau !”, jawabnya singkat. “Kalau misalnya ada seseorang ingin memberi anda rumah mewah dengan syarat anda harus

(5)

Pembelajar.Com:: - Life Value : The Source of Motivation - A...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=352

rumah tentu saya mau”, jawab kawan saya dengan cepat.

Mengapa ia bisa berubah pikiran dari yang tadinya tidak mau akhirnya menjadi mau ? Ini semua berhubungan dengan seberapa penting membaca buku tersebut. Tadinya ia merasa tidak ada gunanya membaca buku. Namun saat ia melihat reward yang bisa ia dapatkan, maka membaca buku menjadi penting.

Alasan mengapa kawan saya belum sukses adalah karena sukses bukan hal penting bagi dirinya. Walaupun pikiran sadarnya akan tetap bersikeras mengatakan bahwa sukses itu penting bagi dirinya, pikiran bawah sadarnya berpikir hal yang sebaliknya. Saat ia tidak bisa menjawab mengapa sukses penting bagi dirinya, ini adalah jawaban yang berasal dari pikiran bawah sadarnya. Dan dari penelitian diketahui bahwa besarnya pengaruh pikiran bawah sadar terhadap diri manusia adalah sebesar 90% dan pikiran sadar hanya 10%. Kawan saya tidak fokus untuk mengejar impiannya. Ia mudah sekali goyah dan berubah arah. Sesuatu yang dikerjakan tidak dengan fokus yang kuat tentu tidak akan bisa memberikan hasil maksimal. Sama seperti kaca pembesar. Kita dapat menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas dengan cara memfokuskan sinar matahari menjadi satu titik. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai bila sebentar-sebentar kita menggerak-gerakkan kaca pembesar itu, naik turun, dan mengubah fokus. Motivasi untuk mempertahankan fokus ditentukan oleh seberapa penting, menurut pikiran kita, kita perlu membakar kertas itu.

Setelah mendengarkan penjelasan ini kawan saya akhirnya hanya bisa manggut-manggut. Ia lalu bertanya, ”Kalau boleh tahu, anda dapat informasi ini dari sumber mana ? Apa ada buku yang menjelaskan hal ini ?”. ”Sudah tentu ada. Ada buku sangat bagus yang akan segera terbit. Buku ini ditulis oleh pengarang terkenal yang telah menghasilkan dua buku best seller”, jawab saya. ”Apa judul bukunya dan siapa nama penulisnya ?”, kejar kawan saya sambil bersiap-siap mencatat. ”Catat baik-baik ya. Buku ini akan terbit bulan Agustus 2005, judulnya Manage

Your Mind For Success. Penulisnya adalah Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono”, jawab saya. “Ah, dasar.

Ditanya serius koq malah guyon”, jawab kawan saya agak kesel. “Eh, saya ini serius lho. Bulan depan buku

Manage Your Mind For Success akan terbit. Ini draft final yang sedang saya koreksi sebelum saya kirimkan ke

penerbit”, jawab saya dengan serius sambil menunjukkan draft tersebut. “Lho, kamu sungguh-sungguh ya. Saya kira tadi guyonan. Kalau begitu saya catat ya judulnya”, jawab kawan saya lagi. “Oh ya, satu hal lagi, bulan depan yang terbit bukan cuma satu buku. Bulan depan juga akan terbit buku saya yang keempat yang berjudul Apakah

IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?” , saya menambahkan. ”Edan ! Bagaimana kamu bisa sempat-sempatnya nulis dua

buku padahal jadwalmu begitu padat ?”, tanyanya dengan penuh penasaran. ”Ini semua karena motivasi dan fokus. Saya termotivasi dan bisa tetap fokus karena bagi saya menulis buku adalah bagian dari proses aktualisasi diri. Dan saya sangat ingin untuk bisa membantu orang lain melalui karya saya. The secret of living is giving”, jawab saya mengakhiri diskusi kita.

Kawan saya pulang dengan hati senang. Saya juga senang karena berhasil membantu seorang kawan mendapatkan suatu pemahaman yang benar, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi hidupnya. Saya lebih senang karena sekali lagi berhasil menyesatkan orang ke jalan yang benar.

*Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius dan Genius Learning Strategy. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(6)

Pembelajar.Com:: - Learning Disabled vs Teaching Disabled - ...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=366

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Learning Disabled vs Teaching Disabled

- 15 Agustus

2005 - 05:07 (Diposting oleh: Editor)

Pernahkah anda, orangtua atau pendidik, bertemu dengan seorang anak yang hampir semua nilai ujiannya ”jeblok” namun dapat menghapal semua nama dan nomor punggung pemain sepak bola dan nama klub sepakbola yang ia kagumi? Saya yakin pasti pernah. Lalu apa hubungan antara pelajaran sekolah dan kemampuan menghapal nama pemain sepak bola? Oh, hubungannya sangat erat. Jika anda cukup jeli, anda pasti heran karena anak yang bodoh, menurut versi sekolah karena nilainya jelek, ternyata mempunyai daya ingat yang sangat tinggi untuk urusan sepakbola. Otak yang digunakan anak untuk mengingat pelajaran sekolah dan nama pemain sepak bola sudah tentu otak yang sama.

Orangtua dan guru biasanya tidak pernah mau repot-repot memikirkan keanehan ini. Biasanya guru selalu ”menyalahkan” murid karena prestasi murid yang tidak maksimal. Orangtua sebaliknya akan kalang kabut mencarikan guru les bagi anaknya, agar nilai anak bisa naik. Jika anak sudah diberi les ini, les itu, nilainya masih tetap jelek, maka biasanya akan langsung diberi label sebagai anak bodoh, anak yang lamban, anak blo’on, atau, kalau pakai istilah teknis, learning disabled. Benarkah demikian?

Coba anda simak cerita berikut ini.

Ada dua orang murid kelas 8 (SMP kelas 2), Jane dan Joe, yang sangat lemah di Matematika., khususnya mengenai pelajaran pecahan. Ke dua anak ini, oleh psikolog, telah mendapat label ”learning disabled” alias mengalami kesulitan belajar. Selain itu ke dua anak ini juga ada masalah dengan spelling atau mengeja. Orangtua mereka tetap berkeyakinan bahwa anak-anak mereka mampu. Hanya saja kemampuannya belum digunakan secara optimal. Mereka lalu meminta bantuan pakar pembelajaran mutakhir S.A.L.T (Suggestive

Accelerated Learning and Teaching). Pakar ini setuju untuk membantu anak-anak ini.

Saat pertama kali mendapat terapi, mereka diminta mengerjakan pre-test yang berhubungan dengan kemampuan

spelling. Untuk yang ini, tidak ada masalah. Mereka dengan senang hati mengerjakan tes yang diberikan.

Sedangkan untuk pre-test matematika mereka sama sekali tidak mau. Meskipun sudah dibujuk dengan berbagai cara mereka tetap menolak. Saat ini anda tentu tahu apa yang terjadi. Ada mental block.

Tahukah anda berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat anak-anak ini meningkat kemampuannya? Hanya 4 hari. Benar, anda tidak salah baca. Hanya 4 (empat) hari. Berikut ringkasan tes yang diberikan dari hari pertama hingga ke empat.

Jane

Mengeja/spelling hari 1 (30), 2 (90), 3 (100), 4 (100) Matematika (pecahan) hari 1 (0), 2 (90), 3 (100), 4 (80)

Joe

Mengeja/spelling hari 1 (20), 2 (90), 3 (60), 4 (60) Matematika (pecahan) hari 1 (0), 2 (90), 3 (90), 4 (90)

Hasil yang dicapai oleh Joe pada ujian mengeja, di hari ke 3 dan ke 4, seharusnya masing-masing 100. Namun Joe sengaja mengubah jawabannya yang benar menjadi jawaban yang salah karena dia tetap tidak percaya kalau ternyata dia mampu mengerjakan test ini dengan sempurna. Kembali, di sini kita melihat suatu mental block yang sangat merugikan.

Apa yang terjadi. Bagaimana anak yang tadinya dicap sebagai learning disabled tiba-tiba berhasil mencapai nilai yang begitu tinggi? Ke dua anak ini selanjutnya dapat menyelesaikan studi dengan baik dan bahkan masuk ke universitas.

Dari apa yang diceritakan di atas jelas terlihat bahwa anak tidak berprestasi karena adanya mental block, yang muncul sebagai akibat dari proses mengajar yang salah. Proses mengajar yang salah ini disebut dengan teaching

disabled. Biasanya guru tidak pernah mau mengakui kalau ternyata mereka tidak mengerti cara mengajar yang

baik, benar, efektif, dan efisien. Yang selalu disalahkan adalah murid.

Dari pengalaman saya bergaul dengan banyak pendidik, jarang ada yang benar-benar mengerti dan mampu menerapkan proses pembelajaran yang menarik, efektif, dan yang paling penting, menyenangkan. Banyak yang berasumsi bahwa bila guru mengajar maka murid pasti belajar. Mengajar dan belajar adalah dua proses yang berbeda.

(7)

Pembelajar.Com:: - Learning Disabled vs Teaching Disabled - ...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=366

asimilasi, penguasaan materi, manajemen kelas, kepribadian, musik, teknik memori, teknik mencatat, teknik berhitung, dan masih banyak lagi. Kalau sudah begini maka terlihat bahwa proses mengajar dan belajar bukanlah hal yang sederhana.

Saya juga selalu mengatakan bahwa setiap anak mempunyai kemampuan belajar yang sangat luar biasa. Bila berbicara mengenai kemampuan belajar maka orang selalu menghubungkannya dengan IQ. Di setiap seminar saya selalu mengatakan bahwa kita dapat belajar dengan sangat cepat. Dan selalu ada peserta seminar yang mengatakan, ”Itu kan bergantung pada IQ. Kalau IQ-nya tinggi bisa, kalau IQ-nya biasa-biasa ya jangan harap bisa belajar dengan cepat dan dengan hasil yang baik”. Cukup sulit bagi saya untuk meyakinkan tipe orang seperti ini. Orang ini hanya bicara IQ. Padahal yang saya tekankan adalah PQ atau Potential Quotient. PQ berbanding lurus dengan Konsep Diri. Semakin baik Konsep Diri seseorang maka semakin besar potensi diri yang dapat ia kembangkan.

*Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller "Born to be a Genius" dan "Genius Learning Strategy". Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(8)

Pembelajar.Com:: - Rule Your Mind Or It Will Rule You - Adi ...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=377

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Rule Your Mind Or It Will Rule You

- 29 Agustus 2005 - 05:47 (Diposting oleh: Editor)

”Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk”

Buddha

Pikiran merupakan hamba yang sangat berguna namun merupakan majikan yang paling kejam. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan pikiran anda. Berita baiknya, sebelum saya menjelaskan maksud pernyataan di atas, adalah bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk di dunia ini yang memiliki kemampuan berpikir mengenai proses berpikir. Istilah teknisnya adalah metakognisi. Berita buruknya adalah bahwa sangat banyak orang yang tidak sadar, tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu bahwa mereka sebenarnya memiliki kemampuan ini. Dan oleh sebab itu mereka tidak pernah sadar bahwa seumur hidup mereka telah menjadi budak atau hamba dari pikiran mereka sendiri.

Apapun yang terjadi di dalam hidup kita merupakan realisasi dari pikiran kita yang dominan. Semakin kita memikirkan hal yang tidak kita inginkan, maka kita semakin cenderung mendapatkannya. Ada seorang remaja putri, yang tidak suka dengan tingkah laku ibunya dan berkata, ”Nanti, kalau saya dewasa, saya tidak akan jadi seperti ibu saya.” Apa yang terjadi saat ia dewasa? Ia menjadi persis seperti ibunya. Mengapa? Karena semakin ia pikirkan bahwa ia tidak mau menjadi seperti ibunya, maka pikiran ini menjadi semakin dominan, semakin menguasai dirinya, dan dengan demikian mengarahkan ia untuk menjadi seperti ibunya.

Demikian juga orang gagal, yang pencapaian prestasi hidupnya rendah. Coba anda tanyakan pada mereka, ”Apa yang anda ingin capai dalam hidup?” Mereka akan selalu berkata, ”Saya ingin agar hidup saya tidak kekurangan, tidak miskin, tidak susah, tidak menderita, tidak ini...., tidak itu...” Yang mereka katakan selalu apa yang tidak mereka ingin terjadi pada diri mereka. Namun yang tidak mereka sadari adalah semakin mereka fokus untuk menghidari apa yang tidak mereka inginkan maka pikiran mereka akan semakin membuat hal itu menjadi kenyataan.

Sebaliknya kalau orang sukses ditanya, ”Apa yang anda ingin capai dalam hidup?” maka mereka pasti akan menjawab, ”Saya ingin menjadi pengusaha sukses, saya ingin membantu orang yang tidak mampu dengan kekayaan saya, saya ingin mendirikan panti asuhan, saya ingin menyekolahkan anak ke luar negeri, saya ingin..., saya ingin...” Semua jawaban itu selalu yang positip. Anda bisa lihat bedanya sekarang? Anda mungkin akan bertanya, ”Mengapa terjadi perbedaan hasil antara orang gagal dan orang sukses, padahal mereka memikirkan tujuan yang sama?” Sebelum saya jawab, saya perlu meralat pertanyaan anda. Mereka memang terkesan memikirkan hal yang sama, padahal tidak sama. Bukankah tidak mau hidup miskin sama dengan hidup dalam kelimpahan? Bukankah hidup tidak menderita sama dengan hidup senang atau bahagia? Secara bahasa, apa yang mereka nyatakan memang artinya sama. Tapi secara kerja pikiran, kedua pernyataan itu bertolak belakang. Lho, koq bisa?

Sekarang saya ingin bermain dengan pikiran anda sejenak. Coba anda lakukan hal berikut ini. Saya ingin anda untuk tidak memikirkan seekor gajah warna merah muda. Sekali lagi, saya minta anda tidak memikirkan gajah warna merah muda. OK! Berhenti sejenak. Lakukan eksperimen kecil ini. Setelah itu baru anda boleh meneruskan membaca.

Bila anda melakukan dengan benar apa yang saya minta maka pikiran anda malah memikirkan seekor gajar warna merah muda. Mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah perintahnya tadi adalah anda diminta tidak memikirkan gajah merah muda?

Inilah perbedaan kerja bahasa dan kerja pikiran. Secara struktur kalimat, instruksi yang saya berikan sudah benar. Namun tidak demikian bila instruksi ini mau dilaksanakan oleh pikiran. Bahasa mengenal negasi. Pikiran tidak. Kalimat ”tidak memikirkan” secara kaidah bahasa memang berarti ” tidak boleh memikirkan atau jangan memikirkan”. Namun di pikiran, untuk bisa menegasi suatu pernyataan maka yang terjadi adalah harus terlebih dahulu muncul ”sesuatu” untuk kemudian dinegasi.

Dalam contoh yang saya berikan, untuk bisa ”tidak memikirkan gajah merah muda”, maka yang terjadi di pikiran adalah:

1. pikiran harus memunculkan gambar gajah warna merah muda 2. baru setelah itu pikiran akan menegasi gajah merah muda

Namun, begitu gambar gajah merah muda telah muncul di pikiran maka efek negasi tidak berlaku. Artinya, gambar gajah merah muda itu akan tetap berada di dalam pikiran. Semakin dominan pikiran itu maka semakin

(9)

Pembelajar.Com:: - Rule Your Mind Or It Will Rule You - Adi ...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=377

kuat pengaruhnya pada diri seseorang.

Hal ini sama efeknya dengan orangtua yang ”memotivasi” anaknya, yang malas belajar, dengan kalimat, ”Nak, jangan malas. Kalau malas kamu nggak bisa sukses”. Apa yang terjadi? Anaknya justru tambah malas dan tambah sulit sukses. Demikian juga saat orangtua mendorong anak untuk rajin bangun pagi dengan, ”Kalau bangun jangan suka telat. Jangan suka bangun siang. Nanti bisa telat masuk sekolah.” Apa yang terjadi? Anaknya tetap bangunnya telat. Mengapa bisa demikian?

Komunikasi mengandung tiga hal. Pertama adalah ide, kedua adalah gambaran mental, dan yang ketiga adalah emosi. Saat orangtua berkata jangan bangun telat, maka ini adalah ide. Selanjutnya dalam pikiran akan muncul gambar orang yang bangun telat. Setelah itu muncul emosi. Kalau emosi yang muncul adalah ia merasa enak kalau tidur sampai siang, maka kebiasaan ini akan semakin kuat.

Untuk dapat benar-benar bisa mengendalikan pikiran kita harus menyadari bahwa kita dan pikiran kita adalah dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, kita menggunakan pikiran namun pikiran bukanlah diri kita. Diri kita adalah sebuah kesadaran yang menggunakan pikiran sebagai alat untuk menghasilkan buah pikir. Kesadaran ini merupakan langkah awal untuk mengendalikan pikiran. Untuk mudahnya anda cukup mengingat tiga hukum pengendalian pikiran berikut:

Hukum pengendalian pikiran yang pertama berbunyi: Buat pikiran anda memikirkan apa yang anda ingin pikirkan. Pikiran selama ini telah dengan sangat bebas memikirkan apapun yang ”ia” inginkan. Dengan demikian selama ini pikiran yang mengendalikan diri anda. Sekarang, setelah menyadari hal ini, anda perlu membalik prosesnya, kenali bahwa pikiran hanyalah merupakan suatu aktivitas, yang dapat berjalan sesuai dengan keinginan anda. Untuk dapat mengendalikan pikiran, anda harus disiplin dalam menjalankan hukum pertama ini. Belajarlah untuk mengatur pikiran seperti anda menjalankan sebuah mesin. Anda dapat menyalakan atau mematikan menurut keinginan anda.

Hukum pengendalian pikiran yang kedua berbunyi: Buat pikiran anda berpikir saat anda menginginkannya berpikir

dan berhenti berpikir saat anda menginginkannya berhenti.

Bagi kebanyakan orang pikiran mereka dapat melakukan apa saja, meskipun tanpa persetujuan mereka, sehingga pikiran yang menentukan apa yang akan ia pikirkan. Akibatnya, pikiran yang muncul sering kali tidak terkendali dan mengakibatkan pikiran yang kacau. Untuk mengatasi hal ini anda harus bisa menjadi tuan dari pikiran anda, bukan sebaliknya. Gunakan pikiran saat anda ingin menggunakannya dan tidak menggunakannya saat anda tidak ingin menggunakannya. Dengan kata lain, anda harus belajar untuk bisa membuat pikiran menjadi tenang saat anda menginginkannya tenang.

Hukum pengendalian pikiran yang ketiga berbunyi: Menjadi pengamat dari pikiran yang anda pikirkan. Semakin ahli anda dalam memainkan peran sebagai pengamat dalam mengamati pikiran maka anda akan semakin mampu menguasai pikiran. Mainkan peran pengamat dalam setiap bentuk kegiatan mental yang anda lakukan. Jadikan hal ini sebagai sebuah kebiasaan. Bila anda mampu menjadikan peran pengamat sebuah kebiasaan, maka kebiasaan ini akan sangat membantu mengembangkan kemampuan persepsi anda. Selanjutnya anda akan mampu mengendalikan pikiran dan berpikir secara sadar.

Pada mulanya, keadaan pikiran orang pada umumnya relatif tidak terstruktur, obyektif, fleksibel, dan terbuka terhadap pengalaman belajar baru. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini perlahan tapi pasti berubah menjadi semakin kaku, bias, dan sulit menerima persepsi, pembelajaran, atau respon yang tidak dapat diterima oleh struktur sebelumnya. Pada akhirnya, seluruh ruang lingkup kesadaran pikiran sadar didikte dan tunduk pada kerangka berpikir yang tadinya dibentuk sebagai landasan untuk mengembangkan kemampuan berpikir itu sendiri. Pikiran sadar atau rasional sebenarnya merupakan pikiran yang paling tidak rasional. Mengapa demikian? Pikiran rasional, berdasarkan kesan yang diterimanya melalui perspektif yang terbatas, membentuk struktur-struktur yang kemudian menentukan apa yang akan diterima dan ditolaknya secara bebas. Mulai saat itu tidak peduli

bagaimana dunia berjalan, pikiran rasional akan mengikuti aturan yang diciptakannya sendiri dan mencoba memaksa dunia mengikuti aturan itu. Celakanya lagi, kita menggunakan pikiran sadar untuk berpikir, menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi.

Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan satu kutipan favorit saya sebagai berikut:

”I think, therefore I am” Descartes

Bila diterjemahkan bebas artinya ”Saya berpikir, maka saya ada”. Sebaliknya ada pihak yang menentang pendapat Descartes dengan beragumentasi, “Saya ada, maka saya bisa berpikir”.

Nah, pertanyaan saya pada anda, manakah yang benar ”Saya berpikir, maka saya ada”, ataukah ”Saya ada, maka saya bisa berpikir”?

(10)

Pembelajar.Com:: - Rule Your Mind Or It Will Rule You - Adi ...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=377

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success dan Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(11)

Pembelajar.Com:: - Hypnosis – The Art of Subconscious Co...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=389

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Hypnosis – The Art of Subconscious

Communication (1)

- 12 September 2005 - 04:59 (Diposting oleh: Editor) Saat ini masyarakat Indonesia mulai mengenal hipnosis, baik dari pertunjukkan di televisi maupun dari

pemberitaan di berbagai media masa. Seiring dengan semakin gencarnya publikasi, masyarakat juga dihadapkan pada berbagai informasi yang tidak tepat atau bahkan salah mengenai hipnosis. Beberapa pandangan yang salah tentang hipnosis, yang beredar di masyarakat, antara lain, hipnosis adalah praktek supranatural atau klenik, hipnosis sama dengan gendam atau kejahatan, hipnosis adalah penguasaan pikiran, hipnosis adalah ilmu sesat yang menggunakan kekuatan mahluk halus, dan hipnosis adalah sama dengan tidur.

Apakah hipnosis seperti itu ? Tentu tidak. Pandangan yang salah tentunya akan sangat merugikan masyarakat. Masyarakat yang tidak mengerti hipnosis yang sebenarnya akan menutup diri dan menolak mempelajari hipnosis, dan tentunya tidak akan bisa mendapatkan manfaat luar biasa dari praktek hipnosis.

Hipnosis adalah suatu cabang ilmu yang terus berkembang. Di luar negeri, khususnya di Amerika, hipnosis telah diajarkan secara resmi di berbagai lembaga pendidikan terkemuka. Meskipun ada sangat banyak pakar yang menjelaskan atau menulis tentang hipnosis, apabila diteliti dengan cermat, apa yang mereka jelaskan selalu mengacu pada satu konsep dasar. Konsep dasar ini yang harus dikuasai untuk bisa mengerti dengan benar hipnosis dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dulunya sebelum saya mempelajari hipnosis, saya juga mempunyai pandangan yang negatip terhadap hipnosis. Namun setelah mendalami dengan sungguh-sungguh, saya akhirnya mengerti, jatuh cinta, dan dapat memetik manfaat yang luar biasa dari cabang ilmu ini, baik untuk diri saya sendiri maupun untuk membantu orang lain. Lalu, apa sih sebenarnya hipnosis itu ? Apa bedanya dengan hipnotis dan hipnotisme ? Kata hypnosis berasal dari kata hypnos, yaitu dewa tidur pada mitologi Yunani. Hipnosis adalah ilmunya, hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis, sedangkan hipnotisme sama dengan hipnosis.

Hipnosis berhubungan dengan kondisi kesadaran seseorang pada satu waktu tertentu. Tidak ada unsur klenik sama sekali. Sesuai dengan judul artikel ini maka hipnosis sebenarnya merupakan seni komunikasi dengan pikiran bawah sadar. Dulunya saya tidak percaya bahwa hipnosis adalah suatu seni komunikasi. Namun setelah saya mempraktekkan hipnosis baik untuk diri sendiri maupun dengan orang lain maka saya akhirnya sadar bahwa memang benar bahwa hipnosis adalah seni komunikasi bawah sadar.

Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan theta. Gelombang alfa berada pada kisaran 8 – 12 Hz dan theta pada 4 – 8 Hz. Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang otaknya pasti berada di antara alfa dan theta.

Setiap orang dalam satu hari minimal pasti berada dalam kisaran gelombang ini yaitu saat mau tidur dan saat baru bangun tidur. Secara alamiah saat kita mau tidur gelombang otak akan turun dari beta, ke alfa, ke theta, dan akhirnya di delta (tidur pulas tanpa mimpi). Demikian pula sebaliknya. Saat kita bangun tidur maka gelombang otak akan naik dari delta, ke theta, ke alfa, dan akhirnya di beta atau sadar penuh.

Apa sih hipnosis itu ? Sebenarnya setiap hari kita mengalami kondisi hipnosis. Anda pasti pernah nonton film, bukan ? Saat adegan film sedang seru-serunya anda pasti merasa tubuh anda menjadi tegang, napas berubah, dan jantung anda berdebar lebih kencang. Mengapa ? Bukankah anda tahu bahwa apa yang sedang anda tonton bukanlah suatu kejadian nyata ? Pikiran sadar anda tahu bahwa film itu bukan sesuatu yang nyata. Namun pikiran bawah sadar anda menerima apa yang anda lihat dan alami sebagai suatu hal yang nyata.

Saat menonton film, perhatian anda sangat terpusat pada apa yang sedang berlangsung di layar sehingga anda mem-blok suara-suara lain, misalnya suara batuk penonton lainnya, atau suara handphone yang berbunyi. Pada saat ini anda sangat sadar dengan keberadaan diri anda yang sedang menonton film. Semua sensasi atau perasaan yang anda rasakan saat menonton film, misalnya perasaan sedih, gembira, kecewa, marah, jengkel, atau bahagia merupakan hasil dari kerja pikiran bawah sadar anda. Saat itu anda sebenarnya berada dalam kondisi hipnosis.

Lalu, apakah anda dikendalikan oleh film yang anda tonton ? Tentu tidak ! Film itu tidak mengendalikan diri anda tetapi mengarahkan pikiran anda dengan alur ceritanya. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan keadaan hipnosis atau trance.

Berbeda dengan pemahaman kebanyakan orang, yang mengatakan bahwa saat dalam kondisi hipnosis atau trance kesadaran seseorang sangat lemah, saat dalam kondisi trance level kesadaran seseorang justru meningkat sangat tinggi.

(12)

Pembelajar.Com:: - Hypnosis – The Art of Subconscious Co...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=389

Para pakar hipnosis memberikan definisi hipnosis sebagai:

1. Hipnosis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi

2. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak

3. Hipnosis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar 4. Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat

5. Hipnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti

Ada banyak hal yang dapat kita lakukan dengan menggunakan hipnosis. Umumnya orang hanya mengenal hipnosis seperti yang ditayangkan oleh stasiun televisi, yaitu hipnosis untuk hiburan. Apakah hipnosis hanya bisa untuk acara hiburan ? Tentu tidak.

Berikut ini adalah jenis hipnosis dan manfaatnya: 1. Stage Hypnosis

Stage hypnosis adalah hipnosis yang digunakan untuk pertunjukan hiburan. 2. Clinical Hypnosis atau Hypnotherapy

Clinical Hypnosis atau Hypnotherapy adalah aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik (psikosomatis). Aplikasi dalam pengobatan penyakit antara lain: depresi, kecemasan, phobia, stress, penyimpangan perilaku, mual dan muntah, melahirkan, penyakit kulit, dan masih banyak lagi. 3. Anodyne Awareness

Anodyne Awareness adalah aplikasi hipnosis untuk mengurangi rasa sakit fisik dan kecemasan. 4. Forensic Hypnosis

Forensic Hypnosis adalah penggunaan hipnosis sebagai alat bantu dalam melakukan investigasi atau penggalian informasi dari memori.

5. Metaphysical Hypnosis

Metaphysical Hypnosis adalah aplikasi hipnosis dalam meneliti berbagai fenomena metafisik. Jenis hipnosis ini bersifat ekperimental.

Saya akan menjelaskan lebih banyak lagi mengenai hipnosis pada artikel mendatang.

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success dan Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(13)

Pembelajar.Com:: - Hypnosis – The Art of Subconscious Co...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=426

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Hypnosis – The Art of Subconscious

Communication (2)

- 24 Oktober 2005 - 06:27 (Diposting oleh: Editor)

Dalam setiap kesempatan saya memberikan workshop hipnosis selalu muncul pertanyaan, “Apa hubungan hipnosis dengan mahluk halus?”, “Gendam itu jenis hipnosis yang mana?” Saya berusaha menerangkan bahwa sebenarnya hipnosis itu murni seni komunikasi dan tidak ada hubungannya dengan mahluk halus. Sambil guyon saya berkata, “Hipnosis memang ada hubungannya dengan mahluk halus bila yang menghipnosis anda adalah seorang wanita yang cantik, berkulit mulus, dan tutur katanya halus. Jadi benar itu mahluk halus.”

“Lalu bagaimana dengan gendam? Bukankah ada banyak contoh kasus di mana seseorang ditelpon, katanya ia dapat hadiah, dan diminta menyetor sejumlah uang ke rekening tertentu, lha…. koq mau? Itu pasti kena gendam,” kejar si penanya. Benarkah demikian? Untuk menjelaskan fenomena ini saya akan membahas mengenai cara kerja pikiran.

Manusia mempunyai dua jenis pikiran yang bekerja secara simultan dan saling mempengaruhi, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang hanya 12%.

Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar adalah 88%. Untuk mudahnya kita bulatkan menjadi 10% dan 90%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran bawah sadar mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar.

Orang yang tertipu sebenarnya adalah orang yang tidak dapat berpikir jernih karena telah dikendalikan oleh emosinya. Dalam contoh kasus di atas, emosi yang bermain atau lebih tepatnya “dipermainkan” adalah fear (rasa takut) dan greed (keserakahan). Saat seseorang ditelpon dan diberi tahu bila ia mendapatkan hadiah, misalnya mobil, maka ia akan kaget, senang, dan sudah tentu tidak mau/takut kehilangan “hadiah” utama. Si penelpon biasanya memberikan waktu yang sangat mepet agar korban segera mentransfer sejumlah uang. Korban sengaja didesak sehingga terburu-buru, tidak dapat berpikir jernih, dan dikuasai oleh emosinya. Jadilah si korban mentransfer uangnya dengan sia-sia.

Mengapa korban tidak dapat berpikir jernih? Ya itu tadi. Emotion overides logic. Saat emosi sedang “tinggi” maka kemampuan berpikir logis akan “rendah”. Dan emosi itu terletak di pikiran bawah sadar, yang kekuatannya 9 kali lebih kuat dari pada pikiran sadar.

Kuatnya pengaruh emosi terhadap proses berpikir logis juga didukung oleh hasil penelitian oleh para

neuro-scientist yang meneliti otak manusia. Dari penelitian mereka diketahui bahwa serabut saraf yang keluar dari

sistem limbic (otak mamalia, bagian otak yang menangani emosi) menuju ke cortex (bagian otak yang menangani proses berpikir) jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan arah sebaliknya.

Mungkin anda akan bertanya, ”Kalau begitu, apakah ada cara untuk bisa mengendalikan emosi kita sehingga kita dapat berpikir jernih tanpa dipengaruhi oleh emosi?” Jawabnya ada. Saya biasa menggunakan dan mengajarkan teknik berpikir Transformational Thinking. Teknik ini membuat seseorang mampu berpikir tanpa melibatkan emosi. Teknik lain adalah dengan meningkatkan level kesadaran. Caranya melatihnya? Kita belajar mengamati pikiran kita. Kita harus mengendalikan dan menguasai pikiran kita sehingga saat pikiran bawah sadar mengirim ”sinyal” maka kita akan langsung tahu. Pikiran dilatih dan menjadi kuat dengan membuatnya diam.

OK. Sekarang kembali ke topik hipnosis. Apakah setiap orang bisa dihipnosis? Bisa. Tidak ada satupun orang yang tidak bisa dihipnosis. Secara umum manusia terbagi menjadi tiga kategori, dilihat dari tingkat sugestibilitas, yaitu 5% yang sulit, 10% yang mudah, dan 85% yang moderat.

Untuk keperluan stage hypnosis, hipnotis akan mencari subyek yang masuk kategori 10%, yang mudah sekali dihipnosis. Akan sangat tidak lucu bila yang dipilih adalah yang 5%, yang sulit dihipnosis.

Syarat utama agar dapat dihipnosis adalah subyek (orang yang dihipnosis) harus bersedia untuk dihipnosis. Bila subyek menolak maka hipnotis tidak akan mampu menghipnosis. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Saat hipnotis melakukan hipnosis, yang terjadi adalah si hipnotis mem-by-pass pikiran sadar subyek dan langsung

berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar subyek. By pass di sini jangan salah dimengerti sebagai suatu bentuk manipulasi. By pass maksudnya adalah pikiran sadar subyek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu RAS (Reticular Activating System) terbuka atau tidak terjaga dengan baik. Karena RAS terbuka atau pengawasannya lemah maka si hipnotis akan dengan mudah menjangkau pikiran bawah sadar. Apabila subyek merasa takut, tidak suka, khawatir, atau tidak percaya pada hipnotis, maka proses hipnosis akan menjadi sangat sulit karena RAS akan terkunci rapat. Dalam kondisi ini hipnotis akan sulit sekali menjangkau dan berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar subyek.

(14)

Pembelajar.Com:: - Hypnosis – The Art of Subconscious Co...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=426

Kerja sama dari subyek sangat dibutuhkan agar proses hipnosis dapat berlangsung dengan mudah dan lancar. Mengapa? Karena semua proses hipnosis sebenarnya adalah self-hypnosis. Dikatakan self-hypnosis karena seorang hipnotis sebenarnya hanya berperan sebagai fasilitator atau operator. Subyek menghipnosis dirinya sendiri dengan mengikuti instruksi yang diberikan oleh hipnotis. Bila subyek menolak dengan cara tidak bersedia mengikuti instruksi maka hipnosis tidak akan bisa terjadi.

Seorang hipnotis yang ahli tentu mempunyai sangat banyak cara untuk bisa menjangkau pikiran bawah sadar subyeknya. Cara untuk menjangkau pikiran bawah sadar ini dinamakan induksi. Ada sangat banyak cara melakukan induksi. Dari semua cara itu, bila dicermati, akan tampak suatu pola umum. Pola umum ini membagi teknik induksi menjadi enam kategori. Para pakar biasanya menggabungkan beberapa pola induksi menjadi satu pola baru. Ada teknik induksi untuk orang yang mudah dihipnosis.Ada yang untuk yang moderat. Dan ada yang untuk orang yang sulit dihipnosis.

Untuk menjadi seorang hipnotis yang handal diperlukan beberapa syarat utama, antara lain konsep diri positip, rasa percaya diri yang tinggi, memahami cara kerja pikiran, kemampuan komunikasi verbal dan non verbal yang baik, kreatif, dan menguasai ilmu hipnosis dengan baik dan benar.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah, ”Di mana saya dapat belajar ilmu hipnosis?” Ini satu pertanyaan yang sangat bagus. Saat ini ada banyak orang atau lembaga yang melakukan loka karya hipnosis. Ada yang

memasang harga yang murah sampai harga yang cukup mahal. Terlepas dari berapa harga yang dipasang untuk loka karya hipnosis, yang harus benar-benar diperhatikan adalah siapa yang mengajar di loka karya hipnosis tersebut.

Instruktur yang mengajar mempunyai pengaruh yang sangat penting. Bila anda belajar pada orang yang salah, yang hanya mengerti sedikit namun telah berani mengadakan loka karya, maka anda akan membuang uang, waktu, pikiran, dan tenaga karena telah salah belajar.

Saya dapat bercerita seperti ini karena pengalaman pribadi. Sebelum mendalami hipnosis, dengan mengikuti loka karya, saya banyak membaca buku-buku hipnosis yang ada di toko buku. Semakin saya membaca maka semakin bingung saya jadinya. Saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti loka karya yang diselenggarakan oleh beberapa pakar hipnosis. Ada pakar dari dalam negeri maupun yang dari luar negeri, sudah tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Dari mereka akhirnya saya mendapat pemahaman yang benar mengenai apa itu hipnosis. Selanjutnya saya mendalami sendiri dengan banyak membeli buku dari luar negeri dan tentu saja banyak praktik. Untuk mendalami hipnosis dan melakukan stage hypnosis bukanlah sesuatu yang sulit. Namun untuk melakukan

hypnotherapy, ini anda harus hati-hati. Aplikasi hipnosis dalam terapi memerlukan pengetahuan yang lebih dalam.

Belajar di loka karya saja belum cukup. Kita masih harus mendalami dari berbagai sumber lainnya.

Baru-baru ini saya mendapat cerita dari seorang kawan mengenai suatu lembaga yang menyelenggarakan loka karya hypnotherapy. Ternyata apa yang diajarkan sangat keliru. Dari cerita kawan saya ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya teknik terapi yang diajarkan di loka karya tersebut, kalau di Amerika, masuk dalam kategori malpraktik.

Saya sengaja menceritakan hal ini tidak bertujuan mendiskreditkan suatu lembaga atau pribadi tertentu. Saya ingin agar kita semua berhati-hati agar kita dapat belajar dari sumber yang benar dan kompeten agar ilmu hipnosis dapat dikuasi dengan benar dan dapat dimanfaatkan untuk kemajuan kita bersama.

Bagi pembaca yang ingin tahu lebih banyak tentang hipnosis anda dapat membaca buku saya yang beredar bulan Oktober 2005 yang berjudul Hypnosis – The Art of Subconscious Communication.

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success dan Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.

[Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(15)

Pembelajar.Com:: - Mitos Motivasi : Antara Harapan dan Ken...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=442

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Mitos Motivasi : Antara Harapan dan

Kenyataan

- 07 November 2005 - 05:24 (Diposting oleh: Editor)

Minggu lalu beberapa orang kawan dari sebuah bank nasional ternama mengajak saya makan siang sambil mendiskusikan detil acara yang akan mereka laksanakan, di mana saya adalah pembicara di acara tersebut. Saat menunggu makanan kawan saya, yang kebetulan adalah seorang Area Manager, bertanya, ”Pak Adi apa bisa memberikan seminar motivasi?”

”Maksudnya?” saya balik bertanya.

”Kami pernah mengundang pembicara untuk memberikan motivasi bagi staff kami. Apa Bapak juga bisa memberikan seminar motivasi untuk membangkitkan semangat staff?” tanyanya lagi.

Sebelum menjawab pertanyaan kawan saya ini, saya bertanya, ”Apa yang Ibu harapkan dari seminar motivasi?” ”Kami ingin semangat kerja staff kami meningkat. Namun selama ini motivasi yang mucul setelah mengikuti seminar tidak bisa bertahan lama. Paling lama satu-dua hari. Setelah itu semangat kerja kembali ke keadaan semula seperti saat sebelum mengikuti seminar. Saya sendiri sudah sangat sering menghadiri berbagai seminar motivasi. Biasanya kalau saat seminar, motivasi saya akan sangat tinggi. Tapi satu dua hari setelah seminar, motivasi saya gembos seperti balon kehabisan udara. Mengapa bisa begini ya, Pak?” kejar kawan saya dengan penasaran.

Pernahkah anda mengalami seperti yang diceritakan kawan saya ini? Saya sendiri telah mengalaminya. Kesulitan yang selalu ditemui setiap peserta seminar motivasi adalah motivasi yang mereka dapatkan di seminar tidak bisa bertahan lama. Mengapa ini terjadi ? Apakah ada cara untuk bisa mempertahankan motivasi ? Kalau ada, bagaimana caranya? Saya mulai aktif menghadiri berbagai seminar motivasi sejak tahun 1994. Saya membaca sangat banyak buku motivasi, mendengarkan ratusan kaset seminar motivasi, dan bahkan sampai beberapa kali mengikuti seminar motivasi yang lamanya dua hari, di luar negeri, yang dihadiri lebih dari 35.000 (tiga puluh lima ribu) orang dalam satu stadion. Saat di seminar biasanya saya membuat ”keputusan besar” untuk sukses, untuk berubah, untuk ini, untuk itu, dan masih banyak ”keputusan besar” yang lain. Namun apa yang terjadi setelah itu? Semangat yang begitu menggebu-gebu dengan cepat hilang tak berbekas dan saya kembali seperti diri saya sebelum menghadiri seminar motivasi itu.

Pertanyaannya sekarang adalah, ”Apakah pembicara motivasinya tidak mampu memotivasi audiensnya?”.Wah, kalau soal memotivasi, mereka sungguh luar biasa. Saya katakan ”mereka” karena yang berbicara di seminar motivasi selama dua hari itu adalah para pembicara kaliber internasional. Mereka adalah figur sukses yang menjadi contoh bagi banyak orang. Mereka telah berhasil mengubah hidup mereka dari orang biasa menjadi luar biasa. Mereka sukses secara finansial dengan income 6 digit, dan ini dalam dollar Amerika bukan rupiah. Mereka banyak membantu orang lain, keluarganya bahagia, kondisi mental dan fisik sangat prima. Mereka adalah orang yang walk the talk. Bukan sekedar talk the talk seperti kebanyakan orang. Namun mengapa motivasi saya masih tetap seperti yo-yo? Sebentar naik, sebentar turun? Padahal saya sudah dimotivasi oleh pembicara yang sangat luar biasa?

Cukup lama saya mencari jawaban atas pertanyaan ini. Dalam upaya mencari jawaban atas pertanyaan ini saya terus menghadiri berbagai seminar motivasi. Saya membandingkan style pembicara satu dengan pembicara lainnya. Saya mengajak diskusi dan bertukar pikiran dengan sesama peserta seminar. Diakui oleh peserta seminar, ada pembicara yang sangat bagus memotivasi audiens sehingga motivasi bisa bertahan lama. Ada yang motivasinya hanya bisa bertahan satu atau dua hari. Dari perbandingan yang saya lakukan saya mendapatkan satu pola yang konsisten. Pembicara motivasi yang mampu memotivasi audiens dengan baik, sehingga audiens tetap bersemangat untuk waktu yang lama, mempunyai kelebihan tersendiri. Meskipun demikian, motivasi ini tidak dapat bertahan seterusnya. Cepat atau lambat, seperti yang telah saya alami, motivasi ini akan berkurang dan akhirnya habis... bis.... seperti balon yang kehabisan udara.

Apa sebabnya? Motivasi yang didapat saat mengikuti seminar adalah motivasi yang berasal dari luar atau motivasi ekstrinsik. Motivasi jenis ini tidak bisa bertahan lama. Untuk berubah dan mencapai sukses kita harus mempunyai motivasi yang tumbuh dari dalam (intrinsik). Pembicara motivasi yang lihai adalah pembicara yang mampu menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri audiensnya dan mengajarkan cara mempertahankan motivasi itu, setelah audiens pulang ke rumah dan menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Jika audiens tidak diajarkan cara memelihara dan mempertahankan motivasinya maka motivasi itu pasti gembos dengan sendirinya.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar dan bersifat sementara. Motivasi eksternal membuat kita sangat bersemangat, pada saat di seminar, namun tidak bisa membuat semangat itu bertahan lama. Motivasi

(16)

Pembelajar.Com:: - Mitos Motivasi : Antara Harapan dan Ken...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=442

eksternal dapat mempengaruhi kita untuk melakukan perubahan namun tidak bisa membuat perubahan bagi kita. Mungkin anda akan bertanya, ”Mengapa motivasi yang berasal dari luar tidak dapat bertahan lama?” Ini semua berhubungan dengan program pikiran. Motivasi eksternal membuat kita berpikir, dan ini adalah kerja pikiran sadar, bahwa kita dapat melakukan apa saja untuk mencapai semua impian hidup kita. Kita tentu ingin percaya bahwa kita bisa mencapai goal kita. Namun program pikiran, yang mempengaruhi 90% kemampuan berpikir kita, berkata lain, ”Ah.... goal itu nggak masuk akal. Saya nggak mungkin bisa mencapainya. Saya sudah gagal berulang kali. Latar belakang saya berbeda dengan si pembicara. Saya punya banyak masalah dan hambatan. Saya nggak bisa ini.... nggak bisa itu... Tentu saya akan sangat sulit berhasil.”

Kembali saya ulangi pertanyaan, ”Mengapa motivasi yang berasal dari luar tidak dapat bertahan lama?” Karena motivasi eksternal hanya mampu membuat perubahan yang bersifat sementara. Motivasi eksternal bekerja tidak

sejalan dengan prinsip kerja otak dan pikiran bawah sadar.

Lalu, bagaimana caranya untuk bisa menghasilkan perubahan yang permanen? Inilah rahasianya. Empowerment atau peningkatan diri bukanlah hasil dari proses kerja pikiran sadar. Empowerment adalah suatu pengalaman pribadi yang kita alami karena pikiran bawah sadar berhasil mencapai goal dan kemudian pengalaman ini naik ke level pikiran sadar dalam bentuk perasaan ”in control” terhadap hidup kita.

Kita bisa ”mencoba” untuk merasa berubah. Kita bisa menggunakan kekuatan kehendak (will power) kita. Kita bisa datang ke berbagai seminar, membaca berbagai buku, mendengarkan kaset-kaset motivasi, dan setelah itu, untuk beberapa saat, kita merasa lebih mampu mengendalikan diri dan lebih fokus. Meskipun demikian kita tetap tidak bisa berubah atau mengalami empowerment bila tidak mendapat dukungan pikiran bawah sadar kita. Inti perubahan adalah kita harus mengganti program-program negatip yang ada di pikiran bawah sadar kita dengan program yang positip. Saat kita termotivasi untuk berubah kita memutuskan untuk meng-uninstall program negatip. Namun kita tidak diajarkan, di seminar motivasi itu, bagaimana cara untuk meng-install program positip. Mengapa kita perlu mengganti program negatip dengan yang positip? Karena program mental yang ada di pikiran bawah sadar adalah program lama – program yang akan menolak setiap informasi yang tidak sejalan dengan informasi yang telah tersimpan sebelumnya. Sesuai dengan cara kerja pikiran, semakin lama suatu program ”menetap’ di pikiran bawah sadar maka semakin kuat program itu. Salah satu hukum penting yang berhubungan dengan pikiran yaitu bila terjadi konflik antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar maka yang menang adalah pikiran bawah sadar.

Satu hal yang luar biasa mengenai program ini adalah bahwa setiap program bertindak seperti mahluk hidup yang mempunyai kehidupan sendiri. Saat kita akan mengganti program lama dengan yang baru, program lama ini akan melawan dengan segala cara untuk bisa bertahan ”hidup”. Itulah sebabnya mengapa orang biasanya sulit untuk melakukan perubahan.

Seorang pakar di bidang pikiran, yang bukunya baru-baru ini saya baca, malah mengatakan bahwa pikiran bawah sadar bekerja mirip dengan suatu jaringan komputer (network) yang terdiri dari sangat banyak komputer (baca: proses berpikir/program). Setiap komputer ini ada yang saling berbagai resource dan ada yang menutup diri tidak mau berbagi resource. Setiap komputer ini saling mempengaruhi.

Satu kisah menarik saya alami saat saya membantu seorang kawan memprogram ulang pikirannya. Selang beberapa saat, saya didatangi kawan saya ini dan sambil menangis ia berkata, ”Pak, saya merasa diri saya saat ini bukanlah diri saya yang sesungguhnya. Namun di sisi lain saya merasakan ada sesuatu yang baru dalam diri saya. Seakan-akan ada dua bagian dalam diri saya yang saling tarik ulur, saling bertempur. Ada apa yang dengan diri saya?”

Saya lalu menjelaskan bahwa ini adalah sesuatu yang normal. Saya pernah mengalami keadaan ini. Kawan saya yang lain juga pernah. Saya kemudian meminta ia meneruskan programming-nya. Jika ia terus bertahan dengan program barunya maka program ini akan semakin kuat dan akhirnya akan mengalahkan pengaruh program yang lama. Seminggu kemudian ia memberikan laporan bahwa ia sudah merasa jauh lebih baik dan program barunya yang menang. Komputer Mental

Setelah membaca sejauh ini saya yakin anda pasti akan bertanya, ”Bagaimana melakukan pemrograman ulang pikiran bawah sadar?” Sebenarnya mudah. Caranya sama dengan, namun sudah tentu tidak sesederhana, memprogram ulang komputer.

Sebuah komputer menerima input dan mengeluarkan output. Untuk mengubah output, kita mesti mengubah input atau mengubah program. Prinsip ini berlaku untuk pikiran bawah sadar. Kalau kita hanya mengubah input maka kualitas output dibatasi oleh program yang digunakan. Jika programnya buruk maka meskipun input diubah maka output tetap tidak bisa maksimal. Saat kita mencoba mengubah suatu pola perilaku atau cara berpikir dengan hanya mengubah input tanpa mengubah program yang ada di bawah sadar maka cepat atau lambat program lama ini akan memicu ulang pola perilaku dan cara berpikir yang lama. Dalam hidup, sering kali lebih mudah bagi kita untuk mengubah program dari pada mengubah input secara permanen.

Ada lima cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar yaitu repetisi, identifikasi kelompok/keluarga, informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang mempunyai otoritas, emosi yang intens, dan hipnosis. Kita bisa menggunakan satu cara saja atau kombinasi dari beberapa cara sekaligus. Begitu kita dapat masuk ke pikiran

(17)

Pembelajar.Com:: - Mitos Motivasi : Antara Harapan dan Ken...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=442

bawah sadar maka akan sangat mudah untuk melakukan perubahan atau modifikasi program.

Pemrograman ulang bawah sadar ada banyak cara. Yang pertama adalah dengan mengubah self-talk kita (untuk

self-talk, saya akan bahas di artikel tersendiri). Cara lain adalah dengan visualisasi kreatif, kisah sukses, simbol

sukses, dan self-hypnosis. Yang lebih rumit adalah dengan bantuan seorang hipnoterapis yang berpengalaman. Khusus untuk hipnoterapi saya sarankan agar anda mencari orang yang benar-benar kompeten agar jangan sampai terjadi kesalahan prosedur terapi. Salah satu cara pemrograman ulang pikiran bawah sadar yang cukup efektif adalah seperti yang dilakukan oleh kawan saya, seorang motivator berbasis NLP, Tommy Siawira, dengan Fire Walk Experience. Pengalaman berjalan di atas bara api, yang mana pikiran sadar merasa tidak mungkin untuk dilakukan namun ternyata bisa, memberikan efek luar biasa untuk mengubah program di pikiran bawah sadar. Efek perubahan diperkuat lagi dengan konseling yang biasa Tommy berikan sehingga peserta seminarnya tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa tetap mempertahankan motivasi mereka.[]

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success, Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?, dan Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication. Adi dapat dihubungi melalui email

adi@adiwgunawan.com [Pembelajar.Com::]

VISI ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TAHUN 2045:

Bangga Menjadi Anak Bangsa Indonesia dengan Cara Menjadi Kebanggaan bagi Indonesia. Kembali

(18)

Pembelajar.Com:: - Sekolah Dirancang Untuk Menghasilkan O...

http://www.pembelajar.com/wmprint.php?ArtID=450

Pembelajar.Com:: - Adi W Gunawan

(http://www.pembelajar.com)

Sekolah Dirancang Untuk Menghasilkan

Orang-orang Gagal

- 21 November 2005 - 06:31 (Diposting oleh: Editor)

Judul di atas terkesan sangat provokatif, bukan? Saya sengaja membuka tulisan ini dengan statement yang keras dan menggugat. Namun jangan salah mengerti. Saya bukan tipe orang yang anti pendidikan formal. Saya sendiri adalah seorang pendidik, lebih tepatnya Re-Educator, yang sangat concern dengan kondisi pendidikan di tanah air. Apa yang saya tulis di bawah ini merupakan kristalisasi hasil belajar saya atas pemikiran para pakar pendidikan seperti Paulo Freire, Ivan Illich, Drost, Everett Reimer, John Holt, Alfie Kohn, Neil Postman, dan William Glasser, ditambah dengan perenungan dan pengalaman pribadi.

Proses pendidikan atau lebih tepatnya pembelajaran yang terjadi di sekolah selama ini sangat jauh dari praktik pembelajaran yang manusiawi, yang sesuai dengan cara belajar alamiah kita. Konsep ”belajar” yang diterapkan telah sangat usang dan merupakan warisan dari jaman agraria dan industri.

Kembali saya ulangi, masalah utama yang ada dalam sistem pendidikan kita adalah sekolah memang dirancang untuk menghasilkan anak gagal. Ini semua sebagai akibat dari sistem pengujian kita yang menggunakan referensi norma, yang sangat mengagungkan penggunaan kurva distribusi normal atau kurva lonceng (Bell Curve). Kurva distribusi normal ini mengharuskan ada 10% anak yang prestasinya rendah, 80% rata-rata, dan 10% yang berprestasi cemerlang.

Bulan lalu dalam dua kesempatan yang berbeda saya memberikan pelatihan untuk para kepala sekolah SD Negeri dan Pengawas (tingkat TK dan SD) sekabupaten/kota Jawa Timur. Saat bertanya, ”Bapak/Ibu, jika anda punya 40 orang murid dalam satu kelas, dan saat ujian semua dapat nilai 100, anda sukses atau gagal?” Bak paduan suara yang sangat kompak, serentak mereka menjawab, ”Gagal...” ”Lho, koq gagal?” tanya saya. ”Ya Pak, kalau semua dapat 100 maka pasti soalnya terlalu mudah, atau gurunya yang tidak bisa membuat soal,” jawab mereka kompak.

Saya lalu mengejar dengan pertanyaan, ”Bapak dan Ibu, misalnya anda diminta mengajar 40 orang anak memasak nasi goreng sea-food spesial. Kalau semua belum bisa (saya tidak menggunakan kata ”tidak bisa” ) memasak nasi goreng seperti yang anda inginkan, apa yang akan anda lakukan?” ”Ya, kita akan mengulangi lagi sampai si anak benar-benar bisa,” jawab mereka. ”Sekarang, kalau semuanya berhasil memasak nasi goreng yang sangat enak, anda berhasil atau gagal?” tanya saya lagi. ”Wah, kalau semuanya bisa, ini berarti kita sangat berhasil Pak”, jawab mereka. ”Kalau begitu apa bedanya antara mengajar anak memasak nasi goreng dengan mengajar anak suatu pelajaran, misalnya matematika atau bahasa Inggris?” kejar saya lagi. Kali ini semuanya diam dan tidak bisa berkomentar.

Saya lalu menjelaskan mengenai kurva distribusi normal yang sebenarnya, kalau menurut pendapat saya pribadi, tidak normal. Mendapat penjelasan ini para peserta akhirnya bisa memahami apa yang saya sampaikan. Saat

break saya menemukan satu hal yang sangat menarik. Para kepala sekolah dan pengawas ini sadar bahwa apa

yang saya sampaikan itu memang benar dan memang seharusnya demikian cara kita mendidik murid. Namun mereka terikat pada aturan main (baca: sistem pendidikan). Mereka merasa tak berdaya karena bila mereka bersikeras untuk tidak mau mengikuti arus maka mereka akan mendapat kesulitan.

Saya lalu menceritakan keberhasilan kawan saya, Bpk. Danang Prijadi saat mengajar mata kuliah Dasar Filsafat di satu universitas ternama di Surabaya. Ada 3 kelas pararel, masing-masing berisi 40-an mahasiswa, dengan dosen yang berbeda. Saat ujian, 95% dari murid di kelas Pak Danang mendapatkan nilai A, sisanya yang 5% dapat nilai B dan C. Hal ini sangat mengejutkan pihak universitas dan dosen lainnya. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Bukankah ini menyalahi kurva distribusi normal? Dan yang lebih ciamik lagi, soal yang diujikan bukan disusun oleh Bpk Danang, tapi disusun oleh tim tersendiri.

Tujuan kita mengajar anak adalah agar anak bisa menguasai apa yang diajarkan, tidak peduli apa cara yang digunakan. Yang penting ujung-ujungnya anak bisa menguasai dengan baik apa yang diajarkan. Kalau cara mengajar yang digunakan di sekolah kita terapkan untuk mengajar anak kita, yang masih kecil, belajar bicara atau berjalan, maka pasti kita akan ” shocked” karena ternyata, dengan sistem penilaian yang digunakan di sekolah, anak-anak kita akan masuk kategori anak yang ”idiot”. Mengapa masuk kategori ”idiot”? Karena anak-anak kita ”gagal” terus. Nilai mereka selalu Do – Re – Mi alias 1 , 2, atau 3.

Dalam hampir setiap kasus yang pernah saya temui, bila ada timbul masalah belajar biasanya kita hanya melihat pada sisi anak. Jarang sekali kita melihat dan mencari tahu peran yang dimainkan oleh sekolah dan sistem pendidikan kita hingga masalah muncul. Anak yang dianggap bermasalah biasanya akan diterapi melalui BK (bimbingan konseling) dan kalau masih tidak bisa menjadi anak yang “baik” , anak ini dikeluarkan. Di sini terlihat bahwa sebenarnya anak tidak “Drop Out” tapi “Pushed Out”.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini R a b u tanggal Dua puluh enam bulan Agustus tahun Dua ribu lima belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi pada

Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh

Terlepas dari perkembangan teknologi komunikasi format video itu sendiri, video blogging mulai melanjutkan perkembangannya pada tahun 2001 saat Human Dog memulai

Materi yang disajikan dalam media pembelajaran membantu guru untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran matematika materi peluang dengan pendekatan kontekstual. 5

Gagasan utama yang direpresentasikan melalui Batu dan Täbä adalah pemeliharaan Allah dalam sejarah masyarakat setempat.. Menghidupkan kembali makna inilah yang

Nilai rata-rata organoleptik daging ikan Tuna (Thunnus albacares) segar pada waktu pengambilan sampel, pedagang yang berbeda dan 3 kali ulangan.. Nilai rata-rata

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi

Kasmir (2010:68) menyebutkan secara umum tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan, antara lain :.. 1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu