• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Lokal Topo di Kelurahan Topo Kecamatan Tidore Kota Tidore Kepulauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Lokal Topo di Kelurahan Topo Kecamatan Tidore Kota Tidore Kepulauan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

148 Vol. 14 No. 1: 148-152 Mei 2021 Peer-Reviewed  URL:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.148-152

Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Lokal Topo di Kelurahan

Topo Kecamatan Tidore Kota Tidore Kepulauan

(

Risk Analysis of Topo Local Onion Farming in Topo Village, Tidore

District, Tidore Islands City

)

Munawir Muhammad1, Ekaria1 dan Nurul Febriani Thaib1

1Program Studi Agribisnis FAPERTA Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate-Indonesia

E-Mail: munawirmuhammad2012@yahoo.com ; ekaria16@yahoo.com ; nurulfebrianithaib24@gmail.com  Info Artikel: Diterima: 28 Mei 2021 Disetujui: 02 Juni 2021 Dipublikasi: 03 Juni 2021 Artikel Penelitian  Keyword:

Risk Analysis, Farming, Topo Local Shallots  Korespondensi: Munawir Muhammad Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate-Indonesia Email: munawirmuhammad2012@yahoo.com Copyright© Mei 2021 AGRIKAN

Abstrak: Melihat potensi lokal yang dimiliki masyarakat Kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan, maka

perlu dilakuakan riset khusus terkait dengan Analisis Risiko Usahatani bawang merah lokal topo. Penelitian analisis risiko ini sangatlah penting mengingat banyak faktor yang menyebabkan kegagalan usahatani bawang merah lokal topo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usahatani dan menganalisis risiko produksi, biaya dan pendapatan usahatani bawang merah lokal topo di Kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usahatani dan analisis risiko. Hasil dari penelitian ini adalah Rata-rata biaya produksi dalam lima kali proses produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah lokal topo di Kelurahan Topo adalah Rp. 184.475.500, dengan total produksi 10.265 kg sehingga pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp. 331.532.500/musim tanam. Untuk analisis risiko yaitu risiko tertinggi terdapat pada risiko biaya dengan nilai koefisien variasi sebesar 8,6 hal ini disebabkan karena tingginya biaya produksi. Sedangkan tingkat risiko terkecil terdapat pada risiko produksi hal ini disebabkan karena produksi bawang merah lokal topo yang cenderung stabil dengan nilai koefisien variasinya sebesar 0,71. Sedangkan risiko pendapatan memiliki nilai koefisien variasi sebesar 3,6 lebih rendah dibandingkan dengan risiko biaya..

Abstract : Seing the local potential that is owned by people of Topo Village, Tidore Island City, it is

necessary to carry out special research related to the Risk Analysis of Topo local shallot farming. This risk analysis research is very important considering of many factors that causes the failure of local topo shallot farming. The research purposes is to determine the farming and to analyze the production risks, cost and income of topo local shallot farming in Topo Village, Tidore Islands City. The methods used in this research are farm analysis and risk analysis. The results of this research are the average of production cost in five times productions process used in the topo local shallot farming in Topo Village is Rp. 184,475,500, with a total production of 10,265 kg so the income obtained by farmers is Rp. 331,532,500/growing season. For the risk analysis, the highest risk is the cost risk with a coefficient of variation by 8.6, this is due to the high cost of production. Meanwhile, the smallest level of risk is in the risk of production, the causes is topo local shallot production which tends to be stable with a coefficient variation of 0.71. In addition, income risk has a lower coefficient of variation of 3.6 than cost risk.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu bahan

baku utama yang dikonsumsi masyarakat

Indonesia setiap hari, dan digunakan sebagai bumbu masak masakan. Bawang merah lokal topo dikenal oleh masyarakat Maluku Utara sebagai komoditas lokal Kota Tidore. Bawang merah lokal memiliki karakteristik yang unik, sehingga perlu dikembangkan menjadi komoditas kelas atas. Bawang merah lokalnya memiliki nilai sejarah yang erat dengan masyarakat Tidore, Maluku Utara. Budidaya bawang merah varietas lokal ini telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Luas lahan dan produksi tanaman bawang

merah lokal per Kecamatan Kota Tidore

Kepulauan menurut Badan Pusat Statistik Kota Tidore Kepulauan tahun 2017, dapat dilihat pada Gambar 1. Budidaya bawang merah lokal dilakukan oleh petani di Kelurahan Topo, terletak didataran tinggi, dan pertanaman dilakukan pada lereng-lereng, serta lokasi penanaman yang jauh dari pemukiman atau tempat tinggal petani, namun hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap membudidayakan varietas asli pulau Tidore ini.

Penanaman bawang merah lokal merupakan kegiatan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani di Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore Kepulauan pada saat dan di luar musim tanam. Petani bawang merah lokal, menghadapi faktor resiko dan ketidakpastian dalam hal produk yang

(2)

149 diperoleh, dan harga produk yang berbeda (panen

rendah pada masa paceklik dan harga tinggi), dan ciri-ciri lain dari usahatani ini membutuhkan biaya tinggi untuk benih dan pestisida. Risiko usahatani bawang merah lokal disebabkan oleh produksi, biaya dan pendapatan. Risiko produksi

akan mempengaruhi kegagalan panen atau hasil yang lebih rendah dari yang diharapkan. Resiko biaya termasuk biaya produksi yang dikeluarkan oleh usahatani. Risiko pendapatan meliputi fluktuasi harga jual dan harga input produksi yang tinggi.

Gambar 1. Luas Lahan Bawang Merah Lokal Topo Gambar 2. Data Produksi Bawang Merah Lokal Per Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usahatani dan menganalisis resiko produksi, biaya dan pendapatan usahatani bawang merah lokal topo di Kelurahan Topo Kecamatan Tidore Kota Tidore Kepulauan. Manfaat dari penelitian adalah

memberikan informasi dan referensi bagi

masyarakat dan mendorong pemerintah agar mengembangkan komododitas bawang merah lokal sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan dari Juli 2020 hingga September 2020. Daerah studi dipilih karena daerah ini merupakan asal muasal pengembangan budidaya bawang merah lokal. Pada saat yang sama, petani dipilih sebagai

sampel. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi petani yang mengembangkan komoditas bawang merah lokal di Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore.

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis pendapatan dan analisis risiko usahatani. Analisis pendapatan untuk menganalisis produksi, biaya, penerimaan dan pendapatan sedangkan analisis risiko untuk mengetahui risiko biaya, risiko produksi, biaya dan risiko pendapatan usahatani bawang merah lokal di Kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan.

2.2. Metode Analisis Data 2.2.1. Analisis Usahatani

Untuk menjawab tujuan penelitian

pertama maka dilakukan analisis pendapatan usahatani. Sebelum menjadi pendapatan maka terlebih dahulu menghitung total biaya dan penerima. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut, (Firdaus, 2007).

TC=FC+VC Dimana:

TC= Total Cost (Biaya Total, dinyatakan dalam Rp)

FC= Fixed Cost (Biaya Tetap, dinyatakan dalam Rp)

VC= Variabel Cost (Biaya Variabel/Biaya Tidak Tetap, dinyatakan dalam Rp).

TR=P x Q Dimana:

TR = Total Revenue (Penerima Total, dinyatakan dalam Rp)

P = Price ( Harga, dinyatakan dalam Rp) Q = Quantity (Jumlah Produksi yang dinyatakan dalam Kg).

Sedangkan untuk menganalisis pendapatan menurut Mosher, (1998) : π = TR – TC Keterangan : π = Pendapatan Petani (Rp) TR = Penerimaan Petani (Rp) TC = Biaya Total (Rp)

(3)

150 2.2.2. Analisis Risiko

Untuk menjawab tujuan dua, maka

digunakan analisis risiko. a. Risiko Biaya : CV = b. Risiko Produksi : CV = c. Risiko Pendapatan : CV = Keterangan : CV = Koefisien Variasi σ= Standar Deviasi

C = Rata-rata Biaya Produksi (Kg) Q = Rata-rata Produksi (Kg) Y = Rata-rata Pendapatan (Rp)

Koefisien variasi menunjukkan besarnya resiko pertanian. Koefisien variasi yang kecil

menunjukkan bahwa variabilitas rata-rata

karakteristik tersebut rendah. Ini menggambarkan risiko yang akan dihadapi petani ketika mereka mendapatkan hasil atau harga rata-rata yang lebih rendah. Di sisi lain, koefisien variasi yang lebih

besar menunjukkan bahwa nilai rata-rata

karakteristik tersebut memiliki variabilitas yang lebih besar. Ini menggambarkan risiko yang akan dihadapi petani ketika mereka mendapatkan hasil atau harga rata-rata yang lebih tinggi (Pappas dan Hirschey, 1995).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Usahatani

Biaya yang dikkeluarkan dalam usahatani bawang merah lokal berupa biaya tetap dan biaya variabel .

3.1.1. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Bawang Merah

Besar biaya untuk sarana produksi

usahatani bawang merah lokal topo menunjukan bahwa rata-rata produksi dalam lima kali proses produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah lokal topo di Kelurahan Topo adalah Rp. 184.475.500. Penggunaan sarana produksi pada usahatani bawang merah lokal topo dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1, Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Bawang Merah Lokal Topo

Uraian Volume Nilai (Rp) Persen (%)

a. Biaya Tetap : Hensprayer 37 22.200.000 12,04 Caplak 147 2.610.000 1,41 Parang 37 5.550.000 3,01 Hiter 49 1.960.000 1,06 b. Biaya Variabel : Benih (Kg) 5.370 107.400.000 58,22 NPK (Kg) 2.715 9.502.500 5,15 Gandasil B (gram) 855 10.260.000 5,56 Grentonic (Liter) 185 24.975.000 13,54

Jumlah Biaya Tetap 32.320.000 17,52

Jumlah Biaya Variabel 152.137.500 82,48

Jumlah 184.457.500 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2020

a. Biaya Tetap

Hensprayer, Caplak, Parang, Hiter

Biaya tetap usahatani bawang merah pada masyarakat di Kelurahan Topo adalah biaya yang dikeluarkan dalam produksi Bawang merah lokal topo, berupa hensprayer sebanya 37 buah, caplak 147 buah, parang 37 buah dan hiter 49 buah. Total biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi adalah Rp. 32.320.000,-

b. Biaya Variabel

Benih Bawang Merah lokal topo, pupuk

NPK, Gandasil B, dan Grentonic

Varietas benih Bawang Merah yang

digunakan oleh petani responden adalah

benih Bawang Merah lokal topo. Jumlah benih Bawang Merah lokal topo adalah 5.370 Kg, untuk pupuk NPK sebanyak 2.715 kg, Gandasil B 855 gram dan Grentonic 185 liter. Total biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel adalah Rp. 152.137.500,-.

3.1.2. Produksi dan Pendapatan

Produksi adalah proses menggunakan

sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa. Kualitas dan kuantitas produk akan tergantung pada faktor input yang digunakan yang akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi. Upaya peningkatan produksi tidak lagi semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil panen, tetapi bertujuan untuk meningkatkan

(4)

151

pendapatan petani. Karenanya, petani kini lebih berorientasi pada harga. Peningkatan produksi tanpa didukung oleh tingkat harga yang

menguntungkan tidak akan menjamin

peningkatan pendapatan usahatani. Jumlah

produksi bawang merah topo per lima musim tanam di Kecamatan Topo adalah 10.265 kg.

Pendapatan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dan harga jual produk. Pendapatan usahatani bawang merah lokal

merupakan selisih antara pendapatan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu usahatani. Pendapatan dalam arti teknis dikatakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran dalam produksi bawang merah yang dihitung dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini pendapatan yang akan dihitung berada pada akhir masa produksi, yang dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 2.

Tabel 2, Analisis Usahatani Bawang Merah Per Musim Tanam 2020 Produksi Bawang Merah

(Kg)

Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)

10.265 515.990.000 184.457.500 331.532.500

Sumber : Data primer setelah diolah 2020

Tabel 2 menunjukan bahwa penerimaan petani bawang merah dalam lima kali produksi adalah Rp. 515.990.000,-. Sedangkan total biaya dalam lima kali produksi Rp. 184.457.500,-. Maka pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp. 331.532.500 yang diperoleh dari (penerimaan-total biaya produksi).

3.2. Analisis Risiko Usahatani

Analisis risiko usahatani bawang merah topo meliputi risiko biaya, risiko produksi dan risiko pendapatan. Risiko biaya adalah mencakup pada besar biaya yang dikeluarkan dalam usahatani bawang merah topo. Risiko produksi

merupakan risiko yang berdampak pada

kegagalan panen atau penurunan jumlah panen

dari hasil yang diharapkan karena disebabkan oleh faktor cuaca, serangan hama dan penyakit, juga kesalahan sumber daya manusia,sehingga terjadi fluktuasi produksi. Serta risiko pendapatan merupakan risiko petani dalam mendapatkan keuntungan usahatani yang dipengaruhi oleh biaya dan produksi.

Penilaian risiko menggunakan koefisien variasi. Semakin besar koefisien variasi maka semakin besar pula resiko yang dihadapi petani dalam menjalankan usahatani bawang merah topo. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan nilai koefisien varian yang menunjukkan tingkat risiko, biaya, produksi, dan pendapatan usahatani bawang merah topo di Kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan.

Tabel 3. Analisis Risiko Biaya, Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah Lokal Topo Tahun 2018-2020

Jenis Risiko Variance Ukuran Standard Deviation

Coeff Variation

Risiko Biaya 2,536 1,59 8,6

Risiko Produksi 531011,66 728,7 0,71

Risiko Pendapatan 1,40873 1,19 3,6

Sumber data : Diperoleh Tahun 2020

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai varians yang diperoleh dari penilaian risiko biaya, produksi dan pendapatan berbanding lurus dengan nilai standar deviasi yaitu jika nilai variansnya tinggi maka nilai standar deviasi juga akan tinggi. Dari hasil analisis risiko pada Tabel 3 terlihat bahwa risiko tertinggi ada pada risiko biaya dengan koefisien variasi 8,6 hal ini disebabkan oleh tingginya biaya produksi. Sedangkan tingkat resiko terkecil terdapat pada resiko produksi, hal ini dikarenakan produksi bawang merah lokal cenderung stabil dengan

koefisien variasi 0,71. Sedangkan risiko

pendapatan memiliki koefisien variasi 3,6 yang lebih rendah dibandingkan risiko biaya.

IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

1. Rata-rata biaya produksi dalam lima kali proses produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah lokal topo di Kelurahan Topo adalah Rp. 184.475.500, dengan total produksi 10.265 kg sehingga pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp. 331.532.500/musim tanam.

(5)

152 2. Risiko tertinggi terdapat pada risiko biaya

dengan nilai koefisien variasi sebesar 8,6 hal ini disebabkan karena tingginya biaya produksi. Sedangkan tingkat risiko terkecil terdapat pada risiko produksi hal ini disebabkan karena produksi bawang merah lokal topo yang cenderung stabil dengan nilai koefisien variasinya sebesar 0,71. Sedangkan risiko pendapatan memiliki nilai koefisien variasi sebesar 3,6 lebih rendah dibandingkan dengan risiko biaya.

4.2. Saran

1. Diharapkan kepada petani agar terus

mengembangkan bawang merah lokal topo sebagai komoditas unggulan Kota Tidore Kepulauan.

2. Perlu ada pendampingan dan pelatihan dari pemerintah secara berkelanjutan dalam pengembangan komoditas bawang merah lokal topo.

REFERENSI

Badan Pusat Statisik Kota Tidore Kepulauan (2016). Produksi Bawang Merah Tahun 2016. Kota Tidore Kepulauan.

Djuariah, D. dan Sumiati, E., 2003, Perbaikan Teknologi Biji Botani Bawang Merah dengan Teknik Polinasi Artificia, Laporan hasil Penelitian BALITSA.

Djuwari. 1994. Aspek-aspek Ekonomi Usahatani. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ekaria, Munawir Muhammad. 2018. Analisis Risiko Usahatani Ubi Kayu di Desa Gorua Kecamatan Tobelo Utara. Jurnal AGRIKAN Volume 11 Nomor 2, E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072. Hidayat, 2014. Keragaan fisik dan morfologis bawang merah topo maluku utara. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Maluku Utara.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. PL3ES. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Muhammad Munawir, and Ekaria. 2019. “Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Lokal Topo Di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.” Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 12(2):

209. https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/article/view/322.

Muhammad Munawir, Fatmawati, and Abdul Haris Din. 2020. “Analysis of Distribution and Marketing Margin of Topo Local Shallots in North Tidore District, Tidore Islands City.” Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 13(2): 334–43.

Muhammad Munawir dan Ekaria. 2018. Identifikasi Daya Saing Bawang Merah Topo Varietas Unggul Lokal di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Jurnal AGRIKAN Volume 11 Nomor 2, E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072.

Soekartawi (1995).Pengantar Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press : Jakarta.

Sriyadi, 2014. Analisis Risiko Usahatani. Penerbit Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta.

Soekartawi, Rusmadi dan Effi Damaijati. 1993. “Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis, Teori dan Aplikasi”.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Luas Lahan Bawang Merah Lokal Topo  Gambar 2.     Data Produksi Bawang Merah Lokal Per  Kecamatan
Tabel  2  menunjukan  bahwa  penerimaan  petani  bawang  merah  dalam  lima  kali  produksi  adalah  Rp

Referensi

Dokumen terkait

ketetapan konstitutif. Penerapan sistem konversi hak-hak atas tanah tidak lepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh UUPA yakni memberikan jaminan kepastian hukum kepada

Pembentukan fasa kedua ini ditandai dengan perubahan struktur butir dendrit berbentuk granular menjadi bentuk struktur butir dendrit yang cenderung mengecil,

No Jenis Barang/ Nama Barang Bangunan ( P,SP,D) Kontruksi Bangunan No Kode Tanah Bertingkat/ Tidak Beton/ Tidak Tanggal Bantul, 30 Desember 2011 Anggota Tim Penilai SKPD. (

Tuturan di atas merupakan kalimat deklaratif, yaitu tuturan yang disampaikan ibu Aisyah mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada Ibu Rasunah.Kalimat tersebut termasuk

Tes ini dilakukan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi fluida statis dengan menggunakan model pembelajaran POEW dengan

KATAPENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas hidayat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Pengaruh

KESIMPULAN Hasil penelitian pada siswa sekolah tingkat menengah di daerah Depok, Jakarta, dan Serang menunjukkan bahwa pembelajaran aktif dan pasif memberikan hasil peningkatan

Berdasarkan terapi yang digunakan pada keempat UPT diketahui kombinasi anti- piretik, antibiotik dan vitamin yang pal- ing banyak digunakan dari keseluruhan