• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan di PO Rosalia Indah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan di PO Rosalia Indah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Kualitas Pelayanan

Menurut Kotler dan Keller1, mendefinisikan kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuan

untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Ini jelas

merupakan definisi yang berpusat pada pelanggan. Perusahaan yang

memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggan sepanjang waktu disebut

perusahaan berkualitas, tapi kita harus membedakan antara kesesuaian

kualitas dan kinerja atau tingkat kualitas.

Menurut Assauri2, definisi pelayanan adalah bentuk pemberian yang diberikan oleh produsen baik terhadap pelayanan barang yang diproduksi

maupun jasa yang ditawarkan guna memperoleh minat konsumen, dengan

demikian pelayanan mempengaruhi minat konsumen terhadap suatu barang

atau jasa dari pihak perusahaan yang menawarkan barang atau jasa. Apabila

pelayanan yang ditawarkan perusahaan sesuai dengan keinginan konsumen

maka produk atau jasa yang ditawarkan akan dibeli. Sedangkan bila pelayanan

yang diberikan tidak sesuai dengan dengan keinginan konsumen maka dapat

dipastikan produk atau jasa tersebut kurang diminati konsumen.

1

Kotler dan Keller, 2009 , Manajemen Pemasaran, Edisi ke 13 Jilid Pertama, Erlangga Jakarta, hlm .143.

2

(2)

9

Menurut Rangkuti3, definisi kualitas pelayanan adalah penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Menurut Tjiptono4, kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendaliannya atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh

perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang

mereka terima.

Menurut Tjiptono5, kualitas jasa sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Menurut

Lupiyoadi6, kualitas pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya

interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh

perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan

permasalahan konsumen atau pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor utama yang mempengaruhi kualitas

pelayanan, yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang dirasakan. Sehingga baik

tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

memenuhi harapan pelanggan secara konsisten

Setiap pelayanan yang memiliki kualitas terbaik, dapat dipergunakan

untuk memberikan kepuasan optimal bagi pelanggan. Sehingga untuk

3

Rangkuti, 2006, Measuring Customer Satisfaction, PT. Gramedia Puastaka Utama Jakarta, hlm. 28.

4

Tjiptono, 2007, Service Quality and Satisfactions, Edisi ke 2, ANDI Yogyakarta, hlm .59.

5

Tjiptono, 2007 , Service Quality and Satisfactions, Edisi ke 2, ANDI Yogyakarta, hlm. 121.

6

(3)

10

mewujudkan kepuasan konsumen tersebut, menurut Lupiyoadi7, dapat diidentifikasi melalui 5 (lima) indikator kualitas layanan yaitu sebagai berikut

:

a. Bukti fisik (tangibles)

Adalah dimensi yang berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

b. Kehandalan (reliatibility)

Adalah dimensi yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat

kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang

disepakati.

c. Daya tanggap (responsiveness)

Adalah dimensi yang berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para

karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan

mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian

memberikan jasa secara cepat.

d. Jaminan (assurance)

Adalah dimensi perilaku para karyawan yang mampu menumbuhkan

kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa

menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.

7

(4)

11

e. Empati (empathy)

Adalah dimensi dimana perusahaan memahami masalah para

pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam

operasional yang nyaman.

Semua indikator tersebut dapat dijadikan parameter untuk mengetahui

sejauh mana PO Rosalia Indah mampu menyediakan layanan yang

berkualitas serta sejauh mana berpengaruh pada loyalitas pelanggan.

Dalam perusahaan bus ini, produk yang dihasilkan oleh perusahaan

adalah jasa yang tidak dapat dilihat penggunanya tetapi akan dapat dirasakan

pelanggannya. Dalam bidang pemasaran, jasa juga dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan yang dapat dipertukarkan mengenai sesuatu yang akan dibeli

dan dijual di pasar atau lebih dikenal dengan jasa pertukaran.

Menurut Kotler dan Keller8, jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak

terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Definisi jasa dalam

strategi pemasaran harus diamati dengan baik, karena pengertiannya sangat

berbeda dengan produk berupa barang. Sedangkan menurut William J.

Stanton dalam Ekasari9, jasa merupakan sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak berwujud yang ditawarkan untuk memenuhi suatu

kebutuhan. Ziethalm dan Bitner10, mendefinisikan jasa sebagai seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik

8

Kotler, 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi ke 13 Jilid Pertama, Erlangga Jakarta, hlm. 42.

9

Ekasari, 2004, Prinsip Pemasaran, Edisi VII, Erlangga Jakarta, hlm. 9.

10

(5)

12

dikonsumsi dan diproduksi pada waktu bersamaan, memberikan nilai tambah

dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya. Berdasarkan

beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa didalam jasa

selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun

pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan barang tetapi

suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.

Sedangkan karakteristik dari jasa pada umumnya memiliki 4 (empat)

ciri11, yaitu sebagai berikut :

a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu jasa yang tidak dapat dirasakan,

dilihat, dicium, didengar, diraba atau dikonsumsi.

b. Inseparability (tidak terpisahkan), yaitu jasa yang umumnya dijual terlebih

dahulu kemudian baru diproduksi dan dikonsumsi bersama-sama.

c. Variability (bervariasi), yaitu jasa merupakan non standardized output

dimana terdapat variasi bentuk, kualitas dan servis, namun tergantung

pada siapa, dimana dan kapan jasa dihasilkan.

d. Persihability (tidak tahan lama), yang berarti jasa adalah komoditas yang

tidak bertahan lama dan tidak dapat disimpan dengan permasalahan yang

ada pada saat permintaan berfluktuasi.

2.2Loyalitas Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller12, loyalitas adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa

11

Kotler, 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi ke 13 Jilid Pertama, Erlangga Jakarta, hlm. 227.

12

(6)

13

yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran

berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.

Purwani dan Dharmmesta13, mendefiniskan loyalitas pelanggan sebagai sikap terhadap produk atau jasa yang diekspresikan oleh konsumen dalam

bentuk keyakinan suka atau tidak suka, dan memutuskan apakah ingin

membeli kembali atau tidak. Loyalitas tinggi jika konsumen memiliki

keteguhan pada produk barang atau jasa yang dipilihnya, sedangkan loyalitas

rendah jika konsumen rentan untuk berpindah ke produk barang atau jasa lain.

Loyalitas pelanggan sangat penting karena tanpa pelanggan yang loyal,

perusahaan tidak dapat meneruskan usaha yang dijalankan. Loyalitas

merupakan aspek kesukaan atau kecintaan terhadap sebuah produk sehingga

pelanggan setia untuk menggunakan atau memakainya.

Menurut Zeithaml14, tujuan akhir perusahaan menjalin hubungan relasi dengan pelanggan adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat. Indikator dari

loyalitas yang kuat adalah :

a. Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif tentang produk

yang telah dikonsumsi.

b. Recommend a friend, adalah merekomendasikan produk yang telah

dikonsumsi kepada teman.

c. Continue purchasing, adalah pembelian yang dilakukan secara terus

menerus terhadap produk yang dikonsumsi.

13

Purwani, 2002, Perilaku Beralih Merek Konsumen Dalam Pembelian Produk Otomotif, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 17. No 3 hlm. 94.

14

(7)

14

2.3Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Pelanggan

Pada dasarnya tujuan akhir dari perusahaan adalah menciptakan

kepuasan pelanggan. Pelanggan yang terpuaskan oleh pelayanan perusahaan

adalah modal dasar dari perusahaan. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat

bermanfaat bagi : terciptanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan

pelanggan, memberi dasaran yang yang baik untuk pembelian ulang oleh

pelanggan, terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu

rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan15. Dalam kaitannya dengan kualitas, Kotler dalam Fandy Tjiptono16, mengatakan bahwa kualitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

pada persepsinya pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukan

berasal dari penilaian perusahaan, melainkan dari persepsi pelanggan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa loyalitas

pelanggan akan tercipta jika perusahaan dapat memberikan kepuasan

pelanggan dengan menyediakan produk yang berkualitas sesuai dengan

harapan pelanggan yang pada akhirnya kualitas suatu produk atau pelayanan

perusahaan akan menciptakan loyalitas pelanggan pada perusahaan.

Dalam kenyataanya keinginan pelanggan dari waktu ke waktu selalu

berubah sebagai akibat dari pengalaman masa lalu, kebutuhan pribadi, dan

percakapan dari mulut ke mulut, maka sebenarnya kualitas merupakan kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga perhatian

15

Tjiptono, 1998, Pemasaran Strategik, Edisi I, ANDI Yogyakarta, hlm. 24.

16

(8)

15

terhadap suatu produk tidak lagi hanya sebatas pada produk (barang atau jasa)

yang dihasilkan, akan tetapi pada aspek proses, sumber daya manusia dan

lingkungan yang semuanya itu akan memberi pengaruh terhadap loyalitas

pelanggan.

2.4Penelitian Terdahulu

a. Megasari (2012) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap

Loyalitas Pelanggan di Restoran Tairyo Indonesia.

Rumusan masalah :

 Sejauhmana upaya meningkatkan kualitas pelayanan di Restoran

Tairyo Indonesia?

 Sejauhmana Loyalitas pelanggan di Restoran Tairyo Indonesian?

 Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas

pelanggan di restoran Tairyo Indonesia?

Tujuan penelitan :

 Mengetahui upaya peningkatan kualitas pelayanan yang diterapkan

oleh restoran Tairyo Indonesia.

 Mengetahui seberapa tinggi loyalitas pelanggan di restoran Tairyo

Indonesia.

 Mengetahui apakah peningkatan kualitas pelayanan dapat

meningkatkan loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia.

Metode penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif.

Hasil penelitian :

(9)

16

Dapat terlihat bahwa terjadi upaya peningkatan kualitas pelayanan di

tahun 2012, dimana jumlah pelanggan yang datang juga bertambah.

Dimensi yang bukti fisik adalah dimensi yang terlihat meningkat,

diikuti dimensi jaminan, dimensi daya tanggap, dimensi reliabilitas,

dan dimensi empati.

 Loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia

Hasil pengolahan kuisioner menyatakan bahwa loyalitas pelanggan di

restoran Tairyo Indonesia tinggi. Pelanggan akan kembali ke restoran,

menunjukkan sikap bertahan terhadap pesaing lain,dan mereka

merekomendasikan restoran kepada teman dan koleganya.

 Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan

di restoran Tairyo Indonesia.

Terdapat pengaruh yang kuat dan searah antara variabel kualitas

pelayanan dan loyalitas pelanggan. Jika variabel kualitas pelayanan

meningkat, maka loyalitas pelanggan juga akan meningkat.

b. Wahju Nugroho (2009) dengan judul Analisis Persepsi Kualitas Pelayanan

Jasa terhadap Kepuasan Konsumen pengguna Bus Malam Cepat Sedya

Mulya

Rumusan masalah :

 Apakah kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible, reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy) secara bersama-sama

(10)

17

 Apakah kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible, reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy) secara individu berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan konsumen?

 Diantara kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible, reliability,

responsiveness, assurance, dan empaty) dimensi manakah yang paling

berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

Tujuan Penelitian :

 Mengetahui pengaruh kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible,

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) secara

bersama-sama terhadap tingkat kepuasan konsumen.

 Mengetahui pengaruh kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible,

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) secara individu

terhadap tingkat kepuasan konsumen.

 Mengetahui diantara kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible,

reliability, responsivenees, assurance, dan empathy), dimensi manakah

yang paling berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen.

Metode penelitian ini dapat dikategorikan sebagai sebuah analisis, metode

penelitian yang digunakan adalah metode survey.

Hasil penelitian:

 Kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible, reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy) yang ada secara

bersama-sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat

(11)

18

 Masing-masing dari kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible,

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) secara individu

memberikan pengaruh terhadap tingkat kepuasan penumpang bus

Sedya Mulya. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t, maka

dimensi tangible memiliki nilai hitung thitung 2,515 dan p.value 0,013,

dimensi reliability memiliki thitung 3,889 dan p.value 0,008, dimensi

responsiveness memiliki nilai thitung 4,451 dan p.value 0,000, dimensi

assurance memiliki nilai thitung 2,368 dan p.value 0,017, dimensi

empathy memiliki nilai thitung 3,709 dan p.value 0,000.

 Diantara kelima dimensi kualitas pelayanan (tangible, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy), dimensi responsiveness

memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap tingkat kepuasan

penumpang

Penelitian ini juga didapatkan kesimpulan bahwa dimensi

responsiveness merupakan dimensi yang memberikan pengaruh paling

besar dan signifikan apabila dibandingkan dengan pengaruh yang

diberikan oleh dimensi-dimensi lainnya, hal ini ditandai dengan nilai

koefisien regresi standarnya yaitu sebesar .516, yang merupakan nilai

koefisien regresi standar terbesar apabila dibandingkan dengan nilai

koefisien regresi standar pada dimensi-dimensi lainnya. Besarnya

pengaruh yang diberikan dimensi responsiveness terhadap kepuasan

penumpang bus malam Sedya Mulya, maka apabila terjadi perubahan

(12)

19

yang besar bagi kepuasan penumpang bus malam Sedya Mulya

setidaknya apabila dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada

dimensi-dimensi lainnya.

2.5Kerangka Berfikir

Menurut Umar Sekarann dalam Sugiyono17, mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

pertautan antara variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir merupakan

penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek

permasalahan. Variabel Independen atau variabel bebas dalam penelitian ini

adalah kualitas pelayanan, sedangkan variabel dependen atau variabel terikat

dalam penelitian ini adalah loyalitas pelanggan.

2.1 Kerangka pemikiran Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap

Loyalitas Pelanggan Po Rosalia Indah.

Keterangan :

X = Kualitas Pelayanan Y = Loyalitas Pelanggan = Pengaruh

17

Sugiyono , 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, hlm. 91.

Y

(13)

20

2.6Hipotesis

Menurut Sugiyono18, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis tersebut akan diuji

menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga akan diketahui kebenarannya

secara empiris. Mengacu pada rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang

telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kualitas pelayanan

terhadap loyalitas pelanggan PO Rosalia Indah.

2. Hipotesis Statistik

Terdapat pengaruh kualitas pelayanan ( X ) terhadap loyalitas pelanggan (

Y )

H0: β ≤ 0

H1: β > 0

18

Referensi

Dokumen terkait

LAC (Lighting Application Centre) dari Philips APAC (Asia Pacific) yang berada di Singapura adalah fasilitas peragaan teknologi sebagai pusat demo/simulasi produk terbaru Philips

Untuk karya ilmiah di IAIN Purwokerto penulis tidak menemukan dari sumber manapun yang menyinggung seperti skripsi ini yang berjudul “Kerelaan Istri Melepas Hak-Haknya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kera- gaman genetik (haplotipe) yang menggambarkan famili genetik cendawan blas berdasarkan analisis menggunakan marka molekuler (Leung

Pada hukum yang ketiga, Kepler mengamati data milik Tycoon yang memuat tentang planet - planet, sehingga ia dapat menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap planet dalam

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik

Aparatur adalah perangkat, aparat, atau alat negara dan pemerintah atau alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian yang

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa (1) wacana gaguritan Aji palayon berbentuk puisi yang bersifat naratif dan masing-masing pupuh diikat oleh pada lingsa,

Berdasarkan pada latar belakang, bahwa estetika desain iklan cetak non media massa yang mempromosikan ”Madurasa” yang dirancang dari tahun 1984- 2011 sangat menarik