• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu lembaga atau institusi, didalam sekolah terdapat sebuah seksi atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut Bimbingan Penyuluhan atau guru BP. Guru BP disebut juga Konselor Pendidikan. Konselor Pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan. Konselor Pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Konselor pendidikan semula disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling (BK).

Dintinjau dari fungsinya, guru BP adalah guru pendamping wali kelas dalam membimbing dan mendidik para siswa titipan orangtua. Bila kerjasama antara guru BP, walikelas, dan orangtua murid ini terjalin dengan baik, sudah dapat dipastikan akan berdampak positif dan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan semua pihak. Tapi pada kenyataannya untuk mencapai tahap yang terbaik itu selalu ada kendala. Kendalanya bisa dari berbagai faktor, bisa dari pihak guru sekolah, bisa juga dari para orangtua murid.

(2)

Yang sangat disesalkan tentu saja bila kendala itu justru muncul dari orang yang dianggap berkompeten dalam menyelesaikan masalah-masalah siswa. Salah satu masalah yang tidak mustahil muncul ke permukaan sebagai hambatan adalah kapasitas guru BP yang dipertanyakan dan diragukan. Hal ini bisa terjadi bila latar belakang pendidikan guru BP tersebut bukan dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sehingga dalam menangani masalah para siswanya terkesan serampangan, tidak bersifat edukatif, serta mengabaikan sisi psikologis siswa. Kalaupun dia berhasil menuntaskan sebuah masalah yang menimpa siswa, biasanya memunculkan masalah baru, seperti timbulnya kekecewaan dan antipati siswa pada pihah sekolah dikarenakan penanganan kasusnya tidak tepat.

Namun demikian, bukan jaminan pula bahwa guru BP yang benar-benar berlatar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesinya selalu menjujung tinggi profesonalisme. Keprofesionalan seseorang berkaitan erat dengan personality atau kepribadiannya. Bila seorang guru BP berniat serius menekuni bidangnya demi mencapai profesionalitas, latar belakang yang pernah ia tekuni bukan lagi sebuah jaminan mampu tidaknya dia menjalani profesi tersebut, sebab di lapanganlah sesungguhnya ilmu-ilmu yang tidak pernah diajarkan dibangku kuliah bermunculan. Dilapanganlah guru BP bisa bereksperimen dengan menerapkan ilmu yang kita miliki dipadukan dengan pengalaman-pengalaman sebagai guru terbaik kita.

Seyogyanya seorang guru BP mengerti dam memahami seluk beluk psikologi pendidikan maupun bimbingan dan konseling, sehingga dalam menangani kasus-kasus siswa, tidak sepenuhnya mengandalkan selera dalam hal ini pendapatnya sendiri dengan mengabaikan aspek psikologi para siswa. Dan semestinya pula guru BP memahami betul kedudukannya dalam struktur keegawaian di tempat dimana

(3)

bertugas. Bila seorang guru BP menganggap bahwa posisinya dalam struktur organisasi di instansi tempat bertugas berada diatas para wali kelas, adalah keliru. Guru BP posisinya sejajar atau setahap dengan wali kelas. Dengan begitu guru BP tidak hnya duduk-duduk saja menunggu laporan dan pengaduan kasus dari wali kelas.Guru BP tidak berhak memerintah wali kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home visit) sementara dia sendiri tidak berminat melibatkan diri lebih jauh pada masalah-masalah siswa yang dibimbingnya. Adalah sebuah kekeliruan pula bila seorang guru BP hanya duduk dibelakang meja, mengisis buku-buku pribadi siswa, lalu setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Biasanya beliau baru mengetahui masalah-masalah yang muncul di lapangan ketika mendapat laporan dari wali kelas. Ironisnya lagi bila sebuah kasus muncuk ke permukaan, tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan wali kelas dan orang tua, tanpa menyelidiki sudah sampai dimana usaha wali kelas dan orang tua dalam menyelesaikan masalah anak tersebut. Tindakan yang kurang tepat pula bila dengan entengnya mengatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi siswa tersebut diakibatkan oleh kesalahan orang tua semata yang kurang memperhatikan anaknya, serta berpendapat bahwa kunjungan rumah yang dilakukan oleh wali kelas harus lebih dari sekali. Statemen-statemen seperti itu sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, malah jadi bumerang bagi guru BP. Dengan sikap guru BP yang demikian arogan, wali kelas dan orang tua siswa akan sungkan bekerja sama dengan guru BP.

Guru BP harus proaktif, bersama-sama dengan wali kelas membimbing parasiswa dengan intens dan berkelanjutan. Guru BP harus mampu menyelami kepribadian setiap siswa yang dibimbingnya, karena itu memang tugas guru BP yang

(4)

para siswa membutuhkan bimbingannya. Pada dasarnya para siswa butuh bimbingannya setiap saat. Hendaknya dia memonitor kegiatan belajar mengajar setiap hari, sehingga bila ada guru mata pelajaran yang berhalangan hadir disatu kelas, guru BP bisa menggantikan guru tersebut masuk ke kelas itu dalam rangka pendekatan terhadap siswa-siswanya. Oleh karena itu, sama seperti para wali kelas dan guru mata pelajaran, guru BP pun harus mau belajar lagi, baik belajar dari pengalaman-pengalaman selama bertugas, maupun belajar dari buku-buku dan referensi-referensi yang sesuai dengan disiplin ilmunya.

Setiap guru BP dimasing-masing sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya, termasuk guru BP di SMK Negeri 7 Medan terdiri dari seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan Akuntansi, meskipun berlatar belakang berbeda dengan bidang yang digelutinya beliau tidak memiliki masalah dengan berkomunikasi antarpribadi dengan siswa secara tatap muka. Memberikan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah atau tidak merupakan salah satu tugas guru BP disekolah. Penyuluhan atau yang lebih dikenal dengan konseling memiliki tujuan untuk menghadapi masalah atau memecahkan masalah.

Sekolah SMK Negeri 7 Medan merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan unggulan yang ada di Medan. Terbukti dengan beberapa prestasi yang pernah dicapai yaitu juara I Kompetesi Akuntasi tingkat pelajar sekolah menengah atas Sumatera Utara sejak tahun 2000 – 2003, juara II Debat Bahasa Inggris se-kotamadya Medan tahun 2003, juara I Bintang Pelajar 2008 Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 dan juara I Bintang Pelajar Pilihan Pooling Sms Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 di Tiara Convention Center Medan dan beberapa prestasi lainnya. Ada lima jurusan di sekolah ini yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran,

(5)

Pemasaran, Usaha Jasa Pariwisata dan Akomodasi Perhotelan. Sekolah ini berdekatan dengan beberapa sekolah lain seperti SMK Swasta PGRI 8 Medan, SLTP Negeri 36 Medan, SMK Negeri 2 Medan, SMK Swasta Karya Agung dan SMK Swasta Multi Karya.

Guru BP harus bisa mendengarkan keluhan atau alasan siswa melanggar peraturan sekolah bukan saja didengarkan oleh siswa. Dengan tujuan agar ditemukan solusi yang tepat, tidak memihak dan baik bagi siswa itu sendiri ataupun ada pihak-pihak lain yang terkait dalam permasalahan tersebut. Guru BP bijaksana dalam mengambil segala keputusan dan memiliki hubungan interaksi dengan orang lain. Guru BP di SMK Negeri 7 Medan ini sudah menduduki jabatan sebagai guru Bimbingan Penyuluhan selama lebih dari 10 tahun. Maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka, rumusan masalahnya adalah :

“Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan”.

(6)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan menempatkan penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi sebagai variabel bebas terbatas pada keterbukaan, empaty, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. 2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar sebagai variabel terikat terbatas

pada giat belajar, berdiskusi, kunjungan ke perpustakaan, absensi kelas dan nilai yang diperoleh.

3. Objek penelitian dari terbatas pada siswa kelas III SMK Negeri 7 Medan. 4. Penelitian ini akan dilakukan bulan November 2009 – Desember 2009.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan guru BP dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan..

b. Untuk mengetahui sejauhmana sikap guru BP dalam berkomunikasi tatap muka terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

c. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru BP terhadap siswa yang bermasalah.

(7)

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi seorang guru BP terhadap motivasi belajar..

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau masukan yang positif bagi lembaga dan instansi yang terkait khususnya SMK Negeri 7 Medan.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Nawawi, (1995 : 39-40) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot.

Menurut Kerlinger teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002 : 6). Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Communication. Menurut Sir Gerald dalam Pratikno (1982 : 71), communication

(8)

berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang artinya berpartisipasi dan memberitahukan.

Jadi, jika mengadakan suatu komunikasi dengan satu pihak lain, maka kita menyatakan gagasan kita untuk mendapatkan komentar dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu. Theodorson dalam Liliweri (1991 : 11) mengatakan bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu kelompok kepada yang lain terutama dengan menggunakan simbol. Sedangkan Panji Anogoro dan Ninik Widiyanti (1990 : 104) memberi definisi komunikasi sebagai berikut: komunikasi merupakan kapasitas individu dan kelompok lain.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, komunikasi itu merupakan proses atau sarana penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar mengerti, memperkuat ataupun mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain.

1.5.2 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Jika dua individu terlibat dalam percakapan dan terdapat kesamaam makna mengenai apa yang dibicarakan, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi cukup efektif dalam merubah perilaku orang lain. Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap oleh komunikator baik secara verbal dalam bentuk kata maupun non verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan, isyarat tangan dan sebagainya.

Effendy (1998 : 12) mengungkapkan bahwa hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komikator dan komunikan. Komunikasi jenis ini

(9)

dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnyayang dialogis berupa percakapan.

Menurut De Vito seperti dikutip oleh Liliweri ( 1991 : 12) memberikan pengertian bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Selanjutnya untuk memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi, De Vito dalam Liliweri (1991 : 13) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi : a. Keterbukaan (openes), komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala

ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati (empaty), kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada pernanan orang lain.

c. Dukungan (supportivness), setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif (positifness), setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

(10)

e. Kesamaan (equality), suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadipun lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaam pandangan, kesamaan sikap, kesamaan usia, kesamaan ideologi dan sebagainya.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa komunikasi antar pribadi berlangsung karena manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi, serta menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi lebih menonjolkan keterbukaan pihak-pihak yang sedang melakukan komunikasi.

1.5.3 Teori Self Disclosure

Teori Self Disclosure sering juga disebut teori Johari Window atau Jendela Jauhari. Para pakar psikologi menganggap bawha model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapa dilihat pada tabel berikui ini:

Bagan I Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain

Tidak Dikenal

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa setiap individu dapat

(11)

memahami diri sendiri maka dia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya disaat berhubungan dengan orang lain.

Proses komunikasi antarpribadi akan datang berlangsung dengan baik bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses komunikasi antar pribadi tersebut saling memiliki keterbukaan atau dalam bahasa lain komunikasi antar pribadi tidak akan berjalan dengan baik bila masing-masing orang yeng terlibat saling menutup diri.

Maka bila dikaitkan dengan penelitian ini apabila setiap siswa maupun guru saling menutup diri maka komunikasi antar pribadi didalam kelas tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Karena komunikasi antar pribadi akan berhasil apabila diantara siswa dan guru saling terbuka dan saling memahami satu sama lain.

1.5.4 Motivasi Belajar

Menurut (Stoner d.k.k, 2003 : 154), motivasi adalah karakteristik psikologi manusia. Motivasi termasuk berbagai faktor yang menyebabkan, meyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia. Motivasi berhubungan dengan “apa yang membuat orang bergerak”. Melakukan motivasi adalah suatu upaya untuk mendorong orang lain agar mau melaksanakan sesuatu hal yang baik dan positif sesuai dengan keinginan kita, dan didalam proses belajar motivasi sangat diperlukan.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sadirman, 1990 : 75).

(12)

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

Motivasi ada dua, yaitu:motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

1. Motivasi instrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari

luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Adapun ciri-ciri siswa yang termotivasi belajar adalah sebagai berikut : a. Giat belajar adalah rajin, bergairah dan bersemangat dalam belajar.

Dalam kegiatan rutin dikelas guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal anak didiknya.

b. Diskusi adalah bertukar pikiran atau membahas sesuatu masalah dengan mengemukakan dasar-dasar alasannya atau membahas suatu masalah untuk memecahkannya. Guru memimpin dan membimbing diskusi dengan cara tanya jawab agar siswa dapat berpikir lebih kreatif dan lebih mudah menyerap pelajaran dan memberikan referensi untuk memecahkan suatu persoalan.

(13)

c. Kunjungan ke perpustakaan adalah frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan dalam waktu tertentu. Perpusatakaan adalah sarana untuk memotivasi semangat belajar, menumbuhkan minat membaca dan mendorong siswa belajar secara mandiri.

d. Absensi kelas yaitu tingkat kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Nilai yang diperoleh ,dapat dilakukan dengan mengadakan kuis, mid dan ujian.hasil belajar siswa yang telah diterima dan dimiliki setiap siswa dalam bentuk Daftar Kumpulan Nilai (DKN).

1.6 Kerangka Konsep

Menurut Nawawi (1991 : 40) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan :

1. Variabel bebas (X) merupakan sejumlah gejala, faktor, atau unsur-unsur yang menetukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain yang pada gilirannya gejala atau faktor yang kedua itu disebut variabel terikat. (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar guru dan murid dalam menyampaikan materi pelajaran.

(14)

2. Varibel terikat (Y) yaitu sejumlah gejala atu faktor yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa.

3. Variabel antara (Z), berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik / identitias responden.

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangkan konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Bagan 2. Model Teoritis

Keterangan: X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat Z = Variabel Antara Variabel Bebas (X) Komunikasi Antarpribadi Variabel Terikat (Y) Motivasi Belajar Variabel Antara Karakteristik Responden

(15)

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya didalam memecahkan masalah maka dibuatlah operasionalisasi variabelnya agar jelas penggunaanya di lapangan sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas

(X)

Komunikasi Antar Pribadi

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa positif 5. Kesamaan Variabel Terikat (Y) Motivasi Belajar 1. Giat belajar 2. Berdiskusi 3. Kunjungan ke perpustakaan 4. Absensi kelas

5. Nilai yang diperoleh Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Jurusan 1.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, dapat diketahui pengukuran suatu konsep. Dalam penelitian

(16)

a. Keterbukaan, yaitu sikap terbuka guru BP dalam komunikasi antar pribadi dengan siswa untuk memotivasi belajar.

b. Empati, yaitu kemampuan sesorang guru BP untuk memproyeksi dirinya kepada siswa.

c. Dukungan, yaitu berupa respon siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru BP.

d. Rasa positif, yaitu adanya anggapan positif para siswa terhadap guru BP dalam memotivasi belajar.

e. Kesamaan, yaitu adanya kesamaan pandangan, sikap, ideoligi, dan persepsi terhadap apa yang disampaikan oleh guru BP.

2. Variabel Terikat (Motivasi Belajar)

a. Giat belajar adalah siswa rajin, bergairah dan bersemangat dalam belajar.

b. Diskusi adalah siswa bertukar pikiran atau membahas sesuatu masalah yang berhubungan kegiatan belajar siswa dengan mengemukakan dasar-dasar alasannya untuk memecahkannya.

c. Kunjungan ke perpustakaan adalah frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan dalam waktu tertentu.

d. Absensi kelas yaitu tingkat kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Nilai yang diperoleh yaitu pencapain belajar siswa yang dilambangkan berupa angka atau huruf yang dapat diperoleh dengan mengadakan kuis, mid dan ujian.

(17)

3. Variabel Antara (karakteristik Responden) a. Usia yaitu umur responden 15-18 tahun. b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin siswa

c. Jurusan yaitu jurusan siswa sebagai responden.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentative (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya. (Nawawi 2001 : 161)

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru Bimbingan dan Penyuluhan dan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru Bimbingan dan Penyuluhan dan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Perkawinan hamil di luar nikah sebagai akibat dari terjadinya perbuatan asusila bukanlah sesuatu hal yang baru lagi dalam proses perkawinan saat ini, karena perkawinan semacam ini

Eksperimen menunjukkan komputasi matrik invers dengan jumlah data kecil atau besar dengan menggunakan prosessor berjumlah 2,4,8, dan 16 dalam perhitungan matrik

Mendiagnosis karies pada gigi terutama karies dini atau karies tersembunyi dengan hanya melalui pemeriksaan klinis merupakan teknik yang tidak akurat, meskipun sensitivitas

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga dapat menyususun dan

Data parameter- parameter yang diperlukan dalam model diadopsi dan dikembangkan dari berbagai literatur.Pada bagian berikut diuraikan analisis secara teknis dari proses berkaitan

Terkait dengan keterbatasan waktu yang dimiliki QA sehingga hasil review C2R hanya berdasarkan data – data dalam PAK dan tidak memungkinkan bahwa debitur harus

Thorikul Huda, S.Si., M.Sc Manajemen Laboratorium a 2 IV Analisis Kimia 39 Online Tri Esti Purbaningtias, S.Si., M.Si.. Manajemen Laboratorium b 2 IV Analisis Kimia 35 Online