• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

47

HASIL PENELITIAN

4.1 Objek Penelitian

4.1.1 PT Unilever Indonesia Tbk,

Berdasarkan situs resmi Unilever Indonesia (www.unilever.co.id) , PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

(2)

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan brand-brand lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan

(3)

perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan brand “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.

Kronologi

1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV Angke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II) 1965-66 Di bawah kendali pemerintah

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh 1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi 1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang 2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

(4)

2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar 2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang 2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

2010 Perusahaan memasuki bisnis pemurnian air dengan meluncurkan Pureit

2011 Perusahaan mendirikan pabrik sabun mandi Dove di Surabaya sekaligus memperluas pabrik es krim Wall’s dan Skin Care di Cikarang

Sejak didirikan pada 5 Desember 1933, Unilever Indonesia telah menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and personal Care serta Foods & Ice Cream Indonesia. Rangkaian produk Unilever Indonesia mencakup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.

Seperti yang digambarkan pada website resminya, tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari; membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk mereka maupun orang lain; menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia; dan senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan Unilever Indonesia untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Saham perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. Pada akhir tahun 2011, saham perseroan menempati peringkat keenam kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Perseroan memiliki dua anak perusahaan: PT Anugrah Lever (dalam likuidasi), kepemilikan Perseroan sebesar 100% (sebelumnya adalah perusahaan patungan untuk pemasaran kecap) yang telah konsolidasi dan PT Technopia Lever,

(5)

kepemilikan Perseroan sebesar 51%, bergerak di bidang distribusi ekspor, impor produk dengan brand Domestos Nomos.

Gambar 4.1 Logo Unilever Indonesia

Sumber: www.unilever.co.id

Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility yang luas. Keempat pilar program tersebut adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene, dan Pertanian Berkelanjutan. Program Corporate Social Responsibility termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dengan Sabun (Lifebuoy), program Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent), program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi Kelaparan untuk Membantu Anak Indonesia yang Kekurangan Gizi (Blue Band).

4.1.1.1 Visi dan Misi

Unilever Indonesia memiliki empat pilar utama dalam visinya yang menggambarkan arah jangka panjang dari perusahaan. Keempat pilar tersebut yaitu:

1. Unilever bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari

2. Unilever membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi Mereka dan bagi orang lain

(6)

3. Unilever menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan

Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. 4.1.1.2 Tujuan dan Prinsip

Tujuan corporate Unilever adalah bahwa kesuksesan memerlukan “standar tertinggi dari perilaku corporate terhadap setiap orang yang bekerja dengan Unilever, komunitas yang disentuh dan lingkungan yang terkena dampak dari pekerjaan Unilever.”

1. Selalu bekerja dengan integritas 2. Dampak positif

3. Komitmen yang berlanjut 4. Menjalankan aspirasi 5. Bekerja dengan yang lain

(7)

4.1.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sumber: Unilever Sustainibility Report

(8)

4.1.2 Lifebuoy

Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar mendunia sebelum istilah merek global diciptakan. Sabun Disinfektan Royal Lifebuoy diluncurkan pada tahun 1894 sebagai suatu produk baru yang terjangkau di Inggris, untuk mendukung orang mendapatkan kebersihan diri yang lebih baik. Segera setelah diluncurkan, sabun Lifebuoy berkelana ke seluruh dunia, menjangkau negara-negara seperti India, suatu negara tempat sabun ini masih merupakan merek terkemuka di pasar.

Gambar 4.3 Logo Lifebuoy Sumber: www.unilever.co.id

Berdasarkan situs resmi Unilever tentang Lifebuoy, (http://www.unilever.co.id/id/brands-in-action/detail/Lifebuoy/320538/) tujuan Lifebuoy adalah memberikan solusi kebersihan dan kesehatan yang terjangkau dan mudah diperoleh sehingga orang dapat menjalani hidup tanpa rasa khawatir dengan kebersihan dan akibatnya terhadap kesehatan.

Selama 110 tahun lebih dalam sejarahnya Lifebuoy selalu merajai bidang kesehatan melalui kebersihan. Hal yang utama bagi lifebuoy adalah Janji perlindungan dan komitmennya untuk mendukung kehidupan melalui perlindungan yang lebih baik – Lifebuoy, suatu jaminan perlindungan jika anda merasa terancam. Sebagai contoh, kampanye yang dilakukan pada tahun 1930-an di AS diberi judul “Mencuci tangan membantu menjaga kesehatan”, mendorong penggunaan sabun Lifebuoy untuk membunuh kuman di tangan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Kampanye yang sama terus berlanjut hingga saat ini, dengan

(9)

program pendidikan kebersihan Lifebuoy yang terus berlangsung di negara-negara termasuk India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Indonesia dan Vietnam.

Lifebuoy sudah pernah melakukan kegiatan serupa CSR sebelumnya sejak tahun 1940an, diantaranya yaitu:

• Selama Serangan kilat ke London pada tahun 1940, sabun Lifebuoy memberikan fasilitas mencuci darurat gratis bagi penduduk kota London. Mobil gerbong Lifebuoy dilengkapi dengan alat pancuran air hangat, sabun dan handuk.

• Setelah terjadinya tsunami di Asia pada tahun 2004, sabun batangan Lifebuoy merupakan elemen kunci dalam paket lepas yang dibagi-bagikan di wilayah India Selatan, Sri Lanka dan Indonesia untuk membantu mencegah penyebaran penyakit infeksi yang mewabah setelah terjadinya bencana tersebut.

• Pada tahun 2005 lebih dari 200.000 sabun batangan Lifebuoy disumbangkan kepada UNICEF dan Komite Palang Merah Internasional untuk membantu operasi penanggulangan akibat gempa bumi di India Utara dan Pakistan. Saat ini Lifebuoy dijual di Asia dan sebagian wilayah Afrika. Lifebuoy merupakan pemimpin pasar di setiap pasar Asia yang menjual produk ini. Hingga saat ini, 70 juta orang di daerah pedalaman India sudah mengikuti program Pendidikan Kesehatan Lifebuoy – suatu program pendidikan kesehatan pribadi terbesar yang pernah ada di dunia.

4.1.2.1 Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun Lifebuoy

(10)

Sumber: http://www.antaranews.com/berita/338706/ratusan-anak-rayakan-hari-cuci-tangan-pakai-sabun

Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun Lifebuoy adalah bagian dari program Sustainable Living Plan oleh Unilever yang mana Unilever bertujuan untuk menginspirasi masyarakat untuk mengubah kebiasaan mereka. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi penyakit diare dan pernapasan. Mengubah perilaku hidup bersih dari 1 miliar konsumen secara global dengan mempromosikan manfaat cuci tangan di saat-saat penting di tahun 2015.

Menurut Sustainibility Report Unilever 2011 – 2012, setiap tahun penyakit diare dan pneumonia menyebabkan kematian lebih dari dua juta anak di bawah lima tahun di seluruh dunia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi timbulnya kedua penyakit ini secara signifikan. Untuk dapat berdampak secara berkelanjutan, Unilever perlu mendorong masyarakat untuk mengubah kebiasaan mereka sehari-hari, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air. Hal seperti ini merupakan hal yang sederhana, sehingga biasanya diabaikan, namun mempunyai dampak signifikan.

Rumah tangga di Indonesia umumnya menyadari pentingnya mencuci tangan dengan sabun. Secara umum, kebiasaan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi belum menjadi kebiasaan baik yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Di 2010, total persentase rumah tangga yang telah menjalankan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara menyeluruh adalah 35,8%, dan persentase nasional untuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun secara benar hanyalah 24,5%. Di 2011 dan 2012, program cuci tangan Lifebuoy dilanjutkan dengan melibatkan LSM lokal dan pemerintah.

Fokus dari kampanye ini adalah anak usia sekolah dasar (6-12 tahun), untuk memastikan kebiasaan ini akan berlangsung sepanjang hidup mereka. Unilever, melalui brand Lifebuoy, melatih para guru untuk mengubah perilaku siswa dalam mencuci tangan, serta menyediakan bahan dan peralatan yang mereka butuhkan. Setiap guru dapat menyebarkan program ini ke tiga sekolah tambahan, melalui program “Train the Trainer”, suatu model program untuk menciptakan efek multiplier.

(11)

Program Cuci Tangan Pakai Sabun hingga saat ini ini telah menghasilkan lebih dari 50.000 dokter kecil di lebih dari 4.000 sekolah. Program ini telah disebarkan pada lebih dari 4 juta orang pada akhir tahun 2011, dan 4.418 sekolah dasar dengan 951.685 siswa yang 18.565 di antaranya merupakan dokter kecil pada tahun 2012. Terjadi peningkatan rata-rata sebesar 20% dalam kebiasaan cuci tangan pakai sabun di sekolah-sekolah dasar yang terpapar program ini. Secara keseluruhan, program ini telah menjangkau masing-masing 1.404.000 dan 4.958.000 penduduk di 2011 dan 2012.

Para dokter kecil berperan penting dalam menyebarkan pengetahuan dan kebiasaan ini kepada teman sebaya mereka di sekolah. Suatu perlombaan tingkat nasional untuk mencari dokter kecil dengan prestasi terbaik diselenggarakan setiap tahunnya melalui kemitraan antara Lifebuoy dengan Ikatan Dokter Indonesia.

Pada tahun 2005, Lifebuoy dianugerahi “Citizen Brand” Indonesia sebagai pengakuan atas upaya yang telah dilakukan dalam hal pendidikan pencucian tangan. Pada tahun 2012, Lifebuoy mengajak ratusan murid di SD 04, 05, dan 06 Karet Belakang untuk mengikuti program Cuci Tangan Pakai Sabun dalam rangka merayakan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2012. Kampanye inilah yang menjadi fokus penelitian ini.

4.2 Profil Responden

Data responden adalah data identitas responden yang dipandang relevan dengan permasalahan yang diidentifikasi. Data responden diperoleh melalui angket yang dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakan perhitungan statistik atas sejumlah skor yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan mengenai variabel penelitian.

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Analisis data responden dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang responden untuk memperjelas data penelitian. Hasil dari angket yang dibagikan akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

(12)

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebesar 84 orang dengan penyebaran kuesioner dimana hasil dari kuesioner tersebut akan diolah melalui SPSS for Windows. penyajian kuesioner menggunakan skala ukur Likert. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik pengambilan sampel acak sederhana atau simple random sampling. Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya, kita gunakan rumus Slovin.

Tabel 4.1 Profil responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Dalam % Laki-laki 41 repsonden 48,81% Perempuan 43 responden 51,19%

Total 84 100%

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Gambar 4.5 Gambar profil responden berdasarkan jenis kelamin Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Mayoritas Responden adalah berjenis kelamin Perempuan sebanyak 51,19% atau sebanyak 43 responden sedangkan sisanya adalah 48,81% atau sebanyak 41 responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa jumlah responden perempuan memiliki presentase lebih tinggi.

(13)

Tabel 4.2 Profil responden berdasarkan usia

Usia Jumlah Dalam %

<24 10 responden 11,90%

25 - 44 36 responden 42,86%

45 - 64 38 responden 45,24%

>64 0 responden 0%

Total 84 100%

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Gambar 4.6 Gambar profil responden berdasarkan usia Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Berdasarkan 84 responden yang telah mengisi kuesioner didapatkan data responden sebesar 45,24% atau sebanyak 38 responden berusia 45-64 tahun, sedangkan sebanyak 42,86% atau sejumlah 36 responden berusia 25-44 tahun, kemudian sebesar 11,90% atau sejumlah 10 responden berusia dibawah 24 tahun.

(14)

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian

4.3.1 Statistik Deskriptif

Dilakukan untuk mengetahui tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, stadard deviasi, varian dan modus.

Tabel 4.3 Hasil statistik deskriptif Descriptive Statistics 84 84 84 20 10 50 30 35.17 21.40 7.851 4.855 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR Brand Association Valid N (listwise)

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Berdasarkan data yang diolah dari 84 responden dan 84 kuesioner didapatkan data dari variabel CSR mempunyai nilai rata-rata sebesar 35,17 dengan nilai maksimum sebesar 50 dan nilai minimum sebesar 20 serta standar deviasi sebesar 7,851. Sedangkan variabel Brand Association mempunyai nilai rata-rata sebesar 21,4 dengan nilai maksimum 30 dan minimum 10 serta standar deviasi sebesar 4,855 4.3.2 Analisis Indeks Jawaban

Setelah kuesioner tersebar dan telah ditabulasi datanya, maka skor total dihitung dari 84responden. Kemudian skor total tersebut dikalikan dengan persentase yang dapat memberikan kesimpulan berada dimana golongan jawaban dari masing-masing insrumen penelian. Adapun persentase penggolongan jawaban diuraikan sebagai berikut:

(15)

Tabel 4.4 Presentase jawaban Kuesioner

Persentase (dalam %) Kriteria

0-20 sangat lemah atau sangat tidak

setuju

21-40 lemah atau tidak setuju

41-60 cukup atau ragu-ragu

61-80 kuat atau setuju

81-100 sangat kuat atau sangat setuju Sumber: Kriyantono, 2006

Menghitung presentase dari jawaban dengan cara:

Persentase = al SkorMaksim SkorTotal Keterangan:

Skor total = skor dari penjumlahan 84 responden Skor maksimal = skor maksmimal instrumen, yakni 420 Sumber: (Kriyantono, 2006)

4.3.2.1 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel X

Tabel 4.5 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel X

No Pernyataan Jawaban Bobot % KET SS S RR TS STS 1 Item 1 17 30 16 11 10 285 57 Cukup Setuju 2 Item 2 30 21 11 11 11 300 60 Cukup Setuju 3 Item 3 21 35 9 8 11 299 59 Cukup Setuju

(16)

No Pernyataan Jawaban Bobot % KET SS S RR TS STS 4 Item 4 27 25 11 7 14 296 59 Cukup Setuju 5 Item 5 27 21 9 15 12 288 58 Cukup Setuju 6 Item 6 20 27 15 15 7 290 58 Cukup Setuju 7 Item7 19 31 14 10 10 291 58 Cukup Setuju 8 Item 8 27 32 11 8 6 318 64 Setuju 9 Item 9 19 33 10 10 12 289 58 Cukup Setuju 10 Item 10 25 25 15 9 10 298 59 Cukup Setuju

Rata – rata 22,93 29,2 12,47 10,53 8,87 298,8 59 Cukup Setuju

Dari data yang diolah dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk variabel Corporate Social Responsibility responden menjawab cukup setuju karena nilai persentase mencapai angka 59%.

4.3.2.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Y

Tabel 4.6 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Y

No Pernyataan Jawaban Bobot % KET SS S RR TS STS 1 Item 11 28 31 12 6 7 319 64 Setuju 2 Item 12 28 23 13 14 6 305 61 Setuju 3 Item 13 19 32 16 13 4 301 61 Setuju 4 Item 14 16 36 12 13 7 293 59 Cukup Setuju

(17)

No Pernyataan Jawaban Bobot % KET SS S RR TS STS 5 Item 15 21 36 13 8 6 310 62 Setuju 6 Item 16 20 31 14 11 8 296 61 Setuju

Rata – rata 22 31,5 13,33 10,83 6,33 304 61 Setuju

Dari data yang diolah dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk variabel brand association responden menjawab setuju karena nilai persentase mencapai angka 61%.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Uji validitas

Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan pada jumlah data sampel sebanyak 84. Uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana df = n-2. Nilai n dalam penelitian ini yaitu 84, sehingga nilai df=82. Dengan begitu, diperoleh rtabel= 0,217.

Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas adalah sebagai berikut: a) Apabila nilai rhitung > 0,217, maka butir pernyataan dinyatakan valid b) Apabila nilai rhitung < 0,217, maka butir pernyataan dinyatakan tidak valid 1. Uji validitas Corporate Social Responsibility

Tabel 4.7 Uji Validitas CSR No. Pernyataan r

hitung rtable status

1 Item 1 0,507 0,217 Valid 2 Item 2 0,543 Valid 3 Item 3 0,537 Valid 4 Item 4 0,588 Valid

(18)

5 Item 5 0,611 Valid 6 Item 6 0,596 Valid 7 Item 7 0,590 Valid 8 Item 8 0,584 Valid 9 Item 9 0,491 Valid 10 Item 10 0,611 valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti, 2014

Data dinyatakan valid karena nilai rhitung > 0,217, maka butir pernyataan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini dinyatakan valid.

2. Uji validitas variabel Brand Association

Tabel 4.8 Uji Validitas Brand Association No. Pernyataan r

hitung rtable status

1 Item 11 0,516 0,217 Valid 2 Item 12 0,533 Valid 3 Item 13 0,536 Valid 4 Item 14 0,615 Valid 5 Item 15 0,498 Valid 6 Item 16 0,603 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti, 2014

Data dinyatakan valid karena nilai rhitung > 0,217, maka butir pernyataan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini dinyatakan valid.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

.853 16

Cronbach's

Alpha N of Items

(19)

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Item-Total Statistics 53.49 120.518 .417 .848 53.31 118.313 .437 .847 53.32 119.209 .449 .846 53.36 116.329 .497 .844 53.45 115.407 .522 .842 53.43 118.031 .519 .843 53.42 117.909 .509 .843 53.10 119.075 .509 .843 53.44 120.394 .395 .849 53.33 116.755 .530 .842 53.08 120.800 .433 .847 53.25 119.563 .446 .846 53.30 121.007 .460 .846 53.39 118.169 .543 .842 53.19 121.843 .417 .847 53.36 117.943 .527 .842 item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti, 2014

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Berdasarkan data yang telah dihitung dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan reliable karena nilai Cronbach Alpha > 0,60 yakni 0,853 > 0,60

4.4.3 Uji Normalitas

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

.071 84 .200* .977 84 .130

.096 84 .052 .973 84 .075

CSR

Brand Association

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance. *.

Lilliefors Significance Correction a.

(20)

Dasar pengambilan keputusan

Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Variabel CSR = 0,200 ≥ 0,05 data berdistribusi normal

Variabel Brand Association = 0,052 ≥ 0,05 data berdistribusi normal

Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov untuk variabel Corporate Social

Responsibility adalah 0,200 atau lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan berdistribusi normal

2) Angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov untuk variabel Brand Association adalah 0,052 atau lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan berdistribusi normal

4.4.4 Uji Korelasi

Tabel 4.12 Uji Korelasi

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014 Correlations 1 .678** .000 84 84 .678** 1 .000 84 84 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N CSR Brand Association CSR Brand Association

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

(21)

Berdasarkan tabel diatas, menjelaskan hubungan korelasi antara variabel Corporate Social Responsibility dengan variabel Brand Association, dimana dari hasil pengolahan data angka diperoleh nilai korelasi antara kedua variabel sebesar 0,678 atau 67,8%. Berdasarkan tabel nilai tersebut, angka 0,678 menunjukkan hubungan cukup berarti.

4.4.5 Analisis Regresi

a. Regresi

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa 6.664 1.809 3.685 .000 .419 .050 .678 8.349 .000 (Constant) CSR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Brand Association a.

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Jika nilai signifikan yang diperoleh <0,1 maka pengaruh dinyatakan signifikan. Jika nilai signifikan yang diperoleh > 0,1 maka pengaruh dinyatakan tidak siginifikan. Maka kesimpulannya adalah, bahwa telah diperoleh angka signifikansi yang terletak pada tabel coefficient sebesar 0,000 angka ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan 0,1 (0,000 < 0,1).

Rumus Coefficient untuk mencari persamaan regresi adalah:

Y’= a + bX

Y’= 6,664+ 0,419X

Artinya:

1) Apabila Corporate Social Responsibility (X) nilainya adalah 0 maka, maka Brand Association nilainya positif yaitu 6,664

(22)

2) Koefisien regresi variabel x sebesar 0,419 artinya jika Corporate Social Responsibility mengalami kenaikan 1 satuan maka Brand Association akan meningkat sebesar 0,419 satuan.

4.5 Uji Hipotesis

Hipotesis:

H0: Program Corporate Social Responsibility Lifebuoy tidak memiliki pengaruh terhadap brand association PT Unilever Indonesia Tbk.

H1: Program Corporate Social Responsibility Lifebuoy mempengaruhi brand association PT Unilever Indonesia Tbk.

H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel

Rumus t hitung pada analisis regresi adalah: T hitung = Keterangan: b = Koefisien regresi Sb = Standar error T hitung = 0,050 419 , 0 = 8,349

T table dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (Uji 2 sisi). Dengan df = n – k – 1

N = jumlah responden

K = banyaknya variable independent Maka, df = 84 – 2

(23)

Hasil diperoleh t table sebesar 1,989 (lihat lampiran t table atau dapat dicari pada Ms.Excel dengan ketik =tinv(0.05, 82).

Setelah ditemukan t hitung dan t table, maka dapat disimpulkan bahwa : T hitung = 8,349

T tabel = 1,989 Hasil :

Nilai t hitung > t table atau 8,349 > 1,989, maka dinyatakan bahwa Ho ditolak atau dapat dikatakan H1 diterima, artinya adalah Program Corporate Social Responsibility Lifebuoy mempengaruhi brand association PT Unilever Indonesia Tbk.

4.6 Koefisien determinansi

Tabel 4.14 Koefisien determinasi

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014

Untuk melihat seberapa besar pengaruh yang dihasilkan antara Corporate Social Responsibility terhadap Brand Association dapat dilihat dari nilai R2 (R Square), apabila dilihat dari tabel maka didapatkan hasil R2 sebesar 0,459 atau pengaruh yang didapatkan adalah sebesar 45,9%. Sisanya sebesar 54,1% brand association dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

Model Summary .678a .459 .453 3.591 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), CSR a.

(24)

4.7 Pembahasan

Dari data yang didapat, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara Corporate Social Responsibility Lifebuoy terhadap Brand Association PT Unilever Indonesia Tbk, hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis Korelasi dimana diperoleh nilai korelasi sebesar 0,678. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara Corporate Social Responsibility dengan Brand Association PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 67,8%. Hal tersebut menunjukan bahwa sejatinya Corporate Social Responsibility memang berhubungan erat dengan Brand Association PT Unilever Indonesia.

Slameto (2010, p. 102) mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Dalam hal ini Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Unilever melalui Lifebuoy akan merangsang pembentukan persepsi di dalam benak masyarakat, yang mana nantinya akan berkontribusi dalam pengasosiasian Unilever dan Lifebuoy selaku penyelenggara sebagai perusahaan dengan misi sosial tertentu.

Selain uji korelasi, peneliti juga melakukan analisis koefisien determinasi antara variabel Corporate Social Responsibility dengan variabel Brand Association. Penelitian ini bermaksud untuk membuktikan H1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap Brand Association PT Unilever Indonesia Tbk, hal tersebut dapat dibuktikan pada hasil Analisis Regresi, dimana pada tabel terdapat R Square sebesar 0,459, yang jika dimasukkan ke dalam rumus koefisien determinasi, nilai tersebut dipresentasekan sebesar 45,9%. Artinya adalah pengaruh variabel Corporate Social Responsibility terhadap variabel Brand Associtaion adalah sebesar 45,9%, artinya 54,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

Menurut Miftah Thoha (2004, p. 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu (1) Stimulus atau rangsangan, dalam hal ini kampanye CTPS oleh Lifebuoy adalah salah satu bentuk rangsangan atau stimulus

(25)

yang dikeluarkan oleh Unilever melalui Lifebuoy, (2) Registrasi, dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Ketika masyarakat dilibatkan dalam kampanye ini, masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melakukan proses registrasi dengan inderanya, (3) Interprestasi, merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Pada penelitian yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner seputar kampanye CTPS Lifebuoy dan kaitannya dengan Brand Association PT Unilever Indonesia, dapat terlihat bahwa masyarakat cukup setuju bahwa kampanye yang telah dilakukan sudah berjalan dengan baik dan mampu membuat masyarakat melihat PT Unilever Indonesia dan Lifebuoy sebagai perusahaan yang peduli terhadap masyarakat dan konsumennya.

Pengaruh yang didapat dalam penelitian ini sebesar 45,9% dapat dikatakan cukup besar karena mendekati 50%. Peneliti juga menganalisis persamaan regresi, didapatkan hasil jika Corporate Social Responsibility bernilai 0, maka Brand Association bernilai 6,664 satuan dan didapat dari hasil perhitungan dimana diperoleh nilai koefisien regresi variabel x sebesar 0,419 artinya jika Corporate Social Responsibility mengalami kenaikan 1 satuan maka Brand Association akan meningkat sebesar 0,419 satuan. Rumus tersebut menunjukan bahwa sebenarnya tanpa adanya Corporate Social Responsibilitypun, Brand Association Unilever sudah cukup baik. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh reputasi Unilever Indonesia yang sudah terbentuk dan dijaga dengan baik, misalnya lewat kegiatan-kegiatan sosial Unilever yang dilaksanakan oleh brand-brandnya yang lain.

(26)

Gambar

Gambar 4.2 Struktur Organisasi  Sumber: Unilever Sustainibility Report
Gambar 4.4 Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun Lifebuoy
Gambar 4.5 Gambar profil responden berdasarkan jenis kelamin  Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014
Gambar 4.6 Gambar profil responden berdasarkan usia  Sumber: Hasil pengolahan data peneliti, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

tersebut dapat di ketahui bahwa N merupakan jumlah sampel yaitu 61 siswa, nilai Mean sebesar 88.33 pada nilai Standart Deviasi sebesar 5.697 nilai minimum atau nilai

Figure 2 Leaf length increment (Bars) and leaf length increment per day (Line) in Avicenna marina leaves in Hajambro creek, Indus delta... Figure 3 Mean ( 

Hal ini berbeda dengan teori Price, Wilson, dan Ciesla bahwa LLK lebih banyak terjadi pada laki-laki (2:1) 6,7 , perbedaan ini dapat dikarenakan besar sampel penderita

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Index Card Match (ICM) adalah model menacari pasangan kartu dan model ini juga adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

Penelitian ini bertolak pada tujuan 1) mengungkap strategi ketidaksantunan berbahasa yang dilakukan oleh masyarakat Maluku Utara di media social, 2) memaparkan skala

Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar, Dan Terpencil (SM3T) adalah Program Pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak

Tulisan ini membahas beberapa pertanyaan secara komprehensif berkaitan dengan pembelajaran geometri berdasarkan pandangan bahwa bukti sebagai prosep, antara lain: