• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Tambahan Mata Kuliah Assesment dalam Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si dan Dr. Budi Astuti, M. Si

Disusun Oleh:

Moh Khoerul Anwar, S. Pd 14713251002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

1

ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Telaah sejumlah besar literatur yang diterbitkan selama 25 tahun terakhir pada Assesment umum (Burden, 1994; Moore, 2005; Norwich, 2000; Woods dan Farrell, 2006) dan fokus pada khususnya masalah [misalnya penilaian dinamis; Stringer dkk. (1997) dan Konsultasi; Watkins dan Wagner, (2000)]. Dengan demikian, pembahasan assesemen telah di diskusikan selama 25 tahun lalu dan dalam assesmen membahas tentang penilaian. Lebih lanjut mengenai assesmen akan di jelaskan.

A. KONSEP DASAR ASSESMEN 1. Pengertian Assesmen

Kumano (2001) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan data yang menunjukkan perkembangan pembelajaran. Sependapat dari hal tersebut, Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa assesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, perencanaan karier, dan pengembangan rencana layanan untuk orang muda. Lebih lanjut Gabel (1993) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa assesmen lebih menekankan pada proses. Hal ini didukung oleh Rustaman (2003) bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses.

2. Ruang lingkup Assesmen

Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu: a. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan

(3)

2

ini (what is it) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.

b. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.

c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.

d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain. e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for

the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.

Selanjutnya Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam penilaian yakni

a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.

(4)

3

b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilan-pekerjaan tertentu juga termasuk.

c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk dalam kategori ini. d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional seperti

melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk pengujian obat.

Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen, program perencanaan, program implementasi, program peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan penilaian medis.

3. Tujuan dan Peran Assesmen

Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

a. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah. b. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor

dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara mendetil.

c. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.

d. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut.

e. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum

Rudner dan Scaper (2002) menjelaskan bahwa peran assesmen adalah penilaian secara inheren proses penghakiman profesional, penilaian berdasarkan prinsip terpisah tapi terkait pengukuran bukti dan evaluasi,

(5)

4

penilaian pengambilan keputusan dipengaruhi ketegangan, penilaian mempengaruhi siswa dan motivasi belajar, penilaian meningkatkan instruksi dan penilaian tepat jika di gabungkan dengan teknologi. Lebih lanjut Departmen of Labor (1999) menegaskan bahwa salah fungsi menggunakan alat dan prosedur penilaian adalah untuk mengeksplorasi karir dan bimbingan; untuk membantu orang membuat pilihan pendidikan dan kejuruan;dan untuk memberikan informasi yang membantu individu memilih pekerjaan di mana mereka mungkin berhasil dan puas. Dengan demikian, assesmen memiliki peranan masing-masing tergantung dari sudut mana kami memandang assesmen tersebut. Lebih lanjut Lemke, Hoerandner dan Mcmahon (2006) menegaskan bahwa assesmen dilakukan oleh ahli pendidikan, guru, administrator, dan orang tua untuk memutuskan pada tingkat apa siswa akan diuji dan apakah siswa akan mengambil penilaian standar (SAT atau PSAT) atau penilaian dimodifikasi. Artinya, penggunaan assesment di lihat dari situasi dan kondisi yang akan di asses sehingga tool atau alat yang digunakan dalam assesmenpun dapat sesuai dengan kebutuhan yang di harapkan.

4. Proses Assesmen

Selama proses penilaian, alternatif penilaian siswa mengandalkan sampel pekerjaan siswa atau penilaian kinerja aktual yang dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir (Resnik dan Resnik, 1999; Supovity dan Brennan, 1997). Dari hal tersebut, dapat di artikan bahwa assesment melihat proses yang dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan, perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan. Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber (konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan dari bias prediktif, keadilan dan

(6)

5

pertimbangan konsekuensi dari pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat non-tes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.

Departemen Pendidikan U. S menjelaskan bahwa dalam assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses. Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam assesmen yakni diantaranya adalah Formative <---> Summative Informal <---> Formal Continuous <---> Final Process <---> Product Divergent <---> Convergent Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen, selanjutnya Federation for Children with Special Need macam-macam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.

(7)

6 B. ASSESMENT FORMAL

Penilaian formal terutama terdiri dari tes standar atau ulasan kinerja yang telah divalidasi dan diuji menggunakan sampel dari kelompok tes dimaksudkan. Mereka memiliki administrasi tes dan penilaian prosedur tertentu, serta kredensial atau pelatihan persyaratan untuk administrator tes. Skor tes mungkin-kriteria berdasarkan (berdasarkan pengetahuan atau kemampuan dalam bidang akademis atau kejuruan tertentu) atau norma-direferensikan (berdasarkan perbandingan dengan sampel dari rekan-rekan tes-taker itu). Mereka biasanya dibeli dari penerbit atau perusahaan pengembangan tes. Hay Danica, G (2007) menjelaskan bahwa beberapa tipe assesmen meliputi assesmen intellegensi, tes bakat, assesmen perencanaan hidup dan karier, pengukuran minat dan nilai, assesmen kepribadian dan assesmen hubungan interpersonal. Lebih lanjut Saifuddin Azwar (2014) menjelaskan bahwa assesmen tes yang di gunakan dapat dikategorikan baik dan layak digunakan jika memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan tepat. Drummond dan Jones (2006) menjelaskan bahwa assesmen dapat dikembangkan. Adapun langkah-langkah mengembangkan adalah sebagai berikut menentukan kebutuhan, mendefinisikan objek dan parameter tes, melibatkan masukan penasihat komite, menulis pentanyaan, melakukan uji lapangan, mengulas item, merakit salinan akhir dan mengamankan data teknis yang diperlukan. Dengan mengembangkan instrumen atau alat assesmen, maka guru BK dapat berkarya secara produktif dalam menggunakan assesmen yang tepat untuk digunakan pada tempatnya bekerja.

Beberapa contoh tes yang dapat digunakan sebagai assesmen (Anastasi dan Urbina, 2007) adalah skala intellegensi Stanford Binet, Weshcler, Kaufman, Tes Bakat, Tes Minat, CAT, ACT Assesmen, BVRT dan lain sebagainya. Beberapa tes tersebut dapat anda pelajari secara lengkap pada pembahasan lain (tertentu) tentang masing-masing tes.

C. ASSESMEN NON FORMAL

Penilaian informal termasuk observasi, wawancara, ulasan catatan, dan ulasan kinerja yang kurang terstruktur dari penilaian formal dan tidak dapat

(8)

7

divalidasi atau diuji untuk keandalan. Beberapa dikembangkan oleh guru atau praktisi pelayanan pemuda, dan beberapa yang tersedia secara gratis di Internet. Penilaian informal dapat mencakup portofolio, persediaan bunga, contoh kerja, dan kuesioner preferensi pribadi. Gantina K, Eka W, dan Karsih (2011) menjelaskan bahwa assesmen teknik non tes dalam perspektif BK komprehensif meliputi wawancara, observasi, angket, sosiometri, daftar cek masalah (DCM), alat ungkap masalah (AUM), dan inventori tugas perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masing-masing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.

(9)

8

Daftar Pustaka

Anastasi dan Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Indexs.

Burden, R. L. (1994) ‘Trends and Developments in Educational Psychology’, School Psychology International 15: 295–347.

Departermen Labor of US. Assesment.

Departemen Pendidikan U. S. Measuring Student Growth for Teachers in Non-Tested Grades and Subjects.

Drummond dan Jones. (2006). Assesment Prosedure for Counselors and Helping Profesionals. US: Pearson.

Federation for children with special need. Assesment. Boston: Massachusetts University.

Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York: Maccmillan Company.

Gantina K, Eka W, dan Karsih. (2011). Assesmen teknik nontes dala perspektif BK komprehensif. Jakarta: Indexs.

Hays. Danica, G. (2013). Assesment in Counseling. Alexandria: ACA Wiley. Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to the

Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition.

Huysamen. (2002). The relevance of the new APA standards for educational and psychological testing for employment testing in South Africa. S. Afr. J. Psycho!. 2002,32 (2) Downloaded from sap.sagepub.com at Midlands State University on January 19, 2016.

Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University.

Lemke, Hoerandner dan Mcmahon. (2006). Student Assessments, Non-test-takers, and School Accountability. Education EconomicsVol. 14, No. 2, 235–250, June 2006.

Moore, J. (2005) ‘Recognising and Questioning the Epistemological Basis of Educational Psychology Practice’, Educational Psychology in Practice 21(2): 103–16.

(10)

9

McAlpine, M. (2002). Principles of assessment. Glasgow: University of Glasgow, Robert Clark Center for Technological Education. Available at: http://www.caacentre.ac.uk/dldocs/Bluepaper1.pdf.

Norwich, B. (2000). Education and Psychology in Interaction: Working withn Uncertainty in Interconnecting Systems. London: Routledge.

Resnik dan Resnik. (1999). Assesing the Thinking : New Tool for educational reform. New York: Sage .

Rustaman,N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah. Makalah Penataran guru-guru NTT di Jurusan pendidikan Biologi.

Rudner, Lawrence M dan. Schafer, William D. (2002). What Teachers Need to Know about Assessment. Washinton: National Education Association. Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) ‘Dynamic Assessment and its Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next Development?’, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.

Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3; Arts & Humanities Full Text pg. 472.

Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London: Sagen Publications.

Woods, K. and Farrell, P. (2006) ‘Approaches to Psychological Assessment by Educational Psychologists in England and Wales’, School Psychology International 27(4): 387–404.

Referensi

Dokumen terkait

Sesambungan karo andharan ing dhuwur iku, ana limang prakara kang dadi undheraning panliten yaiku (1) Kepriye mula bukane Wayang Kentrung Raras Madya ing

Fokus para produk (volume tinggi, keragaman rendah) Kustomisasi massal (volume tinggi, keragaman tinggi) Anggaran biasnaya dilakukan sesuai dengan pekerjaan, diramalkan

Melalui makalah ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan detail mengenai pembibitan sehingga pada suatu ketika akan terbentuk pembibitan terakreditasi yang menghasilkan

Pihak institusi zakat perlu memperluaskan promosi berkaitan bentuk-bentuk agihan zakat yang boleh diperolehi oleh para asnaf. Sebagai contoh, bagi bantuan pendidikan

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan

Penelitian ini mencoba menelusuri latar belakang Abdullah Saeed dalam melakukan kritik terhadap persoalan ini, bentuk dari kritik yang dilakukan dan implikasi

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak, waktu yang relatif singkat, mempunyai sifat fisiologis dan morfologi sama

Perta- ma, multimedia Lectora ini sesuai dengan prinsip-prinsip desain pembelajaran dan sesuai dengan silabus model pembelajaran Kurikulum 2013 tematik integratif,