• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI

KELAS XI SMA N 1 SEWON

Arsyita Putri Rahmatika *)

Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

*)

Email : arsy.itaputratika@gmail.com ABSTRAK

Latar Belakang: Kabupaten Bantul memiliki jumlah penderita kanker payudara terbanyak di DIY. Ditemukan 3 penderita dalam rentang usia 15-24 tahun. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini kanker payudara. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan penyuluhan metode ceramah dan diskusi terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Metode: Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen semu dengan pendekatan postest-only with control group design. Subjek penelitian adalah siswi kelas XI di SMA N 1 Sewon yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel sebanyak 60 responden, dengan 30 responden sebagai kelompok eksperimen dan 30 lainnya sebagai kalompok kontrol. Analisis data menggunakan independent t test dengan taraf signifikansi 95%. Hasil: Rata-rata nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada kelompok diskusi sebesar 70,55, sedangkan pada kelompok ceramah sebesar 55,37. Hasil analisis t = 5,002 dengan p = 0,000. Kesimpulan: Ada perbedaan penyuluhan metode ceramah dan diskusi terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas XI SMA N 1 Sewon. Kata kunci : Ceramah, Diskusi, Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri

ABSTRACT

Background: Bantul Regency has the largest breast cancer victims in the Special Region of Yogyakarta province. Three victims with the age ranging from 15 to 24 years old were found.Self-breast examination is an early detection of breast cancer. Objective: To investigate the difference between lecturing method extension and discussion method extension on self-breast examination skill. Method: Experimental method with postest-only with control group design. Its subjects were female students in Grade XI of State Senior Secondary School 1 of Sewon. Samples of research were taken by using cluster random sampling technique. They consisted of 60 respondents and were divided into two groups, namely: experimental group and control group. Each consisted of 30 students. The data of research were analyzed by using the independent t test at the significance level of 95%. Result: The mean score of the self-breast examination of the group discussion was 70.55 whereas that of the lecturing group was 55.37. The result t-test was t = 5.002 with the p-value of 0.000. Conclusion: There was a difference between lecturing method extension anddiscussion method extension on self-breast examination skill of female students in Grade XI of State Senior Secondary School 1 of Sewon. Keywords: Lecturing, Discussion, Self-breast examination skill

(2)

commit to user PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan penyebab tersering kematian wanita akibat kanker di seluruh dunia. Sebanyak 1,7 juta wanita terdiagnosis kanker payudara, 6,3 juta wanita hidup dengan kanker payudara yang terdeteksi dalam lima tahun sebelumnya, dan kematian wanita akibat kanker payudara sebanyak 522.000 (International Agency for

Research on Cancer, 2012). Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010 menyebutkan kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia yakni sebesar 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014).

Hasil studi pendahuluan tentang

penderita kanker payudara menurut

kabupaten/kota Provinsi DIY tahun 2013 menyebutkan bahwa Kabupaten Bantul memiliki jumlah penderita kanker payudara terbesar diantara kelima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 305 orang, dan ditemukan 3 penderita dalam rentang usia 15-24 tahun (SIRS Dinas Kesehatan DIY, 2014).

Deteksi dini kanker payudara

merupakan prioritas. Kesembuhan

meningkat jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini. Hasil penelitian menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI (Long dalam Suhita, 2008). SADARI tepat dilakukan pada remaja usia 16-17 tahun, dikarenakan pada usia tersebut terjadi perkembangan

puncak atau mendekati sempurnanya

perkembangan payudara seorang wanita (Sumiati, 2009). Hasil studi pendahuluan di SMA N 1 Sewon Bantul didapatkan keterangan bahwa sekolah tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang SADARI. Dari 10 siswa, 8 siswi (80%) belum mengetahui tentang SADARI.

Penyuluhan merupakan suatu yang diperlukan untuk menyampaikan pesan

kesehatan kepada kelompok/individu,

dengan harapan dapat memperoleh

pengetahuan kesehatan dan mendasari

perilaku kesehatan. Penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diperlukan untuk membentuk keterampilan pemeriksaan payudara sendiri yang baik sehingga akan terbentuk perilaku kesehatan dalam hal mendeteksi kelainan pada payudara. Metode merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyuluhan. Ceramah merupakan metode yang paling

sering digunakan dalam penyuluhan

terutama dalam memperkenalkan topik baru. Namun hanya 5% materi yang dapat diingat. Dengan metode diskusi, peserta dapat mengingat 50% materi (Emilia, 2008; Majid, 2013; Zaini, 2008).

Uraian di atas mendasari peneliti untuk mengambil judul “Perbedaan Penyuluhan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Sewon”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

penelitian eksperimen semu dengan

pendekatan postest-only with control group design. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sewon, Bantul, Yogyakarta pada bulan Desember 2014 - Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah siswi Kelas XI SMA N 1 Sewon sejumlah 158 orang.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Kelas XI yang terdiri dari 10 kelas diambil 4 kelas secara acak dengan teknik undian. Tiap individu di dalam kelompok/kelas yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Empat kelas yang diperoleh secara acak dari hasil undian adalah kelas XI MIA 2 sejumlah 20 siswi, XI MIA 6 sebanyak 10 siswi, XI IIS 1 sebanyak 16 siswi, dan XI IIS 2 sebanyak 14 siswi.

Estimasi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang untuk masing-masing

(3)

commit to user

grup, sehingga total sampel yang diperlukan yakni 60 responden.

Pemberian intervensi berupa

penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cheklist Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Analisis univariat dalam penelitian ini

untuk mendeskripsikan karakteristik

responden dan keterampilan sesudah

intervensi dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentase. Analisis bivariat pada penelitian ini sebelumnya dilakukan uji

normalitas data menggunakan uji

Kolmogorof–Smirnov. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji t test tidak berpasangan

(independen sampel t-test) dengan

menggunakan bantuan program SPSS

(Statistical Package for Social Science) For Windows versi 16.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Umur responden

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur di SMA N 1 Sewon

Umur (tahun)

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%) 15 1 3,33 0 0 16 11 36,67 9 30 17 18 60 21 70 Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas

responden dari kelompok eksperimen

berumur 17 tahun (60%). Sebelas responden (36,67%) berumur 16 tahun, dan 1 responden (3,33%) berumur 15 tahun. Pada kelompok kontrol, sebagian besar responden juga berusia 17 tahun (70%). Responden yang berumur 16 tahun sebanyak 9 orang (30%), dan tidak ada responden yang berusia 15 tahun.

2. Keterpaparan informasi tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan keterpaparan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA N 1 Sewon Keterpaparan informasi Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frek. (n) Presentase (%) Frek. (n) Presentase (%) Belum 21 70 22 73,33 Sudah 9 30 8 26,67 Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, 21 responden (70%) belum pernah mengetahui informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri sementara itu 9 responden (30%) pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pada kelompok kontrol, 22 responden (73,33%) belum pernah mengetahui informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri, dan 6 responden (26,67%) pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi nilai

keterampilan pada kelompok eksperimen (diskusi) dan kelompok kontrol (ceramah) di SMA N 1 Sewon

Keterampilan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frek. (n) Presentase (%) Frek. (n) Presentase (%) Baik 12 40 3 10 Cukup 16 53,33 14 46,67 Kurang 2 6,67 13 43,33 Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 4.3 menunjukkan distribusi

frekuensi nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) responden yang dikategorikan menurut Riwidikdo (2013) menjadi baik dengan nilai >76,59, cukup dengan rentang 50,07-76,59,dan kurang dengan nilai <50,07. Pada kelompok

eksperimen (diskusi), responden yang

memiliki keterampilan baik sebanyak 12 orang (40%), sedangkan pada kelompok

(4)

commit to user

kontrol 3 responden (10%) yang memiliki keterampilan baik. Responden yang memiliki keterampilan dalam kategori cukup sebanyak 16 responden (53,33%) pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 14 responden

(46,67%). Responden yang memiliki

keterampilan dalam kategori kurang, 2

responden (6,67%) pada kelompok

eksperimen, dan 13 responden pada

kelompok kontrol (43,33%).

Tabel 4.4 Skor rata-rata keterampilan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di SMA N 1 Sewon

Kelompok N Mean SD Min. Maks.

Eksperimen 30 70,55 10,93 50,00 88,89

Kontrol 30 56,11 11,42 33,33 77,78

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 4.4 menunjukkan mean atau rata-rata keterampilan pemeriksaan payudara sendiri pada kelompok eksperimen yakni 70,55, sedangkan pada kelompok kontrol

sebesar 56,11. Standar deviasi skor

kelompok eksperimen sebesar 10,93,

sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 11,42. Nilai minimum pada metode diskusi sebesar 50,00 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 33,33. Nilai maksimum pada

kelompok eksperimen sebesar 88,89

sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 77,78.

Analisis Bivariat

Data sebelumnya dilakukan uji

persyaratan analisis yaitu uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS versi 16 menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Kelompok Kolmogorof-Smirnov (Sig.)

Eksperimen 0,104

Kontrol 0,158

Sumber: Data Primer, 2015

Hasil uji normalitas menunjukkan

sebaran data dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal (p>0,05).

Tabel 4.6 Hasil Uji Independent t-test

Levene’s Test for Equality of Variance s

t-test for Equality of Means

Sig t Sig. (2-tailed) Mean Difference Keterampilan SADARI 0,874 5,002 0,000 14,44533

Sumber: Data Primer, 2015

Hasil t-test menunjukkan p value uji t sebesar 0,000 (p < 0,05), dengan mean difference sebesar 14,44533. Maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada perbedaan antara diskusi dan ceramah

terhadap keterampilan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI). PEMBAHASAN

Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat dari umur. Mayoritas umur responden yakni 17 tahun baik dari

kelompok eksperimen (60%) maupun

kelompok kontrol (70%). Responden yang berumur 16 tahun sebanyak 36,67% pada kelompok eksperimen, sedangkan pada

kelompok kontrol sebanyak 30%.

Responden yang berumur 15 tahun hanya satu orang (3,33%) yang berada pada

kelompok eksperimen. Usia tersebut

termasuk dalam masa remaja pertengahan

(15-18 tahun), masa berkembangnya

kemampuan berpikir yang baru, dimana

seorang individu mencapai puncak

perkembangan aspek intelektual.

Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi dan mulai munculnya kemampuan

nalar secara ilmiah, belajar menguji

hipotesis, perencanaan, dan eksplorasi. Hal ini mempengaruhi pengetahuan sehingga

berpengaruh terhadap praktik atau

keterampilan seseorang (Agustiani, 2006).

Karakteristik responden yang lain

adalah keterpaparan informasi terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Mayoritas responden baik dari kelompok

(5)

commit to user

eksperimen (70%) maupun kelompok

kontrol (73,33%) belum pernah mengetahui

tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI). Salah satu penyebabnya adalah belum adanya informasi dan penyuluhan

tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI). Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab UKS SMA N 1 Sewon, UKS SMA N 1 Sewon memang belum memiliki program penyuluhan tentang kesehatan remaja yang diprakarsai sendiri dengan melakukan kerja sama dengan pihak

puskesmas ataupun instansi kesehatan

lainnya.

Keterpaparan informasi akan

berpengaruh terhadap pengetahuan yang berdampak pada keterampilan seseorang.

Karayurt (2008) menyebutkan bahwa

pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI.

Keterampilan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) pada kelompok

eksperimen didominasi oleh kategori cukup sebesar 53,33%. Kategori baik sebesar 40%

dan hanya 6,67% yang memiliki

keterampilan dengan kategori kurang.

Keterampilan kelompok kontrol didominasi oleh kategori cukup sebesar 46,67%. Kategori baik sebesar 10% dan kategori kurang sebesar 43,33%. Rata-rata skor keterampilan pada kelompok eksperimen yakni 70,55 sedangkan pada kelompok kontrol 56,11. Secara keseluruhan hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memilliki perbedaan. Kelompok

eksperimen memiliki rata-rata skor

keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian oleh Tarigan (2010) yang berjudul

“Efektivitas Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan”, menyebutkan bahwa perilaku merupakan respons seseorang terhadap stimulus dari luar berupa respons terbuka

(praktik/tindakan). Perlakuan berupa

penyuluhan pada penelitian ini adalah suatu stimulus yang diberikan dengan dua cara yang berbeda, yaitu dengan metode diskusi dan metode ceramah, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan stimulus yang berbeda akan menimbulkan hasil atau respon yang berbeda. Metode diskusi memberikan dampak pada nilai yang meningkat pada kelompok eksperimen. Metode diskusi memanfaatkan komunikasi dua arah (two way method) serta interaksi antarindividu untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu materi (Notoatmodjo, 2014; Syafrudin, 2009).

Notoatmodjo (2014) menyebutkan

bahwa penyuluhan akan berpengaruh

terhadap keterampilan. Proses belajar yang terjadi yakni pada metode ceramah, peserta

mendapat informasi melalui indera

pendengaran dan penglihatan dengan

menggunakan media slide/powerpoint.

Informasi mulai disadari, dipersepsi dan diketahui oleh peserta (awareness) dan retensi pengetahuan muncul sebesar 5%. Pada kelompok eksperimen dilanjutkan dengan metode diskusi. Proses yang terjadi dalam tahap ini yang pertama adalah fase perkenalan yang akan mengaktifkan kembali pengetahuan yang telah diberikan melalui

metode ceramah. Fase kedua adalah

eksplorasi, dimana responden didorong untuk memahami materi secara mendalam, terlibat aktif dengan saling tukar-menukar

informasi melalui interaksinya dengan

fasilitator maupun dengan peserta yang lain. Hal ini akan menyebabkan informasi yang

didapat lebih banyak, meningkatkan

(6)

commit to user

topik, mengembangkan pemikiran kritis serta perkembangan sosial. Fase selanjutnya

yakni penutup dimana fasilitator

meringkaskan poin-poin utama diskusi (Eggen & Kauchak, 2012; Jacobsen, 2009; Emilia, 2008). Retensi pengetahuan pada metode diskusi sebesar 50%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Qiftiyah (2012) yang didapatkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban setelah diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yaitu dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa, bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta, sehingga memungkinkan peserta tidak malu untuk berbicara, peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu, peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pada kelompok eksperimen didominasi dengan kategori cukup dan terdapat 2 responden (6,67%) yang memiliki kategori kurang hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan,

nilai, tradisi serta hubungan sosial

responden. Motivasi dapat berpengaruh

terhadap keterampilan seperti yang

disebutkan dalam penelitian Melina (2014) bahwa individu yang memiliki motivasi tinggi memiliki tingkat keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

memiliki motivasi rendah. Fasilitas

pelayanan kesehatan, serta sikap dan perilaku tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat juga berpengaruh terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) (Notoatmodjo, 2014). Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan sehingga dapat berpengaruh terhadap keterampilan responden.

Metode ceramah yang dilakukan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa keterampilan juga didominasi oleh kategori cukup sebesar 46,67%, disusul 43,33% dengan kategori kurang dan terdapat pula responden yang memiliki keterampilan baik sebesar 10%. Sementara itu mean/ rata-rata

skor keterampilan lebih rendah

dibandingkan pada kelompok eksperimen.

Banyaknya responden yang memiliki

keterampilan dalam kategori kurang dapat disebabkan karena kurangnya penguasaan materi oleh siswa. Hal tersebut dapat disebabkan karena ceramah hanya memiliki retensi pengetahuan sebesar 5% (Emilia, 2008), yang memungkinkan responden lupa

dengan langkah-langkah pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI), sehingga

berpengaruh pada keterampilan dalam

memperagakan pemeriksaan tersebut. Pada metode ceramah, penyuluh lebih aktif, dan komunikasi hanya terjadi satu arah. Hal ini

menyebabkan informasi tidak lama

mengendap atau diingat hanya untuk jangka pendek (Susilo, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Wulandari (2013) yang berjudul “Perbedaan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Sikap tentang SADARI ditinjau dari

Pengetahuan”, menyebutkan bahwa

komunikasi dalam ceramah hanya satu arah

(one way communication) sehingga

kemungkinan belajar lebih sedikit karena tidak ada umpan balik. Ceramah tidak sesuai untuk mempelajari keterampilan yang rumit, penyaji harus menguasai semua materi dan cepat membosankan bila ceramah kurang menarik bahkan bisa terjadi timbulnya pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan (Emilia, 2008).

(7)

commit to user

Hasil analisis bivariat

menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna antara keterampilan

pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) siswi setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan penyuluhan dengan metode diskusi. Metode diskusi lebih meningkatkan enyuluhan dengan metode diskusi dapat

meningkatkan keterampilan

pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada siswi SMA N 1 Sewon. Penyebabnya adalah pada penyuluhan metode diskusi terdapat keterlibatan siswi berupa interaksi antarpeserta maupun dengan fasilitator, adanya asesmen dan umpan balik dan adanya kesempatan untuk memperdalam materi dikarenakan sebelumnya sudah ada

dasar pengetahuan dari metode

ceramah.

Penelitian ini didukung oleh

penelitian Green dalam Emilia (2008) yang menyebutkan bahwa metode

diskusi kelompok lebih efektif

dibandingkan metode ceramah

kelompok bila diperlukan adanya

perubahan sikap, atau keterampilan problem solving atau penjelasan tentang keterampilan. Kusumawardani (2012)

menambahkan bahwa adanya

pemberian penyuluhan kesehatan maka pengetahuan akan bertambah sehingga praktik juga akan lebih baik.

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya pretest sehingga tidak dapat diketahui besarnya peningkatan keterampilan sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Selain itu peneliti

tidak mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi keterampilan seperti

pengetahuan, sikap, dan motivasi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Mayoritas umur responden yakni 17 tahun baik dari kelompok eksperimen,

sebanyak 60% maupun kelompok

kontrol, sebanyak 70%. Umur 16 tahun

sebanyak 36,67% pada kelompok

eksperimen dan 30% pada kelompok kontrol. Umur 15 tahun sebanyak 3,33% pada kelompok eksperimen. Mayoritas responden dari kelompok eksperimen, sebanyak 70% dan kelompok kontrol

sebanyak 73,33% belum pernah

mengetahui tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI). Responden yang sudah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) 30% pada kelompok

eksperimen dan 26,67% pada kelompok kontrol.

2. Responden pada kelompok eksperimen yang memiliki keterampilan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) baik

sebanyak 40%, cukup 53,33%, dan

kurang 6,67%. Rata-rata skor

keterampilan responden sebesar 70,55. 3. Responden pada kelompok kontrol yang

memiliki keterampilan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) baik 10%, cukup 46,67%, dan kurang 43,33%. Rata-rata skor keterampilan responden sebesar 56,11.

4. Ada perbedaan penyuluhan dengan

metode ceramah dan diskusi terhadap

keterampilan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) dengan p-value

sebesar 0,000 (p < 0,05) Saran

1. Bagi sekolah

Pihak sekolah melalui bagian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) hendaknya membuat program penyuluhan kesehatan remaja dan melakukan kerja sama dengan pihak puskesmas untuk mengadakan penyuluhan kesehatan remaja terutama tentang pemeriksaan payudara sendiri

(8)

commit to user

(SADARI) kepada seluruh siswi di sekolah tersebut dengan menggunakan metode diskusi.

2. Bagi responden

Responden diharapkan dapat melakukan kegiatan diskusi baik saat pelajaran

maupun membahas topik-topik

kesehatan agar dapat lebih meningkatkan keterampilan dalam hal ini pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) dan

responden diharapkan melakukan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan.

3. Bagi Bidan/petugas kesehatan bidang kesehatan reproduksi puskesmas wilayah Sewon

Bidan/petugas kesehatan bidang

kesehatan reproduksi puskesmas wilayah Sewon sebaiknya juga membuat program penyuluhan kesehatan remaja, termasuk SADARI yang bekerja sama dengan

pihak sekolah menengah atas di

Kecamatan Sewon dengan metode

diskusi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian tentang

metode penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau topik kesehatan reproduksi lainnya. Selain itu peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian serupa agar meneliti skor pretest sehingga diketahui kenaikan

rata-rata skor yang dikehendaki, serta

melakukan kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan seperti pengetahuan, sikap, motivasi, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H., 2006. Psikologi

Perkembangan-Pendekatan Ekologi

Kaitannya dengan Konsep Diri dan

Penyesuaian Diri pada Remaja.

Bandung: PT Refika Aditama. pp.121

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008.

Strategi Pembelajaran dan

Pemilihannya.

https://www.scribd.com/doc/215061565

/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-Dan-Pemilihannya (4

Januari 2015)

Efendi, F., 2008. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. pp. 62-5.

Eggen, P., Kauchak, D., 2012. Strategi

Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berpikir. 6th ed. Jakarta: Indeks. pp.155-64.

Emilia, O., 2008. Promosi Kesehatan dalam

Lingkup Kesehatan Reproduksi.

Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. pp. 31-5, 66-7.

Hidayat, AA., 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. pp. 60-1. International Agency For Research on

Cancer, 2012. World Cancer Factsheet.

http://www.cruk.org/cancerstats (20

November 2014)

Jacobsen, DA., Eggen, P., Kauchak, D., 2009. Methods For Teaching

Metode-metode Pengajaran Meningkatkan

Belajar Siswa TK – SMA. 8th ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pp. 215-7, 238-41.

Kemenkes RI, 2014. Hilangkan Mitos

tentang Kanker.

http://www.depkes.go.id/article/print/20 1407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html (22 November 2014)

Kusumawardani, E., 2012. Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan terhadap

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan

(9)

commit to user

Berdarah Dengue pada Anak.

Universitas Diponegoro. Skripsi.

Majid, A., 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. pp. 194-7, 200-5.

Melina, F., 2014. Perbedaan Media

Pembelajaran (Leaflet dan Video)

terhadap Keterampilan SADARI

Ditinjau dari Motivasi.

http://s2mkk.pasca.uns.ac.id/?cat=2&pa ged=17(30 Mei 2015)

Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. pp. 29-33.

Qiftiyah, M., 2012. Perbedaan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Perilaku Merokok di SMA

Negeri 4 Tuban.

http://lppm.stikesnu.com/wp- content/uploads/2014/02/1-Mariyatul-Q.pdf (30 Mei 2015)

Riwidikdo, H., 2013. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS . Yogyakarta: Pustaka Rihama. pp. 125-142, 185-208. Sari, DA., 2014. Pengaruh Penyuluhan

Metode Demonstrasi terhadap

Keterampilan SADARI Siswi Kelas X dan XI SMA N 1 Kasihan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. KTI.

SIRS Dinas Kesehatan DIY, 2013. Jumlah Penderita Kanker Payudara menurut Usia dan Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2013.

Suhita, BM., 2008. Perbedaan Health Education terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Wanita Dewasa tentang “ SADARI “ dalam Upaya Deteksi Dini Ca Mammae di Kediri. Universitas Sebelas Maret. Tesis

Sumiati, dkk., 2009. Kesehatan Remaja dan Konseling. 1st ed. Jakarta: Trans Info Media. pp 10-6.

Susilo, R., 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. pp. 82-5.

Syafrudin, FY., 2009. Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika. pp. 70-7.

Tarigan, AP., 2010. Efektivitas Metode

Ceramah dan Diskusi Kelompok

Terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada

Remaja di Yayasan Pendidikan

Harapan Mekar Medan. Universitas

Sumatera Utara. Tesis.

http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/21925 (8 Januari 2015)

Wulandari, FI., 2013. Perbedaan

Penyuluhan Kesehatan Metode

Ceramah dan Diskusi terhadap Sikap

tentang SADARI ditinjau dari

Pengetahuan. Universitas Sebelas

Maret. Tesis

Zaini, H., 2008. Strategi pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD. pp. 91-100, 120-9.

Gambar

Tabel  4.1  :  Distribusi  Frekuensi  Responden  berdasarkan Umur di SMA N 1 Sewon
Tabel  4.4  Skor  rata-rata  keterampilan  pada  kelompok eksperimen dan kelompok kontrol  di SMA N 1 Sewon

Referensi

Dokumen terkait

Program investasi Kota Pematangsiantar yang merupakan rekapitulasi dari RPIJM.. yang disusun dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintahan

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi tanah dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.. ™ Pertanyaan Kriteria

Metode penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah dengan melakukan studi untuk mengumpulkan bahan – bahan yang sesuai dengan topik penelitian, serta dilanjutkan

Sayembara itu dapat diikuti oleh siapa pun, lelaki perempuan, tua muda, cakap jelek, asal bisa menemukan Putri Waeruwondo dan membawanya kembali ke istana akan mendapatkan

Sedangkan penelitian terbaru menyebutkan bahwa ekstrak akar tuba dapat digunakan sebagai larvasida Aedes aegypti dengan. LC 50 pada konsentrasi 44,7526 ppm

dividen ( dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau.. akan ditahan dalam

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap tax professional, norma subyektif, kontrol perilaku, dan kondisi keuangan, sedangkan variabel dependennya

PENGARUH STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BAHASA ARAB.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu