• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan tempat serta temperaturnya (Kusnanto, 2001). Ditinjau dari segi ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan tempat serta temperaturnya (Kusnanto, 2001). Ditinjau dari segi ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air-per definsi ilmiah adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk air; yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat dan air sebagai benda gas atau uap. Air berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya tergantung pada waktu dan tempat serta temperaturnya (Kusnanto, 2001).

Ditinjau dari segi ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata–rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150–200 liter atau 35–40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

Oleh karena itu, nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan berdasarkan syarat fisik, kimia dan biologis dari WHO, APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen Kesehatan R.I (Suriawiria, 2005).

(2)

2.2 Sumber Air 2.2.1 Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum (Pandia, 2006).

2.2.2 Air Atmosfir, air materiologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Sutrisno, 2010).

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2010).

2.2.3 Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya (Sutrisno, 2010).

(3)

1. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2010).

2. Air Rawa/Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning cokelat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan timbul algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Sutrisno, 2010).

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah – tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa / telaga (Sutrisno, 2010).

2.2.4 Air Tanah

1. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim (Sutrisno, 2010).

(4)

2. Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air (Sutrisno, 2010).

3. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas / kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 2010).

2.3. Parameter Pemeriksaan Air Minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia dan parameter mikrobiologi yang terdapat dalam air minum tersebut.

2.3.1 Parameter Fisika 1. Warna

Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual warna dari sampel dengan larutan standar warna yang diketahui konsentrasinya.

(5)

Kebanyakan metode yang dipakai pada pemeriksaan warna air di instalasi pengolahan air menggunakan metode standar warna platina-cobalt dengan satuan mg/l Pt-Co baik dilakukan dengan instrument colorimetri maupun yang lebih sensitif yaitu spektrofotometri (Effendi, 2003).

2. Kekeruhan

Kekeruhan (turbidity) dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorbsi cahaya yang melaluinya.

Ada 3 metode pengukuran kekeruhan :

a. Metode Nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau N/TU) b. Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silika)

c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)

Prinsip metode nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh sesuatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama. Makin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula kekeruhannya, sebagai standar kekeruhan dipergunakan suspensi polimer formazin (Nainggolan, 2011).

3. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa,

(6)

mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum dapat melepaskan dahaga (Slamet, 2009).

4. Rasa dan Bau

Rasa air sering kali di hubungkan dengan bau air. Bau air dapat di sebabkan oleh bahan – bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati (Nugroho, 2006). 2.3.2 Parameter Kimiawi

1. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2010).

2. Zat Padat Total (Total Solid)

Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu103-1050C (Joko, 2010).

3. Zat Organik

Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa dan kekeruhan yang dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya (Sutrisno, 2010).

(7)

4. CO2 Agresif

CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik yang dapat ditentukan dengan cara grafis dan analistis. Penyimpangan terhadap standard konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air, akan menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa-pipa logam (Sutrisno, 2010).

5. Kesadahan Total

Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logm valensi, misalnya Mg2+, Ca2+. Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion-ion Mg2+ dan Ca2+ secara bersama-sama. Air sadah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa (Joko, 2010).

6. Kandungan Logam

Arsenik, Barium, Cadmium, Chromium, Merkuri dan Selenium merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia. Timbal merusak sel darah merah, sistem saraf dan ginjal manusia. Tembaga merupakan indikator terjadinya perkaratan. Konsentrasi Flour yang terlalu tinggi dalam air minum dapat menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit blue babis pada bayi (Mulia, 2005).

7. COD

COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai

(8)

sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam air. Pemeriksaan COD di perlukan untuk mengetahui kandungan bahan organik yang terdapat dalam air (Alaerts, 1987).

8. BOD

BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran yang terdapat dalam air (Alaerts, 1987).

2.3.3 Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme petunjuk (Indicator organism). Dalam laboratorium, istilah total coliform (koliform tinja) menunjukkan bakteri coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum (Mulia, 2005).

2.3.4 Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan berupa kematian dan perubahan komposisi genetik yang dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi.

(9)

Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus jaringan kulit dan Sinar Gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Mulia, 2005).

2.4 Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 menyebutkan : “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya”.

Secara umum, pencemar air dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Mikroorganisme dalam air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industry peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya (Darmono, 2001).

2. Zat-zat Pengikat Oksigen

Oksigen terlarut ke air berasal dari proses difusi oksigen yang terdapat di atmosfir dan dapat juga berasal dari proses fotosintesis tumbuhan hijau, alga dan cyanobakteri yang terdapat di dalam air. Masuknya bahan organik seperti sisa makanan menyebabkan peningkatan mikroorganisme pengurai di dalam air yang akan mengkonsumsi oksigen yang terlarut dalam air untuk proses respirasinya,

(10)

dan akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Selanjutnya setelah bahan organik habis dan mikroorganisme pengurai berkurang jumlahnya terjadi lagi proses kenaikan oksigen terlarut di dalam air secara alamiah sehingga siklus ini disebut dengan istilah Oxygen sag (Mulia, 2005).

3. Sedimen

Sedimen meliputi tanah dan pasir yang umumnya masuk ke badan air akibat erosi atau banjir. Sedimen dapat mengakibatkan pendangkalan badan air, Selain itu mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan air. Hal ini menghambat penetrasi sinar matahari sehingga proses fotosintesis dalam air akan terganggu yang dapat memperlambat laju penambahan oksigen terlarut dalam air (Mulia, 2005).

4. Nutrisi / Unsur Hara

Nutrisi/unsur hara, khususnya nitrat dan posfat dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer perairan sebagai akibat pengayaan (enrichment) air dengan nutrien/unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan disebut eutrofikasi. Eutrofikasi menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air khususnya alga dan bakteri secara melimpah. Hal ini menyebabkan badan air menjadi keruh dan bau. Selain itu, bakteri dan alga yang tumbuh dipermukaan air dapat menghambat proses aerasi (Mulia, 2005).

5. Pencemar Anorganik

Banyak pencemar anorganik seperti logam, garam, asam dan basa dapat masuk ke badan air melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia. Beberapa jenis logam seperti Merkuri, Timbal, Cadmium dan Nikel, dengan

(11)

konsentrasi yang relatif kecil sudah dapat membahayakan makhluk hidup. Keberadaan asam di dalam air umumnya berasal dari produk samping proses industri seperti peleburan dan pelapisan logam (Mulia, 2005).

6. Zat Kimia Organik

Ribuan zat kimia organik digunakan di dalam industri kimia untuk membuat pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen dan produk lain yang kita gunakan setiap hari. Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak dapat mendegradasi insektisida dan air tersebut akan digunakan sebagai air minum yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan masyarkat (Soemirat, 2003).

7. Energi Panas

Manusia dapat menyebabkan perubahan temperatur pada badan air dengan jalan membuang air limbah yang mengandung panas ke badan air penerima seperti sungai dan danau yang menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut dalam air. Air panas di lapisan atas dengan kadar oksigen yang lebih rendah ini akan menghambat transfer oksigen ke lapisan dibawahnya (Mulia, 2005).

8. Zat Radioaktif

Pembuangan zat radioaktif ke lingkungan air secara langsung tidak diperbolehkan, namun mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah begitu banyak maka tidak tertutup kemungkinan bahwa zat radioaktif ikut terbawa ke lingkungan air. Pada kadar yang tinggi, pengaruh radioaktif terhadap makhluk hidup bersifat akut. Hal ini

(12)

menyebabkan gangguan proses pembelahan sel dan mengakibatkan rusaknya kromosom. Pengaruh kronis yang muncul dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi pada genetik (sistem reproduksi) dan somatik atau sel tubuh (Mulia, 2005).

2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

Unit-unit serta proses pengolahan air yang terdapat di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal adalah sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m dan tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. Bendungan dibuat dengan sistem melintang.

2. Intake

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini

merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus). Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga kestabilan air masuk.

(13)

3. Raw Water Tank (RWT)

Raw water tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun

setelah intake yang berfungsi sebagai tempat sedimentasi (pengendapan alamiah) dengan waktu pengendapan (detention time) kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Di Raw Water Tank ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut prechlorination. Dosis klorin yang diberikan adalan 2-3 g/m3 air, tergantung pada turbidity air.

4. Raw Water Pump (RWP)

Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air

dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC nominal 75 KW.

5. Clearator (Clarifier)

Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat

sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator dilengkapi dengan

agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan

flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Proses yang terdapat pada clearator adalah : 1. Primary Reaction Zone

2. Secondary Reaction Zone 3. Return Reaction Zone 4. Clarification Reaction Zone

(14)

5. Concentrator

Pada primary zone terjadi penginjeksian Alumunium Sulfat (alum/tawas, Al2(SO4)3.18H2O) sehingga terjadi proses koagulasi atau proses pencampuran koagulan dengan air baku dengan cepat dan merata. Untuk menentukan dosis tawas yang tepat dalam proses terlebih dahulu dilakukan jar test di laboratorium, sehingga diketahui dosis optimal pemakaian tawas.

Pada Secondary Zone terjadi proses flokulasi (pengumpulan flok-flok yang lebih besar) akibat adanya pengadukan cepat dan pengadukan lambat dengan menggunakan blade agitator. Sel secondary adalah inti dari clearator yang terletak pada bagian tengah bangunan tersebut. Flok – flok akan melakukan pengikatan kembali dengan butiran flok lainnya.

Pada return reaction zone, flok-flok yang terbentuk akan semakin besar (sludge) dan pengaruh gaya gravitasi akan mengendap pada dasar clarifier. Sludge yang mengendap akan dibuang ke lagoon secara automatic dan manual. Pembuangan automatic disludge dilakukan satu kali sehari dengan melihat

turbidity sekunder pada setiap clarifier.

Pada clarification reaction zone terjadi pemisahan sludge dengan air bersih. Air bersih akan terpisah ke atas menjadi kumpulan atau concentrator zone.

6. Filter

Filter ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media

filter, proses back wash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan air yang disupply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk back wash dilakukan

(15)

1 x 24 jam – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan. Air dan hasil

back wash dibuang ke lagoon.

7. Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah berdimensi 50 m x

40 m x 4 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter dan sebagaitempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh untuk menetralisasi pH air karena dengan adanya kandungan alum dalam air akan membuat pH air bersifat asam. Kapur disalurkan dari saturator. Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan terminal larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan.

8. Finish Water Pump (FWP)

Finish water pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi

untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima jalur dengan kapasitas 150 liter/detik.

9. Lagoon

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengelohan dialirkan ke lagoon untuk didaur ulang. Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur . jika sel telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan digunakan untuk menimbun tanah sekitar lagoon. Kemudian dialirkan ke sel berikutnya yang difiltrasi dengan batu benjong dan difiltrasi lagi dengan batu

(16)

benjong ke sel ketiga. Dari sel ketiga, air lagoon tersebut akan dialirkan kembali ke intake sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke badan air apabila sudah memasuki intake.

2.6 Senyawa Halogen

Halogen merupakan senyawa yang bersifat oksidator seperti klorin, bromine, dan yodin, kalium permanganat, dan sebagainya yang bersifat sebagai desinfeksi (Joko, 2010).

2.6.1 Chlorida (Cl)

Konsentrasi 250 mg/l unsur ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas. Chlorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kemampuan melarutkan pada air adalah untuk melarutkan chlorida dari humus (topsoil) dan lapisan-lapisan yang lebih dalam (Sutrisno, 2010).

Percikan dari laut terbawa ke pedalaman sebagai tetesan atau sebagai kristal-kristal garam kecil yang dihasilkan dari penguapan air dalam tetes-tetes tersebut. Kotoran manusia khususnya urine, mengandung chlorida dalam jumlah yang kira-kira sama dengan chlorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air. Jumlah ini rata-rata kira-kira 6 gr chlorida perorangan perhari dan menambah jumlah Cl dalam air bekas (sewage) kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi dalam air yang membawanya, di samping itu banyak air buangan dari industri yang mengandung chlorida dalam jumlah yang cukup besar (Sutrisno, 2010).

(17)

Chlorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa chlorida hendaknya dibatasi sampai 250 mg/l dalam air yang akan digunakan oleh umum. Sebelum prosedur pemeriksaan bakteriologis berkembang percobaan kimia untuk chlorida dan nitrogen dalam berbagai bentuk digunakan sebagai dasar dalam pendeteksian kontaminasi air tanah oleh air bekas dan digunakan metode titrimetri dengan argentometri metode mohr (Sutrisno, 2010).

Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai desinfectant. Unsur ini apabila berikatan dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal chlorida dalam air yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Dep.Kes RI adalah sebesar 200,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 2010).

2.6.2 Sisa Chlor

Chlor sisa setelah tercapai break point itulah yang sering digunakan dalam air untuk proses desinfeksi. Dengan demikian maka dosis chlor menjadi terlalu tinggi. Penggunaan chlor yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terbentuknya senyawa Tehalometan (merupakan hasil klorinasi dari sisa material humat) dan organoklorin dan senyawa-senyawa ini bersifat karsinogenik (Joko, 2010).

Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan ke dalam air, yaitu hidrolisis dan ionisasi.

Reaksi hidrolisis adalah: Cl2 + H2O HOCl + Cl- + H+ Reaksi ionisasi adalah: HOCl OCl- + H+.

(18)

Diambil bersama-sama, konsentrasi dari asam hipoklorus dan ion hipoklorit didefinisikan sebagai klorin bebas yang dapat diperoleh. Karena klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif dari pada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada nilai-nilai pH yang asam (Linsley, 1986).

Secara umum, kebanyakan air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klorin bebas sebanyak kira-kira 0,2 mg/l diperoleh setelah klorinasi selama 10 menit. Residu klorin yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak, klorin akan sangat efektif bila pH air rendah. Superklorinasi harus diikuti dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau dengan melewatkan air yang bersangkutan melalui suatu filter butiran karbon yang diaktifkan (Linsley, 1986).

Referensi

Dokumen terkait

Senada dengan hasil di atas terlihat bahwa ketika mahasiswa memiliki minat belajar yang rendah maka akan mengalami kesulitan dalam belajar dan sebaliknya ketika

Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan Wallander, “Kemampuan sosial dan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

NAMA ASAL SEKOLAH NILAI Rangking Wilayah 1 GERRY WINDIARTO MOHAMAD SMA NU MH... Tempat di SMA Negeri 26 Jakarta mulai pukul 08.00

Hal ini sesuai, senyawa keton tidak terjadi perubahan warna atau muncul endapan yang disebabkan sikloheksanon maupun aseton tidak bereaksi dengan reagen fehling, karena

Buku tersebut diharapkan dapat memperkaya khazanah wacana seni rupa Indonesia modern , khususnya tentang periode sejarah seni lukis modern Indonesia, dari Mooi Indië

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh cara budidaya organik dan non-organik padi terhadap mutu gabah, mutu giling, mutu tanak dan kandungan nutrisi

Proses belajar pendidikan jasmani merupakan suatu peristiwa belajar yang dilakukan oleh seluruh siswa dan siswi di sekolah, di mana dalam pelaksanaannya diperlukan adanya suatu