• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA |7171717171

Ragam Hias Kain Sulam

dan Terapan Lainnya

A. RINGKASAN

Pada bab ini kita akan mempelajari asal usul kain yang ragam hiasnya dibentuk dengan cara teknik sulam. Di samping itu, kita juga akan mempelajari jenis-jenis corak kain sulam, daerah-daerah penghasil kain sulam Nusantara, dan sejarah masuknya serta wila-yah penyebarannya di Nusantara. Kemudian dibahas pula percam-puran antara teknik dan ragam hias mancanegara dan ragam hias Nusantara. Gabungan ini menampilkan bentuk-bentuk baru yang khas dan mempesona. Untuk memperkaya materi bahasan, beberapa teknik terapan, seperti sulam, terawang, prada, aplikasi dan tambal akan dijelaskan pula.

Ragam hias dan corak yang banyak ditampilkan dalam teknik terapan berkisar pada corak bunga, sulur, manusia, dan hewan. Na-mun adapula yang menampilkan aneka corak abstrak sebagai ung-kapan keindahannya. Corak-corak ini tidak selamanya dipengaruhi oleh pertautan dengan bangsa asing, karena bisa jadi corak-corak ini sudah ada sebelumnya.

(2)

72 72 72

72 72 | TEKSTIL

B. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, kita diharapkan memiliki kemam-puan dalam:

1. Memahami berbagai pengetahuan tentang sejarah, daerah

penghasil, jenis dan ciri ragam hias kain sulam dan terapan Nusantara.

2. Menghayati keragaman corak ragam hias kain sulam dan terapan Nusantara.

C. RAGAM HIAS KAIN SULAM DAN TEKNIK

TERAPAN LAINNYA

Sejarah Teknik Terapan di Nusantara

Salah satu cara menerapkan corak di atas permukaan kain adalah melalui teknik terapan. Cara ini merupakan salah satu jenis dari teknik rekalatar yang banyak terdapat di Nusantara. Teknik-teknik rekalatar yang telah dibahas sebelumnya adalah batik dan celup ikat. Sementara itu, teknik-teknik terapan lainnya yang juga merupakan kekayaan Nusantara adalah sulam, terapan manik-manik, arguci (payet), kerang-kerangan, cermin, tambal, melukis dengan air emas (prada) dan sebagainya. Teknik terapan merupa-kan cara menghias kain dengan aneka bahan tambahan setelah kain selesai ditenun. Menyulam, menambahkan arguci dan manik-manik, menyusun, serta menambal kain perca, hanyalah sebagian kecil dari kekayaan budaya Nusantara dalam cara menghias kain. Keindahan kain-kain Nusantara merupakan bukti sejarah dan pertautan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad. Pertautan budaya ini terjadi bukan saja antara suku-suku di kawasan Nusantara, tetapi juga dengan para pendatang dari mancanegara.

Tampak jelas, mereka saling bertukar informasi tentang cara menghias kain, serta saling mempengaruhi ragam hias masing-masing. Dari kelompok pendatang yang hanya sekedar singgah, dikenalkan beragam ilmu dan keterampilan dari negara asalnya.

(3)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA |7373737373

Lalu ada kelompok yang tinggal dan menetap yang kemudian meng-upayakan pengembangannya. Selain itu, ada pula percampuran antara gagasan penduduk asli setempat dengan gagasan para pendatang yang mewujud ke dalam bentuk seni menghias kain yang mempesona. Semua ini memperkaya ragam dan corak kain-kain Nusantara yang telah hadir sebelumnya.

Pengaruh Cina masuk secara bergelombang ke kawasan Nu-santara sejak jaman Dong-Son. Pengaruh ini sangat berperan dalam pengenalan dan penyebaran aneka teknik. Khususnya teknik sulam, penerapan arguci, manik-manik, perca dan tambal. Hal ini bisa dilihat pada berbagai kain, baju, dan perlengkapan adat suku Dayak di Kalimantan, serta busana teater tradisional dari Jawa dan Bali. Pengaruh ini bahkan mencapai kawasan timur Nusantara. Sebagai-mana yang terlihat dalam kemahiran penerapan manik-manik pada baju sali-sali dari suku Dani dan Lani di lembah Baliem, Papua. Hiasan-hiasan kain perangkat pelaminan orang Melayu dan Bugis di kawasan Sumatera, Riau, Kalimantan, dan Sulawesi, juga sarat dengan pengaruh Cina seperti itu.

Para saudagar Arab, Parsi dan India juga berperan dalam mem-perkenalkan teknik sulam. Sulaman dengan benang emas berlatar beludru misalnya, hadir di Indonesia melalui para saudagar tersebut. Keterampilan menyulam diperkenalkan pula oleh orang-orang Indonesia yang pulang dari Timur Tengah. Di sana mereka menemukan ragam hias sulaman kerajaan muslim Moghul di India, serta sulaman dari Turki. Selain bangsa-bangsa Cina, India, dan Timur Tengah, orang-orang Eropa, khususnya Belanda, juga mem-perkenalkan kemampuannya dalam menyulam. Hal ini tampil me-ngesankan di Sumatera Barat, khususnya di sekitar Bukittinggi. Alat Sulam

Peralatan sulam yang umum digunakan adalah: pensil, jarum semat, jarum jahit, alat pengukur, gunting dan bingkai sulam. Jarum semat atau jarum pentul berfungsi untuk menahan kertas pola saat memindahkan pola corak ke atas permukaan kain. Alat pengukur

(4)

74 74 74

74 74 | TEKSTIL

berfungsi untuk mengukur kain yang akan disulam. Jarum jahit adalah alat utama dalam teknik sulam, baik sulam tangan maupun sulam mesin. Jarum jahit terdiri dari berbagai ukuran. Gunting ber-fungsi sebagai alat pemotong kain dan membersihkan sisa-sisa be-nang. Bingkai berfungsi sebagai alat penahan dan peregang per-mukaan kain, sehingga memudah-kan proses penyulaman. Ada be-berapa macam bingkai peregang bergantung pada ukurannya. Untuk sulaman kecil dan yang menggunakan mesin jahit digunakan bingkai bundar. Jenis ini banyak digunakan pada sulaman dari Tasikmalaya, Sumatera Barat, Gorontalo. Sementara itu ada juga bingkai peregang berukuran besar, dikenal dengan nama pamidangan. Alat ini biasanya digu-nakan untuk menyulam bidang-bidang besar dan untuk teknik sulam terawang.

Teknik Sulam

Teknik sulam adalah teknik menjahitkan benang-benang ber-warna di atas permukaan kain berdasarkan pola corak tertentu. Teknik sulam terdapat di Asia, antara lain di Jepang, Cina, Arab, India, dan Korea. Teknik ini juga berkembang di Eropa. Teknik su-lam yang terdapat di Nusantara antara lain susu-lam tangan, susu-lam

tapis (cucuk), sulam gaya Naras, sulam kasab, sulam gaya Gayo –

Alas dan kerancang atau terawang. Ada pula yang berupa kumpul-an simpul-simpul kecil ykumpul-ang tersusun rapi membentuk bidkumpul-ang warna-warni. Kain bersulam dengan teknik ini banyak dijumpai pada kreasi penyulam-penyulam dari Pandai Sikat dan Naras di Sumatera Barat. Sulam tangan memiliki banyak ragam, yaitu sekitar 40 jenis.

Gambar 6.1: Kain sulaman gaya Gayo – Alas, Nangro Aceh Darussalam

(5)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA |7575757575

Beberapa di antaranya adalah jelujur, tusuk satin, tusuk isi rapat, tusuk anyam, tusuk rantai dan tusuk silang. Tusuk silang

(kruiss-teek), adalah cara menyulam corak yang terbuat dari kumpulan

bentuk-bentuk silang. Adapun sulam gaya Gayo – Alas di Nangro Aceh Darussalam, merupakan sulam tangan. Sulaman itu mempunyai corak dengan ciri khas, yaitu bentuk tumpal dan sulur Nangro Aceh Darussalam dengan susunan warna merah, hijau, kuning di atas dasar kain berwarna hitam. Namun di masa kini jenis sulaman khas Gayo – Alas sudah dibuat dalam berbagai warna yang disesuaikan dengan perkembangan selera pasar.

Teknik sulam Nusantara sering menggunakan benang warna keemasan, seperti banyak dijumpai di Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Palembang dan Lampung. Teknik sulam tapis hampir sama dengan teknik sulam tangan dengan benang emas. Teknik ini menggunakan alat peregang pamidangan berbentuk meja rendah dan penyulamnya duduk di lantai. Sulaman gaya Naras memiliki ciri yang lain lagi. Gaya ini menggunakan nama yang diambil dari nama kota pembuatnya yang terletak di Sumatera Barat. Teknik ini menggunakan teknik aplikasi yang digabungkan dengan sulam tangan. Adapun sulam kasab dari Nangro Aceh Darussalam merupakan kombinasi aplikasi benang emas atau perak dengan sulam tangan di atas kain beludru. Sulaman kasab menghasilkan bentuk-bentuk timbul pada permukaan kain. Hal ini terjadi akibat bagian yang disulam diisi dengan karton, benang atau kain, sehingga membuat sulaman tam-pak agak timbul.

Lain halnya dengan teknik sulam kerancang atau terawang. Teknik ini dapat dibuat dengan sulam tangan atau mesin jahit. Coraknya terdiri dari lajur-lajur kecil yang memben-tuk jejaring. Setelah proses menyulam selesai,

bidang-Gambar 6.2: Sulam kerancang dari Tasikmalaya, Jawa Barat

(6)

76 76 76

76 76 | TEKSTIL

bidang kain di sela-sela jejaring sulaman dilubangi dengan gunting. Di Tasikmalaya pelubangan dilakukan melalui pembakaran dengan solder. Hasilnya adalah aneka corak sulam yang terjalin membentuk jaringan.

Pengaruh mancanegara dalam teknik dan corak sulaman Nusantara juga bisa dilihat dalam berbagai karya. Misalnya teknik

suji dan suji cair (satin stitch), terawang dari Koto Gadang, serta

tusuk silang (kruissteek) dari kecamatan Ampat Angkat, Candung. Teknik-teknik ini merupakan contoh-contoh khas betapa pengaruh Barat bertaut dengan kemahiran setempat. Di Jawa Barat hal ini nyata terlihat pada berbagai teknik dan variasi sulaman kerancang Tasikmalaya. Demikian pula di Alabio, Kalimantan Selatan, dan Gorontalo, Sulawesi Utara. Sulaman pun beranjak dan semakin berkembang akibat berbagai gagasan modern, terutama pariwisata. Produk-produk sulaman dari Bali dan Tasikmalaya membanjiri pasar karena adanya tuntutan pariwisata dan kebutuhan ekspor.

Teknik Prada

Keterampilan menerapkan air emas atau prada juga merupa-kan warisan orang-orang Cina. Teknik ini berkembang dengan pesat di Palembang, Jawa Tengah, dan Bali. Prada tampil mengesankan pada kain-kain pelangi untuk berbagai kesempatan dan kebutuhan adat Palembang, Sumatera Selatan. Jawa dan Bali memiliki tradisi

Gambar 6.3: Sulam terawang dari Sumatera Barat

Gambar 6.4: Tas kain dari Candung, Sumatera Barat, dihias dengan sulam

(7)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA |7777777777

prada pula. Lembar-lembar prada yang dinilai amat tinggi terlihat pada perangkat busana adat keraton dan puri-puri. Di Bali prada bahkan men-jadi salah satu cara utama dalam menghias kain un-tuk upacara adat, agama, tari dan pura. Demikian

pula dalam lukisan-lukisan gaya kamasan di wilayah Semarapura (Klungkung), Bali. Cara-cara prada juga diterapkan pada kain-kain batik. Lembar-lembar ini khusus didatangkan ke Bali untuk dipra-da corak-coraknya. Hasilnya berupa lembar kain dengan gemerlap emas yang menakjubkan.

Teknik Aplikasi dan Tambal

Teknik terapan aplikasi merupakan penambahan ber-bagai media untuk memperkaya tampilan corak pada kain. Media yang digunakan untuk tujuan ini antara lain berasal dari lingkung-an sendiri, seperti biji-bijilingkung-an, ke-rang-kerangan dan lain-lain. Atau dapat juga benda-benda yang didatangkan dari tempat lain, seperti manik-manik, ar-guci, cermin dan sebagainya. Benda-benda ini ditempatkan pada permukaan kain dengan ber-bagai cara. Cara yang paling se-ring digunakan adalah dengan menyulamkannya langsung di

Gambar 6.5: Kain batik yang diberi perada

Gambar 6.6: Sulaman manik-manik dari Sumba

(8)

78 78 78

78 78 | TEKSTIL

atas permukaan kain. Sering pula ditemui bahwa kain-kain rekalatar tidak dihias dengan satu unsur dekoratif saja. Satu teknik menghias bisa saja tampil dalam beberapa cara menghias serta paduan antara beberapa teknik. Contohnya, teknik terapan arguci dengan tambalan perca, juga manik-manik, benang emas dengan arguci, bahkan sulaman dengan cetak saring, dan seterusnya. Semua ini makin mengungkapkan kekayaan daya cipta dalam menghias kain. Ragam Hias

Jauh sebelum orang-orang Cina, Arab, India dan Eropa datang membawa semua teknik dan coraknya, bentuk-bentuk sulam sebenarnya sudah hadir di bumi Nusantara. Sulaman pada kain

kambala dari Sumba, misalnya. Demikian pula sulaman corak aneka

binatang serta manusia pada kain lau, sarung perempuan, juga dari Sumba. Sementara itu di Papua, wadah-wadah suku Marind terbuat dari kulit kayu juga dihiasi corak sulaman yang agaknya belum terpengaruh oleh unsur-unsur luar. Pertemuan masyarakat Nusantara dengan

kebu-dayaan asing menyebab-kan perubahan dan per-kembangan budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, pengaruh Islam menyum-bangkan gaya Moghul pa-da sulaman benang emas dan semangat menghias yang amat besar bagi ma-syarakat Nusantara. Hal ini terlihat sangat khusus pada kain-kain dalam upacara perkawinan dan kelahiran di kalangan

(9)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA |7979797979

Tampilan kain-kain ini sangat meriah, rumit dan bervariasi. Contohnya dapat dilihat pada tirai-tirai pelaminan dan kain-kain kerlip.

Kekayaan corak yang di-terapkan dalam aneka teknik rekalatar ini juga berkisar pada bentuk-bentuk yang terdapat di alam sekitar. Khususnya tetum-buhan, seperti bunga, daun, sulur-suluran, juga aneka bentuk manusia dan hewan. Corak-corak ini juga tampil dalam berbagai paduan antara teknik-teknik lainnya. Misalnya, kain bercorak dari teknik cetak saring kemudian disulam dengan corak yang sama. Ga-bungan seperti ini menghasilkan ragam hias yang tampil baik dalam bentuk datar maupun bertekstur. Cara menyulam seperti ini sempat sangat digemari masyarakat modern karena keindahan tampilan-nya. Ragam hias dengan paduan teknik ini banyak dikembang-kan di Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya.

Lalu adapula teknik sulam

kerawang yang banyak

dikem-bangkan di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Teknik ini me-lalui proses kerja yang khusus. Kain yang digunakan untuk teknik ini adalah kain dari tenun datar. Tahap pertama adalah memotong dengan silet benang-benang lungsi pada bagian-bagian tertentu. Kemudian benang lungsi yang terputus ini ditarik keluar. Pada permukaan kain akan tersisa kelompok

Gambar 6. 9: Ragam hias bunga-bungaan dalam sulam manik-manik

Gambar 6.10: Corak bunga-bungaan dengan teknik sulam kerawang

(10)

80 80 80

80 80 | TEKSTIL

Kompetensi Konsepsi

1. Pilihlah kain sulam dengan beragam corak dan warna dari dua daerah asal yang berbeda.

2. Perhatikan dan uraikan perbedaan dan persamaan corak, teknik sulam, dan warna kain sulam dari kedua daerah tersebut. Kompetensi Apresiasi

1. Uraikan penilaianmu terhadap perbedaan dan persamaan

kedua kain tersebut.

2. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan dan persamaan kedua kain sulam tersebut ke dalam cerita, atau puisi.

Ragam Hias Kain Sulam dan Teknik Terapan

Ragam Hias Kain Sulam dan Teknik Terapan

Ragam Hias Kain Sulam dan Teknik Terapan

Ragam Hias Kain Sulam dan Teknik Terapan

Ragam Hias Kain Sulam dan Teknik Terapan

benang-benang pakan tanpa jalinan lungsi. Bagian pakan inilah yang kemudian disulam dengan benang warna-warni. Sesuai dengan jejeran benang pakan secara mendatar, sulaman juga sangat dipengaruhi oleh arah benang. Akibatnya, tampilan corak juga sangat geometris. Corak-corak yang sering digambarkan melalui teknik ini adalah flora dan abstrak.

Namun sebagaimana umumnya produk budaya tradisional Indonesia lainnya, kain-kain rekalatar ini menghadapi masalah pada kelangsungan keberadaannya. Pergeseran nilai-nilai budaya dan berbagai kendala dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan kain sulam, perada, dan manik-manik mengalami masa surut. Perada Belanda dari Bali sudah amat jarang dibuat. Demikian juga, kain-kain lau hada, kain manik-manik dari Flores,

sangkurat dari Kalimantan Barat, kain kasab dari Nangro Aceh

Darussalam, baju dengan ribuan cermin dari suku Kauer di Lampung dan masih banyak lagi. Kain-kain ini dibuat dengan mutu pengerjaan dan memiliki nilai estetika yang amat tinggi. Kesemuanya hadir dan memegang peranan penting dalam memperkenalkan serta membuktikan tingginya taraf kebudayaan bangsa Indonesia di mata dunia.

Gambar

Gambar 6.1: Kain sulaman gaya Gayo – Alas, Nangro Aceh Darussalam
Gambar 6.2: Sulam  kerancang dari Tasikmalaya, Jawa Barat
Gambar 6.4: Tas kain dari Candung, Sumatera Barat, dihias dengan sulam
Gambar 6.6: Sulaman manik-manik dari Sumba
+2

Referensi

Dokumen terkait