• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARANMULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSI ABK RIVER KIDS DAN PUSAT TERAPIS INSAN MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARANMULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSI ABK RIVER KIDS DAN PUSAT TERAPIS INSAN MANDIRI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

PEMBELAJARANMULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

DI SEKOLAH INKLUSI ABK RIVER KIDS DAN

PUSAT TERAPIS INSAN MANDIRI

Mardiana Andarwati1, Fikri Amrullah2

1, 2, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Merdeka

Abstrak: UUD 1945 pa sal 31 ayat (1) da n Peraturan Pemerintah (PP) No. 72/1991 tentang anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya meskipun memiliki gangguan proses perkembangan khusus. Maka direktorat pembinaan sekolah menetapkannya prosedur operasional standar pendidikan inklusif untuk sekolah ABK. Kendala yang dihadapi saat ini adalah adalah kurangnya media pembelajaran komunikasi yang saat ini masih konvensional. Media konvensional adalah menggunakan kertas bergambar, balok, pensil warna padahal untuk meningkatkan integrasi sensorik serta motorik dibutuhkan aplikasi multimedia yang interaktif yang efektif untuk perkembangan ABK, selanjutnya kurangnya tenaga pengajar ABK dan shadow teacher yang berkualitas dan berkompeten. Maka diadakan pelatihan system pembelajaran multimedia interaktif untuk ABK, pembuatan perangkat lunak multimedia interaktif sebagai sarana media belajar komunikasi untuk para anak-anak ABK dengan menggunakan metode IPO (Input Proses da n Output), pelatihan implementasi perangkat lunak multimedia interaktif, dan pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher dengan tujuan apabila mengalami kesulitan selama proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

Kata kunci: pembelajaran, multimedia interaktif, ABK

Abstract: The 1945 Constitution Article 31 paragraph (1) and Government Regulation (PP) no. 72/1991 on children with special needs is entitled to receive the same education as other normal children despite having a special developmental process disorder. The directorate of school construction thus established the standard operating procedure of inclusive education for ABK schools. The obstacle faced today is the lack of communication learning media that is still conventional. Conventional media is using picture paper, beams, colored pencils, but to enhance the sensory and motor integration, an effective interactive multimedia application is required for ABK development, then the lack of qualified and competent teachers and craftsmen. The training of interactive multimedia learning system for ABK, making interactive multimedia software as a medium of communication learning for children of ABK by using IPO method (Input Process and Output), training of interactive multimedia software implementation, and mentoring to teachers ABK and shadow teacher with the goal when having difficulty during the learning process by using interactive multimedia.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Hal ini menunjukkan bahwa semua warga Negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berhak untuk memperoleh pendidikan, salah satunya adalah anak hiperaktif, mengingat perkembangan anak ABK berbeda dengan anak lain pada umumnya. Selanjutnya Peraturan Pemerintah (PP) No.72/1991 tentang pendidikan luar biasaya itu pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan / atau mental berhak mendapatkan pendidikan khusus karena mereka berhak mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya meskipun memiliki gangguan proses perkembangan dan memerlukan pelayanan yang lebih kompleks namun juga memiliki kebutuhan dasar yang sama.

Oleh karena itu dilaksanakan pendidikan untuk ABK dan Direktorat Pembinaan Sekolah menetapkan Prosedur Operasional Standar Pendidikan Inklusif untuk sekolah ABK yaitu (a) pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif, (b) pedoman khusus penyelenggaraan pendidikan inklusif ,dan (c) suplemen penyelenggaraan pendidikan inklusif. Suplemen yang dilakukan oleh pihak sekolah dan terapi adalah adanya model media pembelajaran. Saat ini masih banyak sekolah ABK media pembelajaran dilakukan konvensional pada saat pembelajaranya itu dengan menggunakan bahan-bahan kertas warna untuk dibuat suatu bentuk benda, gambar yang diambil dari internet kemudian di print yang mempunyai umur terbatas penggunaannya sehingga kurang menarik bagi ABK saat melakukan pembelajaran. Sekolah ABK atau pusat terapi pada umumnya belum mampu menyediakan program multimedia untuk lebih mempermudah ABK saat menyerap materi yang diajarkan oleh guru ABK.

Sekolah inklusi ABK River Kids adalah sekolah yang memberi pelayanan pendidikan untuk anak yang berkebutuhan khusus sejak tahun 2004. Berdasarkan aspek pendidikan, ABK River Kids menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang dikembangkan khusus untuk autisme dengan metode moving class. Model media pendidikan untuk murid ABK menitikberatkan pada kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan media yaitu gambar, huruf, angka. Namun media tersebut dilakukan secara konvensional dan apabila media tersebut rusak pihak guru membuat lagi dan biasanya berbahan yang mudah rusak, misalnya kertas lipat dan gambar yang diambil dari internet dengan dicetak atau di print. Selanjutnya kurangnya tenaga guru yang memberi pelajaran kepada anak berkebutuhan khusus. Berikut Tabel 1. tentang jumlah murid ABK dan guru di River Kids

Dan yayasan Insan Mandiri adalah pusat tempat terapi swasta untuk ABK yang murni dikelola oleh yayasan Insan mandiri dan berdiri sejak tahun 2007. Berdasarkan aspek pendidikan, terapi kemampuan berkomunikasi dilakukan

(3)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

dengan menggunakan media untuk mempermudah komunikasi verbal secara langsung diantaranya bantuan media gambar benda, angka, huruf, warna yang selama ini dilakukan secara konvensional. Apabila media tidak menarik (sudah kucel, kotor, gambarnya pudar) maka shadow teacher membuatnya lagi. Selanjutnya kurangnya shadow teacher, seharusnya satu murid didampingi oleh satu shadow teacher yang bertugas sebagai guru pendamping. Sehingga satu tenaga guru mendampingi beberapa anak berkebutuhan khusus. Berikut Tabel 2 tentang jumlah murid ABK dan shadow teacher di Insan Mandiri

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka diperlukan model media pembelajaran interaktif untuk membantu murid ABK memperoleh pembelajaran yang lebih baik. Saat ini teknologi informasi (IT) berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan modern terutama untuk anak sekolah ABK.

Permasalahan

Permasalahan yang sedang dihadapi oleh Sekolah inklusi River Kids dan Pusat terapi Insan Mandiri adalah kurangnya media pembelajaran komunikasi yang saat ini masih konvensional. Media konvensional adalah menggunakan kertas bergambar, balok, pensil warna, dan lainnya. Padahal untuk meningkatkan integrasi sensorik serta motorik dibutuhkan aplikasi multimedia yang interaktif yang efektif untuk perkembangan ABK, selanjutnya kurangnya tenaga pengajar ABK dan shadow teacher yang berkualitas dan berkompeten. Sehingga tidak bisa optimal untuk memberikan pelayanan kepada murid-murid ABK. Hal ini terjadi karena kendala biaya untuk pengadaan perangkat lunak program pembelajaran ABK METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan disesuaikan dengan kendala yang dihadapi oleh Sekolah ABK River Kids dan Pusat Terapi Insan Mandiri yaitu perlunya perangkat lunak multimedia interaktif sebagai sarana media belajar komunikasi untuk para anak-anak ABK karena dengan menggunakan multimedia interaktif maka para guru-guru ABK dan shadow teacher akan lebih optimal dalam meningkatkan kemampuan bicara atau berkomunikasi, melatih motorik halus, dan melatih logika murid ABK. Metode pelaksanaannya antara lain:

1. Pelatihan Sistem Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk ABK

Diawali dengan penentuan permasalahan dalam pembelajaran dengan cara mengelompokkan guru menjadi beberapa kelompok kecil untuk memecahkan masalah yang disepakati oleh pelatih dan guru-guru ABK serta shadow teacher. Strategi pembelajaran agar lebih memahami dan mampu menerapkan multimedia interaktif. Metode pembelajaran melalui diskusi dan praktek perangkat lunak. Teknik pembelajaran dalam mengoperasionalkan program tersebut

(4)

Pembuatan perangkat lunak dengan pembelajaran alphabet, angka, warna,dan benda. Semuanya dipelajari dengan menggunakan perumpamaan nama benda mati dan benda hidup serta diberi suara yang menarik. Proses pembuatannya menggunakan sistem Input, Proses, dan Output (IPO).

3. Pelatihan Perangkat Lunak Multimedia Interaktif untuk ABK

Memberi pelatihan tentang perangkat lunak multimedia interaktif untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Pelatihan ini bertujuan agar sekolah ABK River Kids dan pusat terapi Insan Mandiri dapat memberikan pembelajaran komunikasi melalui multimedia interaktif sehingga bisa menerapkan kepada anak-anak ABK khususnya anak autis dan downsyndrom. Selanjutnya diharapkan setelah para guru ABK dan shadow teacher sudah bisa menguasai dan dapat menerapkan multimedia interaktif maka dipraktekkan kepada anak-anak ABK sesuai dengan kebutuhan masing-masing ABK. Gambar 1 adalah fitur-fitur yang akan diterapkan kepada anak-anak ABK.

Gambar1.FiturPerangkatLunakMultimediaInteraktif Langkah- langkah pelaksanaan:

a. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang metode pembelajaran multimedia interaktif untuk murid ABK

b. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu alphabet yang terdiri dari A sampai dengan Z yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan kata-kata.

c. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu angka yang terdiri dari nol (0) sampai dengan sembilan (9) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan angka-angka.

d. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu warna(hitam, putih, merah, kuning, hijau, biru, dan lainnya) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan angka-angka.

e. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu nama-nama benda (benda hidup dan benda mati) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat membedakan dan mengerti benda mati (meja, kursi, lemari, dan lainnya) dan benda hidup (buah, binatang, dan tumbuhan).

(5)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

4. Pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher

Pendampingan pada guru ABK dan shadow teacher yang akan melatih para orang tua murid ABK yang nantinya diwajibkan untuk diterapkan di rumah. Tujuan dilakukan pendampingan untuk mengetahui apabila ada guru atau shadow teacher mengalami kesulitan selama proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

Penggunaan program dengan syarat minimal adalah a. Murid ABK dapat duduk secara mandiri di kursi

b. Murid ABK melakukan kontak mata ketika dipanggil namanya c. Murid ABK mampu melakukan kontak mata ketika diberi perintah d. Murid ABK memberi tanggapan terhadap arahan terapis

e. Murid ABK yang bisa belajar dengan program multimedia interaktif adalah murid dengan usia yang tepat yaitu 6– 12 tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk ABK a. Rencana dan Strategi Pembelajaran

Komponen rencana pembelajaran adalah penentuan karakteristik dan dampak yang sesuai dengan kekhususan ABK dan strategi pelayanan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakterisitik ABK.

Membuat tabel untuk setiap murid ABK tentang masalah utama yang ditangani sesuai dengan jenis karakteristik murid ABK

Komunikasi Interaksi Sensory Solusi Karakteristik

Dampak Strategi yang dilakukan

a. Metode Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran, media audio, dan media visual untuk membantu murid autis belajar dilakukan pendekatan melalui pemberian tugas yang terstruktur dengan memodifikasi perilaku. Selanjutnya pihak yang dilibatkan membantu anak autis adalah orang tua, guru, dan warga sekolah sekitar. Bagi guru ABK menerapkan disiplin terutama perilaku siswa/i serta konsekuensinya.

Kemampuan dasar yang dikembangkan bagi anak autis adalah kemampuan dasar kognitif, kemampuan dasar bahasa, kemampuan dasar bina diri, dan sosialisasi melalui program terapi dan multiple intelligence dengan menggunakan kurikulum yang digunakan.

(6)

b. Teknik Pembelajaran

Mengimplementasikan program multimedia interaktif

2. Pembuatan perangkat lunak aplikasi multimedia interaktif a. Tahap I adalah Input

Komponen input yang digunakan antara lain adalah file audio sebagai background music. Background music dibagi menjadi dua yaitu child music yang ceria sebagai lagu penyambut pada menu utama dilanjutkan dengan file audio terapi piano pada konten media yang dapat memberikan efek relaksasi pada saat memperhatikan penjelasan dari guru maupun dari media. Sedangkan untuk komponen visual dipilihlah buah-buahan dan makanan karena dianggap sebagai benda yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih familiar/dikenal dan dapat sekaligus digunakan untuk mengajarkan nama-nama buah dan makanan.

b. Tahap II adalah Proses

Media yang dibuat terdiri dari 6 Layer yaitu Layer Action, Button, Object, Text, BG dan BGM. Layer action digunakan untuk container dari Action script yang diletakkan pada scene/stage. Layer button digunakan untuk menampung segala tombol-tombol yang akan digunakan selama berada di dalam media. Layer Object digunakan untuk menampung komponen visual selain teks dan layer Text digunakan untuk menampung segala teks yang terdapat di dalam media. Layer BG digunakan menampung citra gambar yang diletakkan di dasar layar dan layer BGM digunakan menampung komponen audio.

c. TahapIII adalahOutput

Tahap selesainya pembuatan program multimedia interaktif yang siap dipergunakan untuk dipergunakan oleh para murid ABK

3. PelatihanPerangkatLunakMultimedia InteraktifuntukABK a. Tampilan Perangkat Lunak

b. Pelatihan Perangkat Lunak

(7)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

Gambar 3. Pelatihan di Pusat Terapi Insan Mandiri 4. Pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher

KESIMPULAN

Kegiatan pembuatan multimedia interaktif dan pelatihan serta pendampingan bagi guru ABK dan shadow teacher adalah salah satu langkah yang dapat membantu menyelesaikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta akan berdampak positif terhadap pelayanan kependidikan khususnya bagi murid ABK.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah mendanai Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) dan kami sampaikan juga terimakasih kepada sekolah inklusi ABK River Kids dan Pusat Terapis Insan Mandiri sebagai mitra yang telah mendukung hingga pelaksanaan program IbM bisa berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Abdul Jalil. 1992. Masalah Perkembangan dan Tingkah Laku kanak-kanan Suatu Panduan untuk Ibu dan Ayah. Kuala lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd (Cetakan kedua)

Autism Spectrum Disoders: Treatment. 2012. Center for Disease Control and Prevention

Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik, Penerbit Alfabeta: Bandung

Handoyo. Y. 2003. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Muti, Fitria. 2012. Artikel: Kemampuan Anak Autis Menyerap Informasi melalui Proses Belajar di Sekolah Inklusi. 26 Desember 2012

Wahyuningsih, Merry. 2015. Sekolah Umum harus Siap Tampung Anak Berkebutuhan Khusus

(8)

PYROLISIS BIOMASSA DI DESA SEMPU DAN JETIS LOR

KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN

Taufik Iskandar1, Suhudi2 dan Ali Mokhtar3

1Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, 2Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, 3Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Malang

1taufikisr9@gmail.com, 2suhudisuhudi@yahoo.co.id, 3Alimokhtar011@gmail.com Abstrak: Desa Sempu dan Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan adalah wilayah perpadian yang produksinya terbilang tinggi dan merupakan wilayah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pacitan, namun, kondisi ini belum mampu meningkatkan pendapatan petani dan produktivitas pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan usaha produktif agar dapat menghasilkan pendapatan diluar usaha tani. Model yang ditawarkan adalah pendekatan terpadu melalui pemberdayaan dan revitalisasi fungsi kelompok tani dan integrasi agribisnis berbasis padi baik secara vertikal maupun horisontal dengan penggilingan padi menggunakan teknologi tanpa limbah yaitu Teknologi Pyrolisis yang mampu mengubah residu pertanian menjadi produk bernilai jual tinggi (arang= biochar, asap cair= liquid smoke, syngas). Teknologi pyrolisis,dapat dikerjakan pada temperatur rendah ( > 300 0C - < 500 0C ), laju pemanasan rendah, dan menghasilkan 30% biochar, asap cair 40%-60% dan sisanya syngas.Model kegiatan ini akan berdampak pada tersedianya lapangan pekerjaan baru dan produknya akan memberikan manfaat pada tambahan pendapat petani serta menunjang wilayah lain dapat berkontribusi terhadap bahan baku yang dibutuhkan. Akhirnya, bukan mustahil sektor ini akan dapat menjadi sektor unggulan wilayah. Dengan demikian dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di suatu wilayah. Kata kunci : pyrolisis, bio-char, liquid smoke dan syngas.

Abstract: Sempu Village and Jetis Lor Village, Nawangan Sub-district of Pacitan Regency is a region of high production rice and is the largest contributor in PDRB formation of Pacitan Regency. However, this condition has not been able to increase farmer's income and agricultural productivity in broad sense. Therefore, productive business activities are required in order to generate income beyond farming. The offered model is an integrated approach through empowerment and revitalization of farmer group functions and integration of rice-based agribusiness both vertically and horizontally with rice milling using technology without waste that is Pyrolysis technology capable of converting agricultural residues into high selling products (charcoal = biochar, liquid smoke = Liquid smoke, syngas). The pyrolysis technology can be performed at low temperature (> 300 0C - < 500 0C), low heating rate, and produce 30% biochar, 40% -60% liquid smoke and residual syngas Model of this activity will affect the availability of work and product will Providing benefits to additional health benefits as well as supporting other areas may contribute to the required feedstock. Finally, this sector will not be

(9)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

the region's flagship sector. Thus can reduce the level of poverty and improve the quality of life of people in a region.

Keywords: pyrolisis, bio-char, liquid smoke and syngas.

PENDAHULUAN

Desa Sempu dan Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan adalah wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah pertanian padi. Berdasarkan data Kecamatan Nawangan dalam angka tahun 2012, produksi padi di Desa Sempu tahun 2010 mencapai 1.441,89 ton (GKG) dengan rata-rata produksi 55,03 Kw/Ha, sedang Desa Jetis Lor 1443,4 ton (GKG), rata-rata produksi 57,05 Kw/Ha. Hasil produksi ini terbilang tinggi dan merupakan wilayah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun, kondisi ini belum mampu meningkatkan pendapatan petani dan produktivitas pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan usaha peningkatan perekonomian masyarakat petani dengan kegiatan produktif agar dapat menghasilkan pendapatan diluar usaha tani sebagaimana yang dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Pacitan.

Merujuk pada Visi Kabupaten Pacitan yaitu: “terwujudnya masyarakat Pacitan yang sejahtera” dan salah satu Misi Kabupaten Pacitan “Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan” maka untuk menyelesaikan permasalahan strategis yang menyangkut meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, berwawasan lingkungan tanpa menghilangkan kekhasan daerah diperlukan kegiatan yang mencakup 2 (dua) aspek yaitu Aspek Ketahanan Pangan dan Aspek Kemandirian Energi. Dua aspek ini dapat dikerjakan dan dapat bersinergi dengan kegiatan lainnya. Dalam konteks ketahanan pangan, faktor determinan yang menyulitkan upaya peningkatan pendapatan dan kesejahtera an petani padi antara lain adalah 1). Skala usaha tani yang relatif sempit sehingga mengakibat kan sulitnya meningkatan pendapatan petani melalui produktivitas. 2). Fluktuasi produksi musiman dan efisiensi usahatani yang masih rendah sehingga mengakibatkan lemahnya daya saing padi lokal dibandingkan produk ekspor. 3). Lemahnya permodalan dan kelembagaan. 4). Terbatasnya sarana dan prasarana. 5). Karakteristik agribisnis perpadian yang terdisintegrasi secara vertikal. Sedang pada aspek kemandirian energi, masyarakat petani umumnya masih mengutamakan produk beras dengan mutu bagus dan rendemen tinggi dan mengabaikan produk samping dan produk limbah yang sebenarnya mempunyai nilai manfaat dan ekonomi yang baik untuk menghasilkan produk pangan dan energi.

Memperhatikan kondisi eksisting wilayah dan penelusuran dua aspek kegiatan masyarakat, maka Tim IbW merencanakan pendekatan terpadu melalui pemberdayaan dan revitalisasi fungsi kelompok tani dan integrasi agribisnis berbasis padi baik secara vertikal maupun horisontal dengan penggilingan padi. Kegiatan ini menitik beratkan pada kekuatan keswadayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Model pengembangannya diprioritaskan sebanyak-banyaknya untuk pengolahan dan pemanfaatan limbah perpadian dengan menggunakan teknologi tanpa limbah aplikasi dari Teknologi Pyrolisis.

(10)

Model ini bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan yang menyangkut peningkatan produk pertanian baik di bidang produksi, penanganan dan pengolahan pasca panen. Sehingga tercipta lapangan kerja, dapat menumbuh-kembangkan usaha ekonomi produktif, munculnya kepedulian memperbaiki sarana prasarana fisik lingkungan desa dan meningkatkan partisipasi dalam mengorganisasi diri dan menemu-kenali kebutuhan dalam perencanaan dan pembangunan.

Sumber Inspirasi

Sumber Inspirasi dari kegiatan ini adalah RPJMD Kabupaten Pacitan 2011-2016. Strategi dan arah kebijakan pembangunan telah dirumuskan dan disesuaikan dengan relevansi isu daya saing ekonomi dan nilai tambah produk pertanian serta ketahanan pangan dan energi dari perspektif agribisnis dan agroindustri, antara lain 1). Terwujudnya pusat ekonomi unggulan daerah; 2). Ketersediaan pangan daerah; 3). Lembaga UMKM dan koperasi sehat dan berdaya saing;dan 4). Pemasaran komoditas daerah. Salah satu Program pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai lima tahun kedepan adalah “Program pengembangan ekonomi kerakyatan”. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura, serta mengembangkan usaha agribisnis dan agrowisata.Implementasi dan penjabarannya dilaksanakan dalam program Satuan Kerja Perangkat Daerah yang meliputi 1). Perencanaan pengembangan ekonomi unggulan daerah; 2). Pengembangan kawasan ekonomi unggulan; 3). Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan; 4). Pengembangan koperasi, industri kecil, dan UKM berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG); 5). Pengembangan jaringan distribusi dan pemasaran hasil-hasil produksi.

METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Konsultasi/Pendampingan dan Pelatihan. Adapun program kerja yang disepakati meliputi; 1) Program pembinaan Kelompok Tani, UMKM dan Koperasi yaitu kegiatan pembentukan dan sekaligus penguatan kelembagaan pelaksana kegiatan. 2). Program peningkatan investasi produksi untuk membuka lapangan kerja yaitu Investasi peralatan produksi (unit pyrolisis) dan melakukan pelatihan operasionalisasi proses produksi dari alat yang dihibahkan sekaligus pelatihan standarisasi proses dan mutu produk. 3). Program Pengentasan Kemiskinan melalui peningkatan pendapatan petani dan usaha ekonomi produktif lainnya yaitu pendampingan memproduksi yang sebanyak-banyaknya dengan mutu yang baik dan membantu distribusi / pemasarannya.

HASIL KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan dengan pengadaan dan investasi satu perangkat/unit Pyrolisis yang sengaja dirancang sesuai potensi bahan baku yang ada dilokasi. Unit Pyrolisis yang direncanakan terdiri dari Reaktor Pyrolisis, Cyclone, Condensor dan Water Scrubber lengkap dengan Base plate dan Accesoriesnya seperti ; thermometer, valve, pompa air. Kapasitas 200 kg/batch dengan dimensi dan spesifikasi peralatan sebagai berikut :

(11)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

1. Reaktor Pyrolisis ; vertikal 80x80x180 cm – bahan carbon steel 4 mm dilapisi dengan castable C16 – tebal 4 cm- tutup model water seal – kotak abu bahan carbon steel 8 mm – lengkap dengan ash grating dan blower.

Partikel Cyclone D 40 cm H 120 cm bahan carbon steel 3 mm tersambung ke reaktor dan condenser. Liquid smoke condenser model shell and tube , bahan shell carbon steel tube GIP ¾” lengkap dengan nozle nozzle. ( lihat gambar 1 )

Gb.1. Unit Pyrolisis

2. Distilator, volume 25 liter dilengkapi elemen pemanas, bahan stainless steel dengan condenser model shell and tube GIP ¾” lengkap dengan nozzle. Energi power diusaha kan dari Genset. (lihat gambar 2)

Gb.2. Distilator

3. Screw Briquetting Press, bahan carbon steel dilengkapi dengan Hopper dan pully yang digerakkan dari motor. (lihat gambar 3)

(12)

PEMBAHASAN

Teknologi Pyrolisis adalah proses dekomposisi thermal bahan organik tanpa atau sedikit oksigen, di mana bahan baku organik akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas dan meninggalkan karbon sebagai residu. (Anonim, 2010). Jenis pyrolisis yang dipilih untuk kegiatan ini adalah pyrolisis lambat (Slow Pyrolisis) dimana proses dekomposisi biomassa dilakukan pada temperatur rendah ( > 300 0C - < 500 0C )laju pemanasan kurang dari 100oC/s. Produk utama yang dihasilkan adalah 30% bioarang (biochar) dan 40%-60% asap cair (liquid smoke) dan sisanya Syngas. Keunggulan dari aplikasi teknologi, kaitannya dengan kegiatan ini adalah dapat mengolah semua limbah pertanian menjadi produk untuk berbagai kebutuhan seperti produk asap cair nya untuk pangan dan pertanian, Bioarang (Biochar) untuk pertanian dan energy alternative pengganti minyak tanah dan gas sedang Syngas yang dihasilkan dapat diproses lanjut sebagai energi. Teknologinya cukup sederhana dan dapat dioperasikan dengan mudah tanpa pengetahuan khusus dan tidak membutuhkan energi yang banyak serta ramah lingkungan.

Berikut gambaran proses produksinya sampai menghasilkan produk-produk yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. (lhat gambar 4)

Gb. 4. Urutan Proses produksi

KESIMPULAN

Sumber daya manusia dan tenaga kerja dari desa mempunyai etos kerja dan kemampuan manajemen yang relatif rendah, sehingga produktivitas tenaga kerja belum maksimal dan tingkat turn over tenaga kerja tinggi sehingga perlu pendampingan dan motivasi terus menerus. Dari faktor produk / produksi bisa dikendalikan dengan baik, dimana dari bahan baku dan bahan pembantu mudah didapatkan dengan kualitas yang sesuai kebutuhan, hanya ada beberapa kendala

2 1 6 5 4 3 Biochar

(13)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

produksi terkait dengan lokasi bahan baku agak jauh dan memerlukan biaya transportasi, hasil produksi baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas. Produk hasil investasi alat baik unit Pyrolisis, Distilator dan Screw Briquetting Press sudah menghasilkan produk Biochar, Briket Bioarang dan Asap Cair sesuai standard pasar juga sudah diproses rutin dan mulai dipasarkan diwilayah sekitar lokasi baik untuk kebutuhan pertanian maupun untuk pengawetan makanan sementara untuk produk Biochar dan Briket Bioarang masih digunakan untuk kepentingan anggota kelompok. Secara umum, dengan adanya pengembangan usaha agroindustri berbasis padi ini sudah mulai terlihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Nawangan sedikit lebih baik. Sehingga keberadaan usaha ini harus dapat dipertahankan dan dikembangkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan menjadi unggulan wilayah. Tentunya back up Pemerintah Daerah sangat membantu kemajuan usaha ini disamping mutu dan kontinuitas dari produk sendiri. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN

Dampak dari kegiatan ini ditinjau dari Aspek Ekonomi, adalah Lembaga Ekonomi Produktif yang dibentuk telah mampu memberdayakan setiap warga masyarakat untuk memanfaatkan limbah pertanian khususnya sekam padi diolah menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi yang secara langsung dapat menambah pendapat selain usaha pertaniannya. Dari Aspek Produksi, dapat menyerap tenaga kerja dan menjadi penunjang wilayah lain berkontribusi terhadap bahan baku yang dibutuhkan. 3). Dari Aspek Lingkungan terciptanya wilayah yang bebas dari limbah padat sekam padi yang selama ini menggunung ditempat-tempat dimana Rice Milling Unit beroperasi. Akhirnya, bukan mustahil sektor ini akan dapat menjadi sektor unggulan wilayah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada DITLITABMAS DIKTI, Kopertis 7, Pemerintah Kabupaten Pacitan c/q Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik, Kecamatan Nawangan, Tim IbW Nawangan dan segenap masyarakat Desa Sempu dan Jetis Lor yang telah membantu dengan sungguh-sungguh, sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pirolisis. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Pirolisis. Diakses 28/5/2014. Pukul 09:48.

Sukseswati, Dini D. 2010. Karakteristik Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Hasil Pirolisis Lambat Campuran Sampah Kertas Dan Daun. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/176090702201101041.pdf Suyitno dkk, 2009, Pengolahan Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar Alternatif

Melalui Proses Pirolisis Lambat, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS, Surakarta.

Weerdhof, M.W. 2009. Modeling the Pyrolysis Process of Biomass Particles. (http://w3.wtb.tue.nl/fileadmin/wtb/ctpdfs/MasterTheses/Marcovandewee rdhof. pdf, [online].

(14)

Winarno, 1985, Teknologi Pengolahan Padi Terintergrasi Berwawasan Lingkungan, Bulog, Jakarta.

Winaya, I Nyoman Suprapta, 2008. Prospek Energi dari Sekam Padi dengan Teknologi Fluidized Bed Combustion. Edisi Vol.11/XX/Juli 2008–IPTEK, Fakultas Teknik Mesin Universitas Udayana, Bali.

(15)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

PENINGKATAN EFISIENSI DAN KUALITAS TAS DAN

ALAS KAKI

HANDMADE

BERBAHAN KULIT DIPADU

BATIK DAN TENUN PADA UKM PRODUSEN TAS DAN

ALAS KAKI KULIT DI KOTA MALANG

Parawiyati1, Aang Fajar Passa Putra2 1Fakultas Ekonomi, Universitas Merdeka Malang

2Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang 1parawiyati@unmer.ac.id

Abstrak: Industri produk kulit maupun non kulit saat ini berkembang dengan pesatnya, terutama di bidang produk tas dan alas kaki yang terus berkembang mengikuti keinginan pasar. Untuk menjaga agar produk UKM produsen tas dan alas kaki kulitdalamnegeribisabersaingdenganproduktas dan alas kaki dari luar, maka usulan kegiatan yang akan dilakukan pada salah satu UKM produsen tas dan alas kaki kulit di Malang adalah perbaikan teknologi dengan menambahkan mesin press kulit sehingga kualitas lebih bagus serta waktu pengerjaan lebih efisien. Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bersifat pemecahan masalah dan solusi total, pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk. Karenanya bentuk dan metode yang dilakukan mencakup: rancang bangun alat, penyuluhan, demplot alat serta kegiatan pendampingan. Secara riil, beberapa hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan di UKM Harapan Besar dan Fajar Kharisma dapat dikemukakan sebagai berikut: 1). Adanya peningkatan produksi yang dihasilkan oleh UKM Fajar Kharisma dengan jumlah 50 tas per minggu menjadi 100 tas per minggu 2). Adanya peningkatan produksi yang dihasilkan oleh UKM Waris Shoes dengan jumlah 30 pasang sepatu per Minggu menjadi 50 pasang per minggu 3). Telah berkembangnya produk yang lebih bermutu, berdayasaing dan dapat dipasarkan 4). Adanya penambahan mesin dan peralatan baru pada UKM mitra yang lebih implementatif, variatif sehingga meningkatkan proses produksi 5). Telah terjalinnya kerja sama dan penggalangan komitmen antara perguruan tinggi dan UKM mitra sehingga semakin mempermudah pembinaan yang berkelanjutan.

Kata kunci: Batik dan tenun, Efisiensi produksi, peningkatan kualitas, UKM tas dan alas kaki kulit.

Abstract: the leather products industry as well as non-current skin developed rapidly, especially in the field of product bags and footwear that continues to evolve following the wishes of the market. To keep the SME products manufacturer of bags and leather footwear in the country could compete with the product bags and footwear from the outside, then the proposed activities will be carried out on one of the SME manufacturers of bags and leather footwear in Malang is the improvement of technology by adding the machine press the skin so that the quality is better and more efficient work time. The method of implementation of the activities performed are the total solutions

(16)

and problem solving, technology assistance, assistance in the capital as well as the improvement of product quality. Therefore the form and method do include: architecture tools, guidance, and mentoring activities tool demplot. In real terms, some of the results of the activities that have been implemented in SMEs Harapan Besar and Fajar Kharisma can be expressed as follows: 1). An increase in production was generated by SMES with the amount of Fajar Kharisma 50 bags per week into 100 bags per week 2). An increase in production was generated by SMES with the number of Waris Shoes 30 pairs of shoes per week to 50 pairs per week 3). Has been the development of a more quality product, competitive power and can be marketed at 4). The presence of the addition of new machinery and equipment on a more implementatif partner SMES, markedly increasing the production process 5). Has been the establishment of cooperation a nd raising the commitment between the College and the SME partners so that increasingly facilitate the sustainable construction.

Keywords: Batik and weaving, production efficiency, improved quality, SME leather bags and footwear.

PENDAHULUAN Analisis Situasi

Dalam beberapa tahun terahir ini, ekonomi kreatif telah dipresentasikan melalui industri kreatif yang bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan keterampilan serta ide-ide terbarukan. Industri kreatif ini meliputi subsektor: arsitektur, desain, fashion, film, video dan fotografi, kerajinan, layanan komputer dan piranti lunak, musik,pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset & pengembangan, seni pertunjukan, televisidan radio. Bahkan di beberapa negara maju, industri kreatif telah menjadi penopang perekonomian suatu negara Indonesia juga merupakan salah satu negara yang merasakan kontribusi positif dari keberadaan industri kreatif terhadap posisi perekonomian nasional. Dari empat belas subsektor industri kreatif, produk fashion dan kerajinan merupakan subsektor industri kreatif yang menonjol di antara lainnya. Dari sisi ekspor, pada 2013 tercatat nilai ekspor produk kreatif mencapai Rp. 119 triliun atau sekitar 10 miliar dollar AS. Angka tersebut naik delapan persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan, secara keseluruhan kontribusi produk industri kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di kisaran 6,9 persen atau di posisi ke-tujuh, senilai Rp. 573 triliun dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Selanjutnya, pada 2014 tercatat, sektor industri kreatif memberikan kontribusi sebesar 23, 57 persen terhadap PDB. Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja hingga 15, 39 juta jiwa (Kementerian Perdagangan, 2015).

Industri produk kulit maupun non kulit saat ini juga berkembang dengan pesatnya seiring perkembangan industri fashion dan kerajinan, terutama di bidang produk tas wanita sebagai pelengkap produk fashion. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna tas wanita di lingkungan masyarakat, keadaan ini memicu industri produk kulit maupun non kulit untuk saling berlomba dalam memenuhi kebutuhan konsumen khususnya kaum wanita. Untuk memenuhi permintaan konsumen, maka perusahaan melakukan upaya peningkatan penciptaan produk

(17)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

baru baik dari segi desain maupun material yang digunakan agar dapat mengimbangi persaingan pasar dalam pemenuhan kebutuhan konsumen tas wanita. Dengan perkembangan yang semakin maju ini, tas tidak hanya untuk sekedar sebagai alat membawa barang, akan tetapi tas dirancang dengan desain dan unsur-unsur yang ada di dalamnya, sehingga pada saat ini tas selain sebagai alat membawa barang juga untuk memenuhi keindahan secara estetika. Selain itu saat ini tas wanita lebih cenderung sebagai rasa pemuas diri bagi kaum wanita penikmat tas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap saling berlomba- lomba untuk selalu mendapatkan desain serta model tas yang terbaru untuk memuaskan kebutuhannya akan perkembangan trend fashion. Hal ini dapat kita jumpai banyaknya pengguna tas wanita di lingkungan masyarakat yang semakin beragam, baik dari segi ukuran, model, desain dan material yang digunakan.

Permasalahan Mitra

Ketatnya persaingan dapat dipengaruhi terutama dari segi desain dan harga yang sangat kompetitif menjadi pertimbangan utama bagi para konsumen pengguna tas dan alas kaki. Hal ini membuat para produsen saling berlomba untuk memenuhi keinginan konsumen secara keseluruhan yang sedang berkembang. Sehingga diperlukan kreativitas dan inovasi baru di bidang produk kulit khususnya tas dan alas kaki yang tetap menjaga nilai estetika fungsi, desain material, kualitas produk dan finishing produk.

Penentuan model dan konstruksi merupakan tahap pertama dalam pembuatan tas dan alas yang menentukan hasil akhir. Dalam hal ini produsen harus dapat memahami keseluruhan langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya dalam pembuatan tas dan alas kaki, dan mampu bersaing serta berinovasi pada trend tas dan alas kaki untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Inovasi di bidang material banyak menjadi sasaran utama bagi para produsen, terutama pada material-material klasik yang sudah jadi budaya dahulu dan dengan sentuhan baru bisa menjadi tas yang sangat cantik dan elegan. Salah satu pemanfaatan material baru yaitu dengan penggunaan material tenun dan batik tulis yang dipadukan dengan kulit sapi atau ular. Selain itu, kualitas tas juga menjadi faktor utama yang perlu dicermati, kerapian dan kekuatan jahitan tas. Maka, Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini berupaya untuk memperbaiki kualitas produksi agar mampu berdaya saing dan mampu bertahan di pasaran.

METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bersifat problem solving dan total solution, pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk .Karenanya bentuk dan metode yang dilakukan mencakup: rancang bangun alat, penyuluhan, demplot alat serta kegiatan pendampingan.

Langkah-langkah yang akan ditempuh selama pelaksanaan program untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi mitra meliputi:

1) Mengimplementasikan Teknologi tepat Guna Mesin Seset Kulit secara mekanis pada proses pengolahan kulit untuk UKM I, mengeliminasi faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak rapinya tas handmade yaitu dengan desain Mesin Seset Kulit secara mekanis pada proses produksi tas dengan demikian, hasil produksinya menjadi lebih rapi dan bisa meningkatkan hasil produksi.

(18)

2) Identifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak rapinya hasil produksi mitra melalui wawancara dan pengamatan langsung selama produksi tas batik dan tenun

3) Mengimplementasikan Teknologi tepat Guna Mesin seset kulit secara mekanis pada proses penyesetan kulit untuk UKM II sehingga hasil produksi alas kaki bisa lebih rapi.

4) Pelatihan operasional proses produksi tas menggunakan mesin seset kulit 5) Evaluasi hasil kegiatan.

HASIL KEGIATAN

Dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh usaha kecil mitra memang sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang bersifat problem solving dan total solution, utamanya pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk. Dengan rancang bangun mesin seset kulit maka kualitas produk akan semakin meningkat juga produktivitas juga bisa semakin meningkat. Dengan adanya difusi teknologi yang berupa mesin peralatan baru maka harga jual pun bisa meningkat, karena kualitas yang ditawarkan lebih bagus dari pada sebelumnya. Diharapkan dengan adanya mesin seset kulit maka omset penjualan akan meningkat sekitar 75%.

Luaran dan Hasil Kegiatan

Secara riil, beberapa hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan di UKM Fajar Kharisma dan Waris Shoes dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Adanya peningkatan produk yang dihasilkan oleh UKM Fajar Kharisma dan Waris Shoes dengan jumlah variasi yang berkembang.

2) Telah berkembangnya produk yang lebih bermutu, berdaya saing dan marketable.

3) Adanya penambahan mesin dan peralatan baru pada UKM mitra yang lebih implementatif, variatif sehingga meningkatkan proses produksi.

4) Telah terjalinnya kerja sama dan penggalangan komitmen antara perguruan tinggi dan UKM mitra sehingga semakin mempermudah pembinaan yang berkelanjutan (sustainable).

Dari uraian sebelumnya didapat beberapa hasil kegiatan yang telah dicapai sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1.Luaran dan Realisasi/HasilKegiatan

No. Luaran Hasil

1. Rancang bangun alat dan penerapan teknologi tepat guna bagi UKM I

a) Terwujudnya seperangkat mesin seset kulit b) SOP (Standart Operational Procedure) kerja

mesin didasarkan atas prinsip sayatan. Dengan hasil yang cukup memuaskan dan dapat

meningkatkan kualitas dengan hasil yang lebih rapi dan lebih efisien dalam waktu pengerjaan. 2. Rancang bangun

alat dan penerapan teknologi tepat

a) Terwujudnya seperangkat mesin seset kulit b) SOP (Standart Operational Procedure) kerja

(19)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

No. Luaran Hasil

guna bagi UKM II hasil yang cukup memuaskan dan dapat meningkatkan kualitas dengan hasil yang lebih rapi dan lebih efisien dalam waktu pengerjaan.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut:

1. Implementasi teknologi proses dan rekayasa mesin/alat (mesin seset) menyebabkan terciptanya produk tas dan alas kaki kulit berpadu tenun dengan kualitas lebih rapi dan lebih kuat. Selain itu, dengan adanya implementasi teknologi ini menjadikan waktu produksi menjadi lebih singkat.

2. Terjaminnya mutu /kualitas tas dan alas kaki kulit berpadu tenun sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih bersaing dengan produk lainnya yang sejenis.

3. Usaha Kecil Menengah pembuatan tas dan alas kaki handmade berbahan kulit dipadu tenun dan batik menjadi lebih tangguh, mandiri, berprospek berkelanjutan serta berbasiskan pada sumber daya lokal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai Program IbM yang tim usulkan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan rekan-2 Tim IbM 2016, Rektor UnMer Malang Cq. Ka. LP2M dan Mitra UKM yang telah mendukung pelaksanaan Program IbM.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, H. T. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM.

Jac Stolk, C. Kros. 1993. Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin, edisi 21. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Sularso, Kiyokatsuga. 1994. Dasar-Dasa r Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sighley et al.. 1988. Perencanaan Bangunan Elemen Mesin, Jilid I, II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Surdia, Tata & Shinroko Saito. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita.

(20)

PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF

BERBASIS BAHAN BAKU KAYU DI MALANG-JATIM

M. Alfian Mizar

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang fianmz@yahoo.com.

Abstrak: Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) ini difokuskan pada dua tempat kegiatan industri, yaitu: (1) kegiatan produksi di workshop CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1) terletak di Desa Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang yang merupakan industri kreatif memproduksi gitar elektrik, gitar semi elektrik dan gitar akustik; dan (2) UD. ADI ANUGERAH (UKM 2) yang terletak di Junrejo Kota Batu-Malang dengan produksi aneka kerajinan/produk berbahan baku kayu dan turunannya (seperti MDF). Permasalahan UKM mitra dalam program IbPE ini adalah peningkatan kualitas desain produk, peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk sesuai dengan persyaratan produk, penajaman visi produksi (selalu berorientasi pada kebutuhan pasar), peningkatan teknikal skill dan manajemen skill, serta penataan Lay-out produksi, peningkatan keselamatan dan kenyamanan kerja. Dari hasil program IbPE ini telah dilakukan kegiatan-kegiatan dan dampak luaran berupa: (1) penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin planner, perangkat finishing produk, dan mesin sender, (2) implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar na sional dan ekspor, (3) pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha, (4) penataan Lay out mesin/peralatan produksi dan penataan manajemen, (5) perluasan pangsa pasar, (6) terjadi peningkatan jumlah karyawan dan peningkatan omzet 20%. Kata kunci: peningkatan produk ekspor, industri kreatif, bahan baku kayu, mesin UKM

Abstract: Ipteks Program for Export Products (IbPE) is focused on two areas of industrial activity: (1) production activities in NS. Workshops CV. MAKMUR JAYA ABADI (SMEs 1) located in the village of Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang that the creative industries are producing electric guitar, semi electric guitar, and acoustic guitar, and (2) UD. ADI ANUGERAH (SMEs 2) located in the city of Malang-Batu Junrejo with the production of a wide range of crafts/products made of wood and its derivatives (such as MDF). Problems of SMEs in partner program IbPE this is an increase in the quality of product design, production capacity and product quality according to the requirements of the product (including do not contain toxic/poison and fungus/mushrooms), sharpening the vision of production (always oriented towards the needs of the market), improvement of technical skill and management skills, as well as the arrangement of the Lay-out of production, increased safety and comfort work. From the results of this IbPE program activities have been carried out and the impact of external in the form of: (1) Ipteks application by engineering, manufacturing

(21)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

and procurement of planner machine, finishing products machine, and sender machine, (2) the implementation of science and technology through the development of a national market and potentially products export, (3) mentoring to entrepreneurs in order to improve the quality of design, product quality, increased production capacity, and business management (4) Lay out the machine/equipment Setup and production management, (5) stub expansion of market share, (6) an increase in the number of employees and an increase in turnover of 20%.

Keywords: Improved export product, creative industries, wood raw materials, SMEs machinery.

PENDAHULUAN

Percepatan pembangunan melalui program implementasi Ipteks bagi pengrajin, industri kecil atau masyarakat usaha kecil dan menengah (UKM), dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana, pengembangansistem kelembagaan, penguasaan teknologi, serta pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan bertanggung jawab.Dalam situasi global saat ini, hampir semua negara mengandalkan peran dominan industri kecil dan menengah (IKM)/UKM dalam pertumbuhan ekonominya. Pertimbangannya, selain IKM membutuhkan kapital rendah, memanfaatkan sumber-sumber lokal, mampu berkomunikasi dengan baik, mempunyai target spesifik, juga responsif terhadap perubahan permintaan (Lalkaka, 1997).

Di negara maju dan negara berkembang, pengembangan IKM menjadi titik perhatian (the attention point), karena IKM memiliki peran ekonomi-sosial-politik berupa kesempatan kerja, pendayagunaan sumber, dan peningkatan pendapatan. Program pengembangan IKM tersebut dilakukan untuk membendung turunnya aktivitas ekonomi (untuk Negara industri), meningkatkan pembangunan ekonomi nasional (untuk Negara berkembang), dan merupakan bagian dari industrialisasi dan penyediaan kesempatan kerja (Neck dan Nelson, 1987). Sedangkan di Indonesia, sektor IKM memegang peranan sangat penting, terutama apabila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh IKM. Untuk itu, pembangunan IKM di Indonesia diharapkan menjadi sektor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan.

Menurut Dirjen IKM (Jawa Pos, 25 Desember 2006), IKM mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Jumlah unit usaha IKM saat ini mencapai lebih dari 98% dari total industri nasional, beragam jenis produk dan populasi penyebarannya, dan banyak menyerap tenaga kerja (padat karya). Pada akhir tahun 2006 jumlah IKM tercatat 3,43 juta dengan menyerap tenaga kerja 8,85 juta, terjadi peningkatan pertumbuhan IKM dari 3,48% (pada 2005) menjadi 4,6% pada 2006.Hal ini menunjukkan betapa pentingnya eksistensi IKM dalam mendukung perekonomian nasional. Apabila IKM berhasil ditumbuhkembangkan, akan memberikan andil dalam mewujudkan perekonomian nasional. Untuk itu, peningkatan pertumbuhan dan peran IKM perlu terus diupayakan melalui pembinaan yang terprogram, terarah, berdaya guna dan berhasil guna.

Strategi pengembangan industri nasional mengindikasikan pentingnya peran IKM sebagai industri pendukung. Pengembangan IKM yang handal sebagai

(22)

industri pendukung dan berorientasi ekspor, disyaratkan pemanfaatan teknologi secara intensif. Pemanfaatan teknologi dapat berdampak pada unsur cost, quality, delivery dan flexibility. Kontribusi utama dari IKM yang berorientasi teknologi, akan menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi, mampu meningkatkan produktivitasnya melalui perbaikan produk dan proses, dan dapat menjawab kebutuhan konsumen (JICA, 1999). Mengingat begitu besar potensi IKM baik dilihat dari jumlah maupun penyerapan tenaga kerja serta masih sarat dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, agar IKM dapat berkembang menjadi industri tangguh, diperlukan bantuan dan pembinaan berkelanjutan (Lalkaka, 1997).

Program Ipteks bagi produk Ekspor (IbPE) ini mendukung pengembangan UKM produk berbasis kayu, secara umum bertujuan untuk: (1) memacu pertumbuhan ekspor produk berbasis kayu melalui pertumbuhan pasar yang kompetitif, (2) meningkatkan pengembangan UKM dalam merebut peluang ekspor melalui peningkatan kualitas produk berbasis kayu dan pemasarannya, dan (3) melakukan implementasi teknologi dan manajemen ke UKM mitra.

Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) ini difokuskan pada dua tempat kegiatan industri, yaitu: (1) kegiatan produksi di workshop CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1) terletak di Desa Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang yang merupakan industri kreatif memproduksi gitar elektrik, gitar semi elektrik dan gitar akustik, dan (2) UD. ADI ANUGERAH (UKM 2) yang terletak di Junrejo Kota Batu-Malang dengan produksi aneka kerajinan/produk berbahan baku kayu dan turunannya (seperti MDF).

Permasalahan utamaUKM mitra dalam program Ipteks bagi produk ekspor ini adalah:

1. Peningkatan kualitas desain produk (sesuai tuntutan perkembangan Ipteks yang berpotensi pasar antar propinsi/pulau dan ekspor), dan penganekaragaman produk.

2. Peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk sesuai dengan persyaratan produk

3. Penajaman visi produksi (selalu berorientasi pada kebutuhan pasar).

4. Peningkatan teknikal skill dan manajemen skill berupa pengetahuan dan keterampilan dalam hal manajemen produksi dan personalia, permodalan dan perluasan pasar ekspor.

5. Penataan Lay-out produksi, peningkatan keselamatan dan kenyamanan kerja. Untuk lebih meningkatkan kemampuan produksi dan akses pasar pada jenis usaha produk gitar elektrik dan gitar aksutik serta pada jenis usaha media pembelajaran, alat-alat permainan dan perangkat pendukung pembelajaran tersebut, maka di kedua industri tersebut, masihdiperlukanpenyelesaianmasalahdansejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, terutama dalam hal desain produk, pengembangan dan finishing produk secara kreatif-inovatif, serta peningkatan kualitas produk menjadi lebih ramping, ergonomik, non-toxic dan anti jamur. Percepatan akses pemasaran juga masih menjadi masalah di kedua UKM ini, sehingga diperlukan katalog produk dan website produk yang lebih komunikatif dan mudah diakses.

(23)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

Sumber Inspirasi

Kebutuhan pokok usaha kecil/menengah mitra yang disepakati bersama untuk diselesaikan dan menjadi target kegiatan selama tiga tahun diuraikan sebagai berikut (Mizar, M. Alfian., 2013):

(1) Bahwa permasalahan yang ada di industri CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1), yaitu diperlukan penataan (lay out peralatan/mesin produksi), karena tata letak mesin-mesin produksinya belum sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dan keselamatan kerja. Dalam produksinya diperlukan mesin yang mendesak untuk kepentingan mengatasi masalah produksi agar produk lebih presisi dan simetri, berupa: mesin router-cutter copy, mesin planer, mesin sender (mesin gosok), kompresor, mesin pengering, perangkat finishing produk, mesin/perangkat eliminasi limbah produksi, peningkatan pengetahuan desain produk agar diperoleh desain pengembangan produk yang bervariasi, teknologi finishing, katalog produk, website, serta manajemen usaha dan pembukuan yang masih belum menerapkan azas pengelolaan usaha yang benar.

(2) Bahwa permasalahan yang ada di industri UD” ADI ANUGERAH” (UKM 2), diperlukan penataan (lay-out) peralatan/mesin produksi karena tata letak mesin-mesin produksinya belum sepenuhnya memperhatikan unsur-unsur kenyamanan dan keselamatan kerja. Dalam proses produksinya diperlukan peralatan/mesin kepresisian dan kesimetrian produk berupa mesin router, gergaji pembentuk jig saw lengan panjang, mesin gergaji sudut yang dapat diatur (Angle circle saw), mesin asah dan perangkat finishing produk, dan mesin/perangkat eliminasi limbah produksi. Di pihak lain peningkatan pengetahuan tentang desain produk sangatlah diperlukan agar diperoleh desain-pengembangan produk yang bervariasi (tidak monoton) dan sesuai dengan selera konsumen, teknologi finishing yang kurang menarik dan tidak lengkap (tidak ada lembar manual), serta manajemen usaha dan pembukuan masih sederhana sehingga belum menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan industri yang benar.

METODE PELAKSANAAN

Metode penyelesaian masalah yang menjadi target dalam kegiatan IbPE ini diselesaikan dalam waktu tiga tahun, penyelesaian pada tahun kedua ini terwujud dalam uraian pada karya utama tahun kedua, sedangkan secara utuh metodenya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan: mesin router cutter copy, mesin router, mesin planer, mesin sender (mesin gosok), kompresor, gergaji pembentuk (jig saw lengan panjang), mesin gergaji sudut (angle circle saw), mesin pengering, perangkat finishing produk, dan mesin/perangkat eliminasi limbah produksi.

2. Pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, meliputi: penganekaragaman produk, kualitas desain produk sesuai dengan perkembangan Ipteks dan filosofi masyarakat tujuan pemasaran, teknologi finishing produk. 3. Perluasan pangsa pasar: pengembangan website dan katalog produk,

pengembangan pasar dalam negeri, dan menjalin kerjasama/kemitraan yang lebih luas, terutama dengan mitra eksportir.

(24)

4. Pengajuan kredit usaha: pendampingan proposal pengajuan kredit permodalan kepada perbankan dan BUMN.

5. Penataan manajemen: (a) penerapan manajemen produksi, (b) manajemen pengembangan sumber daya manusia (penguasaan desain produksi dan sekaligus bertindak sebagai quality controle, (c) manajemen keuangan dan penerapan prinsip akutansi secara benar.

6. Penataan legalisasi usaha terutama pada UKM 2, direncanakan dilakukan bersama-sama UKM pada tahun kedua.

7. Pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian karya utama ini berisi hasil kegiatan pada tahun kedua IbPE, diuraikan sebagai berikut:

1. Penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin-mesin Planner, perangkat peralatan finishing produk, dan 2 unit mesin sender. 2. Implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar nasional

dan ekspor, meliputi: penganeka ragaman produk, kualitas desain produk sesuai dengan perkembangan Ipteks dan filosofi masyarakat tujuan pemasaran, serta teknologi finishing produk. Untuk keperluan itu dilakukan pengembangan desain produk unggulan secara kreatif, inovatif dan berorientasi ekspor, serta penajaman visi produksi dan kejelasan segmen pasarnya.

3. Pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha. 4. Penataan Lay out mesin/ peralatan produksi yang dilakukan bersama-sama

dengan pihak UKM untuk memudahkan alur penyiapan bahan dan alur proses produksi sampai dengan finishing produk.

5. Penataan manajemen: (a) penerapan manajemen produksi, (b) manajemen pengembangan sumber daya manusia (penguasaan desain produksi dan sekaligus bertindak sebagai quality control, (c) manajemen keuangan dan penerapan software akutansi dan administrasi usaha.

6. Perluasan pangsa pasar dengan pembuatan katalog dan website produk, pengembangan pasar dalam negeri, dan menjalin kerjasama/kemitraan yang lebih luas, terutama dengan mitra eksportir.

7. Terjadi peningkatan omzet 20% pada UKM 1 dan UKM 2. Untuk jumlah karyawan terjadi peningkatan pada UKM 1 dari 15 menjadi 18 sedangkan pada UKM 2 dari 14 menjadi 20 orang.

Berikut dokumentasi hasil kegiatan berupa mesin dan peralatan serta produk UKM mitra.

(25)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

UKM 1: CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI, Jatikerto – Malang

Uji Kinerja Produksi dengan Mesin Planner

Uji Kinerja Produksi dengan Mesin Sender

(26)

Proses Produksi Gitar Elektrik

Produk Gitar (Hasil Pengembangan) Display Produk Gitar siap di Pasarkan

Web site Produk UKM 1: darieos.com UKM 2: UD. ADI ANUGERAH Batu – Malang

(27)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

Uji Kinerja Produksi dengan Mesin/Peralatan Finishing Produk

Proses Produksi di UKM 2

Web UKM 2: anugerahkayu.com

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil program IbPE ini adalah:

1. Untuk mengatasi permasalahan peningkatan kuantitas dan kualitas produk, telah di implementasikan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin Planner, perangkat peralatan finishing produk, dan 2 unit mesin sender.

2. Implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, dilakukan dengan cara peningkatan technical skill dan manajemen skill dalam bentuk pelatihan dan pendampingan kepada para pengusaha guna

(28)

peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan aplikasi software manajemen usaha, serta desain web on-line untuk pemasaran produk UKM mitra.

3. Perluasan pangsa pasar nasional dan ekspor, melalui mitra pemasaran.

4. Terjadi peningkatan jumlah karyawan, dan peningkatan omzet sekitar 20% baik pada UKM 1 maupun UKM 2.

DAFTAR PUSTAKA

Jawa Pos. 2006. Ekspor Industri Kecil Menengah (IKM) capai USD 8,65 M, Jawa Pos, Senin 25 Desember 2006.

JICA, 1999.The followup study on the Development of supporting industries in the Republic of Indonesia. Draft Final Report. Japan: JRI Ltd.&YE Co. Ltd. Lalkaka, R.1997, Lesson from International experience for the Promotion of

Business Incubation Systems in Emerging Economies. Austria: Small Medium Enterprises.

Mizar, M. Alfian., 2013. Laporan Akhir Program IbPE Tahun Kedua. Malang: LP2M Universitas Negeri Malang.

Neck, P.A., dan Nelson, R.E. 1987. Small Enterprise Development: Policies and programmes, Second (revised) edition, Geneva: International Labour Office.

(29)

DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016

IbM BANK SAMPAH, KOMPOSTER DAN

RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) MENUJU LINGKUNGAN

SEHAT RW 3 KELURAHAN MADYOPURO

KEC. KEDUNGKANDANG MALANG

Nukhan Wicaksana Pribadi1, Mudji Rahayu2

1PPkn Universitas Wisnuwardhana Malang, 2Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang

1nukhan.wp@gmail.com

Abstrak: Masyarakat RW 3, Kelurahan Madyopuro, Kota Malang, adalah kelompok masyarakat yang berada di tepi sungai Amprong, Kota Malang. Kondisi kampung RW 3 ini masih terlihat kurang bersih, karena padat penduduknya dan kondisi lingkungan kurang bersih, karena banyak warga penduduk yang memelihara burung dan peternakan lainnya. Belum terdapat pengelolaan tempat sampah yang baik, dan bahkan sampah di buang di sungai. Akibatnya jika terjadi hujan, sering terjadi genangan dan banjir, karena tidak terdapat selokan air di pinggir jalan utama. Salah satu Wilayah adalah RW (Rukun Wa rga) 03, yang terdiri dari 7 RT. Jumlah penduduk sekitar 1819 orang terdiri dari 524 KK. (Data RW 03, 2012). Kondisi lingkungan di RW 3 ini ma sih kurang, terbukti diantara rumah penduduk masih terdapat rumah tidak sehat sebanyak 81 rumah, tanpa ventilasi dan kekurangan pertukaran udara dan penerangan. Belum terdapat satu LPS (Lahan Pembuangan Sementara) untuk menampung sampah RT. Setiap KK menghasilkan sampah + /- 1 kg/hari/KK, dan seluruh RW menghasilkan sampah 845 kg/hari. Oleh karena itu, diusulkan adanya Bank sampah di RW 3, yaitu pemilihan sampah organik dan non organik. Sampah organik di tampung di wadah komposter dan diberikan stater EM 4 untuk di olah menjadi pupuk organik. Selanjutnya, pupuk organik dapat dimanfaatkan sebagai media penanaman sayuran organik di rumah warga untuk menciptakan rumah pangan lestari (RPL) di Kota Malang.Selain itu untuk membantu menciptakan lingkungan sehat dan bersih di masing-masing rumah warga yang termasuk kategori rumah tidak sehat.

Kata kunci: bank sampah, komposter, penataan, lingkungan sehat, rumah pangan lestari.

Abstract: The community of RW 3, Madyopuro Urban Village, Mala ng City, is a community group in the river side Amprong, Malang. The condition of RW 3 village still looks less clean, due to the density of the population and the environmental condition is less clean, because many people are taking care of birds and other farms. Not much management of the trash is good, and even waste in the waste in the river. Because of the rain, there are frequent puddles and floods, because there are no waterways on the main road. One of the Regions is RW (Rukun Warga) 03, which consists of 7 RTs. The population of about 1819 people consists of 524 families. (Data RW 03, 2012). Environmental conditions in RW 3 is still lacking, evident between home residents there are still unhealthy homes as many as 81 houses, without

(30)

ventilation and lack of air and lighting facilities. There has not been a LPS (Temporary Disposal Land) to accommodate RT garbage. Each KK generates waste of + /- 1 kg / day / KK, and the entire RW produces 845 kg / day of waste. Therefore, there is a garbage bank in RW 3, which is organic and non-organic waste. Organic waste in the container at the composter and given EM 4 stater to be processed into organic fertilizer. Furthermore, organic fertilizers can be utilized as a medium for home food at home citizens to create sustainable food homes in the city of Malang. Beside that to help create a healthy and clean environment in each home residents belonging to the category of unhealthy homes.

Keywords: bank waste, composter, arrangement, healthy environment, sustainable food home.

PENDAHULUAN

Kelurahan Madyopuro, khususnya Rukun Warga (RW) 3merupakan salah satu lokasi kampung yang padat penduduknya, terletak di kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang, Kondisi lingkungan di RW 3 ini cukup padat, namun kurang memenuhi standart untuk penataan lingkungan yang bersih. Permasalahannya antara lain karena padat penduduknya, tata letak rumah juga padat sehingga tidak terjaga kondisi lingkungan, terutama pengelolaan sampahnya. Jika hujan terjadi genangan air dan selalu banjir, hal ini diakibatkan kurangnya pengelolaan sampah, belum adanya penataan lingkungan dan kurangnya selokan air di pinggir jalan kampung.Sehingga kondisi kampung masih kurang tertata dan bersih lingkungannya.

Salah satu Wilayah adalah RW (Rukun Warga) 03, yang terdiri dari 7 RT. Jumlah penduduk sekitar 1819 orang terdiri dari 524 KK. (Data RW 03, 2012). Kondisi lingkungan di RW 3 ini masih kurang, terbukti diantara rumah penduduk masih terdapat rumah tidak sehat sebanyak 81 rumah, tanpa ventilasi dan kekurangan pertukaran udara dan penerangan. Belum terdapat satu LPS (Lahan Pembuangan Sementara) untuk menampung sampah RT. Pengelolaan sampah di RW 3 ini dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut, yaitu pengambilan dari rumah tangga, pengumpulan di LPS, pengangkutan sampah dari LPS ke LPA (Lahan Pembuangan Akhir) di Supit Urang. Pengambilan sampah dari rumah tangga dilakukan seminggu dua kali.

Karena, dikampung ini belum terdapat lingkungan dan pengelolaan sampahnya yang teratur, maka rumah- rumah di sekitar RW 3 ini masih juga memprihatinkan. Apalagi tropografi kampung ini di tepi Sungai Amprong, di pinggir Kota Malang. Tahun 2013, terdapat rumah-rumah penduduk yang dibawah standart rumah sehat. Akibatnya terdapat 15 orang penduduk yang terkena TBC dan beberapa orang termasuk anak-anak terkena demam berdarah (DB). Kondisi ini sangat memprihatinkan. Perilaku penduduk juga beragam, banyak memelihara peternakan burung dan ayam, tetapi limbah kotorannya tidak diperhatikan. Perilaku seperti ini menambah buruknya lingkungan di sekitar RW 3. Pengelolaan lingkungan yang tidak bersih dan teratur ini, mengakibatkan beberapa penyakit, baik psikis maupun non psikis, diperlukan penataan sampah yang bersih dan perubahan perilaku penduduk.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak melampirkan surat pernyataan tidak masuk dalam hitam, tidak dalam sanksi pidana , Surat pengangkatan tenaga ahli tetap perusahaan, Tidak melampirkan bukti

[r]

Hukum Kirchhoff I menyatakan : Jumlah aljabar kuat arus yang menuju suatu titik cabang rangkaian listrik = jumlah aljabar arus yang meninggalkan titik cabang

Yang dimaksud dengan tipelogi badan hasil penggabungan fungsi penunjang urusan pemerintahan ditetapkan sesuai

Nilai total ketakteraturan titik dari graf G ( total vertex irregularity strength ) dinotasikan dengan adalah nilai k minimum atau label terbesar minimum yang

Menurut pendapat dari salah satu hakim di Pengadilan Agama Watampone beberapa kasus yang ditemukan mengenai perceraian akibat pernikahan usia dini, ketika mereka

a) Standar ekonomi mikro dengan memaksimalakn profit adalah bersifat statis karena tidak memperhatikan dimensi waktu, sehingga tidak ada perbedaan antara profit

Konflik dapat berpengaruh pada prilaku individu dan Konflik dapat berpengaruh pada prilaku individu dan kelompok baik pengaruh yang bersifat negatif. kelompok baik pengaruh