9
BAB III
ANALISIS KOMPOSISI
A. Proses Penyusunan Komposisi
Komposisi “My Love Story” merupakan gambaran kisah cinta penulis semasa hidupnya dalam menempuh studi S1. Dalam menyusun komposisi “My Love Story” penulis menggunakan beberapa teknik seperti thrille untuk menggambarkan suasana riuh dan heboh. Teknik staccatto menggambarkan tanda serius. Teknik arpeggio digunakan penulis untuk menandakan guyonan dan senda gurau yang terjadi selama perbincangan antara penulis dan pasangan. Teknik eliminasi digunakan untuk menggambarkan suasana move on dimana kesedihan penulis semakin menghilang. Penulis menggunakan teknik word painting untuk menggambarkan teks melalui progresi akor dan langkah notasi. Ritme 1/8 digambarkan sebagai iringan melangkah. Dalam menentukan karakter, penulis tidak memakai leitmotif dalam proses penyusunan skripsi melainkan memakai pilihan tema karena pertimbangan penulis akan situasi dan suasana yang berubah-ubah sehingga penulis merasa lebih cocok dalam penggunaan tema. Jumlah instrumen musik yang digunakan sebanyak 8 instrumen, penulis memilih 8 instrumen karena keterbatasan waktu dan pemain.
B. Konsep Penyusunan Komposisi “My Love Story”
Komposisi musik program “My Love Story” merupakan sebuah karya komposisi yang merupakan representasi dari cerita maupun keadaan hati sang penulis. Komposisi ini merupakan cerita kisah cinta sang penulis selama menempuh studi S1 dan menemukan banyak pahit dan manisnya dalam hubungan percintaan penulis selama menempuh studi S1. Alur dari cerita komposisi musik program ini dibagi ke dalam tiga bagian berdasartkan urutan peristiwa.
10
Bagian pertama menceritakan tentang penulis yang baru menginjakkan kakinya di dunia perkuliahan, penulis itu memiliki kisah cinta di masa lalu dan melepaskan cintanya yang lalu. Ketika awal tahun pertama kuliah, penulis dengan pribadi yang sanguine-melankolis itu bertemu dengan banyak teman kuliah di dalam berbagai organisasi dan tanpa menemukan cinta yang tidak sengaja bertemu. Cinta itu tumbuh diantara penulis dan lelaki yang membuat sang penulis jatuh cinta. Romantisme dalam hubungan percintaan mereka merupakan romantisme yang tulus, cinta yang tidak memandang teori, materi, fisik dan perkataan orang lain. Kisah cinta mereka sungguh unik, mereka lebih memilih untuk menggunakan “kasih” ketimbang “cinta”. Sang lelaki mengatakan cinta dengan menggunakan kalimat “aku mengasihimu”. Kasih di dalam mereka terus bertumbuh melewati berbagai persoalan hidup selama selama hampir dua tahun. Cinta Kasih itu terasa bahagia sampai akhirnya menyusut dan lebih memilih kandas di tengah perjalanan yang berbatu, lalu meninggalkan semua kisah dibelakangnya.
Bentuk program yang digunakan dalam komposisi cerita ini adalah narrative, yaitu komposisi musik yang disusun berdasarkan alur ceritanya.
C. Analisis Bentuk dan Struktur Komposisi “My Love Story” 1. Bagian I “The Beginning”
Dalam komposisi ini terdapat pembukaan komposisi yang singkat menandakan sebuah awal yang baru. Penulis memberikan tanda sukat 4/4 dan tiga birama sebagai pembukaan. Penulis menggambarkan sebuah awal yang singkat, dan tidak mau terlalu lama mengenang masa lalu. Tanda sukat 4/4 merupakan kehidupannya yang dulu sebelum memasuki kuliah. Tanda sukat 4/4 menggambarkan hubungan penulis dengan kekasih yang kandas pada bulan 4 tanggal 4.
11
Gambar 3.1. Birama 1-3 Pembukaan
Cerita ini dimulai dengan tonalitas C mayor di 90 birama mendeskripsikan tentang awal penulis menginjakkan kakinya didunia perkuliahan. Birama ke-4 merupakan awal mula cerita dimulai, menggunakan sukat ¾ dengan tempo sedang. Pada birama ke-4 sampai birama 24 iringan piano menggambarkan tentang seorang penulis yang sedang menikmati masa-masa awal kuliah dengan semangat.
12
Gambar 3.2. Birama 4-23 Suasana awal kuliah
Birama ke-4 sampai birama ke-23 berisikan iringan piano dengan melodi dari vibraphone. Melodi dari vibraphone merupakan gambaran dari teman yang baru dikenal dan diajak berbincang.
Birama ke-24 merupakan perpanjangan dan pengulangan dari birama ke-4 sampai birama ke-23 dan ditambahi instrument gesek. Birama ini menggambarkan kehidupan yang mulai ramai dan berwarna, serta beragam.
Di akhir dari birama ke-40 merupakan berakhirnya frase pertama. Diakhiri dengan kadens I-iii-V-I. Cerita yang terdapat dalam frase ini sekaligus berisikan cerita dari seorangpenulis yang mengenal lelaki yang mengasihinya. Pada bagian dari frase ini, bumbu-bumbu cinta telah hadir diantara mereka.
Memasuki birama ke-42 tokoh teman-teman yang mendukung digambarkan oleh flute. Flute pada birama 42 ini menggunakan teknik thrille untuk menggambarkan suasana heboh namun manis.
13
Gambar 3.3. Thrille menggambarkan suasana heboh tetapi manis.
Memasuki birama 42 mempertanyakan keseriusan hubungan mereka. Pada bagian ini muncul frase tanya jawab antara penulis dan kekasihnya.
14
15
Pada birama 81 memasuki tahap akhir dari bagian pertama komposisi “My Love Story”. Memasuki birama ini, hubungan mereka yang dianggap baik-baik ternyata tidak berjalan mulus sesuai yang diharapkan. Pertengkaran dan salah paham yang timbul serta kisah manis yang pernah ada diantara mereka digambarkan mulai memasuki birama 81. Hubungan yang dirasa baik tetapi justru terkesan tarik ulur.
17
Gambar 3.5 Penggambaran suasana tarik ulur.
Penulis menggambarkan suasana tarik ulur dengan instrumen viola yang bila dilihat pada music score terlihat seperti naik turun dan seperti melangkah yang tidak ada akhir.
18
Gambar 3.6 Birama 97.
Pada birama 97 terdapat modulasi ke D mayor yang berjarak 1 tone dari tonalitas C mayor. Modulasi ini menggambarkan klimaks dari bagian pertama. Penulis merepresentasikan klimaks dari bagian pertama ini sebagai akhir kisah cinta mereka, yang semakin rumit, banyak pertengkaran, dan selalu bersahut-sahutan dalam merespon dan menyikapi segala situasi dan keadaan yang ada dalam kisah cinta mereka. Pemilihan tonalitas D oleh penulis karena kisah cinta penulis berakhir di bulan Desember.
20
21
2. Bagian II “Spin the Memory”
Komposisi “Spin the Memory” merupakan lanjutan dari komposisi bagian pertama “The Beginning”. Bagian ini menceritakan tentang kesedihan yang dialami oleh penulis. Penulis yang berusaha bangkit dari situasi tersebut mengalami jatuh bangun dalam menyelamatkan perasaannya. Penulis terjebak dalam kesedihannya. Komposisi ini bertanda sukat 4/4 dan dimainkan di tonalitas Eb mayor dengan tempo q=60. Komposisi bagian II ini berbentuk free form.
Pembuka dari bagian II karya komposisi ini, menggambarkan suasana yang hampir sunyi dan dibubuhi suara rintik air dari langit menandakan akan turun hujan. Kesunyian digambarkan oleh instrumen cello sementara rintik hujan dimainkan oleh instrumen piano.
22
Gambar 3.7 Pembukaan karya komposisi bagian II
Tema 1 pada bagian II ini dimainkan oleh instrumen viola. Penulis disini memilih menggunakan tema dikarenakan ada dinamika yang berubah di tiap bagian. Viola tersebut digambarkan sebagai perasaan penulis. Instrumen cello mengiringi tema 1 digambarkan sebagai suasana sekitar yang tenang namun instrumen viola digambarkan dengan keadaan pilu sedih. Akor yang digunakan mulai birama 10 adalah I – ii – V – I – ii – V – I sampai pada akhir frase.
23
Gambar 3.8 Penggambaran tema .
Pada birama 18 dan 19 terdapat instrumen cello dan piano yang menggambarkan suara petir yang ringan disertai angin.
24
Pada birama 20, tema 1 kembali dimainkan bersamaan dengan cello dan piano. Di birama ini tempo yang digunakan adalah q=60. Bagian ini menceritakan tentang kesedihan penulis yang sedang patah hati ditinggalkan orang yang dicintainya. Penulis merasa dikhianati, penulis mulai mengingat kisah mereka mengenangnya dalam kesepian. Setiap kenangan yang terbesit dibenaknya semakin menyayat perih dihati.
Gambar 3.10 Menggambarkan tema 1 yang dimainkan oleh cello dan piano.
25
Pada birama 26 dan seterusnya menggambarkan usaha dari penulis yang mau bangkit dari kesedihannya. Suasana disini seolah si penulis mengalami perdebatan dalam nuraninya, ketika ingin bangkit lalu kenangan bersama membuatnya tenggelam kembali dalam perasaan sedih. Bagaimanapun juga, penulis tetap berusaha untuk bangkit.
26
Gambar 3.11 Menggambarkan keadaan penulis yang berusaha keluar dari kesedihan.
Penulis menggambarkan usaha bangkit melalui gambaran dari music score yang tertulis. Di gambarkan ada keadaan notasi yang kosong untuk keadaan yang sulit yang sepi ketika sedang berusaha mencari cara untuk keluar dari keadaan. Notasi yang terlihat penuh di dalam music score merupakan keadaan yang didukung oleh teman sekitar dan keluarga untuk bangkit dari keterpurukan.
27
Pada birama 37 piano dan cello dimainkan bersamaan menggambarkan keadaan yang hampir kosong karena jatuh lagi kedalam kesedihannya ketika usahanya untuk keluar tidak terlalu berhasil.
28
Birama 45 – 52 merupakan perkembangan dari tema di birama 37- 44.
29
Gambar 3.14
Menggambarkan kenangan manis yang masih tertinggal dan dibalut oleh perasaan gundah dan bimbang untuk melangkah.
30
Pada birama 57 terdapat tema baru yang dimainkan piano. Pada bagian ini piano mewakilkan perasaan penulis. Disini penulis dikunjungi oleh beberapa teman untuk menghibur dan member dukungan kepada penulis untuk tetap melangkah. Teman-teman tersebut diwakilkan oleh instrumen gesek. Tanda sukat tetap 6/8 namun tonalitas berpindah ke Bb mayor.
31
Gambar 3.15
Gadis digambarkan dengan instrumen piano dan teman- teman digambarkan oleh instrumen gesek.
32
Pada birama 72 hingga 79 merupakan transisi dari tonalitas Bb mayor kembali menuju ke tonalitas Eb mayor. Penulis atau sang gadis setelah dihibur kembali melangkahkan kakinya keluar dari kesedihan dan lebih yakin dalam menghadapi kebimbangan yang ada ketika penulis melangkah.
Gambar 3.16
Iringan piano menggambarkan penulis yang melangkah, sekaligus merupakan akhir dari transisi kembali ke tonalitas Eb mayor.
33
Gambar 3.16
Iringan piano menggambarkan penulis yang melangkah, sekaligus merupakan akhir dari transisi kembali ke tonalitas Eb mayor.
34
Kembali nya tonalitas Eb mayor pada birama 80 hingga birama 91 dan tema kembali dimainkan pada instrumen viola menggambarkan gadis atau penulis yang kembali menemukan dirinya. Keadaan menjadi lebih baik setelah penulis sempat kehilangan dirinya. Pada beberapa birama sebelumnya penulis digambarkan melalui instrumen piano.
35 Gambar 3.17
36
Penutup pada bagian II ini , penulis menggunakan teknik eliminasi. Teknik eliminasi merupakan teknik komposisi berupa pengurangan nada pada tema atau melodi tertentu.
37 3. Bagian III “Let it be”
Bagian III berkonsep musik program yang menggunakan struktur sonata. Terdiri dari introduksi, eksposisi, development, rekapitulasi. Bagian ini bersukat 6/8 memberikan kesan dan karakter lincah. Instrumen musik yang digunakan pada bagian ini yaitu piano, flute, violin, viola, cello dan kontrabas. Dimainkan dalam tempo moderato.
38
Bagian introduksi menceritakan pembukaan dan awal mula penulis untuk memulai kembali dan lepas dari kesedihan. Penulis kembali tampak bersosialisasi lagi dengan temannya. Terdapat 16 birama untuk bagian introduksi.
39
Gambar 3.21 Introduksi
Pada birama 17 merupakan awal mula tema 1. Tema 1 dimainkan oleh piano, menggambarkan karakter penulis. Tema 1 menceritakan tentang penulis yang bertanya - tanya tentnang perasaannya apakah betul sudah melupakan kepahitan masa lalu apa belum. Pada birama 17 – 24 merupakan frase tanya yang dijawab oleh birama 25 – 32 menggambarkan bahwa penulis sudah berlalu dari patah hati dan kesedihannya.
40
Gambar 3.22
Pada birama 17 awal mula tema 1. Berawal dari akor I tonalitas D mayor. Bagian frase tanya dari komposisi ini dimulai pada birama 17 sampai dengan birama 24.
Akhir bagian frase tanya dari birama 24 ditandai dengan adanya akor iii pada birama 23 lalu menuju akor V pada birama 24.
41
Frase jawab dari tema 1 diawali pada birama 25 lalu ditutup pada birama 32 dengan akor I pada birama 31 dan akor yang sama pada birama 32.
42
Birama 33 – 48 merupakan pengembangan dari tema 1. Di bagian ini penulis menggambarkan keadaan penulis yang semakin membaik dan ramai, dikunjungi oleh beberapa teman, mendapat banyak dukungan dan masukan dari beberapa teman. Instrumen gesek digambarkan sebagai teman-teman pengunjung yang hadir dalam hidup penulis. Instrumen flute dalam tema 1 ini menggambarkan kerabat penghuni dari kos penulis yang sering menggoda penulis ketika penulis terlihat kasmaran atau sedang jatuh cinta.
43
Gambar 2.25 Perkembangan Motif dari tema 1.
Gambar 3.26 Instrumen flute yang menggambarkan kerabat penghuni kost. Teknik thrille disini digambarkan sebagai siulan.
44
Birama 49 -54 merupakan transisi sebelum menuju tema 2. Transisi ini menceritakan penulis yang sedang bersiap-siap untuk mengenal cinta yang baru, kerabat dari penulis mengenalkan penulis kepada seseorang untuk dikenal lebih jauh.
45
Tema 2 dimulai pada birama 55 bagian ini menceritakan tentang penulis yang sedang bertemu dengan seseorang yang baru dikenalnya, mereka saling berbicara, namun awalnya mereka malu-malu. Setelah suasana menghangat dan mulai ramai, ternyata mereka memiliki kesamaan dan perasaan cinta tumbuh diantara mereka. Instrumen piano menggambarkan penulis, iringan gesek menggambarkan suasana yang dibangun oleh penulis dengan seorang laki-laki tersebut.
46
Gambar 3.29 Suasana yang awalnya sepi karena malu-malu kini mulai ramai.
Gambar 3.30 Pola bentuk iringan yang dimainkan pada instrumen violin yang menandakan perbincangan yang mulai ramai dan tidak
47
Gambar 3.31
Teknik thrille pada instrumen flute bertujuan untuk membuat suasana lebih meriah dan lincah.
Pada birama 70 mereka mulai berselaras dalam menyatukan pikiran, mereka mulai menemukan kecocokan satu sama lain. Irama iringan dari violin I dan II berjalan senada. Iringan viola dan cello menandakan mereka yang sedang tertawa bersama.
48
Keselarasan yang terjadi antara mereka digambarkan penulis dari birama 70 sampai pada birama akhir tema 2. Iringan instrumen gesek dan flute yang ada pada birama 70 sampai pada birama akhir tema 2.
49
50
Gambar 3.35 Birama 87-91 Keselarasan nada.
51
Gambar 3.36 Birama 92 Akhir dari tema 2.
52
Pada birama 93 terdapat codetta yang diakhiri sampai pada birama 117.Bagian codetta ini menceritakan tentang suasana hati penulis yang tak tentu seperti berharap cemas akankah cinta yang tumbuh diantara mereka membawa mereka kedalam suatu hubungan yang lebih dari sebatas teman. Penuh tanya jawab, dan pada birama 101 perubahan ritme dan melodi. Perubahan melodi dan ritme tersebut menceritakan tentang keadaan hubungan mereka yang terlihat dekat oleh teman – teman sekitar dan seperti terkejut dengan godaan teman-teman yang menyemangati hubungan mereka.
53
Gambar 3.38 Iringan dari Instrumen violin, cello, dan piano menceritakan keadaan hati yang berdebar menunggu kepastian hubungan mereka.
54
Gambar 3.39
Iringan dari piano dan flute menceritakan tentang kepastian hubungan mereka yang akhirnya menjadi sepasang kekasih.
55
Gambar 3.40
Akhir dari codetta yang menandakan mereka saling menerima cinta, dan memiliki hubungan spesial lebih dari sebatas teman.
56
Gambar 3.41 Development
Birama 118 merupakan awal dari development section 1, bagian ini menceritakan tentang perkembangan dari cinta mereka. Mereka pergi makan bersama, mereka berbincang lebih dalam. Dalam bagian ini pun mereka mulai mengerti bahwa perbedaan juga bisa menjadi indah untuk melengkapi cinta yang tumbuh antara mereka.
57
Pada birama 118 – 125 merupakan frase tanya dari development. Dibagian ini penulis menceritakan tentang mereka yang bertanya akankah hubungan mereka berjalan dengan baik. Tentang bagaimana jika salah satu dari mereka akan mengecewakan perasaan satu sama lain.
Gambar 3.42 Frase tanya.
58
Pada birama 126 merupakan awal frase jawab. Bagian ini menjawab tentang pertanyaan keraguan mereka. Instrumen piano dimainkan satu oktaf diatas frase tanya.
Gambar 3.43 Birama 126 -128
59 Gambar 3.44
Perbedaan saling melengkapi
60 Gambar 3.45
Akhir development section 1.
Penulis membuat bagian akhir ini dengan nada dan ritme yang selaras untuk menggambarkan perbedaan yang terjadi tidak membuat hubungan mereka pecah.
61 Gambar 3.46
Transisi menuju development section 2.
Bagian transisi ini bercerita tentang perkembangan hubungan mereka yang semakin serius. Gadis dan pria itu mulai berjalan menentukan target untuk masa depan. Pasangan itu tidak ingin meninggalkan satu sama lain. Tonalitas disini tetap pada D mayor.
62 Gambar 3.46
Awal development section 2.
Bagian ini menceritakan tentang penulis dengan pasangannya yang sedang berdiskusi. Perbincangan yang terjadi antara mereka menghasilkan topik yang manis. Teknik arpeggio yang dimainkan pada piano
menandakan guyonan dan senda gurau yang terjadi selama perbincangan mereka. Manis tapi serius.
Gambar 3.47 Teknik arpeggio.
63
Iringan instrumen musik gesek pada strings mewakili suasana sekitar dan keadaan hati mereka. Teknik staccato untuk menandakan serius.
Gambar 3.48 Teknik staccato
64
Pada birama 108 – 109 merupakan akhir dari development section 2.
Gambar 3.49
Akhir development section 2.
Pada awal birama dari 170 hingga akhir, merupakan bagian rekapitulasi yaitu pengulangan eksposisi dari tema 1 dan tema 2. Bagian rekapitulasi sekaligus berupa akhir dari bagian III “Let It Be” .