BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Bagi Hasil
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dengan sistem bagi
hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung risiko usaha
dan berbagi hasil usaha diantara pemilik dana (shahibul maal) yang
menyimpan uangnya di bank, bank selaku pengelola dana (mudharib), dan
masyarakat yang membutuhkan dana yang dapat berstatus sebagai peminjam
dana maupun pengelola usaha.
Pada sisi penyerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi
hasil dari usaha bank. Namun bagi hasil yang dibagikan tersebut bukanlah
bunga, sehingga tidak boleh dijanjikan atau ditentukan di muka oleh pihak
bank. Dana yang terhimpun tersebut, disalurkan oleh Bank Muamalat kepada
masyarakat yang membutuhkan melalui pembiayaan.
Pembiayaan yang disediakan oleh Bank Muamalat Indonesia antara
lain pembiayaan jual beli, pembiyaan bagi hasil, dan pembiyaan sewa.
Pembiayaan tersebut diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank Muamalat Indonesia dan nasabah, yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi
Pembiayaan yang disediakan oleh Bank Muamalat Indonesia kepada
nasabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pembiyaan produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau
mutu hasil produksi, dan untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Pembiayaan bagi hasil yang disediakan oleh Bank Muamalat Indonesia
kepada nasabah dapat berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah, yaitu:
1. Mudharabah
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana salah satu pihak (Bank)
bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam hal ini, Bank
menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk dikelola. Pembiayaan
mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha
yang memiliki proyeksi dan pencatatan pendapatan dan biaya usaha yang
definitif, konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi. Dari
pengertian tersebut menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia telah sesuai
dengan PSAK 105 paragraf 4 tentang pengertian mudharabah dan paragraf 5
tentang entitas sebagai pemilik dana.
2. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan
atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Konsep ini cocok untuk
pembiayaan Modal Kerja dan Investasi. Dari pengertian tersebut menunjukan
bahwa pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia telah telah
sesuai dengan PSAK 106 paragraf 4.
Baik pembiayaan mudharabah maupun musyarakah, saat ini Bank
Muamalat hanya menyediakan pembiayaan usaha terhadap perusahaan atau Usaha
Kecil Menengah (UKM) yang telah menjalankan usaha cukup lama, dengan bukti
laporan keuangan perusahaan selama dua tahun terakhir. Sedangkan untuk
pembiayaan perorangan Bank Muamalat Indonesia hanya menyediakan untuk
Berdasarkan kepercayaan dari pemilik dana (shahibul maal), Bank
Muamalat Indonesia harus dapat mengelola dana yang dipercayakan dengan
hati-hati, dan memperoleh penghasilan yang maksimal. Dengan cara melakukan
beberapa tahapan sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan oleh nasabah,
antara lain:
1. Pengumpulan data.
Account Manager akan melakukan pengumpulan data nasabah, setelah
nasabah tersebut mengajukan surat permohonan pembiayaan yang dilengkapi
dengan syarat-syarat dokumen antara lain:
a. Gambaran umum usaha, lokasi tujuan penggunaan pembiayaan, dll;
b. Rencana atau prospek usaha;
c. Perincian penggunaan jumlah dana dan jangka waktu;
d. Penggunaan dana;
e. Legalitas seperti akte pendirian, NPWP, tanda daftar perusahaan, surat
keterangan domisili usaha, dan identitas lainnya;
f. Laporan keuangan dan data jaminan;
g. Syarat lainnya, misalnya foto kopi kwitansi.
Pengumpulan data nasabah dilakukan melalui tahapan inisiasi dan
solisitasi, yaitu sebagai berikut:
a. Tahapan Inisiasi
1) Penetapan target market,
Dalam menetapkan target market Bank Muamalat Indonesia perlu
sehingga posisi bank tergolong aman dan menguntungkan dalam
membiayai sektor tersebut. Dimana kriteria bisnis yang aman dan
menguntungkan adalah bisnis yang sedang tumbuh (sunrise industry),
bisnis yang tidak terkena resesi, bisnis yang didukung oleh regulasi
pemerintah, dan bisnis yang mempunyai pasar yang jelas.
Adapun sektor ekonomi yang dapat dibiayai yaitu pertanian,
perburuan, sarana pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sektor
ekonomi yang terkait listrik, gas dan air, konstruksi, perdagangan, restoran,
usaha hotel, pengangkutan, pergudangan, komunikasi, jasa-jasa dunia
usaha, jasa-jasa sosial/ masyarakat, dan lain-lainnya.
2) Penghimpunan Informasi
Penghimpunan informasi dapat dilakukan dengan ta’aruf dan
wawancara. Ta’aruf adalah proses awal perkenalan antara A/M dengan
nasabah melalui proses wawancara. Dalam wawancara tersebut A/M akan
memperoleh data-data sementara tentang kondisi nasabah pemohon
pembiayaan dan A/M memeriksa ulang kembali kelengkapan dan
kebenaran data-data tadi.
Dalam proses wawancara tersebut akan terlihat juga sikap atau
komitmen serta konsistensi keabsahan data yang disampaikan secara
tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai acuan bagi A/M, sebab
banyak terjadi perbedaan akurasi data atau pemalsuan antara data tertulis
Selanjutnya masih dalam proses ta’aruf, diperlukan adanya data
standar nasabah bagi setiap A/M yang ingin melakukan wawancara. Dari
data standar itu pula para A/M bisa mengambil kesimpulan secara tepat
apakah permohonan pembiayaan tersebut dapat dilanjutkan atau ditolak.
Secara garis besar dalam wawancara tersebut harus mencakup
kelengkapan data pemohon, penjelasan data-data pendukung, pemeriksaan
kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon.
b. Solisitasi
Solisitasi adalah kegiatan dalam rangka memperoleh nasabah melalui
proses mengunjungi dan mendapatkan informasi data calon nasabah. Hasil
solisitasi disajikan dalam bentuk laporan kunjungan (call report).
Dalam menjalankan solisitasi, A/M harus mempunyai nilai standar
tentang informasi yang akan diperoleh, sehingga diperoleh data yang
objektif, tidak bersifat relatif dan tidak spekulatif. Standar informasi
tersebut antara lain:
1) Informasi Umum
Informasi yang diperoleh adalah tentang eksistensi perusahaan itu
sendiri, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang operasi bisnis
secara keseluruhan termasuk filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang ingin
dicapai, rencana kerja, sejarah perusahaan, para pendiri dan pemegang
saham, serta prospek masa depan perusahaan. Serta jumlah staf atau
karyawan, tingkat pendidikan rata-rata, sistem penggajian, dan jaminan
2) Informasi Kebutuhan Nasabah
Bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis perusahaan, teknologi
yang digunakan, franchising management assistances (waralaba) atau
perjanjian bisnis dengan pihak ketiga yang lain (bila ada), prospek masa
depan bidang usaha.
3) Informasi Kemampuan Pembayaran Kembali.
Informasi kemampuan pembayaran yaitu informasi mengenai
kemampuan membayar kewajiban (repayment) umumnya tergantung dari
kondisi dan hasil produksi itu sendiri, seperti cara pemasaran, perusahaan
pesaing, kekuatan dan kelemahan perusahaan calon nasabah dibandingkan
dengan perusahaan pesaing, distribusi produk, strategi penjualan yang
diterapkan, hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai, piutang dagang.
Serta bagaimana sumber pengadaan bahan baku atau bahan
dagangan, cara pengadaan bahan baku, ciri khusus bahan baku. Termasuk
juga sistem pelaporan kegiatan usaha, dan keuangan yang telah diaudit
oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan Bank Muamalat
Indonesia. Serta adanya alternatif sumber pengembalian yang lain.
4) Informasi Jaminan
Disetiap pembiayaan yang diberikan oleh Bank Muamalat kepada
nasabah harus ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, didalam persyaratan
itu ada jaminan yang diminta oleh Bank. Pada dasarnya pembiayaan yang
dengan prinsip untung bersama resiko (al ghunmu bi al grurmi). Namun
demikian untuk mencegah mitra melakukan kelalaian, melakukan
kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati,
diperbolehkan meminta jaminan dari mitra. Hal tersebut sesuai dengan
PSAK 105 paragraf 8 dan PSAK 106 paragraf 7.
Kesalahan yang disengaja misalnya pelanggaran terhadap akad
yaitu penyalahgunaan dana investasi, memanipulasi biaya dan pendapatan
operasional, serta pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Dan jaminan baru dapat dicairkan apabila terbukti melakukan
penyimpangan.
Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengatur kegiatan moneter
baik itu bank swasta maupun BUMN telah menegeluarkan ketetapan
jaminan minimal yang diharuskan dalam kegiatan pembiayaan (kredit).
Bank Muamalat sebagai bank swasta syariah juga menerapkan ketetapan
tersebut dalam proses pembiayaan. Pembiayaan mudharabah dan
musyarakah untuk bisnis, jaminan yang diminta adalah 70% dari total
pembiayaan. Sedangkan untuk kepemilikan barang seperti ruko, rumah
maupun kendaraan jaminan yang diminta adalah 90% dari total
pembiayaan.
Dalam pembiayaan kepemilikan barang, yang perlu diperhatikan
adalah jumlah pembiayaan yang disetujui oleh bank sebagai mitra. Jumlah
dana yang dapat diberikan bank sebesar 90% dari total dana yang
sisa dan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan permohonan
disetujui ditanggung oleh nasabah.
Dalam menghimpun informasi jaminan Unit Support Pembiayaan
(USP) wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Jenis jaminan yang diajukan, nilai pasar jaminan, pemilik jaminan dan
marketable;
b) Kemudahan memonitor jaminan, termasuk lokasi jaminan itu berada
serta jenis dan sifat fisika kimianya;
c) Status hukum jaminan tersebut termasuk asuransi;
5) Informasi Hubungan Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya
Dalam menghimpun informasi hubungan perbankan dan lembaga
keuangan lainnya wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Hubungan dengan bank lain yang pernah memberikan pembiayaan
(kredit) sebelumnya dan tujuan penggunaan pembiayaan serta term dan
kondisi fasilitas;
b) Dari informasi di atas akan terlihat struktur pendanaan operasi
perusahaan. Bila nasabah telah berhubungan dengan lembaga keuangan
perbankan maka dapat dilengkapi dengan persyaratan kredit, jangka
waktu kredit, agunan kredit dan kondite calon nasabah pada lembaga
keuangan perbankan yang lama;
c) Hasil informasi dibandingkan dengan posisi di Neraca dan Rugi Laba
serta agar diketahui mengapa nasabah tersebut ingin berhubungan
2. Verifikasi Data
Account Manager (AM) melakukan verifikasi data/ informasi serta
laporan kunjungan (Call Report/ On The Spot-OTS). Laporan kunjungan
merupakan laporan kunjungan ke lokasi usaha nasabah yang dibuat oleh AM
dan diketahui atasannya, sebagai dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya.
Dimana laporan OTS sekurang-kurangnya harus berisikan:
a. Hari dan tanggal kunjungan;
b. Nama kru pengelola pembiayaan yang melakukan kunjungan;
c. Tempat/ lokasi kunjungan;
d. Nama orang berikut jabatannya yang dimintakan informasi;
e. Tujuan kunjungan;
f. Hasil dan kesimpulan kunjungan;
g. Tanda tangan pejabat/ pengelola yang melakukan kunjungan.
Kemudian support melakukan bank checking, verifikasi data/ informasi
kembali, analisa yuridis dan memberikan opini legal.
3. Pengajuan MUP
Sebelum dibuat Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP), AM
melakukan analisa pembiayaan. Analisa pembiayaan ditentukan oleh
kelayakan usaha nasabah sebagai sumber utama pelunasan pembiayaan (first
way out), dan kelayakan agunan sebagai sumber pelunasan kedua (second way
Proses analisa kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan
beberapa tata cara analisa, meliputi:
a. Analisa aspek-aspek perusahaan;
b. Analisa laporan keuangan;
c. Evaluasi kebutuhan dana/ pembiayaan;
d. Analisa kesesuaian aspek syariah;
e. Stuktur fasilitas pembiayaan.
Setelah dilakukan analisa pembiayaan, AM membuat MUP. MUP
diserahkan kepada Komite Pembiayaan melalui review oleh Support dan
pemberian keputusan di cabang oleh Business Manager.
4. Keputusan Pembiayaan
Pemberian pembiayaan diputusakan didalam Rapat Komite
Pembiayaan, yang kemudian diterbitkan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP)
oleh AM. SPP tersebut direview oleh Support dan ditandatangani oleh
Business Manager. SPP yang telah ditandatangani tersebut diberikan kepada
nasabah, dengan dilakukan dokumentasi dan administrasi, serta
penandatanganan akad pembiayaan dan jaminan.
Setelah pemberian pembiayaan kepada nasabah, Bank Muamalat
Indonesia juga melakukan pemantauan pembiayaan, melalui pemantauan
usaha nasabah, pemantauan jaminan, pembinaan nasabah, dan pemantauan
pembayaran nasabah. Dan pembiayaan dinyatakan lunas setelah ada bukti
Gambar 4.1 Tahapan Proses Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
Sumber: Bank Muamalat Indonesia yang telah diolah penulis • Review MUP • Pemberian Keputusan di cabang • Review MUP • Pemberian Keputusan Surat Permohonan • Inisiasi • Solisitasi Kelengkapan data • Verifikasi data/ informasi • Kunjungan setempat (OTS) • Bank checking • Verifikasi data/ informasi • Analisa yuridis • Opini legal Analisa kelayakan pembiayaan Pembuatan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) Review MUP Penerbitan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) Review SPP Penandatanga nan SPP Penyampaian SPP Penerimaan SPP Calon Nasabah Account Manager Suport Business Manager Komite Pembiayaan
B. Cara Perhitungan Bagi Hasil
Pada umumnya lembaga keuangan syariah boleh menggunakan sistem
accrual basis maupun cash basis dalam administrasi keuangan. Dari segi
kemaslahatan, pencatatan dilakukan dengan sistem accrual basis, sedangkan
dalam distribusi hasil usaha ditentukan atas dasar cash basis (penerimaan yang
benar-benar terjadi) dan penetapan sistem yang dipilih harus disepakati pada
waktu akad.
Bank Muamalat Indonesia mengakui pendapatan margin dan bagi hasil
atas pembiayaan yang diberikan dan aktiva produktif lainnya baik yang
diklasifikasikan sebagai performing dan non performing pada saat diterima
(cash basis). Metode pencatatan ini berprinsip bahwa pendapatan baru
benar-benar diakui apabila telah diterima secara fisik/ tunai maupun pendapatan yang
belum diterima. Dengan catatan dalam kurun waktu setahun kedepan,
sekaligus mengantisipasi pencatatan dana tidak riil. Sedangkan margin bagi
hasil kepada nasabah penyimpan kecuali giro diakui berdasarkan metode
accrual basis.
1. Pembiayaan Mudharabah
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat
digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak
termasuk kerugiannya (loss). Sehingga lebih tepat digunakan istilah bagi
hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2008,
dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana, selama kerugian bukan disebabkan karena kelalaian pengelola dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
pengakuan penghasilan usaha mudharabah, yang dalam praktiknya dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil
usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha. Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang
dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya
apa saja yang dapat dikurangi dari pendapatan.
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue
sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang
berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah, sedangkan bagi
pendapatan dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp. 10.000.000
HPP
Laba Kotor Rp. 3.500.000 (Rp. 6.500.000)
Biaya-biaya
Laba (rugi) bersih Rp. 1.000.000 (Rp. 2.500.000)
Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) dengan nisbah bank:
laba bersih yaitu laba kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan dana mudharabah.
Bank Muamalat : 30% x Rp. 1.000.000 = Rp. 300.000
Nasabah : 70% x Rp. 1.000.000 = Rp. 700.000
Sedangkan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi pendapatan
(revenue sharing), dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto/ laba
kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah bank : mitra = 10:90.
Dimana akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
telah disepakati.
Bank Muamalat : 10% x Rp. 3.500.000 = Rp. 350.000
Pengelola : 90% x Rp. 3.500.000 = Rp. 3.150.000
Bank Muamalat sendiri menggunakan perhitungan bagi hasil atas
revenue sharing untuk kegiatan investasi dan menggunakan metode profit
sharing untuk kegiatan pembiayaan. Hal ini menunjukan bahwa Bank
Muamalat Indonesia telah melakukan prinsip pembagian hasil usaha sesuai
dengan PSAK 105 paragraf 11, dimana pembagian hasil usaha dapat
dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba.
2. Pembiayaan Musyarakah
Menggunakan prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dimana
guna membiayai suatu usaha atau kegiatan lainnya dengan keuntungan
atau kerugian ditanggung berdasarkan porsi kepemilikan. Hal ini
meunjukan bahwa perhitungan bagi hasil pembiayaan musyarakah, pada
Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 9.
Pembiayaan musyarakah dapat disalurkan untuk berbagai kegiatan seperti
koperasi, usaha dan individu (berupa kredit kepemilikan barang baik
rumah, ruko maupun kendaraan).
Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara:
a. Pembagian keuntungan roporsional sesuai modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantar para mitra secara
proporsional sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah
jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak
sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar, maka
pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.
b. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal.
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan
bukan hanya modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab,
pengalaman, kompetensi, atau waktu kerja yang lebih panjang.
C. Penerapan Akuntansi Syariah 1. Pembiayaan Mudharabah
Dana mudharabah yang disalurkan sebagai pembiayaan oleh Bank
penyerahan aset non kas kepada pengelola dana. Dan pengukuran
pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
diberikan kepada pengelola dana untuk pembiayaan;
b. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar aset non-kas pada saat penyerahan. Dan nilai dari investasi
mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui oleh bank dan
mitra pada saat kontak.
Hal tersebut diatas sesuai dengan PSAK 105 paragraf 12 tentang
pengakuan investasi mudharah, dan PSAK 105 paragraf 13 tentang
pengukuran investasi mudharabah.
Ada 2 alasan tidak digunakannnya dasar historical cost untuk
mengukur asset non kas:
a. Penggunaan nilai yang disetujui diantara bank dan mitra yang
melakukan kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan;
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) antara bank dan mitra
yang melakukan kontrak, untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi
konsep representational faithfulness dalam pelaporan.
Pencatatan akuntansi yang dibuat oleh bank adalah:
a. Pada saat penyerahan pembiayaan
Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh Bank Muamalat dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sesuai dengan
Jurnal saat disetujui pembiayaan mudharabah kepada nasabah:
Dr. Kontra Komitmen Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah xxx
Saat diserahkan dana kepada nasabah:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kas/ Rekening nasabah xxx
Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kontra Komitmen Investasi Mudharabah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 12 tentang pengakuan investasi mudharabah)
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai
wajar asset nonkas pada saat penyerahan kemungkinan ada 2:
1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasikan sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Dr. keuntungan tangguhan xxx
Kr. Kerugian xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisinya diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan
asset nonkas
Dr. Ivestasi mudharabah xxx
Dr. kerugian xxx
Kr. Asset Nonkas Mudharabah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 105 paragraf 13 huruf b, poin ii)
b. Penurunan nilai jika inevestasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas:
1) Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai
disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai
tersebut diakui oleh Bank Muamalat Indonesia sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 105 paragraf 14)
2) Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimualinya usaha,
kerugian tersebut oleh Bank Muamalat Indonesia tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah, namun diperhitungkan
pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal untuk mencatat kerugian yang terjadi:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Jurnal saat penerimaan bagi hasil:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Kr. Pendapan bagi hasil Mudharabah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 105 paragraf 15)
c. Kerugian
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode, sebelum akad
mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian investasi.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
d. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana, oleh Bank
Muamalat Indonesia diakui sebagai piutang dengan jurnal sebagai
berikut:
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Kr. Pedapatan bagi hasil mudharabah xxx
Jurnal pada saat pembayaran bagi hasil oleh pengelola dana:
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang Pendapatan bagi hasil xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 105 paragraf 24)
e. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi
mudharaah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan
pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian investasi mudharabah.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Aset nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
atau
Dr. Kas/Piutang/Aset nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
f. Penyajian
Bank Muamalt Indonesia menyajikan investasi mudharabah dalam
laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi
mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada). Hal ini
menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia, telah melakukan
penyajian mudharabah sesuai PSAK 105 paragraf 34. Akun yang
dimasukkan dalam laporan posisi keuangan (neraca), adalah:
1) Investasi Mudharabah;
2) Piutang pendapatan bagi hasil;
3) Piutang kepada mudharib;
4) Cadangan penyisihan kerugian investasi;
5) Keuntungan mudharabah tangguhan;
6) Akumulasi penurunan nilai (penyusutan) aset mudharabah
Dan akun yang dimasukan dalam Laporan Laba Rugi, adalah:
1) Pendapatan bagi hasil mudharabah;
2) Beban kerugian investasi mudharabah;
3) Keuntungan penyerahan aset mudharabah;
5) Biaya penurunan nilai (penyusutan) aset mudharabah;
6) Keuntungan pengembalian aset mudharabah (modal non kas);
7) Kerugian pengembalian aset mudharabah (modal non kas).
g. Pengungkapan
Bank Muamalat Indonesia mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi mudharabah sesuai PSAK 105 paragraf 36, yang tidak hanya
terbatas pada:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
2) Untuk Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selam periode berjalan;
4) Pengungkapan tentang penyajian laporan keuangan syariah.
Contoh kasus:
Pada tanggal 1 januari 2008, Bank Muamalat menyetujui pembiayaan
yang diberikan kepada CV. Makmur untuk penambahan modal sebesar
Rp. 100.000.000,- periode akad 2 tahun. Nisbah bagi hasil yang telah
disepakati oleh bank : CV. Makmur = 60:40
Jurnal:
a. Saat disetujui pembiayaan mudharabah kepada CV. Makmur:
Dr. Kontra Komitmen Investasi Mudharabah Rp. 100.000.000,-
Saat diserahkan dana kepada CV. Makmur:
Dr. Investasi musyarakah Rp. 100.000.000,-
Kr. Kas/ Rekening nasabah Rp. 100.000.000,-
Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah Rp. 100.000.000,-
Kr. Kontra Komitmen Investasi Musyarakah Rp. 100.000.000,-
b. Pada tanggal 31 Desember 2008, CV. Makmur mendapatkan hasil
pendapatan usaha dari percetakannya sebesar Rp. 10.000.000,- dengan
beban sebesar Rp. 8.000.000,- Maka pembagian laba sesuai nisbah
adalah:
CV. Makmur : 40% x Rp. 2.000.000,- = Rp. 800.000,-
Bank : 60% x Rp. 2.000.000,- = Rp 1.200.000,-
Jurnal:
Dr. Kas Rp. 1.200.000,-
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. 1.200.000,-
Jika tidak dibagi langsung maka jurnal yang dibuat oleh Bank
Muamalat adalah:
Dr. Piutang bagi hasil Rp. 1.200.000,-
Kr. Pendapatan bagi hasil Rp. 1.200.000,-
Saat penerimaan uang:
Dr. Kas Rp. 1.200.000,-
Penyajian laporan keuangan pada Neraca: Aset: Investasi Mudharabah Rp. 100.000.000,- Penyisihan Kerugian Rp. 100.000.000,- 0
c. 31 Desember 2009, CV. Makmur melaporkan hasil pengolahan dana
selama tahun 2006 sebesar Rp. 8.000.000,- dan menanggung beban
sebesar Rp. 10.000.000,-
Jurnal:
Dr. Kerugian Mudharabah Rp. 2.000.000,-
Kr. Penyisihan Kerugian Mudharabah Rp. 2.000.000,-
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca (31/12/2009) Aset: Investasi Mudharabah Rp. 100.000.000,- Penyisishan Kerugian Rp. 98.000.000,- Rp. 2.000.000,-
d. Pada tanggal 1 Januari 2010 CV. Makmur melakukan pengembalian
investasi mudharabah pada akhir akad dan menerima Rp. 98.000.000,-
Jurnal:
Dr. Kas Rp. 98.000.000,-
Dr. Penyisihan kerugian Mudharabah Rp. 2.000.000,-
2. Pembiayaan Musyarakah
a. Pada saat penyerahan pembiayaan musyarakah
Bank Muamalat Indonesia mengakui pembiayaan musyarakah pada saat
penyerahan kas atau aset non kas untuk usaha, sesuai dengan PSAK 106
paragraf 14.
1) Pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Muamalat
Indonesia dalam bentuk kas, dinilai sebesar jumlah yang diserahkan
sesuai dengan PSAK 106 paragraf 15 huruf a. Jurnal yang dibuat oleh
Bank Muamalat Indonesia adalah:
Saat disetujui pembiayaan musyarakah kepada nasabah:
Dr. Kontra Komitmen Investasi Musyarakah xxx
Kr. Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah xxx
Saat diserahkan dana kepada nasabah:
Dr. Investasi musyarakah xxx
Kr. Kas/ Rekening nasabah xxx
Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah xxx
Kr. Kontra Komitmen Investasi Musyarakah xxx
2) Pembiayaan yang diberikan dalam bentuk aset non kas, maka dinilai
sebesar nilai wajar.
Jika nilai wajar aset non kas yang diserahkan lebih besar dari nilai
buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
Jurnal:
Dr. Investasi Musy-Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Kr. Selisih Penilaian Aset Musy (sebagai bagian ekuitas) xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa
akad musyarakah menjadi keuntungan, jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Dr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 106 paragraf 15 huruf b)
Dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai
buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat
penyerahan aset nonkas. Jurnal yang dibuat oleh Bank Muamalat
Indonesia, yaitu:
Dr. Investasi Musyarakah-Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan
nilai wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa
manfaat ekonomis aset. Jurnal yang dibuat oleh Bank Muamalat
Indonesia, yaitu:
Dr. Beban Depresiasi
Kr. Akumulasi Depresiasi
b. Biaya pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya: biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali
ada persetujuan dari nasabah, jurnal yang dibuat oleh Bank Muamalat
Indonesia adalah:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Kr. Uang Muka Akad xxx
Dan apabila nasabah bersedia untuk menanggungnya, maka jurnal yang
dibuat oleh Bank Muamalat Indonesia adalah:
Dr. Rekening nasabah xxx
Kr. Pendapatan administrasi musyarakah xxx
(Pengakuan biaya pra-akad oleh Bank Muamalat Indonesia telah sesuai
dengan PSAK 106 paragraf 18)
c. Penyerahan Bagi Hasil
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, maka pembagian
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan mendapatkan rugi, maka kerugian
diakui sesuai dengan porsi dana yang diinvestasikan oleh Bank Muamalat
Indonesia.
Jurnal:
Dr. Kerugian xxx
Kr. Penyisihan Kerugian xxx
d. Pada pembiayaan musyarakah menurun.
Pada pembiayaan musyarakah menurun, pembayaran angsuran bagi hasil
yang dibayarkan nasabah akan dicatat jurnalnya sebagai berikut:
Db. Rekening nasabah xxx
Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx
Untuk pembayaran pokok angsuran, jurnalnya adalah:
Db. Rekening nasabah xxx
Kr. Investasi musyarakah xxx
e. Pelunasan oleh nasabah
1) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan
diakhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset
nonkas yang disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih
antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada Bank
Muamalat dan nasabah sesuai nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian, dan
penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan. Maka jurnal yang
dibuat oleh Bank Muamalat, yaitu:
Dr. Kas xxx
Kr. Investasi Musyarakah xxx
Kr. Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan
penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal yang
dibuat adalah:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Investasi Musyarakah xxx
Kr. Keuntungan xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 106 paragraf 25)
2) Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam
bentuk aset nonkas yang sama pada akhir akad:
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal yang dibuat oleh Bank Muamalat:
Dr. Aset Nonkas xxx
Jika ada kerugian, nasabah yang menyerahkan aset nonkas harus
menyetorkan uang sebesar nisbah yang telah disepakati. Dan jurnal
yang dibuat oleh Bank Mauamalat, adalah:
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Kas xxx
Dr. Aset Nonkas xxx
Kr. Investasi Musyarakah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
PSAK 106 paragraf 20 huruf b)
3) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas, dan tidak ada
kerugian. Maka jurnal yang dibuat oleh Bank Muamalat, yaitu:
Dr. Kas xxx
Kr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, maka jurnal yang diabuat oleh Bank Muamalat
adalah:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Investasi Musyarakah xxx
(Pencatatan oleh Bank Muamalat Indonesia ini telah sesuai dengan
f. Penyajian
Bank Muamalat Indonesia sebagai mitra pasif menyajikan hal-hal yang
terkait dengan investasi musyarakah dalam laporan keuangan, sesuai
dengan PSAK 106 paragraf 35 yaitu:
1) Kas atau aset non kas yang diserahkan kepada nasabah disajikan
sebagai investasi musyarakah;
2) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi
musyarakah.
Akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan (neraca), adalah:
1) Investasi Musyarakah;
2) Keuntungan Musyarakah Tangguhan;
3) Cadangan penyisihan kerugian investasi;
4) Piutang Jatuh Tempo Pengelola Dana (Piutang Mitra Aktif);
5) Piutang Pendapatan Bagi Hasil;
6) Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Musyarakah.
Sedangkan akun yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, antara lain:
1) Kerugian penyerahan aset musyarakah;
2) Keuntungan penyerahan aset musyarakah;
3) Pendapatan Bagi Hasil Investasi Musyarakah;
4) Beban akad musyarakah;
6) Beban Penyusutan (penurunan) Aset Musyarakah;
7) Keuntungan Pengembalian Aset Musyarakah (modal non kas);
8) Kerugian Pengembalian Aset Musyarakah (modal non kas).
Contoh kasus:
Pada tanggal 1 Januari 2008, Bank Muamalat Indonesia menyetujui untuk
memberikan bantuan dana kepada CV. Mitra untuk usaha tekstil sebesar Rp.
500.000.000,- dengan jangka waktu 2 tahun. Dalam hal ini, kebutuhan
terhadap modal sejumlah Rp. 1.000.000.000,- dipenuhi 50% dari nasabah dan
50% dari Bank Muamalat. Pembagian hasil usaha (nisbah) untuk Bank
Muamalat sebesar 50 dan CV. Mitra sebesar 50. Dan CV. Mitra menyetujui
mengeluarkan biaya pra akad sebesar Rp. 10.000.000,-
Jurnal:
a. Tanggal 1 Januari 2008 disetujui pembiayaan musyarakah kepada CV.
Mitra sebesar Rp. 500.000.000,-
Dr. Kontra komitmen Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
Kr. Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
b. Tanggal 10 Januari 2008 diserahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada CV. Mitra sebagai pengelola dana sebesar Rp. 500.000.000,-
Dr. Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
Kr. Kas/ Rekening Nasabah Rp. 500.000.000,-
Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
c. Pada akhir tahun I, nasabah melaporkan penghasilan dari usaha dagang
sebsar Rp. 1.000.000.000,- dengan beban Rp. 800.000.000,-. Dan
melakukan pembayaran bagi hasil sebesar Rp. 100.000.000,-
Dr. Kas Rp. 100.000.000,-
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Musy Rp. 100.000.000,-
Jika tidak langsung dibagikan:
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil Musy Rp. 100.000.000,-
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Musy Rp. 100.000.000,-
Saat Dibagikan:
Dr. Kas Rp.100.000.000,-
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil Musy Rp. 100.000.000
d. Penyajian Laporan Keuangan Neraca:
Aset:
Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
Penyisishan Kerugian
Investasi Musyarakah (net) Rp. 500.000.000,- 0
e. Pada tanggal 31 Desember 2009 CV. Mitra melaporkan penghasilan
sebesar Rp. 700.000.000,- dengan biaya sebesar Rp. 800.000.000,-. Dan
pembagian rugi sesuai nisbah modal 50:50 untuk Bank Muamalat dan
CV.Mitra.
Dr. Kerugian Rp. 50.000.000,-
f. Penyajian Laporan Keuangan Neraca
Aset:
Investasi Musyarakah Rp. 500.000.000,-
Penyisihan Kerugian
Investasi Musyarakah (net) Rp. 450.000.000,- ( Rp. 50.000.000,-)