MEKANISME TOKSISITAS
Oleh
Rismawati Pangestika, S.Si., M.P.H.
Pokok Bahasan
Biotransformasi Xenobiotik Mekanisme Toksisitas
Dosis dan Respon
01
02
Istilah dalam Toksikologi
Racun (Poison)
Toksikan Venom atau “bisa” RacunKonsep Dasar Racun
• Racun : setiap bahan atau zat yang masuk ke dalam tubuh memiliki aksi kimiawi, penyebab kerusakan dalam tubuh, penyakit, bahkan menimbulkan
Toksin, Venom dan Toksikan
• Toksin : racun yang diproduksi oleh organisme hidup. • “Bisa” (venom) : racun yang disuntikkan dari organisme
hidup ke makhluk lain.
• “Bisa” (venom) adalah toksin, toksin adalah racun, tidak
semua racun adalah toksin, tidak semua toksin adalah venom.
• Toksikan : produk buatan manusia, produk buatan yang dipaparkan ke lingkungan karena aktivitas manusia. Contoh: limbah industri dan pestisida
Istilah dalam Toksikologi
Toksoid
:
toksin yang tidak
aktif atau dilemahkan. Toksoid
tidak lagi beracun tetapi masih
sebagai imunogenik atau
sebagai toksin dari mana ia
berasal. Contoh : Vaksin
toksoid difteri dan tetanus
Xenobiotik
:
zat asing yang
secara alami tidak terdapat
dalam tubuh manusia.
Contoh: obat-obatan,
Konsep Toksisitas
Postulat Paracelcus: “All
substances are poisons; there is none which is not a poison.
The right dose differentiates a poison from a remedy”, "Semua zat adalah racun, tidak ada yang bukan racun.
Dosis yang tepat yang
membedakan racun dari obat."
Toksisitas adalah pernyataan kemampuan racun menyebabkan timbulnya gejala keracunan.
Toksisitas ditetapkan di laboratorium,
umumnya menggunakan hewan coba dengan cara :
1. Ingesti
2. Pemaparan pada kulit atau Injeksi 3. Inhalasi
4. Gavage atau meletakkan bahan dalam air, atau udara pada lingkungan hewan coba
Jalur Masuk Racun
Macam jalur masuk racun:
• Pernapasan (inhalasi)
• Pencernaan (oral dan ingesti) • Kulit (absorbsi dermal)
• Injeksi
Distribusi toksik dalam
tubuh:
• Bulk flow transfer (pembuluh darah) • Difusional transfer (molekul ke
Ukuran, Istilah dan Jenis Toksisitas
Ukuran ToksisitasLD50 dan LC50
ED50 (dosis
efektif)
Ambang Dosis
Istilah ToksisitasKarsinogen
Mutagen
Teratogen
Toksisitas berdasarkan waktu hingga timbul gejala keracunan (onset)Toksisitas akut
Toksisitas sub
akut
LD
50dan LC
50• LD50 (Lethal Dose 50) yaitu jumlah (dosis) efektif senyawa kimia yang mampu
menyebabkan kematian 50% populasi hewan coba yang terpapar dengan berbagai cara, dinyatakan dengan satuan mg/kg berat badan. Semakin tinggi LD50, semakin rendah adalah toksisitas.
• LC50 (Lethal Concentration 50) yaitu konsentrasi senyawa kimia dalam lingkungan
(air dan udara) yang menyebabkan kematian 50% populasi hewan coba dalam jangka waktu tertentu. Dinyatakan dengan satuan mg/L (part per million=ppm)
ED
50(Effective Dose 50)
• Dosis yang menyebabkan efek spesifik selain mematikan pada 50% hewan.
Ambang Dosis
• Tingkat dosis rendah ini dimana tidak ada efek yang dapat diamati. Ambang batas diperkirakan ada untuk efek tertentu, seperti efek toksik akut; tapi tidak untuk yang lain, seperti efek karsinogenik.
Istilah Toksisitas
•Zat karsinogenik dikaitkan dengan penyebab atau peningkatan kanker pada manusia dan hewan.
•Contoh: benzena, vinil klorida, formaldehid, dioksan, dan akrilamida.
Karsinogen
•Mutagen adalah zat yang mengubah informasi genetik suatu organisme, biasanya dengan mengubah DNA. Mutagen biasanya juga karsinogen karena mutasi sering menyebabkan kanker.
•Contoh mutagen termasuk etidium bromida, formaldehid, dioksan, dan nikotin.
Mutagen
•Teratogen adalah zat yang menyebabkan kerusakan pada janin atau embrio selama kehamilan, yang menyebabkan cacat lahir sementara ibu tidak menunjukkan tanda toksisitas.
•Teratogen umum meliputi etanol, senyawa merkuri, senyawa timbal, fenol, karbon disulfida, toluena dan xilena.
Tingkatan Toksisitas
Berdasarkan waktu hingga timbulnya gejala keracunan (onset)
Toksisitas Akut
Jika efek timbul segera atau paparan durasi pendek dalam
hitungan jam sampai hari setelah terpapar bahan toksik.
Efek akut dapat reversibel atau tidak dapat dipulihkan
Toksisitas Sub
Akut
Jika gejala keracunan baru timbul dalam jangka waktu setelah minggu sampai bulan setelah terpapar bahan toksik
dalam dosis tunggal
Toksisitas
Kronis
Jika akibat keracunan baru timbul setelah terpapar bahan
toksik secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang
panjang (dalam hitungan tahun) atau bahkan dekade.
Efek kronis terjadi setelah terpapar dalam waktu lama (bulan, tahun, dekade) dan
bertahan setelah paparan telah berhenti.
Mekanisme Aksi Efek Toksik
Toksik Intrasel
• Toksisitas yang diawali dengan interaksi secara langsung antara zat kimia atau metabolitnya
• Contoh: tetrasiklin / kloramfenikol mengikat ribosom, antimikroba
golongan sulfa menghambat sintesis asam folat, radikal bebas
menyebabkan peroksidasi lipid / protein
Toksisitas
Ekstrasel
• toksisitas secara tidak langsung
dengan mempengaruhi lingkungan sel sasaran tapi dapat berpengaruh pada sel sasaran.
• Gangguan menyebabkan perubahan struktur atau fungsi sel
Sifat Efek Toksik
Reversible (terbalikkan)
Efek Toksik Terbalikkan (Reversibel)
Bila zat toksik
dalam tempat
kerjanya atau
reseptornya
habis, maka
reseptor akan
kembali ke
kedudukan
semula
Efek toksik
akan cepat
kembali
normal
Ketoksikan
sangat
bergantung
pada dosis,
kecepatan
absorbsi,
distribusi dan
eliminasi zat
racun
Efek Toksik Tak Terbalikkan (Ireversibel)
Kerusakan bersifat permanen Paparan berikutnya akan menyebabkan kerusakan yang sifatnya sama memungkinkan terjadinya akumulasi efek toksik Paparan dengan dosis yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan paparan dosis besar jangka pendek Racun sangat sulit dieliminasiTeori Paparan
Paparan adalah pengalaman yang didapat populasi atau organisme akibat terkena atau terjadinya kontak dengan suatu faktor agent potensial yang berasal dari lingkungan.
• Jenis paparan dilihat dari sifat pemapar seperti zat kimiawi, fisika, biologis, atau campuran.
Pengukuran paparan dapat dilakukan secara kualitatif ataupun kuantitatif. Contoh pengukuran kualitatif adalah apabila data didapat dengan cara wawancara ataupun kuesioner tentang kebiasaan, kepercayaan, dan lain-lainnya. Pengukuran kuantitatif dapat disamakan dengan pemantauan atau sistem pengukuran, observasi yang bersifat kontinu dengan tujuan tertentu.
• Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah pengambilan sampel untuk mengukur konsentrasi faktor pemapar : apa yang akan diukur, dimana, berapa lama, ketelitian yang
Teori Pajanan
Pajanan adalah terjadinya kontak antara manusia dan agent penyebab
potensial. Terdapat 4 pertimbangan dalam penilaian pajanan :
Likelihood of exposure: Kemungkinan terpajan merujuk
pada peluang terjadinya kontak antara substansi dan
manusia atau reseptor lingkungan. Untuk menentukan
kemungkinannya, adalah penting untuk mengidentifikasi
jalan potensial terjadinya kontak dan jalur pajanannya
pencernaan, pernafasan atau kulit.
Magnitude of exposure: Merujuk pada level, atau dosis,
dari pajanan.Sebagai tambahan untuk penilaian (volume
atau konsentrasi) pajanan.
Teori Pajanan (lanjutan)
Pajanan adalah terjadinya kontak antara manusia dan agent
penyebab potensial. Terdapat 4 pertimbangan dalam penilaian
pajanan :
•Route of exposure: Jalur pemajanan meliputi : inhalasi, pencernaan, kulit, dan injeksi. Jalur pemajanan penting lainnya adalah : placental exposure of the fetus, exposure to noise via the ears, andexposure to uv radiation via the eyes. Adapun pemajanan bahan pencemar terhadap manusia dilihat dari variasi rentang waktu pemajanan meliputi :
•a. Short-term exposure : seconds, minutes, hours, days •b. Long-term exposure : weeks, months, years, lifetime
•c. Cumulative exposure : total exposure over a given period of time
•Population exposed: Penilaian pajanan belum lengkap tanpa mengidentifikasi populasi terpajan. Secara umum pajanan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori : Workplace exposure, Consumer use, and Environmentally-mediated exposure.
Jangka Waktu dan Frekuensi Paparan Toksin
Suatu eksposisi / paparan selama periode
yang lama meningkatkan risiko kerusakan
Suatu perpanjangan (retensi) zat dalam
organisme bersama-sama dengan eksposisi
ulang dapat menimbulkan akumulasi.
Aliran Toksikan dalam Lingkungan
Udara
Beberapa faktor yang terjadi di udara terkait dengan penyebaran polutan ke dalam lingkungan adalah
: inversi atmospher, pergerakan udara atau angin, pengendapan polutan di udara, komposisi kimia
udara termasuk reaksi fotokimia yang terjadi di udara.
Air
Air dapat melarutkan zat-zat polutan, dan merupakan medium
untuk mempercepat reaksi kimia diantara bahan-bahan yang terlarut
sehingga hidrosfir merupakan reaktor kimia yang dapat mengubah
toksisitas dari berbagai bahan. Faktor dinamika polutan di air: aliran dan percampuran, proses
kimia dalam air, suhu air, kadar oksigen dan pH air.
Aliran Toksikan dalam Lingkungan
Tanah
Polutan di tanah mengalami salah satu dari empat peristiwa sebagai
berikut :
• Kemungkinan zat-zat itu akan diambil/diserap oleh tanaman yang tumbuh di tanah. • Polutan yang ada dalam tanah itu digelontor oleh air hujan dan masuk ke badan air. • Polutan yang ada di dalam tanah itu cukup mudah menguap dan masuk ke dalam
atmosfir.
• Beberapa polutan tanah, terutama logam-logam toksik tertentu, akan tetap berada di dalam tanah selamanya, karena zat-zat itu bukan merupakan zat yang mudah
Mekanisme Efek Xenobiotik
Perjalanan Xenobiotik dalam Tubuh Manusia
1. Absorbsi
Toksikan.
Absorpsi
merupakan
perpindahan
toksikan dari
luar organisme
menuju ke
aliran darah
dari organisme:
Absorpsi toksikan pada saluran pencernaan.
Adsorpsi usus kecil (intestinal). Alasan mengapa usus kecil (intestinal) merupakan organ penting dalam penyerapan toksikan adalah :
Banyak fili (bulu sepanjang intestinal sebagai alat penyerap). Pertukaran dengan darah berlangsung baik.
Mempunyai lapisan sel tipis (sebagai barier) dengan tebal satu lapis sel. Melibatkan asam empedu.
Absorpsi toksikan pada paru. Toksikan yang diabsorpsi di paru biasanya berupa gas CO, NO2, SO2, uap benzene, uap karbon
tetraklorida dan aerosol
Absorpsi toksikan pada kulit. Absorpsi toksikan oleh kulit relatif kurang baik, karena kulit
mempunyai sifat impermiable dan merupakan pelindung.
Perjalanan Xenobiotik dalam Tubuh Manusia
2. Distribusi
Toksikan
Kadar toksikan yang
terkandung dalam
darah tergantung
pada cairan plasma,
cairan intertitial dan
cairan intracelular.
Bagian-bagian tubuh
yang berhubungan
dengan distribui
toksikan dalam
tubuh manusia
diantaranya adalah :
Protein plasma.Liver dan ginjal.
Lemak.
Tulang. Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti
Perjalanan Xenobiotik dalam Tubuh Manusia
2. Distribusi
Toksikan
Kadar toksikan yang
terkandung dalam
darah tergantung
pada cairan plasma,
cairan intertitial dan
cairan intracelular.
Bagian-bagian tubuh
yang berhubungan
dengan distribui
toksikan dalam
tubuh manusia
diantaranya adalah :
Protein plasma.Liver dan ginjal.
Lemak.
Tulang. Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti
Perjalanan Xenobiotik dalam Tubuh Manusia
3.
Metabolisme
toksikan
Pada metabolisme toksikan dalam tubuh manusia, harus diperhatikan beberapa faktor seperti dibawah ini, yaitu :
Adanya bahan toksik.
Pemakaian bahan toksik.
Selektivitas bahan toksik.
4. Ekskresi
toksikan
Toksikan dapat dieliminir dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal
merupakan organ penting untuk mengeluarkan racun. Beberapa toksikan diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air sebelum dikeluarkan dari tubuh. Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu
Jalur Pajanan Racun
FASE EKSPOSISI
Merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/
farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi.
Dalam fase ini terjadi kotak antara xenobiotika dengan organisme atau dengan lain kata, terjadi paparan xenobiotika pada organisme. Paparan
ini dapat terjadi melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika langsung ke dalam tubuh organisme (injeksi).
Penyerapan xenobiotika sangat tergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak antara xenobiotika dengan permukaan organisme yang
Fase Eksposisi
Fase Eksposisi
Jalur Pajanan Racun
FASE TOKSIKOKINETIK
Fase
Toksokinetik
Disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah xenobiotika berada dalam ketersediaan farmaseutika, pada mana keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah atau limfe
didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor). Proses biologik yang terjadi pada fase toksokinetik umumnya
dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi. Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan distribusi, sedangkkan evesi juga dikenal dengan eleminasi.
Sederetan proses tersebut sering disingkat dengan ADME, yaitu:
Fase Toksikokinetik
ABSORBSI
• masuknya
xenobiotika/tokson dari tempat kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe.
Definisi
• Sifat anatomi dan fisiologi target (membran sel dan kapiler darah)
• Sifat fisiko-kimia
xenobiotik (tablet, salep, sirop, aerosol, suspensi, larutan)
Faktor yang
Mempengaruhi
• Saluran cerna• Paru-paru • Kulit
• Proses Injeksi tidak mengalami proses absorbsi
Jalur Utama
Xenobiotik
Fase Toksikokinetik
DISTRIBUSI
Proses Utama • Konveksi (bersama aliran darah) • Transmembran (melalui membran biologis) Faktor Biologi• Laju aliran darah di organ dan jaringan • Sifat membran biologis • Perbedaan pH antara plasma dan jaringan
Faktor sifat Molekul Xenobiotik • Ukuran molekul • Ikatan antara protein plasma dan protein jaringan • Kelarutan • Sifat kimia
Fase Toksikokinetik
METABOLISME DAN EKSPRESI
(ELIMINASI)
Metabolisme dan ekskresi dapat dirangkum ke dalam eliminasi, yaitu proses hilangnya xenobiotik dari dalam tubuh
Eliminasi xenobiotik melalui rekasi biotransformasi (metabolisme) atau ekskresi melalui organ berikut :
•Ginjal (ekskresi urin) •Empedu
•Saluran pencernaan
Jalur eksresi lainnya
•Kelenjar keringat •Kelenjar mamae •Kelenjar ludah •Paru-paru
Jalur Pajanan Racun
FASE TOKSIKODINAMIK
Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik/farmakologik. Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi yang bolakbalik (reversibel). Hal ini mengakibatkan
perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).
Efek toksik / farmakologik suatu xenobiotika tidak hanya ditentukan oleh sifat toksokinetik xenobiotika, tetapi juga tergantung kepada faktor yang lain seperti:
•Bentuk farmaseutika dan bahan tambahan yang digunakan •Jenis dan tempat eksposisi,
•Keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi, •Distribusi xenobiotika dalam organisme, •Ikatan dan lokalisasi dalam jaringan, •Biotransformasi (proses metabolisme), dan
•Keterekskresian dan kecepatan ekskresi, dimana semua faktor di atas dapat dirangkum ke dalam parameter farmaseutika dan toksokinetika (farmakokinetika).