BAB I PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Pemerintah Kabupaten Bogor dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8). Menurut sejarahnya, masyarakat Bogor berasal dari sembilan kelompok pemukiman yang pada tahun 1745 digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada waktu itu Bupati Demang Wartawangsa sedang berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian, dengan cara menggali terusan dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalibaru/Kalimulya. Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat pemerintahan, yang pada saat itu masih di Tanah Baru. Pada tahun 1754, Bupati Demang Wartawangsa mengajukan permohonan kepada Gubernur Jacob Mossel agar diizinkan mendirikan rumah tempat tinggal di Sukahati di dekat “Buitenzorg”. Kelak karena di depan rumah Bupati Bogor tersebut terdapat sebuah kolam besar (empang), maka nama “Sukahati” diganti menjadi “Empang”.
Ada beberapa pendapat tentang asal kata ”Bogor”. Pendapat pertama bahwa Bogor berasal dari salah ucap orang Sunda untuk “Buitenzorg” yaitu nama resmi Bogor pada masa penjajahan Belanda, yang mengira lidah orang Sunda sedemikian kakunya dengan mengambil perumpamaan melesetnya “Batavia” menjadi “Batawi”. Pendapat kedua adalah bahwa Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar yang berarti sapi, dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor. Sebagian lain berpendapat bahwa Bogor berasal dari kata Bokor yaitu sejenis bakul logam, atau memang asli bernama Bogor yang berarti ‘tunggul kawung’ (tunggul pohon enau/aren). Nama Bogor juga sudah ditemukan pada sebuah dokumen tertanggal 7 April 1752. Dalam dokumen tersebut tercantum nama Ngabei Raksacandra sebagai “hoofd van de negorij Bogor” (kepala kampung Bogor), yang mana pada tahun tersebut ibu kota Kabupaten Bogor masih berkedudukan di Tanah Baru.
Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Berdasarkan catatan dari Dinasti Sung di Cina, menunjukkan bahwa pada paruh awal abad ke-5 Masehi di wilayah tersebut telah ada sebuah bentuk pemerintahan yang disebut Kerajaan Holotan, yang telah mengirimkan utusannya ke Cina beberapa kali. Sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana menyimpulkan bahwa Holotan adalah transliterasi Cina dari kata Aruteun. Diduga Kerajaan Aruteun adalah nama asli Kerajaan Taruma. Setelah mendapat pengaruh budaya India, nama Aruteun diubah menjadi Taruma yang diambil
dari nama daerah di India Selatan. Perubahan nama ini diperkirakan terjadi pada akhir abad ke-5 Masehi karena sejak abad ke-6 Masehi, nama Ho-lo-tan (Aruteun) tidak disebut-sebut lagi. Sebagai gantinya muncul nama To-lo-mo (Taruma) yang pernah beberapa kali mengirimkan utusannya juga ke Cina. Kerajaan Tarumanagara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, dengan rajanya yang terkenal yaitu Raja Purnawarman.
Sumber sejarah sebagai bukti lainnya adanya Kerajaan Tarumanegara adalah ditemukannya 7 (tujuh) buah prasasti sebagai berikut :
1. Prasasti Ciaruteun, yang ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, daerah Ciampea, Bogor; 2. Prasasti Jambu, yang ditemukan di sebelah barat Bogor;
3. Prasasti Kebon Kopi, yang ditemukan di Muara Ilir Cibungbulang, Bogor; 4. Prasasti Pasir Awi, yang ditemukan dekat Bogor;
5. Prasasti Muara Cianten, yang ditemukan juga dekat Bogor; 6. Prasasti Tugu, yang ditemukan di Cilincing Jakarta; dan
7. Prasasti Cidanghiang, yang ditemukan di Lebak Pandeglang (Banten).
Setelah Kerajaan Tarumanegara (358 - 699 M) berakhir, kemudian muncul kerajaan-kerajaan lain yang berkuasa di wilayah ini, antara lain yaitu :
1. Kerajaan Galuh, berkuasa sejak 516 - 852, diperintah oleh 14 raja.
2. Kerajaan Sunda, berkuasa sejak tahun 669 - 1333, diperintah oleh 28 raja. 3. Kerajaan Padjadjaran berkuasa sejak tahun 1482 - 1579.
Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali zaman kerajaan Padjadjaran, dikenal dengan ”ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi, yang mengejar kesejahteraan”. Sejak dulu latar belakang kebudayaan Sunda adalah pertanian ladang. Sehingga di ibukota Pajajaran selalu diadakan upacara Gurubumi dan Kuwerabakti setiap tahun. Dalam upacara itu diwajibkan hadir para raja dari seluruh daerah Sunda. Waktu upacara dimulai 49 hari setelah upacara penutupan musim panen di daerah-daerah dan berlangsung selama 9 hari, kemudian ditutup dengan upacara Kuwerabakti pada malam bulan purnama (antara minggu kedua Mei s/d ketiga Juni). Pada upacara Gurubumi dan Kuwerabakti tahun 1482, bersamaan dengan momentum Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) dinobatkan, yakni tanggal 3 Juni 1482. Tanggal tersebut akhirnya ditetapkan sebagai “Hari Jadi Bogor”, yang secara resmi dikukuhkan melalui sidang pleno DPRD Kabupaten Bogor pada tanggal 26 Mei 1972.
Mengenai sejarah wilayah Kabupaten Bogor sendiri, setelah ditetapkannya hari jadi Kabupaten Bogor, pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri memberikan instruksi agar Kabupaten Bogor memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten itu sendiri serta pindah dari Pusat Pemerintahan Kota Bogor. Untuk itu pemerintah Kabupaten Bogor melakukan penelitian di sejumlah tempat pada beberapa wilayah Kabupaten Bogor untuk dijadikan sebagai
pusat pemerintahan. Adapun beberapa alternatif lokasi yang akan dipilih sebagai pusat pemerintahan diantaranya adalah : Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan Cibinong (Desa Tengah).
Setelah melalui penelitian, diperoleh hasil bahwa yang diajukan pada Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah Rancamaya wilayah Kecamatan Ciawi. Namun pemerintah pusat menilai bahwa Kecamatan Ciawi (Rancamaya) masih relatif dekat letaknya dengan pusat pemerintahan Kota Bogor, dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah Kota Bogor. Oleh karena itu, atas petunjuk pemerintah Pusat agar Pemerintah Kabupaten Bogor mengambil salah satu alternatif wilayah lainnya dari hasil penelitian.
Setelah melalui Sidang Pleno DPRD Kabupaten Bogor tahun 1980, maka ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Bogor terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Penetapan calon ibu kota ini tidak hanya sampai disitu karena perlu diusulkan kembali ke pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor ke Kecamatan Cibinong di Wilayah Daerah Tingkat II Bogor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 10). Setelah seluruh proses tersebut selesai, dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Bogor, diawali pelaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Bogor pada tanggal 5 Oktober 1985.
Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Bogor selanjutnya dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 27 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, mengamanatkan bahwa Kepala Daerah berkewajiban untuk melaporkan penyelenggaraan pemerintahan daerah selama satu tahun anggaran kepada Pemerintah, DPRD dan masyarakat. Kewajiban tersebut dimaksudkan untuk menerangkan dan menjelaskan pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, baik yang berkenaan dengan urusan desentralisasi, tugas pembantuan maupun tugas umum pemerintahan.
Berkaitan dengan pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun 2012, telah tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012. RKPD ini merupakan awal dari siklus manajemen pembangunan tahunan daerah yang diakhiri dengan pelaporan pelaksanaan rencana kerja pembangunan daerah, dalam hal ini Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD. LKPJ merupakan laporan yang
berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran, yang di dalamnya memuat : (1) arah kebijakan umum pemerintahan daerah; (2) pengelolaan keuangan daerah secara makro; (3) penyelenggaraan urusan desentralisasi, baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang telah dilimpahkan; (4) penyelenggaraan tugas pembantuan yang diterima dan tugas pembantuan yang diberikan; dan (5) penyelenggaraan tugas umum pemerintahan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor pada Tahun Anggaran 2012.
Sejalan dengan itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana maupun evaluasi kinerja pembangunan Kabupaten Bogor, yang dalam prakteknya telah diimplementasikan dalam penyusunan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013. Dalam Perubahan RPJMD tersebut di dalamya memuat Indikator Kinerja Kunci untuk mengukur akuntabilitas kinerja pemerintah. Indikator Kinerja Kunci yang telah ditetapkan dalam RPJMD bertujuan untuk : (1) memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik; dan (2) memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pembangunan pada Tahun Anggaran 2012, yang akan dituangkan dalam LKPJ penilaiannya didasarkan kepada penetapan Indikator Kinerja Kunci yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 tersebut (Perubahan RPJMD Kabupaten Bogor berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010).
Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 menyebutkan bahwa LKPJ disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Tahun Anggaran berakhir. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten Bogor menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati yang akan disampaikan kepada DPRD Kabupaten Bogor untuk dibahas secara internal oleh DPRD. Diharapkan hasil pembahasan dimaksud dapat ditetapkan menjadi keputusan DPRD Kabupaten Bogor dan disampaikan kepada Bupati Bogor sebagai rekomendasi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan.
B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis Daerah
Secara geografis Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah ± 298.838,304 Ha, terletak di antara 6º18'0" – 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" – 107º13'30" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya :
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi;
b. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak;
c. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta;
d. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; e. Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.
Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500-1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000–2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.
Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500– 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°- 30°C, dengan suhu rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata– rata sebesar 146,2 mm/bulan.
Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 7 (tujuh) buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu : (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS Cipamingkis; dan (7) DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 794 jaringan irigasi pedesaan, 93 situ dan 96 mata air.
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), yang tercakup dalam 3.882 RW dan 15.561
RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru, yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin.
Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi: kebun campuran seluas 85.202,5 Ha (28,48%), kawasan terbangun/pemukiman 47.831,2 Ha (15,99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57.827,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/tadah hujan 23.794 Ha (7,95%), tanah kosong 36.351,9 Ha (12,15%).
2. Gambaran Umum Demografis
Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 berjumlah 5.077.210 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.604.873 jiwa dan penduduk perempuan 2.472.337 jiwa. Jumlah penduduk tersebut hasil proyeksi penduduk dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,15 persen. Angka ini merupakan rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 10 tahun (hasil SP2000 sampai SP2010).
Jika diperbandingkan antar wilayah kecamatan yang tercakup dalam wilayah Kabupaten Bogor, hasil proyeksi penduduk tahun 2012 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Putri, Bojong Gede dan Cileungsi masing-masing sebesar 6,13 persen, 5,71 persen dan 5,57 persen. Sementara di Kecamatan Cibinong, sebagai ibu kota Kabupaten Bogor, LPP mencapai 4,47 persen. Keempat kecamatan tersebut memiliki LPP yang lebih tinggi dibanding LPP rata-rata Kabupaten Bogor, karena berbagai alasan.
Pertambahan penduduk di Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi dan Cibinong dapat dikatakan sangat pesat karena ketiga kecamatan tersebut merupakan pusat pengembangan usaha industri dan pemukiman. Berbagai jenis usaha industri besar maupun industri sedang berkembang cukup beragam, yang menyebabkan banyak masuknya penduduk dari luar kecamatan sebagai tenaga kerja untuk bermukim di kecamatan setempat.
Untuk Kecamatan Bojong Gede pertambahan penduduk lebih disebabkan karena cukup pesatnya pertumbuhan perumahan di wilayah ini. Pilihan Kecamatan Bojong Gede sebagai pusat pertumbuhan perumahan tampaknya cukup argumentatif, oleh karena aksesibilitas transportasi menuju dan keluar dari kecamatan ini relatif cukup baik mudah dan murah. Kecamatan Bojong Gede dilalui oleh 2 (dua) Stasiun Kereta Api Bogor-Jakarta, yaitu Stasiun Bojong Gede dan Stasiun Cilebut, selain itu terhubung dengan jalur jalan raya dari pusat
ibukota kabupaten (Cibinong). Kondisi inilah yang menyebabkan semakin besar minat penduduk untuk memilih bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Bojong Gede.
Kecamatan dengan LPP yang juga cukup besar di sekitar 4 persen adalah Kecamatan Klapanunggal, Parung, Tajurhalang, dan Gunung Sindur masing-masing sebesar 4,11 persen, 4,07 persen, 4,02 persen dan 4,16 persen.
Data sex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 100, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya di bawah 100, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 99, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri. Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.1. di bawah ini :
Tabel 1.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Bulan Mei Menurut Kecamatan Dirinci Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2011 dan 2012
No. Kecamatan 2011 2012 L P Jumlah L P Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Nanggung 44.086 40.924 85.010 44.562 41.434 85.996 2 Leuwiliang 59.744 55.512 115.256 60.772 56.468 117.240 3 Leuwisadeng 37.552 34.288 71.840 38.069 34.761 72.830 4 Pamijahan 69.982 65.870 135.852 70.972 66.859 137.831 5 Cibungbulang 65.719 61.462 127.181 66.759 62.428 129.187 6 Ciampea 77345 72.557 149.902 78.785 73.907 152.692 7 Tenjolaya 28.637 27.179 55.816 29.115 27.632 56.747 8 Dramaga 51.567 50.876 102.443 52.719 52.106 104.825 9 Ciomas 79.050 75.182 154.232 81.715 77.717 159.432 10 Tamansari 48.886 45.417 94.303 50.107 46.551 96.658 11 Cijeruk 42.204 38.198 80.402 43.143 39.049 82.192 12 Cigombong 46.618 44.284 90.902 47.976 45.574 93.550 13 Caringin 60.001 56.524 116.525 61.190 57.651 118.841 14 Ciawi 54.687 50.898 105.585 55.970 52.246 108.216 15 Cisarua 59.717 55.284 115.001 60.904 56.468 117.372 16 Megamendung 51.914 47.056 98.970 53.073 48.003 101.076 17 Sukaraja 91.541 87.056 178.597 94.181 89.893 184.074
No. Kecamatan 2011 2012 L P Jumlah L P Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 18 Babakan Madang 55.016 51.508 106.524 56.821 53.272 110.093 19 Sukamakmur 39.101 36.644 75.745 39.579 37.336 76.915 20 Cariu 23.411 23.040 46.451 23.540 23.167 46.707 21 Tanjungsari 25.781 24.814 50.595 26.075 25.096 51.171 22 Jonggol 64.446 61.880 126.326 66.330 63.704 130.034 23 Cileungsi 132.177 127.987 260.164 139.547 135.124 274.671 24 Kelapa Nunggal 51.009 47.944 98.953 53.106 49.915 103.021 25 Gunung Putri 162.944 166.036 328.980 172.487 176.650 349.137 26 Citeureup 104.290 99.737 204.027 107.015 102.774 209.789 27 Cibinong 173.392 167.804 341.196 180.644 175.810 356.454 28 Bojong Gede 128.063 121.986 250.049 135.378 128.953 264.331 29 Tajur Halang 51.907 49.278 101.185 53.992 51.258 105.250 30 Kemang 49.084 46.400 95.484 50.710 47.938 98.648 31 Ranca Bungur 26.418 24.533 50.951 26.887 24.968 51.855 32 Parung 60.590 56.548 117.138 63.058 58.852 121.910 33 Ciseeng 52.388 48.585 100.973 53.792 49.980 103.772 34 Gunung Sindur 55.034 52.272 107.306 57.168 54.603 111.771 35 Rumpin 68.581 62.949 131.530 69.805 64.120 133.925 36 Cigudeg 62.527 56.707 119.234 63.554 57.640 121.194 37 Sukajaya 29.410 26.924 56.334 29.754 27.238 56.992 38 Jasinga 48.792 45.385 94.177 49.769 45.499 95.268 39 Tenjo 34.673 32.599 67.272 35.156 33.319 68.475 40 Parung Panjang 58.822 54.672 113.494 60.694 56.374 117.068 KABUPATEN BOGOR 2.527.406 2.394.799 4.922.205 2.604.873 2.472.337 5.077.210 Sumber : BPS Kabupaten Bogor Tahun 2012
Selanjutnya, dari piramida penduduk yang disusun berdasarkan kelompok umur 5 tahunan menunjukan bahwa penduduk di Kabupaten Bogor termasuk penduduk muda. Struktur penduduk muda biasanya diperlihatkan oleh panjang piramida kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun lebih panjang dari pada kelompok umur lainnya. Hal ini terlihat jelas dari Gambar 1.1. dimana bentuk piramidanya cenderung mengerucut di bagian atas. Atau dapat diartikan juga, ada kecenderungan komposisi penduduk Kabupaten Bogor di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produktif.
Gambar 1.1. Piramida Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2012 Berdasarkan Hasil Proyeksi
Sementara itu, penggolongan usia produktif atau tidak produktif berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Penduduk Usia Tidak Produktif jika persentase penduduk 0-14 tahun minimal sebanyak 40 persen dan penduduk 65 tahun ke atas tidak melebihi 5 persen dari total penduduk secara keseluruhan;
b. Penduduk Usia Produktif jika persentase penduduk yang berusia 0-14 tahun maksimal 30 persen dan penduduk yang berusia 15-64 tahun persentasenya lebih dari 60 persen.
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2012
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah L+P
(1) (2) (3) (4) 0 - 4 272.125 258.220 530.345 5 - 9 282.054 266.602 548.656 10-14 275.456 260.092 535.548 15-19 251.833 240.358 492.191 20-24 235.531 234.666 470.197 25-29 244.299 240.940 485.239 30-34 224.282 222.591 446.873 35-39 211.663 197.009 408.672 40-44 175.154 157.069 332.223 45-49 135.680 118.975 254.655 50-54 103.256 89.527 192.783 55-59 71.733 58.213 129.946 60-64 45.145 44.254 89.399 65-69 31.821 31.881 63.702 70-74 21.361 24.300 45.661 75+ TT 21.858 1622 26.520 1.120 48.378 2.742 Jumlah 2.604.873 2.472.337 5.077.210
Dari gambaran tabel di atas, dapat diprosentasekan berdasarkan kelompok usia tersebut, sehingga diketahui bahwa penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 31,80 persen, penduduk usia 65 tahun ke atas sebanyak 3,16 persen dan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 65,04 persen.
Penghitungan penduduk usia produktif dan tidak produktif erat kaitannya dengan rasio beban ketergantungan (Burden of Dependency Ratio). Rasio beban ketergantungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk berusia 65 tahun ke atas terhadap jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun. Hasil proyeksi menunjukan bahwa rasio ketergantungan anak di Kabupaten Bogor tahun 2012 sebesar 48,89 persen, dan rasio ketergantungan lanjut usia sebesar 4,86 persen atau secara keseluruhan angka beban ketergantungan di Kabupaten Bogor sebesar 53,75 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 orang usia produktif harus menanggung sebanyak 53 orang yang tidak/belum produktif.
Tabel 1.3. Proporsi Penduduk Bekerja (15 tahun ke atas) Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 - 2011
Lapangan Pekerjaan 2010 2011 Selisih naik/ turun Jumlah % Jumlah % (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 266.315 15,46 239.325 12,92 -2,54
2. Pertambangan & Penggalian 14.382 0,84 52.143 2,82 1,98 3. Industri Pengolahan 417.133 24,22 526.357 28,42 4,20 4. Listrik, Gas dan Air Minum 3.445 0,20 2.545 0,14 -0,06
5. Konstruksi 82.622 4,80 97.193 5,25 0,45
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 429.965 24,96 493.234 26,63 1,67 7. Transportasi & Komunikasi 182.052 10,57 126.366 6,82 -3,75 8. Lembaga Keuangan 29.452 1,71 54.768 2,96 1,25 9. Jasa Sosial Kemasyarakatan 296.979 17,24 260.234 14,05 -3,19
Jumlah 1.722.345 100,00 1.852.165 100.00
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional 2010 dan 2011
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, dan sebagai salah satu ukuran untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah. Pada tahun 2011, jumlah penduduk bekerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 1.722.345 orang menjadi 1.852.165 orang (meningkat 7,54 persen).
Tabel 1.3. menggambarkan terjadi penurunan prosentase penyerapan tenaga kerja dari tahun 2010 ke 2011 yang cukup signifikan pada sektor pertanian sebesar 2,54 poin, sektor transportasi dan komunikasi (3,75 poin) dan sektor jasa sosial kemasyarakatan (3,19 poin). Sementara itu, sektor industri pengolahan mengalami kenaikan yang paling besar (4,20 poin), sekaligus menjadi sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor pada tahun 2011, yakni sebesar 28,42 persen. Komposisi di atas menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian di Kabupaten Bogor, dengan semakin menurunnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri, perdagangan dan jasa sosial kemasyarakatan.
Tabel 1.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Bogor Tahun 2011
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
1 ≤ SD 989.012 53,40
2 SLTP 361.470 19,52
3 SLTA 397.935 21,48
4 Perguruan Tinggi 103.748 5,60
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional 2011
Struktur pendidikan penduduk bekerja di Kabupaten Bogor secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.4. Masih tingginya persentase penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan rendah (SD ke bawah) yang mencapai 53,40 persen, memperlihatkan kualitas penduduk bekerja di Kabupaten Bogor secara umum masih terbilang rendah. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena ketidaksesuaian keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja dengan kebutuhan pasar kerja dapat menimbulkan permasalahan mendasar yang tidak mungkin bisa dielakkan. Data sebelumnya menunjukkan terdapat pergeseran lapangan usaha yang digeluti sehingga diperlukan peningkatan pendidikan tenaga kerja.
3. Kondisi Ekonomi
Kondisi Ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2012 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan yang sangat signifikan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pengembangan potensi unggulan daerah maupun pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Potensi Unggulan Daerah.
Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yang diproduksi berdasarkan pertimbangan kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) yang berkembang di lokasi tertentu
.
Kabupaten Bogor memiliki banyak sekali sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. Untuk itu potensi potensi sumber daya alam tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi komoditi unggulan yang memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan baik yang telah berkembang maupun yang masih potensial di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor serta hasil-hasil kajian pengembangan komoditas unggulan kecamatan oleh Bappeda Kabupaten Bogor, yang diantaranya memuat zonasi dan arah pengembangan sebagaimana tercantum pada tabel berikut :Tabel 1.5. Zona Potensi Unggulan Daerah
Zona Kecamatan Arah Pengembangan
1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo
Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan
agroforestry yang didukung oleh sektor
pertanian tanaman pangan dan peternakan
2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan
Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan
3 Ciampea, Tenjojaya, Dramaga, Ciomas Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan
4 Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur
Industri perdesaan dan pengembangan UMKM, yang tetap berbasiskan pada
produk atau komoditas pertanian secara luas serta perikanan berbasis minapolitan 5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin Diversifikasi pertanian dan
agroekowisata
6 Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang
Ekowisata yang dikerjasamakan dengan
berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat 7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri,
Citeureup, Cibinong, Bojonggede
Pertanian perkotaan dan industri.
Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk atau komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan ada rencana pengembangan Cibinong Raya
8 Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol
Lumbung pangan melalui peningkatan
dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman
1) Pertanian
Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Bogor yang telah berkembang maupun potensial untuk dikembangkan pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi unggulan tanaman pangan dan hortikultura, antara lain : Talas Bogor, Nanas Gati, Pisang Rajabulu dan Manggis Raya. Keempat komoditi tersebut varietasnya telah dilepas/dirilis oleh Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB) dan ditetapkan sebahgai komoditi unggulan khas Kabupaten Bogor. Talas dan Nanas Bogor banyak dikembangkan di bagian selatan, terutama di Kecamatan Cigombong, Caringin, Cijeruk dan Tamansari. Pengembangan Talas dan Nanas sangat bergantung pada lokasi (spesifik lokasi) sehingga produksi pada tahun 2012 mengalami penurunan. Produksi Talas mencapai 10.987 ton, dengan lokasi pengembangan banyak terdapat di Kecamatan Dramaga,Tamansari, Cijeruk, Ciomas, Ciawi. Lokasi sentra pengembangan Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk. Produk utamanya adalah buah segar, dengan pemasaran yang sudah terjamin, sebagian besar merupakan bahan baku asinan bogor Gedong Dalam. Produksi Nanas tahun 2012 mencapai 6.130 ton atau meningkat sebesar 20,44 persen dari tahun sebelumnya. Tanaman Pisang Rajabulu banyak dikembangkan di Kecamatan Cisarua, Caringin, Ciawi dan Megamendung, dengan produksi mencapai 20.771 ton. Sedangkan manggis pemasarannya sampai ke mancanegara seperti Hongkong dan Taiwan, juga ke negara-negara di Timur Tengah. Pengembangan Manggis telah menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Good Agricultural Practices dalam budidayanya. Lokasi pengembangan di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng dan Klapanunggal, dengan produksi mencapai 5.399 ton meningkat 106,5 persen dari tahun 2011.
Berdasarkan kelimpahan sumber daya atau produksi yang dihasilkan, komoditi unggulan tanaman pangan dan hortikultura lainnya adalah : anggrek potong dan tanaman hias berdaun indah. Komoditi yang potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi unggulan adalah : padi sawah dan padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, pepaya, jambu biji, tanaman obat, melati, sedap malam, krisan, gladiol serta mawar.
2) Peternakan
Komoditi unggulan peternakan antara lain : sapi perah dengan sentra di Kecamatan Cisarua dan komoditi Kambing Peranakan Etawa (PE) di Kecamatan Caringin, Sapi Potong di Kecamatan Jonggol dan Kelinci di kecamatan Tenjolaya. Sapi perah dan Kambing PE cukup pesat perkembangannya dan mampu memberikan nilai tambah bagi usaha masyarakat. Populasi sapi perah pada tahun 2012 sebanyak 9.487 ekor meningkat 5,73 persen, sedangkan populasi kambing PE tahun 2012
sebanyak 6.139 ekor meningkat sebesar 20,44 persen dari tahun sebelumnya. Pengembangan sapi perah saat ini sudah mampu melakukan diversifikasi produk yaitu selain susu juga yoghurt dan bahan makanan lainnya. Pengembangan sapi potong di Kecamatan Jonggol, populasinya sebanyak 25.802 ekor. Pengembangan kelinci selain menjadi pendukung pengembangan pariwisata di Kecamatan Tenjolaya juga telah menumbuhkan usaha perdesaan, baik usaha pengolahan daging kelinci menjadi pangan, sebagai pakan hewan di Taman Safari juga sebagai kelinci hias. Populasi kelinci pada tahun 2012 mencapai 43.719 ekor. Komoditi peternakan lainnya yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan adalah domba, ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan ayam pembibit.
3) Perkebunan.
Komoditi unggulan perkebunan yang dikelola masyarakat adalah : kopi, karet, dan pala. Produksi kopi pada tahun 2012 sebanyak 9.694 ton meningkat 0,78 persen dari tahun 2011, produksi karet rakyat sebesar 3.884 ton meningkat 13,28 persen dan produksi pala sebesar 1.353 ton meningkat sebesar 8,67 persen dari tahun 2011. Sentra pengembangan kopi di Kecamatan Sukamakmur, selain itu Kecamatan Pamijahan dan Tanjungsari juga menjadi penyumbang terbesar produksi kopi. Sentra pengembangan karet adalah Kecamatan Jasinga dengan Cigudeg sebagai wilayah pengembangannya. Sentra pengembangan pala adalah Kecamatan Cijeruk, daging pala banyak digunakan sebagai bahan manisan pala baik kering maupun basah. Selain itu biji pala juga mempunyai potensi ekonomis sebagai rempah-rempah untuk obat dan bumbu dapur. Potensi komoditi perkebunan lainnya dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan adalah cengkeh, kelapa, teh dan tanaman obat.
4) Kehutanan
Belum ada komoditi kehutanan baik hasil hutan kayu maupun non kayu yang ditetapkan sebagai komoditi unggulan. Namun berdasarkan jumlah produksi di masyarakat terdapat potensi kayu rakyat yang dapat dikembangkan menjadi komoditi unggulan, yaitu kayu afrika dengan produksi 10.707,46 m³, kayu sengon (albizia) 7.274,29 m³ dan kayu mahoni 4.295,59 m³.
5) Perikanan
Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan akan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012 produksi ikan konsumsi sebesar 74.962,33 ton atau meningkat 32,50 persen dari tahun sebelumnya, dengan komoditi unggulan ikan lele dan ikan gurame. Produksi benih ikan lele 1.755.828,30 RE atau meningkat 221 persen, sedangkan produksi benih gurame
27.833,97 RE atau meningkat. Peningkatan produksi ikan lele baik benih maupun ikan konsumsi tidak terlepas dari ditetapkannya kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor yang meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Ciseeng, Kemang, Parung dan Gunung Sindur dengan komoditi unggulannya ikan lele. Sedangkan pengembangan ikan gurame berada di Kecamatan Dramaga.
Komoditi unggulan lainnya adalah ikan hias air tawar, lokasi sentra pengembangan ikan hias air tawar adalah kecamatan Cibinong dengan produksi tahun 2012 sebesar 187.552,04 RE atau naik sebesar 19,75 persen.
Di bawah ini disajikan tabel potensi komoditi unggulan lapangan usaha pertanian : Tabel 1.6. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok
Lapangan Usaha Pertanian Kabupaten Bogor Tahun 2012
No. Kegiatan/Usaha/ Sektor
Data Komoditi Potensi
Unggulan Komoditi Unggulan
Produksi/Populasi Keseluruhan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 A. Pertanian Tanaman Pangan Padi sawah 543.479 ton
Padi Gogo 5.673 ton
Jagung 56.297 ton
Kacang 1.810 ton
Ubi Jalar 56.297 ton
Ubi Kayu 159.568 ton
Talas 10.987 ton
B. Pertanian Tanaman
Hortikultura Pisang 20.771 ton
Manggis 5.399 ton
Nanas 6.130 ton
Jambu Biji 45.871ton
Tanaman Obat 3.490 ton
Melati 14.173 kg
Sedap malam 99.990 tangkai
Krisan 441.865 tangkai
Gladiol 5.515 tangkai
Mawar 2.580 tangkai
Anggrek potong 4.552.406 tangkai Tanaman hias 966.162 pohon berdaun indah
2 Usaha Peternakan
a Unggas Ayam ras petelur 4.580.155 ekor
Ayam ras pedaging 17.684.762 ekor
Ayam pembibit 1.756.525 ekor
b Ternak Besar Sapi potong 25.802 ekor
Sapi perah 9.487 ekor
c Ternak Kecil Domba 214.408 ekor
Kambing PE 6.139 ekor
No. Kegiatan/Usaha/ Sektor
Data Komoditi Potensi
Unggulan Komoditi Unggulan
Produksi/Populasi Keseluruhan
3 Perkebunan Rakyat Cengkeh 831 ton
Pala 1.353 ton
Karet rakyat 3.884 ton
Kelapa 16.208 .ton
Kopi 9.694 ton
Teh 102 ton
4 Kehutanan Sengon (albizia) 7.274,29 m3
Mahoni 4.295,59 m3
Afrika 10.707,46 m3
5 Usaha Perikanan
a Budidaya Ikan Ikan konsumsi 74.962,33 ton
Konsumsi dan Ikan Lele 47.733.11 ton
Penangkapan di Ikan Gurame Perairan Umum
b Budidaya ikan hias Ikan hias air tawar 187.552,04 RE
c Pembenihan Benih ikan lele 1.755.828,30 RE
Benih Gurame 27.833,97 RE
Sumber : (1) : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012
(2)
: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2012
6) Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah
Sektor industri terdiri Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah. Sektor industri menengah besar didominasi oleh industri agro dan industri logam dengan nilai investasi sebesar Rp.839.036.061.134,- dan Rp.553.612.343.219,-. Selain unggul dalam nilai investasi, kedua industri ini juga unggul dalam jumlah unit usaha yaitu sebesar 209 unit usaha untuk industri agro dan 144 unit usaha untuk industri logam. Sementara industri menengah besar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri tekstil dan produk tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 24.403 orang.
Sementara potensi industri kecil menengah meliputi IKM agro dengan nilai investasi sebesar Rp.26.940.077.666,- dari 380 unit usaha serta IKM tekstil dan produk tekstil dengan nilai investasi sebesar Rp.16.375.221.750,- dari 377 unit usaha. Sedangkan komoditi unggulan perdesaan industri kecil menengah (IKM) baik formal maupun non formal meliputi produk alas kaki, tas dan logam. Ketiga komoditi tersebut menjadi concern pemerintah daerah dalam pengembangannya yang meliputi beberapa kecamatan. IKM alas kaki berjumlah 1.933 unit usaha tersebar di 19 kecamatan dimana kecamatan Ciomas dan Tamansari sebagai pusat pengembangan IKM alas kaki. Penyerapan tenaga kerja di industri ini sebanyak 17.764 orang dengan
nilai investasi sebesar Rp.236.305.440.003,-, dengan kapasitas produksi 1.906.002 kodi per tahun. Pengembangan IKM logam berpusat di kecamatan Citeureup dengan jumlah unit usaha sebanyak 119 unit, dengan nilai investasi sebesar Rp.773.000.000,- per bulan dan kapasitas produksi sebanyak 20.700.436 piece per bulan. Pengembangan IKM tas berpusat di Ciampea dengan jumlah unit usaha sebanyak 85 unit dengan nilai investasi sebesar Rp.1.070.400.000,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.7. berikut ini.
Tabel 1.7. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Industri Kabupaten Bogor Tahun 2012
No. Kegiatan/Usaha/ Sektor
Data
Komoditi Potensi Unggulan Komoditi Unggulan
Produksi/Populasi Keseluruhan
(1) (2) (3) (4) (5)
6 Industri Menengah Besar Industri Logam :
- Komponen Kendaraan 407.209.465 pcs
Bermotor
- Peralatan Kantor 463.325 buah
dari Logam
- Kemasan kaleng 35.500 pcs
Industri Mesin :
- Karoseri 165.899 buah
- Mesin Industri Kertas 320.601 buah
Industri Kimia dan Barang Kimia :
- Bahan Kimia 32.460 ton
Industri Agro :
- Air Kemasan 144. 677.000 liter
- Furniture 1.440 ton
193.076 buah 40.000 set
7 Industri Kecil Menengah - Alas Kaki 1.906.002 kodi
- Tas
- Logam 20.700.436 piece IKM Agro :
- Mebel Bambu 150 set
- Anyaman Bambu 33.368 pcs
- Bunga kering 30.735 tangkai
7) Penggalian dan Pertambangan
Pada komoditi lapangan usaha penggalian dan pertambangan, pada umumnya sudah banyak diusahakan dengan pangsa pasar tersendiri. Namun demikian terdapat komoditi yang menjadi unggulan, antara lain : emas, perak serta andesit, tanah liat dan batu kapur yang merupakan bahan galian konstruksi. Tabel 1.8. menyajikan komoditi potensi unggulan dan komoditi unggulan lapangan usaha penggalian dan pertambangan.
Tabel 1.8. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Penggalian dan Pertambangan Kabupaten Bogor Tahun 2012
No. Kegiatan/Usaha/ Sektor
Data Komoditi Potensi
Unggulan Komoditi Unggulan
Produksi/Populasi Keseluruhan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertambangan Bahan Galian Andesit 10.653.461,16
Mineral Non Logam dan batuan Pasir & kerikil 147.205,53
(ton) Tanah Urug 95.573,40
Tanah Liat 2.993.341,80
Batu Kapur 20.531.450,40
Trass 105.297,50
2 Bahan Galian Mineral Logam (kg) Emas 1.700,04
Perak 14.994,79
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bogor, 2012
8) Pariwisata
Daya tarik wisata Kabupaten Bogor merupakan perpaduan antara karakter alamnya yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Kawasan Puncak merupakan kawasan primadona yang sampai saat ini belum tergantikan. Pada zona Bogor Barat terdapat kawasan Gunung Salak Endah yang merupakan kawasan wisata Andalan untuk alternatif pengganti Puncak. Selain itu, atraksi seni dan budaya digelar dalam event Helaran yang secara rutin digelar setiap setahun sekali dan merupakan ajang atraksi seni budaya dari perwakilan masing-masing kecamatan. Potensi wisata yang diunggulkan di Kabupaten Bogor dibedakan berdasarkan daya tarik wisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional meliputi :
a) Daya Tarik Wisata Alam
Kawasan Puncak terletak di Selatan Bogor yang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 800-1500 m dpl, sehingga memiliki udara yang sejuk dan segar. Pada Kawasan ini dapat dinikmati keindahan aneka obyek dan daya tarik wisata diantaranya : wisata Agro Gunung Mas, panorama alam Riung Gunung, Telaga Warna, Curug Cilember, dan Taman Safari Indonesia. Selain itu banyak aktifitas wisata yang dapat dilakukan dengan seting alam diantaranya : tea walk, menunggang kuda, paralayang, outbond, fotografi dan lain-lain. Kawasan wisata dengan panorama alam yang indah dan berhawa sejuk tersebut telah didukung fasilitas camping ground, taman rekreasi, hutan wisata, hotel melati, pondok wisata, tempat pertemuan dan seminar, sarana olah raga dan wartel. b) Daya Tarik Wisata Buatan
Daya tarik wisata buatan dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah yang tidak memiliki potensi asli. Salah satu wisata buatan yang menjadi tujuan wisata terbesar di Kabupaten Bogor adalah Taman Safari Indonesia (TSI) di Kecamatan Cisarua Bogor. TSI merupakan taman satwa terbesar di Indonesia dengan jumlah spesies satwa dan lokal tidak kurang dari 1.500 spesies. Jumlah kunjungan tahun 2012 tercatat 597.132 orang.
Selain Taman Safari Indonesia masih banyak daya tarik wisata buatan lainnya yang tersebar di Kabupaten Bogor yaitu : Taman Wisata Matahari, Sirkuit Sentul, Taman Rekreasi Lido, Junggle Land Sentul, Wisata Desa Kampung Bambu, Kampung Wisata Cinangneng, serta Museum Mobil dan Keramik Sentul.
c) Wisata Budaya
Kabupaten Bogor memiliki berbagai atraksi seni dan budaya tradisional yang digelar dalam event Helaran secara rutin setiap tahun. Acara ini merupakan ajang atraksi seni dan budaya yang merupakan perwakilan dari masing-masing kecamatan. Objek wisata yang menjadi unggulan pada wisata budaya adalah Kampung Budaya Sindang Barang, dengan jumlah kunjungan sebesar 12.637 orang atau meningkat sebesar 3,5 persen dari tahun sebelumnya. Selain Kampung Budaya Sindang Barang, terdapat potensi wisata budaya unggulan lainnya seperti : Situs Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Adat Urug di Kecamatan Sukajaya, Bellacampa, Kampung Cina, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dan 19 Benda Cagar Budaya.
Tabel 1.9. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Pariwisata Kabupaten Bogor Tahun 2012
No.
Kegiatan/ Usaha/ Sektor
Data
Potensi Wisata Unggulan Wisata Unggulan
Kunjungan Wisatawan / tahun (1) (2) (3) (4) (5) 1 Wisata alam a Pegunungan dan hutan alam
Panorama Riung Gunung 10.700
Wana Wisata Citamiang 113
Wana Wisata Bodogol 8.732
Wana Wisata Curug Naga 2.274
Wana Wisata Curug Arca 1.832
Wana Wisata Cipamingkis 27.299
Wana Wisata Buper Gunung Bunder
90.211
Buper Sukamantri 2.272
Penangkaran Rusa/WW Giri Jaya
9.823
b Pertanian Wisata Agro Gunung
Mas
232.968
Taman Bunga
Melrimba
71.854
Kebun Wisata Pasir
Mukti
28.638
c Perkebunan Taman Wisata
Mekarsari 77.154 Warso Farm d Perairan sungai dan danau Telaga Warna 15.775 Alam Fantasi 30.192 e Bentang Alam Khusus Curug Cilember 181.371
Pemandian Air Panas GSE 17.600
Curug Kembar/Batulayang 1.528
Curug Cisuren 1.250
Curug Panjang 9.321
Curug Nangka 71.291
Curug Luhur Indah Paradise 7.643
Curug Cigamea 17.200
No.
Kegiatan/ Usaha/ Sektor
Data
Potensi Wisata Unggulan Wisata Unggulan
Kunjungan Wisatawan / tahun (1) (2) (3) (4) (5) Kawah Ratu 122 Curug Cihurang 8.841
Pemandian Air Panas
Gunung Pancar
9.261
Goa Gudawang 5.610
Pemandian Air Panas
Gunung Pancar
9.261
Pemandian Air Panas
Tirta Sanita
90.062
2 Wisata buatan Taman Safari
Indonesia
597.132
Junggle land Sentul - 0
Taman rekreasi lido 5.982
Taman Wisata Matahari
552.146
Wisata Desa Kampung Bambu
11.805
Kampung Wisata Cinangneng 1.752
Museum Mobil & Keramik Sentul
11.692
Sirkuit Sentul 81.428
3 Wisata Budaya
Situs batu tulis Ciaruteun 8.329
Kampung Budaya Sindang Barang
12.637
Bellacampa 3.837
Kampung Adat Urug Kampung Cina
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta
-
19 Benda Cagar Budaya Kabupaten Bogor
-
b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 diprediksi mencapai Rp. 95,905 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 15,50 persen dari tahun sebelumnya.
Tabel 1.10. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Distribusi (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I SEKTOR PRIMER 4,493,720.78 4,946,529.80 5.16 10.08
1. Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,388,169.73 3,584,125.89 3.74 5.78
2. Pertambangan & Penggalian 1,105,551.05 1,362,403.91 1.42 23.23
II SEKTOR SEKUNDER 55,358,466.18 64,040,698.89 66.77 15.68
3. Industri Pengolahan 49,345,343.11 57,150,219.71 59.59 15.82
4. Listrik, Gas dan Air 2,539,801.98 2,804,934.10 2.92 10.44
5. Bangunan 3,473,321.08 4,085,545.08 4.26 17.63
III SEKTOR TERSIER 23,180,272.72 26,918,368.69 28.07 16.13
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 15,685,507.78 18,547,813.88 19.34 18.25
7. Pengangkutan & Komunikasi 3,575,300.56 4,001,149.29 4.17 11.91
8. Keuangan, Persewaan &Jasa 1,251,936.06 1,412,588.49 1.47 12.83
9. Jasa-jasa 2,667,528.31 2,956,817.04 3.08 10.84
PDRB KABUPATEN BOGOR 83,032,459.68 95,905,597.38 100.00 15.50
No Lapangan Usaha 2011*) 2012**) %
Pertumbuhan
Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara
Dari Tabel 1.10. sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 57,15 trilyun atau memiliki andil sebesar 59,59 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp.1,36 trilyun (1,42 persen).
Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun 2012 mencapai Rp.64,04 trilyun, atau meningkat 15,68 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 16,13 persen yaitu dari Rp.23,18 trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 10,08 persen atau dari Rp. 4,49 trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012.
Tabel 1.11. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Distribusi (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I SEKTOR PRIMER 1,986,714.13 1,998,117.38 5.47 0.57
1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan 1,613,443.36 1,608,438.92 4.40 -0.31 2. Pertambangan & Penggalian 373,270.77 389,678.46 1.07 4.40
II SEKTOR SEKUNDER 23,474,527.64 24,877,113.84 68.10 5.97
3. Industri Pengolahan 21,046,764.08 22,273,315.43 60.97 5.83 4. Listrik, Gas dan Air 1,255,700.12 1,326,483.67 3.63 5.64 5. Bangunan 1,172,063.44 1,277,314.74 3.50 8.98
III SEKTOR TERSIER 9,003,595.52 9,655,512.28 26.43 7.24
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,909,834.93 6,392,800.62 17.50 8.17 7. Pengangkutan & Komunikasi 1,072,340.59 1,142,183.19 3.13 6.51 8. Keuangan, Persewaan &Jasa 623,385.32 662,344.81 1.81 6.25 9. Jasa-jasa 1,398,034.67 1,458,183.66 3.99 4.30
PDRB KABUPATEN BOGOR 34,464,837.29 36,530,743.49 100.00 5.99
No Lapangan Usaha 2011*) 2012**) % Pertumbuhan
Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara
Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2012 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 5,99 persen, yaitu dari Rp. 34,46 trilyun pada tahun 2011 naik menjadi Rp. 36,53 trilyun pada tahun 2012. Kinerja kelompok sektor primer tahun 2012 menunjukkan peningkatan sebesar 0,57 persen dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 5,97 persen, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 7,24 persen. Jika dilihat tiap sektor, tampak bahwa sektor pertanian adalah satusatunya sektor yang mengalami penurunan laju pertumbuhan yaitu sebesar -0,31 persen. Hal ini disebabkan adanya sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, kehutanan dan perikanan, khususnya usaha tani subsisten (hanya untuk konsumsi sendiri) yang belum tercatat nilai tambah produksinya, karena tidak melakukan transaksi melalui mekanisme pasar, sehingga data peningkatan produksi ataupun nilai tambah terhadap perekonomian daerah tidak diperhitungkan semua dalam PDRB. Selain itu kondisi diatas disebabkan juga oleh rendahnya nilai produksi atau nilai tambah untuk sektor primer sebagai akibat dari kondisi iklim (kekeringan dan banjir) yang tidak stabil dalam waktu yang relatif lama, sehingga mengganggu produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan serta menurun kontribusinya terhadap PDRB pada tahun 2012 yang lalu.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 berdasarkan harga konstan mencapai 5,99 persen.
Sisi lainnya, indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (yang dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama), data PDRB per kapita Kabupaten Bogor terlihat sebagaimana gambar berikut :
Gambar 1.2. PDRB Per Kapita per Tahun Kabupaten Bogor Tahun 2010-2012 (juta rupiah)
Dari Gambar 1.2. dapat diketahui bahwa PDRB per kapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, naik menjadi Rp. 18,84 juta dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 16,87 juta per kapita. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2012 terjadi kenaikan pendapatan per kapita sebesar 11,69 persen.
Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung
faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Bila dilihat atas dasar Harga Konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2012 juga mengalami kenaikan menjadi Rp.7,18 juta dari tahun sebelumnya Rp.7,00 juta per kapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan per kapita sebesar 2,49 persen pada tahun 2012.
Selain realisasi dari kondisi ekonomi sebagaimana telah dikemukakan di atas, indikator lain untuk melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang biasa digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk Miskin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pencapaian dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada tahun 2012 adalah sebagai berikut : 1) Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor mencapai 72,87** poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 72,58 poin, atau meningkat sebesar 0,29 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 72,87** poin di atas, sesuai dengan klasifikasi UNDP termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas;
2) Realisasi komponen pembentuk IPM berdasarkan estimasi BPS yaitu :
a) Angka Harapan Hidup (AHH) terealisasi sebesar 69,49 tahun, lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 69,28 tahun, atau meningkat sebesar 0,21 tahun;
b) Angka Melek Huruf (AMH) terealisasi sebesar 95,26 persen, lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 95,09 persen, atau meningkat sebesar 0,17 persen;
c) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terealisasi sebesar 8,12 tahun, lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 7,99 tahun, atau meningkat sebesar 0,13 tahun.;
d) Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, mencapai sebesar Rp. 632.170,-/kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2011 yaitu sebesar Rp.631.630,-/kapita/bulan.
3) Indikator lainnya yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan adalah penurunan angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan data dari basis data terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pada tahun 2012 berjumlah 424.314 jiwa (8,62 persen), lebih
rendah dari tahun 2011 yang berjumlah sebanyak 470.500 jiwa (9,65 persen), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 46.186 jiwa atau turun sekitar 1,03 persen dibandingkan dengan tahun 2011.
Untuk lebih jelasnya, Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1.12. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun 2010-2012
No. Indikator Realisasi Kinerja
2010* 2011* 2012**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 72,16 72,58 72,87 Komponen IPM terdiri dari;
a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 68,86 69,28 69,49 b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 95,02 95,09 95,26 c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7,98 7,99 8,12 d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat
(Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln)
629.620 631.630 632.170
2. Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 477.100 470.500 424.314
Sumber : BPS Kabupaten Bogor; Tahun 2012 dan TNP2K pusat. *) Angka Perbaikan
**)Angka Sementara