• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL RDE - 03: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL RDE - 03: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL

RDE - 03: PENGENALAN DAN

PEMBACAAN PETA

(2)

KATA PENGANTAR

Pengenalan dan Pembacaan Peta merupakan suatu modul yang ditulis berupa

uraian, penjelasan atau prinsip-prinsip umum tentang simbol-simbol gambar

pelaksanaan dan gambar teknis jalan pada proyek jalan dan jembatan yang

pada umumnya dilakukan pada ruas-ruas jalan Nasional, Propinsi, maupun

Kabupaten / Kota.

Ada beberapa persyaratan gambar yang diketengahkan dalam modul ini yaitu

fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, kodefikasi gambar, legenda,

kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan desain serta sistematika gambar

beserta contoh-contohnya. Dengan memahami hal tersebut di atas diharapkan

juru ukur dapat memahami secara teknis hal-hal yang secara riil diperlukan

dalam membaca gambar pelaksanaan dan design pekerjaan jalan agar

diperoleh hasil yang tepat, dalam pengertian tidak ada hal yang tidak terekam

atau terlewatkan dalam penyusunan gambar pelaksanaan maupun gambar

terlaksana yang akan diserahkan serta pengaruhnya terhadap penghitungan

anggaran biaya konstruksi maupun tagihan pembayaran pelaksanaan sesuai

kontrak yang dilaksanakan.

Demikian mudah-mudahan modul ini dapat dimanfaatkan bagi yang

memerlukannya. Dan kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari

sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata

bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta

dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

(3)
(4)

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN

: Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road

Design Engineer)

MODEL PELATIHAN

: Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat desain jalan mencakup

perencanaan geometrik dan perkerasan jalan termasuk mengkoordinasikan

perencanaan drainase , bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Melaksanakan Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU Jalan.

2. Melaksanakan Manajemen K3, RKL dan RPL.

3. Mengenal dan Membaca Peta.

4. Melaksanakan Survei Penentuan Trase Jalan.

5. Melaksanakan Dasar-dasar Pengukuran Topografi

6. Melaksanakan Dasar-dasar Survei dan Pengujian Geoteknik.

7. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Drainase.

8. Melaksanakan Rekayasa Lalu-lintas.

9. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap dan

Perlengkapan Jalan.

10. Melaksanakan Perencanaan Geometrik.

11. Melaksanakan Perencanaan Perkerasan Jalan.

12. Melakukan pemilihan jenis Bahan Perkerasan Jalan.

(5)

NOMOR

: RDE – 03

JUDUL MODUL

: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA

TUJUAN PELATIHAN

:

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) :

Setelah

modul

ini

dipelajari,

peserta

mampu

mengimplementasikan

Pengetahuan Pengenalan dan Pembacaan Peta dalam memberikan instruksi

kegiatan penggambaran dan pembacaan gambar hasil pengukuran ke dalam

kertas gambar atau pemetaan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) :

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian prinsip umum gambar

2. Menjelaskan simbol kartografi dalam gambar

3. Melaksanakan prinsip rancangan peta dalam gambar

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR TUJUAN ... i

DAFTAR ISI v

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN

JALAN (Road Design Engineer) ... vii

DAFTAR MODUL ... viii

PANDUAN INSTRUKTUR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1

1.1

Umum ... 1-1

1.2

Penglihatan dan Persepsi ... 1-1

1.3

Gambaran Visual ... 1-2

1.4

Simbol-Simbol dan Batasan Perseptual ... 1-2

BAB 2 SIMBOL-SIMBOL KARTOGRAFI ... 2-1

2.1

Umum ... 2-1

2.2

Tipe-Tipe Simbol ... 2-1

2.3

Variabel Grafik ... 2-2

2.4

Bentuk ... 2-2

2.5

Dimensi ... 2-5

2.6

Warna ... 2-6

2.7

Tekstur (Raut) ... 2-9

2.8

Simbol-Simbol dan Penggambaran ... 2-9

2.9

Peta-Peta Topografi ... 2-10

2.10 Penggambaran dan Informasi Lokasi ... 2-13

BAB 3 RANCANGAN PETA ... 3-1

3.1

Umum ... 3-1

3.2

Masalah-Masalah Rancangan Umum ... 3-1

3.3

Prinsip-Prinsip Rancangan Kartografi ... 3-3

(7)

3.5

Ketinggian ... 3-11

BAB 4 SKALA, LEGENDA DAN SITE PLAN ... 4-1

4.1

Skala Gambar ... 4-1

4.2

Legenda ... 4-1

4.3

Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan) ... 4-15

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

(8)

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN

(Road Design Engineer)

1.

Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja

Ahli Teknik

Desain Jalan (Road Design Engineer)

dibakukan dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah

ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan

Ahli Teknik Desain

Jalan (Road Design Engineer)

unit-unit tersebut menjadi Tujuan

Khusus Pelatihan.

2.

Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari

masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap

perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk

suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk

memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3.

Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka

berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun

seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang

harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan

Ahli Teknik Desain

(9)

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja :

Road Design Engineer (RDE)

Nomor

Modul

Kode

Judul Modul

1 RDE – 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan 2 RDE – 02 Manjemen K3, RKL dan RPL

3

RDE – 03 Pengenalan dan Pembacaan Peta

4 RDE – 04 Survai Penentuan Trase jalan 5 RDE – 05 Dasar-dasar Pengukuran Topografi

6 RDE – 06 Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik 7 RDE – 07 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Jalan 8 RDE – 08 Rekayasa Lalu Lintas

9 RDE – 09 Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap 10 RDE – 10 Perencanaan Geometrik

11 RDE – 11 Perencanaan Perkerasan Jalan 12 RDE – 12 Bahan Perkerasan Jalan

(10)

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN

: AHLI TEKNIK DESAIN JALAN

(Road Design Engineer )

KODE MODUL

: RDE - 03

JUDUL MODUL

: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA

DESKRIPSI

: Modul ini membahas pengetahuan pengertian

tentang kartografi, skala, legenda dan site plan

(tata letak lapangan) yang perlu dipahami dan

dipraktekkan untuk pelatihan ahli teknik desain

jalan.

TEMPAT KEGIATAN

: Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

(11)

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah Pembelajaran

Pengantar

 Menjelaskan TIK dan TIU serta pokok bahasan

 Merangsang motivasi peserta untuk mengerti/memahami dan membandingkan pengalamannya Waktu = 10 menit 2. Ceramah Bab I  Pendahuluan  Pengertian Umum

 Penglihatan dan Gambaran Visual  Simbol – simbol dan batasan –

batasan perseptual

Waktu = 15 menit

3. Ceramah Bab II Simbol – simbol kartografi

 Umum

 Tipe – tipe simbol  Variabel grafik  Dimensi

 Warna  Tekstur

 Simbol – simbol dan Penggambaran  Peta – peta topografi

 Penggambaran dan informasi lokasi Waktu = 20 menit

4. Ceramah Bab III

 Umum

 Masalah - masalah  Rancangan umum  Prinsip – prinsip rancangan

kartografi

 Rancangan simbol-simbol peta  Ketinggian

Waktu = 15 menit

Mengikuti penjelasan TIU dan

TIK dengan tekun dan aktif  Mengajukan pertanyaan

apabila kurang jelas.

Mengikuti penjelasan instruktur

dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

Mengikuti penjelasan instruktur

dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

Mengikuti penjelasan instruktur

dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

OHT

OHT

(12)

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

5. Ceramah Bab IV Skala Legend dan site Plan  Skala  Legenda  Site plan Waktu = 20 menit 6. Penutup

Review materi dan Diskusi umum

Waktu = 10 menit

Mengikuti penjelasan instruktur

dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

Mengikuti penjelasan instruktur

dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Menurut J.S. Keates dalam bukunya : Cartographic Design and Production, kartografi telah didefinisikan sebagai ‘… seni, pengetahuan, dan teknologi pembuatan peta ... menyangkut semua tahapan evaluasi, penghimpunan, perancangan, dan penyusunan naskah yang dibutuhkan untuk menghasilkan peta baru atau perubahan dokumen peta dari semua bentuk data dasar. Hal ini mencakup pula semua tahapan dalam reproduksi peta.

Banyak buku tentang kartografi cenderung berisikan uraian yang menjelaskan praktek-praktek sekarang ini dengan cara-cara deskriptif. Hal ini akan membawa kurang jelasnya perbedaan antara prinsip-prinsip dan aplikasi serta kecenderungan untuk mempertimbangkan bahan pembelajaran dari sudut pandangan tipe-tipe peta khusus. Sasaran penulisan buku ini ialah untuk mengusahakan pemahaman secara sistimatik dan memberikan analisis yang dapat dijadikan dasar studi lebih Ianjut. Buku ini ditulis bagi mereka yang berkeinginan mempelajari kartografi, baik karena mereka berminat menjadi ahli kartografi (atau memperluas pengetahuan kartografinya), atau karena kartografi mempunyai hubungan iangsung dengan kegiatan mereka di lapangan. Tiga aspek utama kartografi adalah (hal-hal yang bersifat) metrik, grafik dan teknik. Karena peta-peta terutama menyangkut lokasi, maka penggambaran mengenai semua atau sebagal permukaan bumi yang sistimatik dan berskala diperlukan sebagal dasar bagi setiap peta. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengukuran dan perhitungan. Mengingat aspek ini telah dianalisa secara menyeluruh, dan lagi pula banyak buku-buku telah ditulis khusus untuk itu, make aspek metrik tak dibicarakan dalam buku-buku ini. Sebuah peta adalah gambaran grafik, dan informasi disampaikan melalui simbol-simbol grafik yang dapat dipahami oleh pemakainya.

1.2 PENGLIHATAN DAN PERSEPSI

Penggunaan peta adalah proses komunikasi visual. Karena visual maka ia merupakan proses persepsi, sebab ia tergantung pada kombinasi aktivitas indera lihat dan reaksi yang timbul dalam otak. Walaupun kartografi terutama bersangkutan dengan penciptaan rangsangan, hat itu jelas harus dilakukan sejauh mungkin atas dasar-dasar apa yang diketahui tentang reseptor dan respon. Hal ini mencakup pengertian batas-batas daya penglihatan dalam hubungannya dengan tipe-tipe gambaran visual yang

(14)

menjadikan bahan tersusunnya peta; sebagian di antaranya berupa batas-batas fisis, dan memberikan aturan-aturan tertentu. Memahami respon dalam otak adalah jauh lebih kompleks, dan bagian proses komunikasi ini tidak sama sekali sepenuhnya dipahami.

1.3 GAMBARAN VISUAL

Suatu gambaran visual adalah pola yang terbentuk pada retina mata, terdiri dari unsur-unsur yang tercipta oleh refleksi atau pengiriman cahaya dari objek dalam medan visual. Dalam hal dengan peta, dan hampir semua gambar grafik, medan visual ini berupa bidang permukaan dua dimensi. Unsur-unsur visual dalam sebuah gambaran grafik dapat berbeda dalam empat macam : dalam hal lokasinya dalam medan visual, dalam hal bentuk, dalam hal dua dimensi, dan dalam hal warna. Karena gambaran grafik bersifat statis, maka dimensi keempat, yaitu waktu, tidak tercakup.

Dalam sebuah gambaran grafik, unsur-unsur disusun dalam bentuk simbol-simbol grafik dalam pola tersendiri; yaitu pada pola titik, pola garis, atau pola wilayah. Kom-ponen-komponen ini bervariasi menurut faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tetapi variasinya tidak sama betul untuk ketiga tipe tersebut. Secara teoritis, sebuah ti-tik tidak mempunyai dimensi atau bentuk tetapi hanya lokasi; sebuah garis membentang ke satu arah dan mempunyai bentuk; dan suatu area (wilayah) membentang dalam dua dimensi dan mempunyai bentuk maupun dimensi. Dalam kenyataan, agar dapat dikenali lewat indera, tiap komponen gambaran grafik harus dapat dilihat dan harus mempunyai dimensi minimal tertentu dan karenanya juga bentuk. Semua unsur-unsur tersebut dapat bervariasi dalam warna, tetapi hubungannya dengan beberapa sifat warna adalah kompleks. Maka sebelum membuat rancangan simbol peta, perlu memahami prinsip-prinsip penglihatan dan persepsi, agar dengan demikian diketahui informasi apa yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menciptakan simbol-simbol peta.

1.4 SIMBOL-SIMBOL GARIS DAN BATASAN PERSEPTUAL

Aturan dasar agar dapat terbaca dengan jelas, yang merupakan sasaran utama dalam rancangan simbol, ialah bahwa simbol-simbol harus dapat dikenali dengan mudah atau jelas artinya dimana pun simbol tersebut berada. Tetapi agar kondisi itu lebih memuaskan lagi, bergantung pada soal pengaturan kontras, perlu untuk memahami bahwa dua simbol (yang sama) dalam keadaan serupa betul, dan dalam banyak hal adakalanya dua simbol (yang berbeda) menunjukkan kemiripan dan hanya sedikit

(15)

berbeda. Oleh sebab itu, pengungkapan hubungan yang demikian itu tidak semata-mata memerlukan kontras tetapi juga kontinyuitas.

a. Identifikasi

Agar dapat menanggapi suatu simbol peta, maka pemakai yang memahami gambar peta harus dapat mengidentifikasi tiap simbol dengan mudah. Hal ini sebagian tergantung pada kemampuan membedakan simbol tersebut dari simbol-simbol lain, dan sebagian lagi pada kemampuan mengingat karakteristiknya. Dalam hal ini suatu simbol yang sangat kompleks kurang mudah diingat, dan karenanya orang dapat mengidentifikasi dengan cepat bila dibanding dengan sebuah simbol yang sederhana.

b. Perbedaan (Diskriminasi)

Kemampuan untuk membedakan antara gambar-gambar tergantung pada persepsi mengenai kontras dan hubungan. Sebagaimana hal perlunya untuk melihat bahwa dua buah gambar adalah berbeda, maka harus dimungkinkan pula untuk melihat gambar-gambar lain yang sama keadaannya. Perbedaan-perbedaan persepsi dalam ukuran dan warna dipengaruhi oleh posisi relatif. Bilamana simbol-simbol itu sating berdekatan maka ada suatu penekanan kekontrasan di antara mereka; hal ini dikenal sebagai kontras simultan atau peningkatan kontras. Misalnya, apabila dua buah garis hanya memiliki sedikit perbedaan dalam ukuran, maka perbedaan ini lebih mudah dilihat apabila garis-garis tersebut berdekatan dibanding dengan apabila garis-garis tersebut berjauhan. Ketentuan yang sama berlaku untuk variasi dalam kesan warna dan kesan bayangan. Hal ini sering menyebabkan timbulnya masalah dalam pembandingan serangkaian simbol-simbol titik, seperti yang digunakan untuk menyatakan isi atau dimensi lainnya. Walaupun dalam penjelasan simbol-simbol, di mana semua variasi simbol adalah berdekatan dan ukuran yang berbeda sedikit dapat dilihat, dua buah simbol yang mirip menggambarkan jumlah yang sedikit berbeda dapat terletak secara terpisah jauh dalam peta. Dalam keadaan yang demikian itu akan sulit menentukan apakah mereka itu sama atau berbeda. Karenanya aturan yang dipakai ialah bahwa perbedaan harus cukup untuk dapat dipakai pada semua situasi peta dan tidak hanya bagi simbol-simbol yang bersama-sama berkelompok. Satu-satunya cara pasti untuk menguji kelayakan ukuran dan bentuk simbol adalah dengan memakainya dalam suah situasi peta dan tidak hanya dalam suatu spesifikasi.

(16)

warna. Suatu wilayah yang sangat kecil dengan warna tertentu akan kelihatan kurang jenuh dibanding dengan suatu wilayah yang luas, sehingga mungkin tampak mempunyai kesan warna yang berbeda. Sehubungan dengan itu, warna-warna harus ditetapkan dalam kaitannya dengan keadaan daerah yang sebenarnya seperti yang terpusat dalam peta., dan tidak hanya dalam kaitannya dengan kotak-kotak simetris yang digunakan dalam spesifikasi saja.

Harus pula dicatat bahwa dalam banyak keadaan perbedaan dapat ditingkatkan dengan perubahan-perubahan yang relatif kecil dalam rancangan warna. Apabila suatu simbol yang khusus ternyata tidak memuaskan, maka dalam banyak hal keadaannya dapat diperbaiki dengan sedikit modifikasi pada kejenuhan dan ketercahayaannya. Agar pengalaman dalam hal ini dapat dimanfaatkan, sangatlah pen-ting ahli kartografi menelaah banyak rancangan peta dan menganalisis warna-warna tidak hanya dalam istilah-istilah deskriptif yang bersifat umum saja, tetapi seksama mungkin dengan menggunakan peristilahan yang sistematik.

c. Pengenalan

Dalam praktek, pemakai peta tidak hanya mengidentifikasi dan membedakan simbol-simbol secara sederhana. Keterbiasaan dengan sekelompok simbol akan tercapai manakala pemakai peta dapat mengenali simbol-simbol itu. Pengenalan mengandung arti penempatan simbol (atau arti yang terkait dengan simbol itu) dalam suatu kelompok yang dikenali, atau menyepadankan dengan suatu gambaran sama yang diingat, dan hal ini tergantung pada pengetahuan ataupun pengenalan sebelumnya. Hal yang demikian diperoleh lewat pengamalan, dan tergantung pada pemakai, tidak pada stimulusnya. Maka, meskipun praktek dalam pembacaan peta mengarahkan orang pada pengenalan simbol-simbol dan dengan demilk.ian dapat mengembangkan suatu kecenderungan untuk memilih simbol yang lebih dikenalnya, namun pengenalan bukanlah satu kelengkapan bentuk gra-fis itu sendiri.

(17)

BAB 2

SIMBOL-SIMBOL KARTOGRAFI

2.1

UMUM

Simbol-simbol dalam peta terdiri dari titik-titik. garisgaris, atau wilayah yang berdiri sendiri. Kesemuanya mempunyai ukuran, bentuk dan warna. Sebagai tambahan infor-masi yang terkandung simbol-simbol secara individual, simbol-simbol juga menyajikan informasi yang bersifat kolektif, mengingat bahwa mempelajari simbol-simbol yang ter-dapat pada satu wilayah peta akan ter-dapat membawa orang pada pemahaman mengenai bentuk, posisi relatif, distribusi, dan struktur. Lokasinya pada peta ditentukan oleh posisinya di muka bumi atau hubungannya dengan hal tersebut; dan unsur ini, meskipun kadang-kadang dimodifikasi, tidak dapat diubah. Maka rancangan simbol-simbol harus memperhitungkan kemungkinan penjajarannya dan pemisahannya, sebab hal ini akan mempengaruhi kenampakan aktualnya pada suatu titik tertentu. Oleh sebab itu, perancangan simbol-simbol melalui dua tahapan. Kemungkinan grafik yang membedakan satu simbol dengan lainnya harus telah diusahakan dan dimodifika-si secara dimodifika-sistematik dengan mengingat hubungan-hubungan antara dimodifika-simbol-dimodifika-simbol yang ada, dan variasi grafik ini harus dipakai dalam kaitannya dengan informasi yang disajikan.

2.2

TIPE-TIPE SIMBOL

Semua simbol dapat diklasifikasikan menurut pola titik-titik, garis-garis, atau wilayah. Batasan ini tidak mutlak retapi bersifat nisbi mengingat skala dan karakteristik ciri-ciri yang digambarkan. Pada peta yang berskala besar sebuah gedung dapat ditunjukkan dengan sebuah garis sesuai dengan ukuran-ukuran denah yang benar, yaitu "kerangka denah" sebenarnya pada permukaan tanah. Ini merupakan simbol garis untuk membedakan suatu wilayah, yaitu memisahkan satu permukaan bumi dari lainnya. Informasi yang sama dapat diberikan dengan cara mewarnai permukaan wilayah di mana gedung terletak tanpa memakai garis batas kelilingnya. Ini akan merupakan penggunaan simbol wilayah di mana suatu perwujudan ciri pada peta dibedakan dengan suatu perubahan kenampakan permukaan. Pada skala kecil, di mana ukuran denah bangunan gedung, bila skalanya diperkecil, hanya akan menjadi lebih kecil dari simbol yang terkecil yang dapat digambarkan pada skala peta tersebut, gedung itu mungkin akan digambarkan dengan sebuah simbol titik. Ini berarti tidak lagi

(18)

menunjukkan dimensi gedung, tetapi hanya merupakan satu dari kelompok kenampakan yang dilukiskan secara kolektif sebagai bangunan gedung-gedung yang terdapat pada tempat gedung-gedung itu berada.

Beberapa contoh tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi ke dalam simbol-simbol titik, garis, dan wilayah adalah hanya merupakan dasar umum, sedangkan kenampakan aktual suatu simbol terutama ditentukan oleh skala dan informasi

2.3

VARIABEL GRAFIK

Simbol-simbol grafik dapat bervariasi dalam bentuk, dimensi, dan warnanya. Istilah bentuk menunjukkan semua kemungkinan adanya variasi dalam bentuk, dan berlaku untuk simbol-simbol titik dan simbol-simbol garis, yang mencakup pula simbol-simbol garis yang digunakan untuk membatasi wilayah. Dengan simbol wilayah, bentuk, sejauh menyangkut ukuran dua dimensi, adalah merupakan fungsi lokasi suatu kenampakan. Dimensi-dimensi itu menunjukkan semua variasi ukuran; termasuk ukuran-ukuran simbol titik dan ukuran atau lebar simbol-simbol garis. Istilah itu hanya relevan bagi simbol-simbol wilayah terdiri dari pota-pola simbol titik dan garis yang digunakan secara kolektif.

2.4

BENTUK

Bentuk dipakai dalam berbagai rupa dan struktur. Untuk simbol-simbol titik bentuk dasarnya dapat teratur atau tidak beraturan. Bujur sangkar atau lingkaran merupakan bentuk yang teratur; sedangkan simbol untuk sebuah pohon yang berdaun gugur mungkin berupa bentuk yang tidak teratur. Kedua tipe dapat bersifat mewakili, dalam arti bahwa dengan cara yang sangat disederhanakan dapat menggambarkan beberapa unsur bentuk aktual atau kenampakan dari perwujudan ciri permukaan bumi. Oleh sebab itu variasi dalam bentuk dapat dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dari karakteristik perwujudan permukaan bumi, yang secara umurn dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Bentuk bagan (denah)

Gambar denah yang disederhanakan dapat dipakai sebagai dasar bentuk. Misalnya, kebanyakan gedung-gedung bentuknya empat persegi panjang, oleh karenanya bujur sangkar atau empat persegi panjang dapat dipakai untuk menggambarkannya.

(19)

Sebuah sumur atau lubang air seringkali digambarkan dengan sebuah lingkaran kecil, bentuk ini dipakai juga untuk sebuah lubang yang bentuknya cenderung menyerupai sebagian lingkaran.

b. Profil

Dimensi lain yang paling nyata mengenai perwujudan ciri individual muka bumi ialah ketinggiannya. Perwujudan ciri-ciri yang tampak di suatu bentang alam karena bentangnya secara vertikal dapat digambarkan atas dasar aspek ini. Misalnya, pepohonan dapat digambarkan dengan simbol-simbol dimana garis vertikal menggambarkan tinggi suatu kenampakan yang berdiri. Apabila seluruh profil memiliki bentuk yang tegas, seperti sebuah menara tinggi, maka simbol dapat menggambarkan kenampakan- profil struktur yang disederhanakan.

c. Fungsi

Bentuk simbol dapat pula dihubungkan dengan suatu aspek yang amat berlainan, yaitu fungsinya. Istilah ini dipakai secara meluas untuk menyatakan tujuan, penggunaan atau peristiwa yang memberikan alasan dasar untuk mencantumkan informasinya dalam peta. Abstraksi semacam itu adalah karakteristik bagi sesuatu yang tidak ada atau begitu kecil kenampakannya di muka bumi. Misalnya, peng-gunaan dua palu bersilangan untuk pertambangan, dua pedang bersilangan untuk suatu medan perang, sebuah tabung reaksi untuk pabrik kimia, sebuah salib untuk gereja. Dalam beberapa hal simbol-simbol tersebut menggambarkan simbolisasi bentuk pada perwujudannya yang ekstrim, karena bentuk simbol individual tidak lagi berdasarkan sesuatu aspek kenampakan fisiknya, tetapi berdasarkan konsep-konsep yang artinya dapat diidentifikasi.

d. Bentuk dan arah (orientasi)

Dengan beberapa simbol titik mungkin pula untuk menentukannya dengan arah. Umpamanya, sebuah empat persegi panjang dalam posisi ke atas adalah berbeda dengar sebuah empat persegi panjang yang mempunyai posisi horisontal. Dua macam simbol yang berbeda secara nyata dapat diperoleh meskipun secara geometris keduanya mempunyai bentuk yang sama. Apabila sebuah simbol vertikal pendek yang menggambarkan sebuah pohon ditampilkan dalam penjajaran sudut menyudut, hat itu dapat menyatakan suatu kategori yang berbeda; misalnya sebuah pohon yang terbakar atau roboh. Dalam hal ini jajaran simbol menyatakan bentuk yang lain.

(20)

e. Bentuk dan simbol-simbol garis

Bentuk sebuah simbol garis secara esensial menyatakan kontinyuitas, baik yang bersifat benar-benar kontinyu maupun yang tidak kontinyu. Ada sejumlah kemungkinan variasi dalam kontinyuitas dan sebagai simbolsimbol garis memberikan informasi yang cukup besar dalam banyak peta. Variasi-variasi ini sangat penting dalam perancangan simbol.

Garis yang kontinyu merupakan pernyataan maksimum dari sebuah bentuk lurus atau memanjang. Simbol garis kontinyu dapat direduksi sampai akhirnya menjadi simbol-simbol titik. Atau dengan kata lain yang lebih tepat, variasi dalam bentuk garis tergantung pada lebar pemisahan dari bagian dan panjang bagian-bagian tersebut. Jika bagian-bagian-bagian-bagian itu diganti dengan tanda-tanda silang, lingkaran, dan lain-lainnya maka garis tersebut menjadi serangkaian simbol-simbol titik.

Simbol-simbol garis dalam sebuah peta

Oleh sebab itu, dalam banyak hal variasi dalam bentuk simbol garis perlu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kontinyuitas kenampakan yang digambarkan. Kontinyuitas ini dapat berkaitan dengan karakteristik kenampakan yang sebenarnya ada, dengan hasil-hasil pengukuran yang digambarkan, serta abstraksi yang digambarkan. Misalnya, garis biru yang kontinyu biasanya digunakan untuk meng gambarkan sungai. Apabila hal itu masih tetap dipakai un-tuk perairan yang mengalir, maka akan selalu ada perbedaan penggambaran dalam bentang alam antara tanah dar perairan, dan yang selalu menjadi rintangan bagi gerakan manusia. Apabila air mengalir tidak terus menerus sepanjang waktu,

(21)

seperti yang terjadi pada sungai musiman. maka fenomena dapat digambarkan secara baik dengan garis biru yang terpotong-potong.

Apabila garis batas suatu wilayah merupakan kenampakan yang kontinyu dalam bentang alam dan ada secara konsisten sepanjang garis tertentu, seperti misalnya sebuah pagar di sekeliling hutan, maka layak untuk menggambarkannya dengan simbol garis yang kontinyu. Namun apabila batas wilayah merupakan suatu zona transisi, seperti yang biasa dijumpai pada wilayah hutan alami, atau rawa-rawa, maka penggambaran yang lebih konsisten ialah dengan garis yang tidak kontinyu. Apabila garis-garis dipakai untuk menggambarkan nilai nilai, maka tata urutan pengukuran harus dipertimbangkan. Garis tinggi (kontur) yang merupakan hasil survai selengkapnya (biasanya digambar secara fotogrametrik sebagai suatu garis yang memiliki ketinggian tetap) adalah sebuah garis dari ukuran yang kontinyu, dan dapat diidentifikasi sebagai sebuah garis yang kontinyu.

Garis kontur yang diinterpolasi berasal dari hasil sejumlah kecil pengukuran. Walaupun ditunjukkan sebagai sebuah garis yang menunjukkan ketinggian tertentu, dasar informasinya adalah pada tata urutan yang lebih rendah dibanding garis yang diukur tersebut. Maka tata urutan yang lebih rendah dapat dikenali dengan menunjukkannya sebagai sebuah garis yang tidak kontinyu. Sebuah garis kontur yang tergambar dalam sketsa adalah merupakan perkiraan pada tata urutan yang lebih rendah lagi.

2.5

DIMENSI

Dalam tahapan ini menjadi lebih jelas bahwa dimensi sebuah simbol, dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi fisik sebuah kenampakan, hanya mempunyai hubungan yang tepat pada skala-skala yang memungkinkan bentangan denah yang benar sesuatu kenampakan dapat ditunjukkan. Dalam semua kasus lainnya dimensi simbol berhubungan dengan karakteristik kenampakan lainnya.

a. Simbol titik-titik

Besarnya simbol titik dapat berkisar mulai dari yang terkecil (minimum) yang dibutuhkan untuk menunjukkan letak sebuah titik, sampai pada sebuah simbol yang dengan sengaja dibesarkan untuk menggambarkan sebuah nilai atau ukuran. Apabila tujuannya hanya untuk menggambarkan lokasi, maka besarnya simbol akan tergantung pada dua faktor : besar minimal sehingga ia nampak jelas, dan besar yang dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat arti pertingnya datam formasi

(22)

peta. Besar minimum yang diperlukan adalah yang memungkinkan bentuknya dapat dilihat. Sebuah bentuk lingkaran yang amat kecil tak dapat dibedakan dari bujur sangkar yang kecil sekali. Apabila besar simbol ditingkatkan, maka hal ini dilakukan dalam hubungannya dengan arti pentingnya atau dalam hubungannya dengan simbol lainnya.

b. Simbol-simbol garis

Besarnya simbol garis adalah pada ukurannya, atau lebar garis. Dalam simbol garis ganda, seperti garis rangkap untuk jalan, besarnya mencakup lebar kedua garis dan jarak antaranya.

Variasi dalam dimensi garis

Aturan dasar yang sama berlaku, yaitu bahwa perbedaan ukuran garis haruslah perbedaan yang dapat terlihat jelas, yang dapat ditemukan oleh pemakai peta.

c. Simbol-simbol wilayah

Variasi dalam dimensi tidak berlaku untuk simbol-simbol wilayah, sebab luasnya dipengaruhi oleh lokasi. Penggunaan titik berulang dan simbol-simbol garis merupakan hal khusus, yang akan dikemukakan kemudian.

2.6

WARNA

a. Simbol-simbol titik

Variasi dalam warna pada simbol-simbol titik secara esensial bergantung pada variasi sifat warna. Kekontrasan antara warna-warni merupakan unsur dominan. Pemilihan warna untuk suatu kategori simbol titik tertentu dipengaruhi oleh ukuran simbol, kategori utamanya, pentingnya arti simbol, serta asosiasi warna. Misalnya, simbol-simbol titik kecil harus ditunjukkan dengan warna yang kuat, yaitu warna

0.3 x 0.3 x 0.1 0.2 x 0.2 x 0.2 0.3 mm 0.2 mm 0.15 x 0.2 x 0.15 0.1 x 0.2 x 0.1 0.15 mm 0.1 mm

(23)

yang memberikan kontras nyata terhadap warna putih, agar simbol-simbol tersebut nampak jelas.

b. Simbol-simbol garis

Simbol garis tunggal juga tergantung terutama pada variasi warna, dan dalam hal ini bertalian erat dengan simbol-simbol titik. Untuk alasan yang sama, warna harus dipilih yang cukup kontras dengan warna lainnya. Karena batasan dalam perbedaan yang dapat terlihat jelas ini alasan-alasan itu akan ditelaah dalam bagian uraian di belakang), maka warna yang dipakai untuk mencetak peta ber-warna dipilih terutama atas dasar persyaratan simbol-simbol titik dan garis. Beberapa variasi dalam ketercahayaan dan kejenuhan dimungkinkan, yaitu dengan mengubah garis berwarna yang kontinyu menjadi rangkaian titik-titik atau garis coretan halus. Hal ini biasanya dipakai bila dikehendaki untuk menurunkan perhatian pada simbol garis dengan membuatnya kurang menyolok secara visual.

c. Simbol-simbol wilayah

Semua variasi dalam kenampakan permukaan wilayah dapat dilukiskan sebagai variasi dalam warna. Secara mendasar variasi dapat dibagi menjadi dua kelompok: karakteristik permukaan yang berasal dari warna, ketercahayaan, dan kejenuhan; dan karakteristik permukaan yang berasal dari pengulangan titik dan simbol-simbol garis.

Wilayah dapat dibedakan dengan menggunakan warna-warna, baik pada tingkat kejenuhan penuh atau penurunan tingkat kejenuhan. Penggunaan variasi yang paling umum dalam warna untuk wilayah ialah dengan kejenuhan, sebab secara teknis paling lebih mudah dicapai. Sementara itu, karena warna pada peta berwarna itu biasanya dipilih bertalian dengan gambar garis, maka akan terlalu kuat, yaitu terlalu jenuh untuk penggunaan meluas pada wilayah yang besar. Bila digunakan tanpa penurunan tingkat kejenuhan, maka akan begitu menyolok warnanya hingga akan mempengaruhi gambaran visual peta.

Suatu warna yang tak jenuh, seperti yang digunakan dalam peta, terdiri dari sebuah kesan warna, yaitu berupa kombinasi titik-titik atau garis-garis berwarna dan suatu proporsi warna kertas putih. Dengan mengubah kombinasi panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh wilayah peta sebagai suatu keseluruhan, maka kenampakan yang terjadi adalah warna yang lebih lemah atau tidak jenuh. Ini juga berarti bahwa sejumlah kesan warna dari sesuatu warna apapun dapat dibuat, dan dapat dikaitkan dengan aneka macam kelompok kenampakan atau nilai yang

(24)

berbeda-beda dari kenampakan yang sama. Perlu dicatat pula bahwa jumlah perbedaan yang dapat terlihat dalam tingkat kejenuhan, yaitu jumlah efektif kesan warna yang dapat dihasilkan untuk satu macam warna, tergantung pada warna khusus.

Pengaruh visual dari daerah mempunyai warna sangat jenuh

Wilayah dapat pula dibedakan dengan mengubah ketercahayaan. Ini dapat dilakukan dengan dua cara. Untuk peta warna hitam putih, pengubahan warna hitam menjadi pola titik-titik atau garis-garis halus beraturan akan menghasilkan perubahan ketercahayaan, sebab dengan dikuranginya proporsi warna hitam pada suatu wilayah tertentu, maka jumlah cahaya yang dipantulkan ditingkatkan.

Peningkatan ketercahayaan, pengurangan kejenuhan

Variasi semacam itu berfungsi sama sebagai pengurangan kejenuhan warna kromatik, dan penggunaannya memberikan serangkaian perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam warna abu-abu. Manakala warna dipakai, perubahan dalam ketercahayaan hanya dapat dihasilkan dengan degradasi, yaitu dengan menambah proporsi warna hitam di wilayah yang berwarna, atau melapiskan beberapa warna tinta di wilayah yang sama. Dalam proses pencetakan, cara ini tak dapat dilakukan dengan mencampur tinta sehingga pengaruh itu ditimbulkan dengan penambaban warna abu-abu yang dibuat dari warna hitam pada wilayah yang sama, baik dalam tingkat kejenuhan penuh atau dalam bentuk tidak jenuh. Oleh sebab itu, ada kemungkinan mengkombinasikan perubahan-perubahan ketercahayaan warna hitam dengan perubahan tingkat kejenuhan warna. Dalam kombinasi kedua proses tersebut dapat memberikan serangkaian variasi warna yang ekstensif. Untuk berbagai alasan praktis, degradasi warna (kesan bayangan) jarang digunakan dalam rancangan peta, padahal itu dapat merupakan cara yang efektif dalam variasi warna.

(25)

2.7

TEKSTUR (RAUT)

Variasi yang didasarkan pada penciptaan permukaan yang bercirikan simbol-simbol titik atau garis-garis yang dikombinasikan atau diulang-ulang, benar-benar merupakan perubahan kategori pertama. Perbedaan Visualnya, karena variasi itu menciptakan tekstur, yaitu unsur-unsur komponen dalam pola dapat dilihat, sehingga dapat dibuat kontras. Kesan warna dan kesan bayangan dihasilkan dengan pola-pola dan titik-titik yang begitu halus sehingga tidak mudah terlihat oleh mata; mereka memberikan kesan semu warna yang kontinyu. Apabila pola tersebut ditingkatkan kekasarannya sampai tingkat unsur-unsurnya dapat dilihat, maka pola itu sendiri menjadi bagian identitas simbol yang dapat dilihat. Apabila pola tersebut ditingkatkan lebih lanjut ukuran besar unsur-unsurnya, maka titik-titik individual yang menyusun pola itu dapat disusun sebagai simbol-simbol titik atau garis yang terpisah dengan memiliki bentuk serta dimensinya sendiri.

Apabila simbol-simbol titik dan garis dipakai dalam cara ini, diperoleh tidak hanya variasi dalam bentuk dan dimensi normal pada simbol-simbol, tetapi kombinasi itu me-nimbulkan dua aspek lain. Misalnya, bila suatu wilayah hutan diberi suatu pola titik-titik hijau halus (kecil tetapi secara visual berbeda) maka unsur-unsur grafis akan mencakup warna, bentuk, dan dimensi titik, dan efek-efek kombinasinya tergantung pada penjarakan dalam kaitannya dengan besarnya titik (setara dengan tingkat kejenuhan). Dan keteraturannya (manakala distribusi terdiri dari titik-titik yang disusun dnegan penjarakan yang beraturan).

2.8

SIMBOL-SIMBOL DAN PENGGAMBARAN

Setelah menelaah prinsip-prinsip dasar mengenai susunan simbol kartografis dan cara-cara simbol-simbol grafis tersebut dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, maka perlu untuk mempertimbangkan bagaimana prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk situasi-situasi peta khusus. Hal ini mencakup hubungan antara isi peta dan penggambaran grafiknya. Pada uraian ini tidaklah tepat untuk mencoba menelaah semua aspek dari semua tipe-tipe peta; perhatian utama dalam bab ini adalah pada permasalahan khusus mengenai penggambaran aneka macam informasi dengan simbol-simbol peta.

Untuk menganalisis permasalahan tersebut perlu membuat beberapa pembagian pokok bahasan peta. Ini dapat didekati dalam berbagai cara. Cukup mudah kiranya untuk membedakan peta topografi dan menentukan isinya, karena peta topografi merupakan peta dasar - dalam arti bahwa informasi topografis harus disajikan cukup

(26)

luas dalam setiap tipe peta yang sebaiknya ditelaah terlebih dahulu. Di samping itu, ada banyak sekali unsur-unsur lain yang dapat digambarkan dalam peta. Peta dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu : peta topografi untuk tujuan khusus, peta subyek khusus tentang lingkungan fisik (alam), dan peta subyek tentang lingkungan manusia.

2.9

PETA-PETA TOPOGRAFI

Topografi menunjukkan pengertian semua kenampakan permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, baik yang sifat alamiah ataupun buatan yang dapat diberi satu posisi khusus. Posisi ini dinyatakan dalam hubungannya dengan permukaan topografi, yang bervariasi dalam ketinggiannya, di atas ataupun di bawah datum (titik ataupun garis permukaan nol). Oleh sebab itu, dua unsur utama itu; yang pertama ialah ukuran relief yang didasarkan pada variasi dalam ketinggian; dan yang kedua ialah ukuran posisi planimetrik suatu obyek atau kenampakan pada permukaan topografis. Relief diukur berdasarkan tiga koordinat : x, y, dan z. Planimetri diukur dalam x dan y, yang hanya mencatat posisinya dan tidak menggambarkan bentangan vertikal suatu kenampakan khusus. Oleh karenanya, informasi planimetrik pada peta topografi didasarkan pada pengukuran titik-titik tertentu, kenampakan-kenampakar memanjang, atau garis-garis diskontinyuitas (garis kerangka).

Pada skala besar, di mana setiap kenampakan yang sebenarnya disurvei dapat diukur sesuai dengan besarnya bagan, garis-garis hanya menggambarkan pembagian di antara permukaan-permukaan, dan secara umum bukan menggambarkan karakteristik kenampakan-kenampakan itu sendiri. Umpamanya, sebuah garis mungkin menggambarkan suatu dinding atau sebuah pagar. Ini akan berlaku sebagai suatu pembagian dalam bentang alam dan posisi planimetriknya ditentukan dalam survei menurut garis pusatnva. Dinding luar sebuah bangunan diukur pada titik di mana permukaan berubah dari horisontal ke vertikal. Simbol hanya menyatakan sesuatu di sepanjang garis yang ditunjukkan, apa yang terdapat pada satu sisi berbeda dengan yang terdapat pada sisi lainnya. Identifikasi atau klasifikasi kenampakan-kenampakan individual biasanya diserahkan pada pemakai peta. la dapat menterjemahkan bentuk-bentuk yang ditunjukkan di peta ke dalam identitas, baik berdasarkan pada pengetahuannya mengenai struktur karakteristik wilayah yang berpenduduk padat, ataupun melalui penyelidikan nyata di lapangan, dimana ia dapat menghubungkan setiap garis individual dengan kenampakan khusus pada bentang alam.

(27)

Garis-garis dalam denah (bagan)

Walaupun petugas survei (surveyor) dapat memandang tipe informasi planimetrik ini sebagai "tidak bersimbol", ditinjau dari sudut pandangan kartografis semua unsur da-lam gambar grafik adalah simbol, oleh karenanya apa yang sebenarnya dinyatakan dengan tipe gambar garis itu harus dimengerti. Meskipun denah skala besar dari sebuah wilayah perkotaan nampak eksak dan jelas, denah yang berfungsi dengan cara demikian itu hanya berlaku untuk seseorang yang telah mengenal secara baik lingkungan wilayah perkotaan yang bersangkutan. Denah itu, mungkin tidak akan dimengerti sama sekali bagi orang yang belum mengenalnya. Karena simbol-simbol grafik digunakan untuk persyaratan informasi yang sangat terbatas. Contoh yang serupa, sebuah hutan ditentukan di sepanjang garis di mana wilayah yang bercirikan dengan adanya pohon-pohon berubah menjadi wilayah yang ditandai dengan tidak adanya pepohonan. Ini merupakan juga suatu "bagan" dan bagian dari informasi planimetrik. Tetapi karena tidak ada cara yang jelas bagi pemakai peta untuk dapat menyimpulkan adanya wilayah hutan, maka pada peta skala besar pun perlu digambarkan beberapa karakteristik wilayah hutan agar orang dapat mengidentifikasikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat serangkaian simbol-simbol yang memiliki karakteristik itu, seperti gambar pohon yang untuk menunjukkan bahwa wilayah yang dilingkungi adalah mempunyai karakteristik dengan pohon-pohon itu.

Dengan mengecilkan skala, hubungan planimetrik dengan informasi lainnya menjadi semakin kompleks. Karena dengan demikian perlu untuk menghilangkan beberapa kenampakan, atau rincian kecil dalam bentuk-bentuk planimetrik dan juga untuk menyederhanakan posisinya dengan generalisasi. Maka menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi kenampakan-kenampakan individual yang telah diabstraksikan dan dilambangkan dari keadaan keseluruhannya. Oleh sebab itu, sebuah jalan mungkir tidak ditunjukkan menurut posisi planimetrik yang benar pada bagian-bagian tepinya; ia akan dilambangkan sebagai salah satu kelompok obyek

(28)

yang dikenal sebagai "jalan”, dan beberapa karakteristik lainnya yang mungkin ditunjukkan. Simbol ini setalu mencakup faktor-faktor yang secara visual tidak merupakan bagian identitasnya pada tiap titik, seperti klasifikasi jalurnya.

Dengan skala diperkecil, menunjukkan penyederhanaan dan klasifikasi

Dengan demikian, perbedaan antara informasi planimetrik dan informasi ketinggian bertalian dengan sifat pengukuran yang dilakukan petugas survai, apakah secara tang-sung di medan pada permukaan bumi atau secara tidak langtang-sung dari potret udara; dan materi pokok peta yang disebut planimetri diklasifikasikan demikian sesuai dengan cara yang dipakai dalam pengukurannya. Dalam istilah yang sederhana, ia tak dapat disamakan dengan setiap pengelompokan kenampakan-kenampakan topografis.

Lingkungan fisik dan lingkungan manusia

Agaknya sangat penting secara kartografis untuk membedakan kelompok-kelompok utama kenampakan-kenampakan pada peta topografi, pembagian dasar antara unsur-unsur fisik dan unsur-unsur-unsur-unsur manusia lebih berguna dibanding dengan yang didasarkan pada ketinggian dan planimetri. Lingkungan fisik terdiri dari permukaan tanah dan permukaan air. Kenampakan-kenampakan hidrografik adalah semua yang karakteristiknya bertalian dengan adanya air. Relief permukaan topografi (yang dalam beberapa peta mencakup wilayah di bawah permukaan air, yang dinyatakan sebagai kedalaman di bawah rata-rata permukaan air laut atau permukaan air) adalah sebuah unsur; sedang karakteristik permukaan daratan yang mencakup penegrtian tanah, batuan, tumbuhan penutup, adalah unsur yang lain. Sejauh hal ini terdiri dari unsur-unsur alamiah atau yang tergantung padanya (seperti kehidupan tumbuh-tumbuhan), mereka dapat dipandang sebagai bagian lingkungan fisik, sekalipun telah diubah atau dipengaruhi oleh manusia. Banyak aspek lingkungan fisik lain yang tidak harus

(29)

terdapat secara nyata di permukaan bumi, baik dalam bentuk yang dapat dilihat atau pun yang berwujud nyata, seperti misalnya gejala iklim. Maka hal yang demikian itu menjadikan bagian materi pokok bagi peta-peta subyek khusus yang memusatkan pada sajian mengenai lingkungan fisik.

2.10 PENGGAMBARAN DAN INFORMASI LOKASI

Pencantuman tiap unsur dalam sebuah peta memprakirakan bahwa terdapat cukup informasi untuk kemungkinan pencantumannya. Dalam peta topografi alasan dasar ini dapat diterima, sebab fungsi pengadaan survei adalah untuk memberikan informasi sampai derajat keseksamaan yang diperlukan. Meskipun demikian, sebuah peta berskala kecil diperoleh dari peta yang berskala lebih besar dan generalisasi secara progresif akan mengubah posisi planimetrik dalam hubungannya dengan skala. Dalam batas skala maka tujuan dasarnya adalah untuk menggambarkan kenampakan-kenampakan menurut posisinya yang benar.

Untuk beberapa peta yang mempunyai subyek khusus, asumsi yang sama dapat dibuat. Dalam peta geologi misalnya, batas berbagai formasi batuan telah akan dilakukan survai di lapangan, dan informasi yang dicatat dalam hubungan dengan kenampakan topografis yang ditunjukkan pada peta lainnya. Kondisi yang sama tak harus berlaku untuk semua jenis peta yang mempunyai subyek khusus. Banyak diantaranya dibuat dari data yang tidak diperoleh untuk tujuan pembuatan peta, dan data semacam itu dapat mengandung kekurangan serius ditinjau dari sudut pandangan kartografis. Walaupun benar bahwa peta dapat dibuat hampir untuk semua subyek, namun benar pula bahwa hal itu berlaku hanya apabila informasi yang sesuai diperoleh.

(30)

BAB III

RANCANGAN PETA

3.1 UMUM

Rancangan peta adalah sesuatu yang bertalian dengan penyajian grafis mengenai informasi yang terkandung dalam peta. Fungsi rancangan tersebut adalah untuk mengkomunikasikan informasi secara efektif kepada pemakai peta; oleh karenanya, rancangan itu harus mempertimbangkan semua kondisi yang mempengaruhi proses rancangan, yaitu tuntutan pemakai, perkiraan tingkat pemahaman, keadaan pemakaian, kerumitan informasi, kemungkinan-kemungkinan teknis serta pembiayaan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini rancangan merupakan titik tempat semua faktor dipertemukan bersama-sama sehingga ia merupakan bagian kritis bagi kegiatan ahli kartografi. Rancangan bukan semata-mata merupakan suatu kegiatan yang menjembatani antara penghimpunan atau pengumpulan data dan pelaksanaan teknis pembuatan peta.

Rancangan meliputi dua tahap kegiatan. Tahap pertama menyangkut berbagai pertimbangan umum yang mempengaruhi kenampakan peta dan cara penggambaran isi peta. Tahap kedua meliputi penentuan-penentuan terinci mengenai simbol-simbol tunggal yang menggambarkan informasi secara grafik. Meskipun ada beberapa interaksi di antara kedua tahapan tersebut, namun secara umum dimungkinkan untuk melihatnya secara terpisah.

3.2 MASALAH-MASALAH RANCANGAN UMUM

Keadaan-keadaan umum di mana ketentuan-ketentuan mengenai rancangan dasar ditetapkan akan berbeda-beda sehubungan dengan keadaan produksi peta secara keseluruhan. Walaupun kondisi-kondisinya nyata berbeda, tetapi dimungkinkan untuk mengidentifikasi tiga situasi utama. Dalam produksi peta-peta topografi serta peta-peta pembayaran dan penerbangan, ketentuan-ketentuan umum mengenai kenampakan grafik pada peta dalam kaitannya dengan isi dan kegunaannya harus merupakan tanggapan atas hasil perbincangan antara organisasi survai, pihak yang memerlukan peta yang dengan itu mewakili pemakai, dan pengaturan kartografik. Dengan tersedianya fasilitas teknis tertentu serta suatu tingkat pembiayaan, tidaklah mungkin untuk memperoleh ketentuan-ketentuan umum mengenai isi tanpa mempertimbangkan

(31)

pula sejauh mana hal itu dapat diwujudkan secara grafik. Kegiatan awal untuk peta-peta semacam itu harus mencakup pertimbangan, baik yang bertalian dengan isi maupun cara-cara yang mungkin untuk menggambarkannya. Ini merupakan tugas ahli kartografi mengenai isi. Apabila pihak pemakai menghendaki enam buah kategori penggunaan tanah, maka ketentuan-ketentuan secara teknik grafik untuk itu harus dibuat secara jelas.

Pada tempat kedua, banyak peta dibuat untuk menggambarkan tujuan-tujuan yang bersifat ilmiah, dan hal ini dapat diklasifikasikan sebagai peta-peta subjek khusus. Peta-peta ini dapat bervariasi mulai dari yang memuat data yang sangat khusus hingga yang berupa peta-peta sederhana untuk atlas sekolah dasar. Dalam hal-hal tertentu, isi dan tujuan peta akan ditentukan oleh penyusunan peta, baik yang benar-benar telah mengenal kartografi maupun yang belum. Meskipun tanggung jawab isi terletak pada penyusunan peta, kejelasan serta kenampakan grafik dalam peta menjadi tanggung jawab para ahli kartografi. Karena keterkaitan antara skala, isi, dan simbol-simbol, tidaklah dapat dipakai anggapan bahwa rancangan dapat dipikirkan secara terpisah dari isinya, dan bila perlu isi dapat dimodifikasi disesuaikan dengan penggambarannya. Situasi semacam ini benar-benar dapat terjadi dalam gambar-gambar peta hitam putih berskala kecil, di mana kemungkinan penggambaran grafik hanya terbatas serta isi informasi peta dengan mudah menjadi berkelebihan.

Peta-peta subyek khusus yang diproduksi oleh ahli-ahli kartografi secara langsung, yang dalam hal demikian mereka bertindak sebagai pembuat dan sekaligus perancang. Cara-cara semacam itu adalah yang paling mudah, sebab sejak semula ahli kartografi telah memiliki konsep skala serta batasan-batasan isi peta, sehingga pengumpulan dan evaluasi data dapat sekaligus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan serta keterbatasan-keterbatasan. Dalam situasi ini yang penting, ahli kartografi tidak terperangkap untuk sampai pada suatu rancangan yang memuaskan, namun secara esensial informasinya salah, yang dapat terjadi apabila ia tidak cukup memahami bahan yang disajikan. Produk peta yang baik dan jelas hanya terancang secara baik sejauh kebenaran informasi yang disajikan. Beberapa peta yang secara teknis diproduksi dengan baik, ternyata setelah diteliti mungkin memiliki cacat dalam hal isinya.

Akhirnya, situasi kartografis dapat menyangkut penciptaan sebuah peta atau seri peta untuk seorang pelanggan yang tidak memiliki pengetahuan kartografi, sebagaimana banyaknya peta dibuat untuk memenuhi pesanan. Dalam hal ini fungsi pertama ahli kartografi ialah mengusahakan terpenuhinya tuntutan pemakai sejelas mungkin dalam hubungannya dengan tingkat biaya yang bersangkutan. Hal ini sangat tergantung

(32)

kepadanya untuk memperjelas konsekuensi dipenuhinya tuntutan-tuntutan tertentu secara memuaskan, terutama yang menyangkut kerumitan gambaran grafik. Dalam situasi ini maka pembicaraan harus dipusatkan pada tujuan-tujuan yang harus terpenuhi oleh peta; masalah penggambaran grafik selalu dipikirkan oleh ahli kartografi sewaktu mendiskusikan bahan agar dapat memberikan pandangan yang pantas bagi pelanggan, namun keputusan-keputusan mengenai rancangan harus tetap dipandang sebagai bagian dari fungsi kartografi.

3.3 PRINSIP-PRINSIP RANCANGAN KARTOGRAFI

Sebelum keputusan-keputusan terperinci dibuat, perlu terlebih dahulu ditelaah faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan peta tertentu, serta membuat beberapa tujuan dasar. Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Isi

Isi peta harus benar-benar ditelaah secara menyeluruh. Hal ini berlaku untuk jenjang kenampakan-kenampakan fisik artificial, pokok materi khusus dan sub klasifikasinya, daerah-daerah yang bercirikan distribusi yang rapat dan yang jarang, serta tumpang-tindih distribusi yang satu terhadap lainnya. Misalnya, dalam peta penggunaan tanah, citra yang dominan akan menggambarkan kategori-kategori penggunaan tanah. Apabila dikehendaki untuk menggambarkan topografi sebagai bagian dari informasi dasar, maka sejauh hal itu dapat dilakukan tanpa mencampuri rincian tata guna tanah, haruslah ditentukan secara hati-hati. Hal ini tentu akan mempengaruhi isi maupun metode yang digunakan untuk menggambarkan relief. Dalam seri yang lebih luas karakteristik geografis yang bersifat ekstrim harus dipertimbangkan, sebab suatu rancangan yang berlaku secara baik dalam suatu daerah yang terbuka dan dengan sedikit ukuran planimetri, mungkin akan ternyata kurang memadai untuk daerah-daerah pembangunan. Bila peta diperoleh dan harus diproduksi sebagian besar melalui seleksi dan generalisasi, maka suatu pemahaman secara jelas tentang karakteristik geografis daerah dan materi pokoknya merupakan langkah pertama. b. Tingkat-tingkat Visual

Dalam semua rancangan peta, sasaran harus memiliki lebih dari satu tingkat visual; yaitu, materi pokok yang paling penting secara grafik harus nampak sebagai gambaran “latar depan” yang paling jelas bagi pemakai, dan informasi penunjang yang harus disajikan sebagai “latar belakang” pada suatu tingkat visual yang lebih rendah. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur penekanan serta membuat kontras dalam merancang simbol-simbol, namun hal itu harus dikerjakan atas

(33)

dasar pemisahan materi. Bahkan dalam peta-peta umum seperti peta-peta topografi dan peta-peta referensi yang berskala kecil, meskipun tak ada peta yang hanya memiliki tujuan pemakaian tunggal, maka ada kebenarannya bahwa beberapa bagian dari isi peta mempunyai arti yang lebih dibanding dengan bagian lainnya. Misalnya, dalam sebuah peta topografi kenampakan-kenampakan lingkungan manusia, yang dalam bentuk kombinasi akan mendominasi informasi planimetri, selalu digambarkan sebagai latar depan gambar. Pada peta-peta dengan subjek khusus ada perbedaan nyata antara penggambaran informasi dasar dalam bentuk permukaan topografi terpilih, dan bahkan sajian khusus yang secara visual akan nampak dominan sebab berisikan informasi utama yang menjadi bahan perhatian. Tingkat-tingkat tersebut akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan warna yang kontras, tebal tipisnya, dan perlakuan warna permukaan yang digunakan untuk daerah.

a. Simbol-simbol garis yang tak dikembangkan, banyak bentuk-bentuk yang membingungkan

b. Klasifikasi menurut simbol-simbol yang benar.

c. Sifat mudah dibaca disempurnakan dengan pemakaian warna.

(34)

c. Kekontrasan dan Perimbangan

Pembagian isi ke dalam tingkat-tingkat yang berbeda bergantung pada kekontrasan. Sebagai suatu prinsip umum, rancangan awal harus menggunakan derajat kekontrasan minimal yang dibutuhkan sehingga semua simbol dapat terlihat, dan simbol-simbol yang dominan nampak menjadi dominan. Alasan untuk itu ialah bahwa apabila sebagian di antara gambar diberi penekanan secara berlebihan pada tingkat permulaannya, maka bagian lainnya mungkin harus dibuat lebih kontras agar tetap dapat terlihat. Oleh karenanya, apabila suatu rancangan dimulai dengan kontras yang berlebihan, maka akan terjadi akumulasi progresif garis-garis yang lebih tebal serta warna-warna yang lebih tajam. Dalam kasus yang ekstrim, sebagai akibatnya akan terwujud suatu rancangan yang padat dan tidak menarik. Alasan lain untuk mengikuti prinsip tersebut ialah meskipun kebutuhan peningkatan kekontrasan dapat dilihat dengan mudah bila rancangan aslinya ditelaah, namun akan lebih sulit untuk mengetahui bahwa beberapa bagian pada gambar memiliki kekontrasan yang berlebihan. Apabila sebuah simbol garis tidak dapat tampil secara jelas pada suatu wilayah yang diberi kesan warna. Bobot akhir gambar yang dominan akan berupa suatu akumulasi kekontrasan yang akan menjadikannya tampak menonjol dari kemungkinan kombinasi warna yang melatarbelakanginya. Suatu gambaran pada hanya dapat dihindarkan dengan membuat rancangan awal yang memerlukan kekontrasan minimal. Dapat ditambahkan pula bahwa sejauh menyangkut gambar cetak, maka makin meningkatnya pemakaian tinta secara progresif akan mengurangi pemantulan dari permukaan kertas. Harus pula dijaga agar tetap dalam kondisi minimal yaitu dengan menghindarkan penggunaan warna yang cukup jenuh secara berlebihan, terutama apabila digunakan untuk suatu wilayah.

3.4 RANCANGAN SIMBOL-SIMBOL PETA

Pengertian mengenai tujuan-tujuan umum tersebut akhirnya membawa pada ketetapan mengenai simbol-simbol individual. Sebagaimana halnya seorang artis yang bekerja mulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke arah yang terinci, dan seorang surveyor bekerja mulai dengan keseluruhan baru kemudian bagian-bagiannya, maka seorang ahli kartografi merancang peta, mula-mula dengan menciptakan pola umum dan kemudian memperhalus rinciannya. Kecuali untuk peta-peta yang sederhana, rancangan tidak terjadi atas dasar pemahaman sekilas secara seketika, tetapi dimulai dengan suatu hipotesis yang didasarkan pada penganalisisan isinya; mengujinya

(35)

dalam hubungannya dengan rincian khusus yang terdapat dalam bagian-bagian peta yang berlainan; dan akhirnya memperhalusnya dengan penyesuaian-penyesuaian kecil. Dalam beberapa kasus, penyesuaian tak akan menghasilkan jawaban yang memuaskan, sebab dasar dugaannya salah, dan hal ini biasanya timbul disebabkan skala peta tersebut sejak semula salah. Meskipun sekali sebuah hipotesis telah dibentuk, dalam kebanyakan kasus sangat sulit untuk mengetahui bahwa dugaan itu merupakan sumber malapetaka. Apabila suatu rancangan terbukti sulit, maka upaya harus dibuat dengan mempertanyakan pada kerangka dasar dari seluruh struktur peta.

a. Kategori-kategori yang Konsisten

Tidak peduli tipe peta apa yang diurusi, ada beberapa aturan yang dapat digunakan. Pokok bahasan harus dibagi menjadi kelompok-kelompok atau kategori-kategori yang serupa; misalnya, semua kenampakan perairan harus didaftar dan mendapat perlakuan sebagai suatu unsur dalam peta; semua sub bagian yang diinginkan dalam suatu kategori harus ditempatkan dalam tata urutan. Hal ini penting untuk dilaksanakan secara sistematik, dan dengan demikian tak akan ada satupun kenampakan yang secara visual tidak ada hubungannya dengan kategori utamanya. Dalam peta jalan (lalu-lintas) misalnya, semua simbol yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang berkaitan dengan jalan harus dikelompokkan, sehingga jumlah keseluruhan informasi mengenai jalan jelas kelihatan, dan ketetapan membuat sub kelompok yang sesuai dapat dilakukan. Dalam peta yang mempunyai warna beraneka macam, kelompok utama isianya biasanya ditangani dengan menggunakan warna-warna khusus. Walaupun demikian tidak mungkin atau tidak dikehendaki untuk menggambarkan semua sub kelompok dalam satu warna, harus ada pernyataan unsur grafik yang menggambarkan keseluruhan.

b. Bentuk-bentuk Dasar

Reaksi pertama dari setiap pemakai peta adalah mengidentifikasi keadaan fisik wilayah yang tercakup dalam peta untuk menentukan “di mana ia terdapat”. Bagi pemakai peta yang telah berpengalaman, ia akan memanfaatkan semua petunjuk yang diberikan oleh tata susunan daratan dan perairan, relief, tempat-tempat pemukiman, dan menyesuaikan pemikirannya dengan skala. Bagi pemakai peta yang tak berpengalaman tak akan mudah menyesuaikan diri dengan skala, dan mungkin tak memahami arti penting berbagai petunjuk yang tersajikan. Aspek orientasi ini bergantung sebagian besar pada pengenalan bentuk-bentuk

(36)

kenampakan topografi utama. Hal ini dapat dicapai secara mudah dengan membuat perbedaan visual yang jelas antara daratan dan perairan, sebab hal ini merupakan perbedaan utama yang terdapat dalam bentang alam. Manakala dimungkinkan, perbedaan ini harus dinyatakan dengan suatu perbedaan warna permukaan dan bukan hanya pola garisnya saja. Sehubungan dengan itu, warna permukaan menunjukkan setiap perbedaan wilayah yang ditimbulkan oleh penggunaan warna pada setiap bentuk yang ada di seluruh permukaan. Ini mencakup pula variasi warna abu-abu maupun variasi lainnya dalam warna, ketercahayaan, dan kejenuhan.

Untuk wilayah kecil dengan berskala besar mungkin dapat terjadi bahwa pembagian secara garis besar itu tidak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus semacam itu tak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus semacam itu kontras utama lain pada bentang alam perlu diberi penekanan; misalnya, dalam sebuah kawasan pembangunan, yaitu dengan pembedaan antara wilayah yang dibangun dan yang berupa tanah kosong. Pengenalan bentuk paling mudah ditentukan dengan cara pemisahan permukaan secara visual dalam wilayah-wilayah yang berbeda. Pembedaan ini tidak perlu disertai kekontrasan yang kuat; dalam banyak hal dengan sedikit pengubahan warna permukaan sudah mencukupi, sebab mata dengan sangat efisien dapat menangkap perbedaan-perbedaan itu. Penambahan suatu kesan warna yang amat pucat untuk suatu perairan terbuka umumnya sudah mencukupi untuk menghasilkan gambaran garis besar permukaan daratan.

c. Pengurangan/Reduksi Gambar Garis

Penggunaan warna permukaan dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk global terkait dengan aturan dasar yang lain. Dalam kebanyakan peta, sebagian besar informasi ditampilkan dengan simbol-simbol garis. Dalam kenyataan banyak peta yang hampir seluruhnya tersusun dari gambar-gambar garis. Pola-pola garis yang sangat banyak dan bercampur baur merupakan unsur-unsur yang paling sulit bagi pemakai peta untuk menguraikannya dan mendapatkan informasi dari pola simbol itu. Oleh sebab itu, akan sangat baik untuk melakukan pengurangan gambar garis sejauh mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan berbagai wilayah dengan menggunakan warna permukaan sebagai pengganti pemakaian garis-garis pembatas. Maka prosedur yang ditunjuk di atas juga berkaitan dengan pengurangan kerumitan gambar garis. Hal ini bertalian pula aturan mengenai intensitas warna wilayah. Apabila wilayah digambarkan dengan warna-warna gelap atau sangat jenuh maka jelas bahwa gambar garis perlu sesuai ketebalannya agar cukup kontras. Dengan demikian penggunaan kesan warna muda dan

(37)

warna-warna pucat perlu sedapat mungkin dipertimbangkan penggunaannya dalam rancangan dasar. Bilamana suatu wilayah ditentukan dengan suatu perubahan dalam warna permukaan, maka setiap garis pembatas, sekiranya tercakup juga dalam penggambaran, haruslah berupa garis halus. Hal ini disebabkan ia hanya bertugas mempertajam bagian tepi atau pun merupakan garis peralihan, dan bukan satu-satunya bukti visual pembagian wilayah-wilayah.

Pengurangan gambar garis yang kompleks dengan menggunakan warna permukaan

Apabila wilayah itu cukup kecil dan memiliki bentuk yang rumit, maka penampilan garis-garis halus untuk mempertajam tepi akan meningkatkan kejelasannya.

d. Penggunaan Warna Putih

Apabila prosedur ini digunakan maka ada pula konsekuensi-konsekuensinya. Yang paling penting terletak dalam hal perlakuan umum permukaan kertas putih yang tak tercetak. Secara sederhana ini dapat dipandang sebagai suatu latar belakang “kosong”, yang sementara ini hanya merupakan hal yang tidak penting. Namun dalam banyak peta, bila warna wilayah tersusun secara layak, maka warna putih dapat dipakai sebagai bagian dari perbendaharaan grafik, baik dengan mempertahankan wilayah tertentu itu hanya berwarna putih, atau pun untuk memanfaatkan kekontrasannya dengan warna-warna lain. Misalnya, beberapa peta topografi yang memakai warna permukaan secara meluas menggunakan jalan yang berwarna “putih” sebagai bagian dari klasifikasi jalan. Dalam hal ini terdapat perbedaan besar antara jenis hipotesis rancangan yang dengan sengaja menggunakan warna permukaan dan warna putih, dengan hipotesis rancangan yang membayangkan suatu gambar garis dan kemudian menambah dengan sejumlah warna terbatas warna permukaan untuk simbol-simbol wilayah tertentu. Dalam banyak hal, kebutuhan nyata akan lebih banyak warna bukanlah berpangkal dari rumitnya informasi peta, tetapi dari tidak adanya kemampuan kartografis untuk

(38)

memanfaatkan pelukis yang ada secara efektif. Kebanyakan pemecahan masalah-masalah ini didasarkan pada penanganan kondisi wilayah.

e. Subjek dan Latar Belakang

Perbedaan antara penggunaan gambar-gambar garis dan gambar-gambar wilayah dapat dipakai pula untuk menunjukkan hubungan isi peta yang utama. Dalam suatu peta subjek khusus, bila informasi yang digambarkan pada latar depan terdiri terutama dari simbol-simbol titik dan garis, maka kekontrasan dapat dengan mudah didapatkan dengan sejauh mungkin memanfaatkan perbedaan-perbedaan warna wilayah sebagai latar belakang.

a. Latar depan gambar garis, warna sebagai latar belakang b. Latar depan gambar wilayah, garis sebagai latar belakang

Misalnya, bila informasi utama terdiri dari pola-pola garis seperti garis isotermis, maka latar belakangnya harus dirancang demikian rupa sehingga bagian-bagian garis besar topografis digambarkan dengan variasi warna dan kesan-kesan warna. Sebaliknya, bila gambar yang dominan terdiri atas serangkaian wilayah-wilayah berwarna, maka relief permukaan tanah harus ditunjukkan dengan pola-pola garis, seperti garis-garis kontur.

f. Penyebaran Tumpang-Tindih

Sebagai kelanjutan hal tersebut di atas, suatu situasi yang sulit akan timbul apabila lebih dari unsur isi peta itu membutuhkan sejumlah kelas yang tersebar pada wilayah dan digambarkan dengan perubahan dalam warna, ketercahayaan, atau kejenuhan. Apabila sub kelompok tersebut digambarkan dengan variasi dalam warna misalnya, maka dua macam penyebaran akan tampak bertentangan, dan warna-warna yang jelas akan berubah. Ini akan terjadi misalnya, kalau terdapat beberapa kategori vegetasi atau penggunaan tanah, dan juga kesan-kesan warna hipsometrik akan dipakai untuk seluruh permukaan. Dalam situasi yang demikian, maka perlu dipakai cara yang memanfaatkan kekontrasan antara kesan warna dan

(39)

tekstur. Jika satu penyebaran digambarkan dengan variasi dalam warna, yang mungkin dinyatakan sebagai beberapa kesan warna dalam satu warna atau lebih, maka penyebaran lainnya harus ditunjukkan dengan variasi dalam tekstur, yaitu menggunakan pola-pola titik dan garis secara memadai dengan berbagai latar belakang warna intensitas yang berbeda, sehingga dengan demikian kesan yang membingungkan dapat dihindarkan.

Pengurangan gambar garis yang kompleks dengan menggunakan warna permukaan

g. Penekanan

Penggunaan kontras dalam warna harus dihubungkan dengan kenampakan-kenampakan visual yang dominan dan cukup penting. Dalam hal ini, warna-warna paling menonjol harus digunakan secara hemat agar tetap menarik. Misalnya, bila warna merah dipakai berlebihan, maka nilai penekanannya akan berkurang. Hal ini sangat penting untuk menjamin agar unsur-unsur dominan yang kecil dalam keluasan wilayah yaitu hanya memberikan kenampakan gambar yang kecil pada mata tampak dalam warna yang betul-betul jenuh, sehingga akan dapat memberikan kenampakan yang cukup kontras terhadap kenampakan-kenampakan lainnya. Warna merah, jingga, dan ungu adalah warna-warna yang bermanfaat untuk penekanan, terutama bila kenampakan-kenampakan terdapat ukuran kecil, tetapi hanya akan menjadi efektif pada warna latar belakang yang relatif muda dan tidak jenuh. Kontras-kontras utama secara visual perlu dipakai untuk hal-hal yang tidak serupa, dan bukan untuk sub-sub kelompok dalam hal yang sama.

Sepanjang pengembangan perancangan, harus disertai pertimbangan seksama mengenai perbedaan-perbedaan yang dapat terlihat dan pengaruh satu simbol terhadap lainnya. Sebelum rancangan akhirnya ditetapkan bagi suatu spesifikasi, ia harus diuji terhadap kemungkinan kombinasi serta pengaturan-pengaturan susunan simbol. Pembentukan seperangkat simbol-simbol grafik individual, khususnya bila setiap warna wilayah ditangani secara terpisah sebagai unit yang simetris seperti dalam penjelasan mengenai simbol-simbol, jarang dapat dilakukan dengan mengantisipasi pengaruh simbol-simbol itu dalam peta. Meskipun warna kuning pucat mungkin dapat terlihat bila ia diperkecil sampai beberapa milimiter persegi dengan berbagai garis-garis berwarna terletak di atasnya. Imajinasi ahli

Gambar

Gambar  kontur  memberikan  karakteristik  suatu  unsur  tertentu  dari  permukaan  bumi,  yaitu  ketinggiannya
Gambar  Ukur  :  Pinggir  garis  merah  tipis  (vermiljoen)  dan  arsir  rangkap  (miring + 45 0 ) lebar + 2 mm dengan  potlot H/3
Gambar Ukur : Pinggir dengan tinta  hitam tipis dan arsiran dengan potlot  seperti di atas
Ilustrasi tata letak lapangan

Referensi

Dokumen terkait