• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi lalu lintas Kota Medan yang kian hari kian semrawut termasuk kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan telah berusaha mengurai kemacatan dengan membangun jalan layang yakni di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Sisingamangaraja menyusul Jalan Jamin Ginting Medan. Namun, usaha tersebut juga tidak memecahkan solusi, Medan sudah membutuhkan sarana jalan bawah tanah atau under pass

Pembangunan jalan

untuk mengurangi masalah kemacatan lalu lintas.

under pass mendesak direalisasikan di Kota Medan,

karena tingkat kemacatan lalu lintas sudah semakin parah. Oleh karena itu, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum perlu menambah lagi jumlah jalan layang dan membangun jalan under pass di kota yang sedang berbenah menuju kota metropolitan. Proses pembangunan jalan under pass relatif lebih cepat dilaksanakan, jika dibanding memperlebar ruas jalan dengan cara membebaskan lahan milik masyarakat. Medan, perlu menata kembali sistem dan sarana transportasi umum. Medan harus memiliki sarana angkutan massal yang nyaman, murah dan bebas macat, untuk mengurangi tingkat kemacatan lalu lintas di kota Medan berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa itu, mutlak dibutuhkan peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan penataan sistem sarana transportasi umum. Pertumbuhan jalan sudah tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan di Medan. Jika tidak ada solusi tepat, tingkat kemacetan lalu lintas akan semakin buruk, Jalan under pass diharapkan mampu mengurangi kemacatan lalu lintas

(2)

disekitar kawasan yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik lokasi rawan macat di Medan. hingga Jalan Juanda Medan.

Seputaran Jalan Kolonel Yos Sudarso Medan, sangat rentan terjadi kemacatan. Terlihat kemacatan terjadi di beberapa titik. Di antaranya Simpang Kantor, Simpang Titi Papan, dan Simpang Mabar. Jika pagi hari kemacatan biasanya terjadi pada pukul 07.00-09-00 WIB. Sedangkan pada sore hari pada pukul 17.00-20.00 WIB.

Jalan ini merupakan jalur utama warga yang tinggal di tiga kecamatan dekat dengan Jalan Yosudarso. Di antaranya Kecamatan Medan Belawan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Tidak ada jalur lain kecuali jalan yang merupakan akses warga di tiga kecamatan menuju inti kota Medan. Kalaupun ada harus memutar jauh dari Marelan. Kemacatan terburuk biasanya terdapat di Simpang Titi Papan dan Simpang Mabar (Kawasan Industri Mabar). Volume kendaraan yang masuk begitu padat sehingga macat pun tak dapat terhindar. Mulai dari sepeda motor, angkutan kota, mobil pribadi, hingga kontiner yang bertonase tinggi melintas di Jalan Yosudarso. Volume meningkat sementara itu badan jalan tidak diperlebar. Bahkan badan jalan terlihat semakin sempit. Padahal bila kondisi seperti ini dibiarkan maka kehidupan perekonomian akan terganggu.

Pada kota besar seperti Medan, ruas jalan menampung volume lalu lintas yang lebih besar dari kapasitas jalan, terutama pada jam-jam sibuk. Hal tersebut mengakibatkan turunnya tingkat pelayanan jalan, ini ditandai dengan turunnya kecepatan lalu lintas dan timbulnya kemacatan. Kondisi ini akan mengurangi efisiensi dari sistem transportasi. Masalah yang ditimbulkan dapat diatasi dengan mengadakan pelebaran jalan, peningkatan kapasitas persimpangan maupun

(3)

memperbaiki perkerasan, sementara lahan yang akan digunakan untuk pelebaran jalan tidak lagi mencukupi. Oleh sebab itu PT. Jasa Marga mengantisipasi dengan membuka jalan bebas hambatan yang dikenal sebagai jalan tol Belmera dengan mengutip tol bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini jalan tol harus memberi keandalan yang lebih tinggi dari pada jalan alternatif (jalan lama) yang ada. Jalan tol menjamin bahwa operasi kendaraan jalan tol serta pelayanannya harus lebih baik dari pada jalan alternatif yang ada.

2.1. Penelitian Terdahulu a. Marthyn (2007)

Berdasarkan hasil survei didapatkan volume kendaraan pada gardu exit gerbang tol Tanjung Morawa untuk tahun 2007 sebesar 1008 kendaraan / jam. Serta berdasarkan hasil survei pada hari yang sama didapatkan waktu pelayanan rata-rata maksimum pada gerbang tol Tanjung Morawa adalah 5.37 detik.

1. Dengan tingkat kedatangan 336 kendaraan/jam per gardu maka Gerbang Tol Tanjung Morawa tidak lagi memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol dengan gerbang tol sistem tertutup pada gardu exit yaitu < 300 kendaraan/jam per gardu.

2. Berdasarkan uji distribusi disimpulkan bahwa distribusi kedatangan kendaraan pada gerbang tol Tanjung Morawa mengikuti distribusi Poisson.

3. Dengan melakukan metode perhitungan regresi linear diperoleh tingkat kedatangan untuk tahun 2010 adalah sebesar 1111 kendaraan/jam dan untuk tahun 2015 adalah sebesar 1335 kendaraan/jam.

(4)

4. Dengan tingkat pelayanan seperti pada point sebelumnya maka dengan perhitungan teori antrian untuk multiple channel didapatkan bahwa untuk tahun 2007 gerbang tol Tanjung Morawa masih mampu melayani besarnya jumlah kendaraan yang datang. Sementara untuk tahun 2010 dan tahun 2015 tingkat kedatangan sudah melebihi tingkat pelayanannya maka perlu dilakukan penanganan atau solusi, sehingga dengan metode prioritas untuk waktu pelayanannya ataupun penambahan gardu tandem untuk meningkatkan tingkat pelayanan sehingga mampu melayani tingkat kedatangan yang ada.

5. Dalam usaha meminimumkan nilai urutan prioritas pengambilan kebijakan, yaitu:

a. Prioritas pertama adalah meminimumkan waktu pelayanan sekecil mungkin,

b. Prioritas kedua adalah kebijakan menambah pintu tol,

c. Prioritas ketiga adalah kebijakan penerapan gardu sistem tandem. 2.1.1. Karnawan (2007), Nilai Waktu Perjalan Bus Pengguna Jalan Tol Dalam Kota

Perkiraan nilai waktu perjalanan tidaklah mudah. Sejak awal tahun 1960, ahli ekonomi beberapa metoda pengukuran langsung nilai waktu. Bagaimanapun setiap metoda dibangun dengan batasan yang ketat. Problem umum setiap metoda adalah kesulitan mengisolasi penghematan waktu dari faktor lain yang dipertimbangkan pelaku perjalanan.

(5)

b. Menurut Ridwan (2005),

Masalah tarif merupakan salah satu kendala dalam investasi jalan tol di Indonesia. Saat ini, penetapan tarif jalan tol oleh Pemerintah belum terdapat pedoman yang jelas berapa persen terhadap Besar Keuntungan Biaya Operasi Kendaraan (BKBOK). Maka dari sisi pihak swasta membutuhkan suatu penetapan model penentuan tarif tol optimum yang dapat memaksimumkan pendapatan. Penentuan tarif tol optimum dimaksud berupa suatu model matematis yang berdasarkan prinsip teori elastisitas permintaan (price elasticity demand), yaitu apabila harga dinaikkan, permintaan akan mengalami penurunan.

2.2. Tinjauan Teoritis

Menurut Sadono (2009), Agung-Nuryadi-Tupi (2012), Permintaan Konsumen terhadap suatu barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan merupakan faktor yang utama yang menentukan pendapatan perusahaan tersebut. Oleh karena itu permintaan menjadi perhatian utama setiap perusahaan. Seperti permasalahan yang dihadapi Gerbang Tol Mabar, lalu lintas harian semakin padat sehingga harus ada tindakan Belmera untuk menambah gardu masuk dan gardu keluar. Ini sebagai pertanda bahwa permintaan pengguna jalan semakin tinggi.

Ada beberapa faktor penentu permintaan : 2.2.1. Pendapatan Pengguna jalan

Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila Pendapatan Pengguna Jalan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa juga akan turun. Jika Pendapatan Pengguna Jalan meningkat maka

(6)

kenaikan harga bisa tidak akan berlaku. Pendapatan Pengguna Jalan merupakan faktor penentu permintaan pengguna jalan terhadap jasa jalan tol Belmera. Semakin tinggi tingkat pendapatan pengguna jalan maka permintaan terhadap jasa jalan tol akan semakin tinggi pula, dan sebaliknya jika pendapatan pengguna jalan menurun sehingga akan mengurangi permintaan jasa jalan tol. Dengan demikian Pendapatan dengan Permintaan memiliki hubungan yang positif.

2.2.2. Harga

Harga adalah Biaya Operasi Kendaraan yang dikeluarkan selama perjalanan melalui jasa jalan tol ditambah tarif tol. Dalam pengertian umum tarif ialah biaya atau ongkos yang dibayarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Jadi dalam hal ini tarif tol adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna jalan tol untuk membayar jasa pelayanan ( jasa penggunaan) jalan tol dan karenanya mendapatkan keuntungan akibat dari penerimaan jasa tersebut. Pada dasarnya, jalan tol dibangun dengan maksud untuk mengurangi biaya operasi kendaraan yang disebabkan mungkin oleh panjang jalan lebih pendek serta kecepatan rata-rata kendaraan yang lebih tinggi sehingga terjadi penghematan waktu.

Dilain pihak pendapatan tol digunakan untuk pengembalian investasi, operasional dan pemeliharaan, serta untuk mengembangkan jalan tol lebih lanjut. Untuk ini maka dilakukan penghitungan tarif tol berdasarkan kemampuan bayar pengguna jalan, besar keuntungan biaya operasi kendaraan dan kelayakan investasi. Pemberlakuan tarif tol ditetapkan bersamaan dengan penetapan pengoperasian jalan sebagai jalan tol. Evaluasi dan penyesuaian tarif tol dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali berdasarkan tarif lama yang disesuaikan dengan

(7)

pengaruh inflasi sesuai dengan formula Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 48 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 pasal 68 ayat (1) : Tarif Baru = tarif lama (1 + inflasi)...(1) Inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Regional yang ditetapkan oleh Biro Pusat Stastistik (BPS)

Inflasi = {IHK1 – IHKo}/

IHKo...(2) Dimana :

.

IHK = Indeks Harga Konsumen berdasarkan perhitungan BPS IHK1

IHK

= Indeks Harga Konsumen saat pengusulan o

IHK meliputi 7 kelompok

= Indeks Harga Konsumen tarif tol awal

1. Makanan 2. Minuman 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan

6. Pendidikan, rekreasi dan olahraga

7. Transportasi dan komunikasi

Jumlah komoditi yang diukur meliputi 281 komoditi dan survei IHK, ini biasanya dilakukan setiap bulan oleh BPS.

2.2.2.1. Biaya Operasi Kendaraan

Suatu nilai yang menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian suatu kendaraan. Dewasa ini terdapat beberapa model

(8)

penghitungan biaya operasi kendaraan yang telah dikembangkan dan dipergunakan dibeberapa negara mulai dari model BOK yang mempunyai spesifikasi sederhana dengan mengabaikan dengan beberapa komponen sampai dengan model yang sangat detail dengan variabel yang kompleks serta kebutuhan data yang tinggi dan penerapannya tidak mudah. Model penghitungan BOK yang dipakai oleh PT Jasa Marga menggunakan model yang dibuat oleh PCI (Pacific

Consultants International). Model ini merupakan model empiris yang

dikembangkan sejak tahun 1979 dalam Feasibility Study Jakarta Intra Urban. Komponen biaya operasi kendaraan dalam model BOK dari PCI adalah penjumlahan dari biaya gerak (Running Costs) dan biaya tetap (Standing Costs), elemen kedua biaya tersebut adalah sebagai berikut :

a. Biaya Gerak (Running Costs) : 1. Konsumsi bahan bakar. 2. Konsumsi oli mesin. 3. Pemakai ban.

4. Biaya pemeliharaan suku cadang dan biaya upah kerja mekanik. 5. Biaya awak untuk kendaraan komersil.

6. Depresiasi kendaraan

b. Biaya Tetap (Standing Costs) : 1. Bunga Modal

2. Asuransi

Menurut PT. Jasa Marga (Persero)TBk Cabang Belmera hasil survei Kecepatan dan Waktu serta Jarak Tempuh pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2011

(9)

adalah rata-rata Kecepatan Perjalanan = 56,40 Km/Jam. Persamaan untuk menghitung Biaya Operasi Kendaraan (BOK) di Jalan Tol Per Kilometer adalah :

a. Persamaan konsumsi bahan bakar.

Gol I : Y = 0,04376 x S2 – 4,94078 x S + 207,0484 Y = Konsumsi bahan bakar (liter/1000 km),

S = Kecepatan (km/jam)

b. Persamaan konsumsi oli mesin.

Gol I : Y = 0,00029 x S2 – 0,03134 x S + 1,69613

Y = Konsumsi oli mesin (liter/1000 km), S = Kecepatan (km/jam) c. Persamaan dari pemakaian ban.

Gol I : Y = 0,0008848 x S – 0,0045333 Y = pemakaian ban/1000 km,

S = Kecepatan (km/jam) d. Biaya pemeliharaan

i. Suku Cadang Gol I : Y = 0,0000064 x S + 0,0005567

Y = Biaya suku cadang dikalikan dengan harga kendaraan yang terdepresiasi/1000 km.

S = Kecepatan (km/jam) ii. Biaya upah mekanik

Gol I : Y = 0,00362 x S + 0,36267

Y = Jam kerja mekanik dikalikan dengan upah/jam/1000 km S = Kecepatan (km/jam)

e. Persamaan dari penyusutan (depresiasi) Gol I : Y = 1 / (2,5 S + 100)

(10)

Y = Depresiasi dikalikan dengan setengah dari harga kendaraan terdepresiasi/1000 km.

S = Kecepatan (km/jam) f. Biaya tetap (standing Cost)

i. Persamaan dari suku bunga Gol I : Y = 150 / (500 x S)

Y = Biaya suku bunga dikalikan dengan setengah harga kendaraan terdepresiasi/1000 km

S = Kecepatan (km/jam) ii. Persamaan dari asuransi Gol I : Y = 38 / (500 x S)

Y = Asuransi dikalikan dengan harga kendaraan baru/1000 km S = Kecepatan (km/jam)

Tabel 2.1. Biaya Operasi Kendaraan (BOK) di Jalan Tol Belmera Per Km

No Komponen BOK Harga Satuan (Rp) BOK Gol I (Rp)/KM

1 konsumsi bahan bakar 4.500,-/1 304,14

2 konsumsi minyak pelumas 30.000,-/1 25,53

3 Pemakaian Ban 525.000,-bh 95,28

4 Biaya Suku Cadang - 106,68

5 Biaya Upah Mekanik 20.000,-/jam 11,34

6 Depresi Kendaraan 116.250,- 241,18

7 Tingkat Bunga - 309,18

8 Asuransi - 208,87

Total BOK di Jalan TOl Belmera Per Kilometer = Rp. 1.302,20/Km Harga kendaraan baru Rp 155.000.000,- diambil dari surat kabar.

Berdasarkan tabel 2.1. diatas dapat di ketahui biaya operasi kendaraan dijalan tol Belmera per kilometer adalah sebesar Rp 1.302,20,-/km.

(11)

Tabel 2.2. Biaya Operasi Kendaraan di Jalan Tol Belmera

No Gerbang Asal Gerbang Tujuan Jarak Tempuh (Km) BOK (Rp)

1 Mabar Belawan 11.10 14.454,42

2 Tanjung Mulia Belawan 14.60 19.012,12

3 H. Hanif Belawan 17.20 22.788,50

4 Bandar Selamat Belawan 22.30 29.039,06

5 Amplas Belawan 27.90 36.331,39

6 Tanjung Morawa Belawan 35.00 45.577,00

Sumber : Hasil Survei Belmera dan Hasil Penelitian

Dari tabel 2.2. dapat diketahui biaya operasi kendaraan dari gerbang asal masuk sampai akses keluar tujuan gerbang tol. Masuk dari pintu Gerbang Tol Mabar dengan tujuan Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 11,10 km maka biaya operasi kendaraan yang akan dikeluarkan oleh pengguna jalan tol sebesar Rp 14.454,42,-. Jika pengguna jalan masuk dari Gerbang Tol Tanjung Mulia dengan tujuan keluar Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 14.60 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 19.012,12,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol H. Hanif dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 17,20 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 22.788,50,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Bandar Selamat dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 22,30 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 29.039,06,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Amplas dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 27,90 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 36.331,39,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Tanjung Morawa

(12)

dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 35.00 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 45.577,00,-.

2.2.2.2. Tarif

Konsep tol adalah pembangunan jalan yang dibiayai sepenuhnya oleh pengguna jalan tol dengan dijembatani terlebih dahulu oleh investor. Melalui konsep ini dana pemerintah (APBN) dapat dipergunakan untuk membangun prasarana lainnya didaerah yang belum berkembang. Investor memperoleh pengembalian terhadap investasinya melalui hasil pengumpulan tol yang telah diperhitungkan sejak awal masa operasi sampai dengan akhir masa konsesi, dengan penyesuaian tarif tol secara berkala setiap 2 (dua) tahun yang sudah diperhitungkan dalam business plan yang merupakan bagian dari Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) antara pemerintah dan investor.

Tabel 2.3. Perubahan Tarif Tol Pada Tanggal 07 Oktober 2011

No Gerbang Asal Gerbang Tujuan Tarif (Km)

1 Mabar Belawan 3.000,-

2 Tanjung Mulia Belawan 3.000,-

3 H. Hanif Belawan 3.500,-

4 Bandar Selamat Belawan 3.500,-

5 Amplas Belawan 4.500,-

6 Tanjung Morawa Belawan 5.500,-

Sumber : Kepmen PU no. 277/KPTS/M/2011

Untuk penentuan tarif tol ada pertimbangan pertimbangan : a. Penghematan Biaya Operasi Kendaraan.

Biaya operasi kendaraan sangat dipengaruhi oleh waktu perjalanan. Sebagai contoh, terjadinya kemacetan lalu lintas akan menyebabkan naiknya

(13)

biaya operasi kendaraan karena bahan bakar yang digunakan menjadi tidak efektif. Di samping itu, kemacetan akan memperpanjang waktu perjalanan.

Menurut Ridwan (2005), masalah tarif merupakan salah satu kendala dalam investasi jalan tol di Indonesia. Saat ini, penetapan tarif jalan tol oleh Pemerintah belum terdapat pedoman yang jelas berapa persen terhadap biaya operasi kendaraan (BOK). Maka dari sisi pihak swasta membutuhkan suatu penetapan model penentuan tarif tol optimum yang dapat memaksimumkan pendapatan.

b. Keuntungan Bersama

Pemakai jalan tol mempunyai keuntungan dari segi penghematan biaya operasi kendaraan maupun waktu perjalanan. Di sisi lain tol harus dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik. Jadi tarif tol harus bisa menghasilkan “keuntungan bersama” bagi pengelola maupun pemakai jalan tol dan tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat langsung dalam jalan tol.

Penyesuaian tarif tol secara berkala meringankan beban pengguna jalan tol, tanpa kenaikan berkala, tarif tol akan tetap selama masa konsesi ( 35 tahun), namun akan terlalu tinggi untuk tahun-tahun pertama. Adapun kegunaan uang tol yang dibayarkan pengguna jalan adalah sebagai berikut :

1. Pengembalian modal dan pinjaman (berikut bunga) untuk membangun jalan tol.

2. Pemeliharaan rutin

3. Pemeliharaan periodik dan program peningkatan (pelapisan ulang, pelebaran jalan, penambahan gardu dan lain-lain)

(14)

4. Biaya operasi (petugas operasional, patroli, ambulans, rescue, derek dan pengamanan lalu lintas)

5. Corporate Social Responsibility (tanggung jawab dan kepedulian sosial) terhadap masyarakat dalam lingkungan jalan tol.

6. Pembayaran pajak, antara lain : pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan lain-lain).

Tabel 2.4. Biaya Menggunakan Jalan Tol Belmera = BOK + Tarif Tol

No Lokasi BOK (Rp) Tarif Tol (Rp) Harga (Rp)

1 Mabar Ke Balawan 14.454,42,- 3.000,- 17.454,42 2 Tj. Mulia ke Belawan 19.012,12,- 3.000,- 22.012,12 3 H. Hanif ke Belawan 22.788,50,- 3.500,- 26.288,50 4 Bdr. Selamat ke Belawan 29.039,06,- 3.500,- 32.539,06 5 Amplas ke Belawan 36.331,39,- 4.500,- 40.831,39 6 Tj. Morawa ke Belawan 45.577,00,- 5.500 51.077,00 Sumber : hasil penelitian

2.2.3. Harga Substitusi

Harga substitusi adalah biaya lain yang dikeluarkan yang bukan kendaran memilih jalan tol Belmera atau biaya yang dikeluarkan selama kendaraan menggunakan jalan non tol Belmera. Seperti biaya untuk pemenuhan bahan bakar selama perjalanan, biaya oli pelumas mesin, baiaya penyusutan dalan pemakaian ban, biaya pemeliharaan dan lainnya. Persamaannya dapat dilihat sebagai berikut :

1. Persamaan konsumsi bahan bakar.

Gol I : Y = 0,05693 x S2 – 6,42593 x S + 269,18567 Y = Konsumsi bahan bakar (liter/1000 km)

S = Kecepatan (km/jam) 2. Persamaan konsumsi oli mesin.

(15)

Y = Konsumsi oli mesin (liter/1000 km), S = Kecepatan (km/jam)

3. Persamaan dari pemakaian ban.

Gol I : Y = 0,0008848 x S – 0,0045333 Y = pemakaian ban/1000 km

S = Kecepatan (km/jam).

1. Persamaan dari biaya pemeliharaan i. Biaya suku cadang

Gol I : Y = 0,0000064 x S + 0,0005567

Y = Biaya suku cadang dikalikan dengan harga kendaraan yang terdepresiasi/1000 km

S = Kecepatan (km/jam)

ii. Biaya upah mekanik Gol I : Y = 0,00362 x S + 0,36267 Y = Jam kerja mekanik dikalikan dengan upah/jam/1000 km S = Kecepatan (km/jam)

2. Persamaan dari penyusutan (depresiasi) Gol I : Y = 1 / (2,5 S + 100)

Y = Depresiasi dikalikan harga kendaraan terdepresiai /1000 km. S = Kecepatan (km/jam)

3. Biaya tetap (standing Cost) a. Persamaan dari suku bunga Gol I : Y = 150 / (500 x S)

(16)

terdepresiasi/1000 km S = Kecepatan (km/jam) b. Persamaan dari asuransi Gol I : Y = 38 / (500 x S)

Y = Asuransi dikalikan dengan harga kendaraan baru/1000 km. S = Kecepatan (km/jam)

Tabel 2.5. Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Jalan Non Tol Belmera Per Km

No Komponen BOK Harga Satuan (Rp) BOK Gol I (Rp)/Km

1 Konsumsi bahan bakar 4.500,-/l 656,98 2 Kosumsi minyak pelumas 30.000,-/l 42,88

3 Pemakaian ban 525.000,-/bh 35,97

4 Biaya suku cadang - 82,93

5 Biaya upah mekanik 20.000,-/jam 9,03

6 Depresiasi kendaraan 116.250.000,- 36,06

7 Tingkat bunga - 712,32

8 Ansuransi - 481,21

Total BOK Jalan Non Tol Belmera Per Kilometer = Rp 2.057,38 / km Sumber : hasil penelitian

Dari tabel 2.5. diatas dapat dilihat bahwa biaya operasi kendaraan di jalan non tol Belmera perkilometer adalah sebesar Rp 2.057,38,-. Dengan harga bahan pada saat penelitian berlangsung.

Tabel 2.6. Biaya Operasi Kendaraan di Jalan Non Tol

No Lokasi Jarak Tempuh (km) BOK (Rp)

1 Mabar ke Belawan 14.00 28.803,32,- 2 Tj. Mulia ke Belawan 16,20 33.329,56,- 3 H. Hanif ke Belawan 19,80 40.736,13,- 4 Bdr. Selamat ke Belawan 25,50 52.463,19,- 5 Amplas ke Belawan 31,60 65.013,21,- 6 Tj. Morawa ke Belawan 38,20 78.591,92,-

Sumber : hasil penelitian 2.2.4. Waktu Tempuh

(17)

1. Jarak adalah tujuan yang ditempuh kendaraan (biasanya ditunjukan dalam odometer) dari suatu tempat ketempat yang lain.

a. Penentuan jarak pada jalan tol.

1. Jarak dihitung berdasarkan jenis tempuh yang terjauh yang dimungkinkan, termasuk jalan akses.

2. Kondisi kapasitas dan aturan penggunaan jalan memungkinkan semua pada golongan kendaraan menggunakan rute perjalanan yang sama. b. Penentuan jarak pada jalan non tol (arteri).

1. Jarak dihitung berdasarkan jarak antara titik temu jalan dengan zona asal tujuan.

2. Kondisi kapasitas dan aturan penggunaan jalan memungkinkan timbulnya perbedaan rute perjalan pada golongan kendaraan yang berbeda.

3. Pemilihan rute perjalanan berdasarkan urutan perioritas, yaitu kelaziman penggunaan dan jarak tempuh yang terpendek.

2. Kecepatan Rata-Rata Kendaraan/jam adalah kecepatan rata-rata kendaraan yang bergerak didifinisikan sebagai Jarak tempuh dibagi waktu tempuh :

Vrata-rata =

a. Penentuan kecepatan pada jalan tol : jarak tempuh / waktu tempuh.

1. Kecepatan dihitung berdasarkan rata-rata data sampling yang diambil dengan mengikuti perjalanan kendaraan.

2. Sampling diambil untuk mewakili waktu-waktu sibuk dan waktu tidak sibuk pada jam kerja yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari. b. Penentuan kecepatan pada jalan arteri atau non tol :

(18)

1. Kecepatan dihitung berdasarkan rata-rata data sampling yang diambil dengan mengikuti perjalanan kendaraan.

2. Sampling diambil untuk mewakili waktu-waktu sibuk dan waktu tidak sibuk pada jam kerja yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari. Pada tabel 2.7. dibawah ini dapat dilihat bahwa waktu tempuh dijalan tol Belmera dari jalan akses Gerbang Tol Mabar ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 13.42 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Tanjung Mulia ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 16.47 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Hanif ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 21.30 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Bandar Selamat ke jalan akses setelah keluar Belawan adalah 27.10 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Amplas ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 32.38 menit dan dari jalan akses Gerbang Tol Tanjung Morawa ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 38.42 menit.

Tabel 2.7. Waktu Tempuh di Jalan Tol Belmera

No Lokasi Waktu Tempuh Jalan Tol (Menit)

1 Mabar ke Belawan 13.42 2 Tj. Mulia ke Belawan 16.47 3 H. Hanif ke Belawan 21.30 4 Bdr. Selamat ke Belawan 27.10 5 Amplas ke Belawan 32.38 6 Tj. Morawa ke Belawan 38.42

Sumber : Hasil Survei Belmera

Tabel 2.8. Waktu Tempuh Jalan Non Tol

No Lokasi Waktu Tempuh Jalan Tol (Menit)

1 Mabar ke Belawan 25.00

2 Tj. Mulia ke Belawan 32.48

3 H. Hanif ke Belawan 47.26

4 Bdr. Selamat ke Belawan 64.19

(19)

6 Tj. Morawa ke Belawan 91.43 Sumber : hasil survei Belmera

Dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 diatas adalah Waktu tempuh di jalan tol Belmera dan di jalan non tol Belmera merupakan dari hasil survei Belmera pada bulan september 2011 dan menjadi waktu tempuh tercepat di seluruh jalan tol yang dikelola oleh PT Jasa Marga (Persero)Tbk.

2.3. Kerangka Konseptual

Pada tanggal 07 Oktober 2011 pukul 00.00 wib diberlakukan tarif tol baru beberapa ruas jalan tol PT Jasa Marga (Persero)Tbk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 277/KPTS/M/2011. Salah satunya pemberlakuan kenaikan tarif baru ini adalah jalan tol Belmera.

Dengan kenaikan tarif tol yang diatur yang diatur 2 (dua) tahun sekali dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dapat dilakukan berdasarkan laju inflasi dan juga hasil evaluasi terhadap Standar Pelayanan Minimum (SPM), tetapi pemerintah juga mempunyai tujuan yang lain yaitu menarik investor swasta dalam investasi pada bidang jalan tol. Pemerintah mengharapkan para investorpun mulai tergoda untuk turut serta dalam pembangunan jalan tol. Salah satunya dengan kewajiban membayar tarif jalan tol yang dibebankan pada konsumen sebagai upaya pengembalian investasi, pemeliharaan dan pengembangan jalan tol. Namun apakah aturan penyesuaian tarif tol malah memberikan dampak kepada konsumen pengguna jalan tol, dan apakah kebijakan kenaikan tarif tol dapat disesuaikan kemampuan bayar pengguna jalan serta masih dapatkah keuntungan dengan memilih melakukan perjalan melalui jalan tol. Pengusaha

(20)

jalan tol selalu berjanji untuk meningkatkan pelayanan jalan tol, namun masih banyak janji yang tidak terpenuhi, seperti kemacatan yang sulit diatasi yang terjadi di jalan-jalan tol di Indonesia. Dalam hal inilah penulis ingin menjadikan suatu kajian dan penelitian. Apakah pengguna jalan tol masih mendapatkan keuntungannya menggunakan jalan tol Belmera.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahannya dapat diajukan beberapa hipotesa. Hipotesa ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan dan tidak terlepas dari kerangka teori yang terkait.

1. Ada pengaruh positif dan signifikan pendapatan pengguna jalan terhadap frekuensi pengguna jalan tol untuk memilih jalan tol Belmera.

PENGGUNA JALAN PENDAPATAN

WAKTU TEMPUH

(21)

2. Ada pengaruh negatif dan signifikan waktu tempuh yaitu yang tepat cepat sampai tujuan bagi pengguna jalan untuk memilih jalan tol Belmera terhadap frekuensi pengguna jalan tol Belmera.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran produk oleh mitra dilakukan dengan cara tradisional yaitu dijual eceran ke tetangga untuk camilan dengan kemasan plastik biasa dan dijual ke pasar-pasar Malang

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses terjadinya remedial, terlaksananya remedial pasti ada faktor-faktor yang dapat menggangu terjadinya remedial seperti

Disertasi ini mengangkat pemikiran Dadang Hawari tentang psikoterapi Islam dalam penanggulangan korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan evaluasi pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan bantuan software Ispring Suite Quizmaker yang dapat

(2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dicatat dalam Buku Induk dan Buku Mutasi Penduduk serta diterbitkan Surat Keterangan Kematian dan kartu

Persepsi faktor sosial responden tentang sistem listrik prabayar berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, dari faktor sosial konsumen ini mempunyai persepsi

Bahasa pemrograman yang digunakan untuk melakukan permintaan basis data yang berada di sisi server disebut dengan pemrograman di sisi server, karena kode program

Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pelayanan kendaraan di gerbang tol Banyumanik serta bagaimanakah peran operator gerbang tol setelah