• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 2525252525

Alat dan Teknik

Rekalatar Nusantara

A. RINGKASAN

Pada bab ini kita akan belajar tentang teknik rekalatar Nusan-tara dan beragam alatnya. Teknik rekalatar NusanNusan-tara merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa kita. Rekalatar adalah teknik menghias kain, seperti batik, celup ikat, sulam, terawang, serta menggunakan bahan tambahan lain (manik-manik, cermin, kerang, prada dan melukis). Melalui kegiatan ini, wawasan dan penghayatan siswa terhadap alat dan teknik tekstil rekalatar Nusantara akan meluas dan mendalam.

Setiap jenis tekstil rekalatar memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan teknik pengerjaannya. Batik dan celup ikat contohnya, merupakan ragam hias kain yang dibentuk melalui proses celup rintang. Teknik ini membentuk corak dengan menutupi

(2)

26 26 26

26 26 | TEKSTIL

bagian-bagian kain yang tidak ingin terwarnai karena pencelupan. Celup ikat dikenal di beberapa daerah di Nusantara dengan nama

jumputan, sasirangan, dan pelangi. Teknik lainnya adalah sulam

dan terawang. Caranya adalah menghias permukaan kain dengan menambahkan benang sehingga benang itu membentuk struktur baru pada kain. Ada pula teknik menghias latar kain dengan menam-bahkan unsur-unsur seperti manik-manik, kerang, cermin, atau

prada (warna keemasan). Cara menghias seperti ini memiliki

ke-indahan tersendiri yang berbeda dengan teknik-teknik lainnya. Keseluruhan proses menghias seperti ini juga banyak ditemukan di mancanegara. Namun masing-masing daerah memiliki keunikan sendiri sesuai dengan budaya dan lingkungannya.

B. TUJUAN

Setelah mempelajari materi ini, kita akan memiliki berbagai kemampuan dalam:

1. Memahami pengetahuan tentang alat dan teknik rekalatar

Nusantara.

2. Memahami keunikan dan perbedaan proses teknik-teknik rekalatar Nusantara

C. CELUP IKAT

Pada dasarnya antara batik dan celup ikat secara teknis memiliki kesamaan. Keduanya tergolong teknik rekalatar yang menggunakan bahan perintang untuk menghias permukaan kain. Cara ini dikenal dengan celup rintang. Jika batik menggunakan malam sebagai bahan penghambat meresapnya warna ke pori-pori kain, maka celup ikat menggunakan tali-temali, benang, dan karet sebagai bahan peng-hambat atau perintang warna.

Sebagaimana batik, teknik ini juga dikenal di Nusantara bahkan di mancanegara. Teknik ini merupakan teknik rekalatar tertua. Bahan dan alat yang digunakan sangat sederhana. Namun jika diolah secara serius akan menghasilkan karya yang indah dan bermutu tinggi.

(3)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 2727272727 Teknik ini berkembang di

Jawa, Bali, Palembang dan Kalimantan. Di Jawa tek-nik ini dikenal dengan istilah tritik, jumputan, atau pelangi. Di Kali-mantan Selatan kain yang dibuat dengan teknik ini dikenal dengan nama kain

sasirangan.

Beragam teknik celup ikat yang ada di berbagai daerah Nusantara mem-pengaruhi keunikan corak dan penataan pada kain. Di Jawa, teknik ikat dan jahit merupakan karakteristik teknik pembuatan kain jumputan yang memiliki corak geometris yang diisi dengan tritik. Pewarnaan yang digunakan adalah de-ngan cara pencelupan.

Ka-rakteristik ini diperkaya dengan memadukannya dengan teknik batik. Perpaduan ini menampilkan kesan yang sangat menarik dan merupakan salah satu karakteristik kain jumputan di Jawa.

Di Palembang teknik celup ikat yang umum digunakan dan menjadi ciri khas adalah dengan mengikat bagian-bagian yang telah dijelujur menurut coraknya. Proses pewarnaannya adalah dengan cara mencelup, mencolet, serta melapis dengan warna keemasan (prada). Kain dari daerah ini banyak menggunakan corak-corak geo-metris dan bentuk-bentuk tanaman seperti sulur-suluran. Semen-tara itu di Kalimantan lebih banyak menggunakan cara ikat jahit tanpa pewarnaan dengan colet. Kain-kain dari daerah ini banyak menampilkan garis-garis bergelombang, bunga-bunga dengan

Gambar 3.1: Kain dengan corak yang dibuat dengan teknik celup ikat

(4)

28 28 28

28 28 | TEKSTIL

gabungan warna-warni yang dibentuk dengan cara pencelupan yang berulang-ulang.

Teknik celup ikat yang terdapat di mancanegara juga sangat beragam. Celup ikat dengan jahit jelujur merupakan karakteristik kain-kain tradisional. Sementara teknik lipat dan ikat mulai diterap-kan pada kain-kain yang baru. Di benua Asia, Cina merupaditerap-kan bangsa tertua yang mengembangkan celup ikat. Di India, khususnya daerah-daerah Rajastan dan Gujarat, teknik ini diterapkan pada busana tradisional sari. Demikian pula di Jepang, teknik celup ikat banyak digunakan untuk kimono (busana tradisional Jepang). Corak-coraknya sangat halus dan rinci serta dipadukan pula dengan teknik tenun. Celup ikat juga berkembang di Kamboja, Siprus, Damaskus dan Korea.

Di Afrika, khususnya Guinea, Sudan Barat, Kamerun, Kongo dan Gran Chaco, celup ikat diterapkan pada kain berukuran besar dengan motif geometris penuh. Teknik lipat dan ikat juga merupa-kan ciri khas dari Afrika. Paduan warna yang digunamerupa-kan umumnya berlatar gelap dengan corak warna-warna bernuansa kuning. Di Tunisia, Algire dan Libia, celup ikat diterapkan pada busana serta pe-lengkapnya seperti penutup kepala dan selendang (scarf). Celup ikat juga berkembang di Amerika seperti di Kolumbia, Peru serta Mexico.

C.1 Peralatan Celup Ikat

Alat yang digunakan dalam teknik celup ikat antara lain adalah tali, benang, dan karet. Benda-benda ini berperan sebagai alat peng-ikat bentuk-bentuk tertentu pada latar kain yang akan merintangi dan menghambat teresapnya warna pada bagian-bagian tersebut. Di samping itu juga digunakan alat pendukung pembentuk motif seperti kerikil, kelereng, biji-bijian, kayu, plastik dan jarum jahit. Adapun alat untuk proses pewarnaan antara lain adalah mangkuk, baskom, bak atau ember. Ukuran dan jumlah alat–alat tersebut di-sesuaikan dengan jumlah dan jenis pewarna yang akan digunakan. Jika menggunakan bahan pewarna alam atau pencelupan panas, maka diperlukan juga kompor dan panci untuk merebus.

(5)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 2929292929

C.2 Teknik

Teknik pembentukan corak terdiri dari teknik jumput, lipat, gulung, dan jahit jelujur. Teknik jumput dilakukan dengan meme-gang permukaan kain dengan ujung jari. Lalu permukaan kain itu diikat dengan kuat, baik dengan ikatan tunggal maupun jamak. Cara mengikatnya beragam, ada ikatan datar, miring dan kombinasi. Ada-pun teknik lipat, gulung, dan jelujur adalah dengan melipat, meng-gulung, atau menjelujur (menjahit) kain, lalu ditarik sampai kain berkerut kemudian diikat hingga kencang.

Pada saat mengikat, jalinlah kain dengan kuat sehingga mem-bentuk corak yang optimal. Untuk mendapatkan corak tertentu, bagian pada latar kain diisi dengan kerikil atau biji-bijian, kemudian diikat. Sebelum kain dicelup, diikat terlebih dahulu. Penambahan bahan pendukung ini memudahkan zat warna masuk ke dalam pori-pori kain. Setelah semua rancangan corak diikat, kain siap untuk diwarnai. Teknik jahit yang digunakan adalah jahit jelujur dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Seluruh corak dijahit di bagian pinggirnya dengan satu atau lebih jahitan. Setelah seluruh corak dijahit, benang ditarik dengan kuat hingga permukaan kain mengerut, rapat dan

(6)

30 30 30

30 30 | TEKSTIL

padat. Kekuatan menarik benang ini perlu diperhatikan karena me-nentukan kualitas corak yang dihasilkan. Efek kerutan akan muncul membentuk corak yang sangat menarik. Penggambaran corak dilakukan terlebih dulu di atas kertas, kemudian dibuat polanya di atas karton tebal. Corak ini kemudian digambar ulang di atas kain berdasarkan pola dari karton tebal.

C.3 Pewarnaan

Pewarnaan celup ikat dapat dilakukan dengan dua cara yakni, melalui celup dan colet. Pencelupan dilakukan dengan cara mema-sukkan seluruh bagian kain yang telah diikat ke dalam larutan war-na. Apabila jumlah warna yang diinginkan lebih dari satu, pencelupan perlu dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan jumlah warna yang diinginkan. Namun sebelum pencelupan berikutnya, kita harus menutup bagian–bagian kain tertentu dengan bahan penutup pen-dukung seperti plastik atau bahan lentur lain yang kedap cairan. Dengan teknik rintang melalui ikatan dan jahitan akan muncul corak yang beragam.

Colet adalah cara memberi warna pada bagian-bagian tertentu di permukaan kain. Alat yang digunakan adalah kuas atau sejenis. Pencoletan biasanya untuk mewarnai bagian corak yang kecil atau yang terlalu sedikit bila harus dicelup. Pada umumnya teknik pewar-naan pada celup ikat sering dilakukan dengan memadukan colet dan celup untuk mendapatkan kain dengan corak yang kaya warna.

Setelah seluruh proses pewarnaan selesai, kain direndam dalam larutan pengikat warna agar warna tidak mudah luntur. Kemudian kain ditiriskan dan diangin-anginkan sampai kering.

C.4 Penyelesaian Akhir

Proses penyelesaian akhir pada teknik ini adalah membuka bahan perintang secara hati-hati dengan menggunakan gunting atau pisau kecil berujung tajam. Setelah seluruh bahan perintang dilepas-kan, kain dijemur di tempat teduh dan berangin.

(7)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 3131313131

D. BATIK

Batik merupakan teknik rekalatar yang menggunakan perin-tang warna sejenis lilin yang dikenal dengan nama malam. Bahan lilin ini dapat diperoleh dari gondorukem, bubur ketan, atau bahan sejenis lainnya. Pelapisan bahan perintang di atas permukaan kain ini diatur sehingga menghasilkan bentuk corak-corak yang diinginkan. Mula-mula malam dipanaskan hingga mencair. Kemudian go-reskan malam di atas permukaan kain sesuai dengan corak. Alat yang digunakan untuk menggores disebut canting. Namun bambu atau kuas juga bisa digunakan. Corak-corak yang berwarna terang ditutup terlebih dulu. Kemudian kain dicelup ke dalam larutan pe-warna. Setelah kering, kain digambari lagi dengan malam khusus pada bagian corak yang nantinya berwarna lebih gelap. Setelah itu, kain dicelup ke dalam larutan pewarna yang lebih tua atau gelap. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sesuai dengan jumlah warna yang dikehendaki.

Selanjutnya adalah tahap melepas malam dari permu-kaan kain. Tahapan ini disebut

pelorodan. Pada tahap ini kain

yang telah selesai dibatik, lalu direbus dalam air mendidih. Panas air inilah yang akan men-cairkan malam dan melepas-kannya dari permukaan kain. Ada pula proses pelorodan dengan menggunakan zat kimia atau dengan pengerokan. Ciri khas teknik batik adalah warna yang berjenjang (gradasi). Ciri lainnya adalah timbulnya garis-garis halus yang terjadi akibat merembesnya zat warna melalui lapisan malam yang

Gambar 3.3: Kain batik dengan efek remekan pada latar. Bentuk remekan (remukan) terjadi akibat remuknya lilin pelapis latar, sehingga pada saat pencelupan warna ikut merembes

(8)

32 32 32

32 32 | TEKSTIL

retak (remekan).

Ada bermacam-macam karakteristik teknik batik. Karakteristik itu dikenal dengan istilah, batik kerokan, batik lorodan, batik bedes-an, batik kelengbedes-an, batik radionbedes-an, batik becak, batik monokrom, batik pekalongan, dan batik Kalimantan. Batik kerokan adalah teknik pembuatan batik dengan cara mengerok garis tepi corak dengan pelat logam (cawuk). Batik lorodan merupakan teknik me-lepas lilin dari permukaan kain dengan cara merebus kain. Batik kerokan berkembang di Yogyakarta dan Solo.

Batik bedesan, batik kelengan, batik radionan, batik becak, batik monokrom, dan batik Kalimantan adalah teknik batik sederhana karena hanya menggunakan satu atau dua warna. Perbedaan antara batik bedesan dan kelengan adalah penggunaan cap. Proses ini lebih cepat karena dalam satu kali cap akan muncul beberapa motif leng-kap dengan isen-isennya. Isen-isen adalah corak pengisi latar antara corak utama. Batik radionan, batik becak, dan batik monokrom adalah teknik batik yang hanya menggunakan satu warna.

Teknik batik tidak hanya terdapat di Jawa saja, tetapi juga di Madura dan Sumatera, seperti Aceh, Jambi, Palembang, dan Bengkulu. Selain itu, batik juga berkembang di Kalimantan, Toraja, Bali dan pulau-pulau lainnya di Nusantara. Sementara itu, batik juga dapat ditemukan di wilayah benua Asia, seperti Malaysia, Cina, Jepang, Vietnam, India dan Iran, serta di beberapa daerah di Eropa, Afrika, dan Amerika. Di Jepang teknik batik yang lebih dikenal adalah pembatikan dengan bahan perintang dari bubur ketan. Sementara itu, batik yang berkembang di India adalah yang menggunakan teknik cap di atas kain sutra atau katun.

Di Eropa batik berkembang di Belanda, Rusia, daerah Balkan dan Perancis. Teknik batik yang berkembang di sana adalah teknik cap dengan bahan lilin. Pembatikan umumnya dilakukan di atas kain katun dan linen, hampir seperti pembatikan Columbia dan Peru. Sementara itu, di Afrika, yaitu di Guinia, Bisau dan Gambia, teknik batik yang berkembang adalah batik tulis dengan kuas yang terbuat dari bambu. Bahan perintangnya adalah bubur ketan.

(9)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 3333333333

kesamaan, umumnya sebagai busana. Di Jawa batik dipakai sebagai kain panjang, sedangkan di India sebagai kain plekat. Adapun di Jepang batik digunakan sebagai baju kimono.

Pada masa kini batik tidak hanya digunakan sebagai busana, tetapi juga untuk beragam pelengkap interior, seperti tirai, taplak meja, tirai, hiasan dinding dan sarung bantal kursi, serta pelapis sofa dan jok kursi. Di Jambi kain batik digunakan sebagai hiasan dinding atau dikenal dengan nama kain basure’ (kain bersurat). Kain ini memiliki corak yang menyerupai kaligrafi Arab.

D.1 Alat Batik

Alat batik dari teknik batik tulis dan batik cap sangat beragam dan unik. Keseluruhan alat yang digunakan dalam batik tulis dan batik cap tidak jauh berbeda. Perbedaan mendasar hanya pada alat untuk menerapkan malam atau lilin. Alat yang digunakan untuk menerapkan lilin pada batik tulis adalah canting. Alat ini terbuat dari logam kuningan bergagang bambu atau kayu. Adapun alat yang digunakan untuk membuat batik cap adalah cap atau stempel yang terbuat dari bahan tembaga dan baja. Ada berbagai ukuran, bentuk, dan fungsi canting yang digunakan dalam batik tulis. Bentuk-bentuk

(10)

34 34 34

34 34 | TEKSTIL

itu terdapat dalam tabel di bawah ini.

Canting berukuran kecil berfungsi sebagai pembentuk isen-isen dan garis tepi corak. Garis tepi ini khususnya dibuat pada bahan kain yang agak tipis, seperti katun voalisima, prima, primissima, mori, santung, dan sutra. Canting berukuran sedang dan besar digunakan untuk menutup bidang-bidang besar dengan malam. Proses ini disebut menembok. Canting sedang juga dapat digunakan untuk membuat garis tepi corak pada bahan yang agak tebal seperti, blacu, jeans, dan drill. Adapun canting dengan mata lebih dari satu digunakan untuk membuat garis ganda dan isen-isen.

Cap batik merupakan alat untuk merekatkan lilin pada kain. Bentuk, ukuran, dan corak yang terdapat pada cap sangat beragam. Bentuk cap batik mengikuti sistem pengulangan pola. Ada yang berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang, jajaran genjang, dan ada yang bulat, segitiga, serta memanjang. Cap berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang digunakan untuk membentuk corak dengan pengulangan satu atau setengah langkah. Cap jajaran

NO JENIS CANTING BENTUK CANTING

1. Bermata satu (cerek siji)

2. Bermata dua (cerek loro)

3. Berukuran kecil

4. Berukuran sedang

5. Berukuran besar

(11)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 3535353535

genjang untuk sistem pengulangan pola miring (diamond). Pada pola batik klasik, cap seperti itu dipakai untuk membuat corak

parang dan udan liris (hujan gerimis). Cap berbentuk lingkaran

digunakan untuk corak ceplok dan kawung. Sementara itu, cap ber-bentuk segitiga dan memanjang untuk membuat corak kepala, atau pinggir, serta tepian kain seperti tumpal, untu walang dan blabak. Selain canting dan cap sebagai alat utama batik, masih banyak alat batik lain yang sangat besar peranannya dalam proses mem-batik. Alat yang digunakan untuk tahap persiapan adalah gunting untuk memotong kain, bak untuk merendam kain guna menghilangkan zat-zat kimia yang menghambat proses pewarnaan (ngetel). Selain itu, ada pula panci untuk memberi kanji pada kain agar mempermudah proses pembatikan. Kemudian alat penjemur kain, untuk mengeringkan kain setelah diketel dan dikanji. Ada pula alat pemukul (kemplong) untuk membuka pori-pori kain yang telah dikanji supaya kain mudah menyerap warna. Alat-alat lain yang digunakan dalam proses pembatikan adalah cawuk atau plat logam

Gambar 3.5: Kain batik dengan tumpal

Gambar 3.6a: Cap batik

Gambar 3.6b: Aneka cap batik dengan corak-corak yang berbeda

(12)

36 36 36

36 36 | TEKSTIL

untuk melepas lilin kontur dari permukaan kain. Angkring atau penggantung kain saat menggambarkan corak dengan canting dan malam. Batik cap menggunakan meja besar berlapis busa tipis untuk menerapkan lilin dengan cap. Corak-corak batik daerah pesisiran sering pula menggunakan rangkaian kawat berujung lancip untuk memberi efek bintik halus pada kain. Alat lain yang digunakan ada-lah wajan (kuali), dan kompor kecil untuk memanaskan, serta baki untuk menempatkan malam yang akan dicap. Lalu ada juga alat pendukung tambahan, yaitu bangku pendek (dingklik) untuk duduk saat membatik.

Alat untuk proses pewarnaan antara lain adalah bak, plastik atau kayu, gelas ukur, timbangan, dan sendok pengaduk dari plastik atau kayu agar aman dari reaksi kimia. Berikutnya adalah alat yang digunakan dalam proses penyelesaian antara lain, adalah panci dan

(13)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 3737373737 kompor besar untuk proses pelepasan lilin dari permukaan kain (nglorod), kayu pengaduk, mangkuk dan sendok besar untuk me-nampung lilin agar dapat di daur ulang.

D.2 Teknik Batik

Teknik batik dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni persiapan, pembatikan, dan proses penyelesaian. Proses persiapan meliputi: mengukur dan menggunting, merendam (ngetel), memberi kanji (nganji), menjemur kain, dan memukul kain dengan pemukul kayu

(ngem-plong), serta pemindahan rancangan ragam hias ke atas kain. Proses

selanjutnya adalah pembatikan, yakni melumuri permukaan kain yang telah digambar dengan lilin atau malam, serta mewarnai kain. Proses terakhir adalah penyelesaian yakni pelepasan lilin dari kain. Pada saat proses persiapan kain diukur, digunting, kemudian dijahit bagian tepi kiri kanannya. Setelah itu, kain direndam dalam larutan minyak jarak atau minyak kemiri dan londo merang (larutan yang diperoleh dari hasil pembakaran merang). Lalu larutan terse-but diberi air, kemudian disaring. Air saringannya digunakan untuk merendam kain selama semalam. Setelah itu kain dijemur pada siang hari. Proses ini diulang selama 8 hari. Setelah itu kain diberi tajin, yaitu cairan kental yang muncul pada saat memasak nasi atau ketan. Ada pula yang menggunakan bubur tepung ketan sebagai bahan kanji. Hal ini diperlukan agar kain mudah dibatik dan serat kain terlindung dari sengatan malam yang sangat panas. Setelah kain dikanji dan dikeringkan dengan sinar matahari, kain dipukul-pukul agar pori-porinya terbuka, sehingga warna dapat meresap secara maksimal. Proses ini dalam bahasa Jawa disebut kemplong. Sebelum dibatik, permukaan kain diberi pola corak terlebih dahulu. Pola corak dipindahkan melalui penggambaran dengan pensil. Barulah kain siap untuk dibatik.

Proses pembatikan dengan canting diawali dengan membuat garis tepi ragam hias (klowong), kemudian bagian pengisinya

(isen-isen). Dalam proses pembatikan, pemberian corak dan pewarnaan

(14)

38 38 38

38 38 | TEKSTIL

Pemindahan pola corak ragam hias yang berwarna paling muda dilakukan terlebih dahulu, setelah itu bidang tersebut dicelup atau dicolet dengan warna. Kemudian bidang kain yang bercorak dan berwarna ditutup dengan malam secara penuh dan merata

(nem-bok). Proses seperti ini diulang dengan cara yang sama untuk

pe-warnaan yang lebih gelap atau warna lain sesuai dengan jumlah war-na yang diinginkan. Keseluruhan proses pemalaman ini dilakukan saat kain dalam kondisi kering. Oleh karena lilin yang digunakan untuk menghambat warna dalam membatik adalah lilin yang men-cair saat dipanaskan, maka pewarnaan yang digunakan adalah celup dingin. Pewarna batik terdiri dari pewarna alam dan pewarna buat-an pabrik. Pewarna buatbuat-an pabrik bbuat-anyak ragamnya, yakni zat warna langsung (direct) seperti rapid, prosion dan rhemasol. Ada pula pewarna tak langsung (indirect) yang terdiri dari napthol dan indigosol. Tahap akhir dari proses batik adalah pelepasan lilin dari per-mukaan kain. Caranya adalah dengan menggunakan bahan kimia, seperti bensin cuci atau melorod dalam larutan air panas.

E. SULAM

Sulam merupakan teknik rekalatar dengan bahan dasar benang. Bagi masyarakat Melayu sulam sudah dikenal sejak berabad-abad lalu. Sulam menjadi lambang kebajikan kepribadian kaum perem-puan. Dulu bila seorang pangeran atau jejaka hendak mempersunting seorang perempuan sebagai per-maisuri atau istri, ia harus mencer-mati hasil sulaman calonnya itu. Hal ini menggambarkan betapa kain sulam begitu melekat pada kehi-dupan sosial dan budaya masyara-kat Nusantara. Teknik sulam

Gambar 3.8: Kain bersulaman benang emas

(15)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 3939393939 terdapat di banyak tempat di Nusantara, mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Tasikmalaya, Jawa Timur, Bali hingga Sulawesi Utara. Setiap daerah memiliki ciri khas baik alat, bahan, maupun tekniknya.

E.1 Alat Sulam

Peralatan sulam yang umum digunakan adalah: pensil, jarum semat, jarum jahit, alat pengukur, gunting dan bingkai sulam. Jarum semat atau jarum pentul berfungsi untuk menahan kertas pola saat memindahkan pola corak ke atas kain. Alat pengukur berfungsi untuk mengukur kain yang akan disulam, sedangkan jarum jahit merupakan alat utama dalam teknik sulam tangan dan mesin. Jarum jahit terdiri dari berbagai ukuran. Gunting berfungsi sebagai alat pemotong kain dan membersihkan sisa-sisa benang. Bingkai ber-fungsi sebagai alat untuk peregang permukaan kain saat disulam.

E.2 Teknik Sulam

Teknik sulam terdapat di Asia, antara lain Jepang, Cina, Arab, India, dan Korea. Teknik ini juga berkembang di Eropa. Teknik sulam yang terdapat di Nusantara, antara lain sulam tangan, tusuk silang Bukit Tinggi, sulam tapis Lampung (cucuk), sulam gaya Naras Sumatera Barat, sulam kasab, sulam gaya Gayo dan Alas Aceh, serta kerancang dari Tasikmalaya.

Sulam tangan memiliki keragaman sekitar 40 jenis, antara lain tusuk jelujur, tusuk satin, tusuk isi rapat, tusuk anyam, tusuk rantai dan tusuk silang. Tusuk silang adalah teknik membentuk semua gambar dan pola benda dengan menyatukan bentuk-bentuk silang. Sulam gaya Gayo dan Alas Aceh menggunakan sulam rantai dan jelujur. Sulam itu menggunakan aneka warna benang dan ragam hias khas Gayo, yakni ragam hias tumpal dengan tekstur sulur Aceh. Teknik sulam tapis Lampung hampir sama dengan teknik sulam tangan dengan benang emas yang menggunakan pamidangan ber-bentuk meja rendah, sehingga penyulam duduk di lantai. Sulam gaya

(16)

40 40 40

40 40 | TEKSTIL

Naras Sumatera Barat, merupakan teknik apli-kasi yang digabungkan dengan sulam tangan. Sulam kasab dari Aceh merupakan gabungan aplikasi benang emas atau perak dengan sulam tangan pada kain be-ludru. Sulam kerancang Tasikmalaya adalah sulam tangan yang meng-gunakan beragam warna benang sulam dan solder untuk melubangi bagian corak tertentu.

F. TERAWANG

Terawang merupakan teknik rekalatar yang mirip teknik sulam. Teknik ini di-kerjakan di atas permukaan kain yang telah diolah dengan cara melepas sebagian benang lungsi dan pakan secara berse-lang dengan jarak masing-masing dua helai benang, se-hingga membuat petak seperti permukaan kain strimin. Tek-nik ini terdapat di berbagai daerah Nusantara dengan isti-lah yang berbeda. Di Sulawesi Utara dikenal dengan istilah kerawang, sedangkan di Suma-tera Barat dikenal dengan Suma- tera-wang. Istilah ini berkaitan dengan karakteristik kain ber-corak sulam tembus pandang.

Gambar 3.9: Aneka ragam teknik sulam Kasab

Gambar 3.10: Teknik sulam terawang dari Sumatera Barat

Gambar 3.11: Kain sulam terawang dari Sulawesi

(17)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 4141414141

F.1 Alat Terawang

Alat yang digunakan dalam teknik ini hampir sama dengan teknik sulam yakni, jarum semat, jarum jahit, alat ukur, gunting, dan bingkai (pembidangan). Alat tambahan yang digunakan dalam teknik terawang adalah pengungkit dan pemutus benang, yakni alat yang berfungsi untuk melepas sebagian benang lungsi atau pakan. Bingkai yang digunakan di daerah Sulawesi Utara berbentuk ling-karan dengan diameter 20–40 cm. Sementara itu, di Sumatera Barat menggunakan bingkai berbentuk empat persegi panjang berukuran ± 60 x 80 cm.

F.2 Teknik Terawang

Proses pembuatan kain terawang meliputi dua tahap, (1) pelepasan sebagian benang lungsi dan atau pakan, serta (2) mem-buat corak dengan menautkan kembali benang lungsi dan atau pa-kan yang tersisa.

Teknik yang digunakan di daerah Sulawesi Utara dan Sumatera Barat memiliki perbedaan dan persamaan dalam cara melepas be-nang dan teknik sulamnya. Di Sulawesi Utara, sebagian bebe-nang lungsi dan pakan dilepas. Kemudian kedua macam benang ditautkan dengan tusuk pipih hingga membentuk corak tertentu. Adapun di Sumatera Barat, teknik yang digunakan ada dua. Cara pertama adalah dengan cara melepas benang lungsi dan pakan seperti di Sulawesi Utara. Adapun cara kedua adalah dengan memilih salah satu, yakni melepas benang lungsi atau pakan. Kemudian benang lungsi atau pakan ditautkan kembali dengan tusuk silang atau pipih hingga membentuk corak tertentu.

G. TEKSTIL DENGAN BAHAN TAMBAHAN

Teknik rekalatar dengan menggunakan tambahan bahan sangat beragam. Tambahan bahan itu meliputi manik-manik, prada (emas), payet, kerang, cermin dan lukis. Teknik ini terdapat di berbagai

(18)

dae-42 42 42

42 42 | TEKSTIL

rah Nusantara, meliputi hampir seluruh wilayah di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan Tengah, Barat dan Timur, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian. Teknik ini juga terdapat di mancanegara, yakni Asia seperti di Cina, Korea, Jepang, dan India, dan di benua lain, seperti Afrika, Eropa dan Amerika.

G.1 Alat untuk Teknik Tambahan

Alat yang digunakan dalam teknik tambahan bahan sama de-ngan teknik sulam, antara lain: pensil, jarum semat, jarum jahit, alat ukur, gunting, dan bingkai atau meja pendek untuk teknik tambahan bahan manik-manik, payet, kerang dan cermin. Jarum jahit yang digunakan dalam teknik ini disesuaikan dengan ukuran lubang manik-manik, payet, atau kerang yang akan dipasang.

Di samping itu terdapat pula teknik tambahan untuk bahan prada dan lukis. Teknik untuk bahan tersebut memerlukan kuas dan meja yang berfungsi sebagai bingkai. Bentuk, ukuran, dan je-nis kuas yang digunakan beragam. Penggunaannya disesuaikan berdasarkan fungsi, tujuan, dan bahan dasar cat, serta kain yang digunakan.

G.2 Teknik Tambahan Bahan

Teknik tambahan bahan sama dengan salah satu teknik sulam, yaitu tusuk jelujur. Bahan tambahan dijahit satu per satu ke per-mukaan kain dengan tusuk jelujur dan atau tusuk jejak.

Pemasang-Gambar 3.12: Melukis dengan pewarna emas (prada) di Klungkung, Bali

(19)

ALAT DAN TEKNIK REKALATAR NUSANTARA | 4343434343 an cermin dilakukan dengan

tusuk veston yang dibuat melingkar sesuai ukuran cermin yang ditambahkan. Namun sering kali teknik tambahan bahan ini hanya digunakan sebagai penghias tepi kain.

Teknik tambahan bahan dengan prada dan lukis menggunakan ujung pangkal dari bulu unggas, atau kuas yang disesuaikan dengan ukuran corak. Corak yang besar-besar menggunakan kuas berukuran besar, se-dangkan corak yang halus atau kecil menggunakan kuas kecil. Ragam kuas untuk kain sangat banyak, ada yang ber-ujung runcing, pipih, tebal, bulat. Namun ada pula kuas yang berbentuk seperti ki-pas. Teknik prada digunakan di Bali di atas bahan dasar kain. Adapun teknik lukis di-gunakan di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Irian di atas bahan dasar kain tempa yang terbuat dari kulit kayu.

Gambar 3.13: Kain dari Kalimantan yang terbuat dari rangkaian manik-manik

Gambar 3.15: Kain tapis dari Lampung. Penambahan potongan-potongan cermin untuk

menambah semarak kain juga dilakukan di beberapa daerah di Nusantara Gambar 3.14: Ada pula hiasan kain yang menambahkan kerang-kerangan, seperti kain

(20)

44 44 44

44 44 | TEKSTIL

Kompetensi Konsepsi

1. Buatlah bagan yang menarik tentang pengelompokan beragam teknik rekalatar. Bagan ini selain mencantumkan penjelasan tentang karakteristik dari berbagai jenis teknik rekalatar dan asal daerah, juga memuat potongan kain, foto, atau gambar ten-tang berbagai jenis kain yang dibuat dengan teknik rekalatar. 2. Jelaskan pendapatmu tentang perbedaan dari teknik rekalatar

pada tekstil di daerahmu dan di Nusantara. Jika memungkinkan kamu juga bisa membandingkan teknik rekalatar dari negara lain.

3. Pilihlah kain yang dibuat dengan menggunakan salah satu teknik rekalatar yang ada di daerahmu. Uraikan penilaianmu tentang keunikan kain yang dibuat dengan teknik tersebut. Ungkapan perasaanmu tentang keunikan dari proses pembuatan kain dengan teknik tersebut.

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

Alat dan Teknik Rekalatar Nusantara

Gambar 3.17: Melukis latar kain juga dapat dilakukan dengan pewarna lain,

seperti kain dari Papua ini Gambar 3.16: Ragam hias pada kain yang

dilukis dengan pewarna emas (prada). Gambar di atas adalah kain prada dari Bali

Gambar

Gambar 3.1: Kain dengan corak yang dibuat dengan teknik celup ikat
Gambar 3.2: Proses pembuatan corak dengan teknik celup ikat
Gambar 3.3: Kain batik dengan efek remekan pada latar. Bentuk remekan (remukan) terjadi akibat remuknya lilin pelapis latar, sehingga pada saat pencelupan warna ikut merembes
Gambar 3.4: Batik Jambi dengan corak kaligrafi Arab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan data desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 4.4, RPP yang dikembangkan dalam penelitian

Fokus penelitian ini terletak pada strategi yang dilakukan oleh SeBAYA dalam melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sekaligus mewujudkan generasi yang

Kandungan unsur-unsur dalam sedimen aktif sungai sangat berkaitan dengan kandungan unsur-unsur tersebut di daerah yang dilalui oleh aliran sungai baik secara alamiah

Massa yang digunakan pada perhitungan dengan menggunakan taut string theory adalah massa teoritis, massa tertimbang aktual dari benda uji wire rope 6x37+IWRC diameter 6

Efek Toksik Tak Terbalikkan (Ireversibel) Kerusakan bersifat permanen Paparan berikutnya akan menyebabkan kerusakan yang sifatnya sama memungkinkan terjadinya akumulasi efek

TUGAS BIOLOGI UMUM. SISTEM

bahwa serbuk dengan mampu sinter yang baik adalah serbuk yang tersusun dari partikel yang agak lunak ( fairly soft particles ) dengan ukuran partikel yang sangat

Ini menunjukkan bahawa para guru besar di daerah Hulu Terengganu mempunyai kecenderungan yang tinggi menggunakan gaya kepimpinan menyokong, partisipatif dan orientasi kejayaan