• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMBERI PENGUATAN PADA MATA KULIAH PENGAJARAN MIKRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMBERI PENGUATAN PADA MATA KULIAH PENGAJARAN MIKRO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN M EDI A VIDEO PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMBERI PENGUATAN

PADA MATA KULIAH PENGAJARAN MIKRO

N. W. Wiyanthini Dewi, Ign. I Wayan Suwatra

2

, I Wayan Romi Sudhita

3

1, 2, 3

Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: niwayanwiyanthinidewi @gmail.com

1,

suwatra_pgsd@yahoo.co.id

2

, romisudhita@yahoo.com

3

abstrak

Video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan perlu untuk diperbarui di Jurusan Teknologi Pendidikan. Tujuan penelitian mendeskripsikan rancangan pengembangan, mendeskripsikan kualitas video, dan mengetahui efektivitas media video pembelajaran. Penelitian pengembangan i n i menggunakan model ADDIE (analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi). Validasi video dilakukan oleh satu ahli isi pembelajaran, satu ahli desain pembelajaran, satu ahli media pembelajaran, 3 orang mahasiswa uji coba perorangan, 12 orang mahasiswa uji coba kelompok kecil, dan 29 orang mahasiswa uji coba lapangan. Efektivitas video pembelajaran dilakukan oleh 29 orang mahasiswa menggunakan desain penelitian pre-test dan post-test dan 4 orang mahasiswa sebagai sampel tes unjuk kerja. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner, tes dan observasi dengan instrumen lembar kuesioner, tes objektif dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini adalah deskripsi rancangan pengembangan, kualitas hasil pengembangan video dan efektivitas hasil pengembangan video pembelajaran. Rancangan pengembangan media menghasilkan storyboard dan naskah video pembelajaran. Kualitas hasil pengembangan media menurut review ahli dan mahasiswa yaitu: a) ahli isi pembelajaran 93,3% pada kategori sangat baik; b) ahli desain pembelajaran 92% pada kategori sangat baik; c) ahli media pembelajaran 86% berada pada kategori baik; d) uji coba perorangan 85,3% pada kategori baik; (e) uji coba kelompok kecil 90,5% pada kategori sangat baik; (f) dan uji coba lapangan 82,55% pada kategori baik. Efektivitas hasil pengembangan media video pembelajaran menunjukkan signifikansi yang diperoleh adalah thitung = 3,21 > ttabel =2,000. Persentase tingkat pencapaian tes unjuk

kerja 4 orang mahasiswa sebagai sampel di atas 85%. Ini berarti media video pembelajaran efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Kata kunci: pengembangan, video pembelajaran, pengajaran mikro

abstract

Video learning about teaching skills to ask and provide reinforcement need to be updated in the Department Educational of Technology. The purpose of this study is to describe the design of the development, describing the video quality, and determine the effectiveness of the instructional video media. This research is the development by using models ADDIE (analysis, design, development, implementation and evaluation). Validation videos made by an expert learning content, the instructional design experts, one expert instructional media, 3 students individual trials, 12 trials small group of students, and 29 students from field trials. The effectiveness of the instructional video performed by 29 students research

(2)

design pre-test and post-test and 4 students as samples of working test. Data were collected by questionnaire, tests and observation with instruments questionnaire, objective tests and form of observation. The data analysis using descriptive analysis qualitative, quantitative and inferential statistics. Results of this research is the description of the design of the development, the quality of video development and effectiveness of the development of instructional video media. Design of the development result is storyboard and shooting script of instructional video media. The quality of the development of media according to the review expert and student namely: a) expert learning content 93.3% are in the very good category; b) 92% of instructional design experts are in the very good category; c) 86% of instructional media experts are in the good category; d) individual testing was 85.3% in both categories; (E) testing a small group 90.5% are in the very good category; (F) and field trials which 82.55% are in the good category. The effectiveness of the development of instructional video media show gained significance is t = 3.21> t table = 2.000. The percentage of the achievement stage in working test form 4 students as samples is above 85%.This means instructional video media effective in improving student learning outcomes.

(3)

PENDAHULUAN

Teknologi pendidikan bisa dipandang sebagai suatu proses dimana melibatkan orang, prosedur, ide, dan teknik untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang menyangkut semua aspek belajar. Teknologi Pendidikan berperan penting dalam dunia pendidikan yakni dapat terbentuknya sumber belajar yang dirancang, dipilih dan digunakan untuk keperluan belajar, yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan).

Jika melihat tugas guru sebagai suatu profesi, guru dituntut untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nasution (2005) mengemukakan, tugas guru sebagai pendidik yakni meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik, sedangkan tugas guru sebagai pengajar yakni meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.

Pengajaran mikro sebagai mata kuliah yang dapat melatih calon-calon guru untuk mengasah kemampuan mahasiswa terkait dengan keterampilan dasar mengajar melalui teori dan praktek mengajar, sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa yang nantinya akan menempuh program PPL Real yang ditempatkan di sekolah-sekolah tertentu. Menurut Allen (dalam Asril, 2010) dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru harus memahami delapan keterampilan dasar mengajar, yakni (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan mengelola kelas, (4) keterampilan bertanya, (5) keterampilan memberi penguatan, (6) keterampilan mengadakan variasi, (7) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Melalui pengajaran mikro, mahasiswa sebagai calon guru harus menguasai delapan keterampilan dasar mengajar sebagai modal mempersiapkan diri menghadapi situasi

pembelajaran yang nyata di sekolah, akan tetapi masih ditemukannya mahasiswa yang kesulitan dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar tersebut. Hal ini ditemukan pada yang melaksanakan program PPL di SMP Negeri 3 Singaraja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dari sejumlah mahasiswa yang melaksanakan program PPL Real, mahasiswa belum optimal menerapkan keterampilan dasar mengajar terutama keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Hal tersebut dilihat dari kondisi pembelajaran di kelas yang cenderung gaduh dan ribut sehingga mahasiswa malas untuk mengoptimalkan menerapkan keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan.

Pemaparan di atas menjadi salah satu acuan dari permasalahan yang ditemukan di sekolah latihan saat mahasiswa PPL Real sehingga perlu dilakukan pengumpulan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan wawancara terhadap Sekretaris Jurusan Teknologi Pendidikan yang sekaligus menjadi salah satu dosen pembimbing mata kuliah pengajaran mikro yaitu Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd untuk mengkonfirmasi pelaksanaan pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan. Secara umum dari hasil wawancara tersebut terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yakni mahasiswa semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan yang mengambil mata kuliah pengajaran mikro perlu dioptimalkan pemahamannya terhadap delapan keterampilan dasar mengajar karena mereka cenderung gugup, tidak percaya diri untuk praktik mengajar dan kurang mempraktikkan komponen keterampilan dasar mengajar yang menjadi bekal untuk menempuh PPL Real.

Selain itu, dijelaskan pula jika dilihat dari hasil belajar mata kuliah pengajaran mikro, masih ada beberapa mahasiswa

(4)

yang hasil belajarnya masih cukup bahkan ada mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah pengajaran mikro karena mempunyai permasalahan saat perkuliahan. Dijelaskan pula bahwa perlu adanya media video pembanding terhadap video pembelajaran yang sudah ada di Jurusan Teknologi Pendidikan sebagai acuan bagi mahasiswa untuk belajar keterampilan dasar mengajar yang nantinya video pembanding tersebut akan menjadi aset Jurusan Teknologi Pendidikan.

Beberapa dosen yang mengampu mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan sudah menggunakan media presentasi powerpoint dan menggunakan media video keterampilan mengajar yang sudah ada yang diproduksi pada tahun 1999 oleh salah satu lembaga pendidikan. Dalam pemanfaatan video pembelajaran tersebut, mahasiswa hanya dapat menyimak saat berada di kampus saja, namun jika mahasiswa ingin belajar kembali tentang keterampilan dasar mengajar dengan melihat tayangan video pembelajaran maka mahasiswa harus meminta ijin kepada dosen

pengampu untuk meminjam video

pembelajaran. Hal ini bersifat terbatas karena video pembelajaran tersebut tidak bisa diperbanyak tanpa ijin dari lembaga pendidikan yang memproduksi video tersebut.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penyebaran instrumen survei dilakukan kepada mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan semester VI B sebagai subjek penelitian, beberapa mahasiswa yang masih merasa gugup dan tidak percaya diri saat perkuliahan pengajaran mikro untuk menghadapi PPL Real, media pembelajaran yang digunakan kurang menunjang proses pembelajaran, mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan keterampilan dasar mengajar, dan perlunya adanya pembaharuan media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran mikro.

Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan sebagai pengembang media pembelajaran dapat mengembangkan sebuah media video pembelajaran tentang keterampilan dasar

mengajar untuk memecahkan masalah tersebut Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd melakukan penelitian payung bersama 4 orang mahasiswa jurusan

Teknologi Pendidikan untuk

mengembangkan video keterampilan dasar mengajar untuk mata kuliah pengajaran mikro, dimana masing-masing mahasiswa mengembangkan 2 keterampilan dasar mengajar. I Kadek Teguh Aditya Lorenso mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta menjelaskan, I Kadek Saputra mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil serta perorangan, Ni Wayan Wiyanthini Dewi (peneliti) mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan, dan

Kadek Deni Kurniawiguna

mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan mengadakan variasi dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Masing-masing keterampilan mengajar dipilih sesuai

dengan minat, kenyataan dan

permasalahan yang ada di lapangan, serta hasil diskusi.

Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa sebagai pengembang media pembelajaran tertarik mengembangkan media video keterampilan dasar mengajar. Dengan demikian, judul penelitian ini yaitu

“Pengembangan Media Video

Pembelajaran tentang Keterampilan Bertanya dan Keterampilan Memberi Penguatan pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro untuk Mahasiswa Semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Media berperan penting dalam menunjang proses pembelajaran. Dalam pembuatan suatu media melibatkan pebelajar, baik itu dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2009:3), “media merupakan manusia, materi, atau kejadian yang

(5)

membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap”.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan media merupakan segala bentuk komponen yang berupa komponen fisik maupun non fisik yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat optimal sesuai dengan media yang digunakan.

Video pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran. Sadiman, dkk (2005) menyatakan video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat sehingga pesan yang disajikan bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif, maupun instruksional.

Media video pembelajaran merupakan media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio-visual (Mahadewi, 2006).

Program siaran televisi pada umumnya ditampilkan berupa video. Menurut

Tegeh

(2005),

program siaran televisi/video merupakan bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur yang dilengkapi dengan unsur audio sehingga video dikatakan media yang sangat ampuh untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan video merupakan media audio-visual yang menayangkan suatu gerakan didukung oleh suara, teks ataupun animasi yang mengandung ide dan gagasan sehingga dapat menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada penonton atau pengguna.

Pengembangan media video

pembelajaran ini menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development,

Implementation, and Evaluation).

Penelitian pengembangan ini dengan menggunakan model pengembangan ADDIE bertujuan untuk mendeskripsikan rancangan

pengembangan, mengetahui kualitas hasil video, dan mengetahui efektivitas media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Dalam melakukan sebuah penelitian, penelitian pengembangan dapat menjadi alternatif sebagai penelitian yang digunakan untuk menciptakan suatu produk, media pembelajaran, dan bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing instansi pendidikan. Menurut Seel & Richey (dalam Tegeh dan Kirna, 2010), pengembangan sebagai proses penerjemah spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, karena karakteristik khas penelitian pengembangan terletak pada orientasinya. Penelitian ini berorientasi pada pengembangan produk pembelajaran yang akan digunakan untuk pemecahan masalah pembelajaran. Model yang menjadi acuan penelitian pengembangan media video pembelajaran ini yakni model ADDIE yang memiliki lima tahap pengembangan.

Tahap pertama yakni analisis (analysis). Langkah umum dilakukannya analisis pada penelitian pengembangan ini, yakni (1) merumuskan ide pada saat menulis naskah video, (2) menentukan garis besar isi pesan (materi), (3) kebutuhan sumber data manusia, (4) kebutuhan hardware, (5) sistem komputer, dan (6) kebutuhan software. Selain

menerapkan langkah umum yang dilakukan pada tahap analisis, adapun langkah-langkah lanjutan dari tahap analisis dalam mengembangkan media video pembelajaran yaitu (1) menentukan dan memilih Jurusan yang dituju, (2) menentukan user atau pengguna produk, (3) pengetahuan mengoperasikan media, (4) menentukan dan memilih isi (content) yang akan dituangkan dalam bentuk produk.

Tahap kedua yakni desain (design). Pada tahap ini dilakukan perancangan

(6)

storyboard (papan cerita) , menulis naskah,

dan menyusun jadwal pengerjaan produk (timeline). Perancangan storyboard dan naskah video dilakukan dengan menuangkan isi dari materi pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro, sedangkan penyusunan jadwal pengerjaan produk (timeline) bertujuan agar produk yang dikembangkan bisa selesai tepat pada waktu yang telah ditargetkan.

Tahap ketiga yakni pengembangan (development). Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yakni (1) pencarian lokasi shooting, (2) setting lokasi, (3)

pemilihan pemain/talent yaitu

presenter/narator, guru model dan siswa model, (4) pengambilan gambar atau

shooting bersama guru model di sekolah

yang dipilih, (5) perekaman suara narator, dan (6) editing video.

Tahap keempat yakni implementasi (implementation). Pada tahap ini menerapkan produk yang telah dikembangkan dengan

menayangkan video pembelajaran

keterampilan bertanya dan memberi penguatan melibatkan mahasiswa semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan yang mengambil mata kuliah pengajaran mikro yang menjadi sasaran media video pembelajaran yang dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah pengajaran mikro.

Tahap kelima yakni evaluasi (evaluation). Pada tahap melakukan evaluasi berupa uji validitas produk. Produk video pembelajaran ini di-review oleh para ahli yaitu ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Selain di-review oleh para ahli, pada tahap ini dilakukan penilaian media berdasarkan evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk memperbaiki produk yang dihasilkan dengan melibatkan mahasiswa semester VI A yakni melakukan uji perorangan dan kelompok kecil, sedangkan uji lapangan dilakukan dengan melibatkan mahasiswa semester VI B. Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar mahasiswa dengan melakukan penilaian kognitif yaitu

memberikan pre-test dan post-test serta melakukan penilaian psikomotor menggunakan lembar observasi untuk

menilai kemampuan mahasiswa

mempraktikkan keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode wawancara, metode kuesioner/angket, metode pencatatan dokumen, metode tes tertulis, dan metode observasi. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini adalah (1) pedoman wawancara, (2) lembar kuesioner (angket), (3) lembar pencatatan dokumen, (4) soal pilihan ganda, serta (5) lembar observasi.

Secara singkat wawancara adalah suatu kegiatan bercakap-cakap antara dua belah pihak atau lebih bertujua untuk mendapatkan informasi dan bertukar informasi satu sama lain. Menurut Riyanto (2001) metode interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden. Pendapat lain dijelaskan oleh Agung (2012), metode interviu adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sitematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat. Sehubungan dengan kedua pemaparan tersebut, Narbuko dan Achmadi (2009) menjelaskan metode interviu (wawancara) adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Berdasarkan pemaparan pengertian metode wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara melakukan tanya jawab satu sama lain sehingga mendapatkan informasi dan dapat bertukar informasi.

(7)

Metode wawancara ini dilakukan dengan beberapa mahasiswa yang sudah menempuh PPL Real dan sudah mendapatkan mata kuliah pengajaran sebagai acuan permasalahan penelitian dan wawancara juga dilakukan dengan salah satu dosen pengampu mata kuliah pengajaran mikro yaitu Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan perkuliahan pengajaran mikro tahun sebelumnya dengan pengajaran mikro yang dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015.

Metode kuesioner sering digunakan dalam pengumpulan data sehingga hasil kuesioner tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Berikut pengertian metode kuesioner menurut beberapa ahli. Menurut Agung (2012), metode kuisioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada responden/subjek penelitian. Pendapat lain dari Narbuko dan Achmadi (2009), metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survei. Sehubungan dengan kedua pemaparan tersebut, Bungin (2005), menyatakan angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.

Berdasarkan pemaparan pengertian metode kuesioner/angket di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner/angket merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis kepada responden bertujuan untuk mengukur kualitas produk yang telah dikembangkan peneliti. Kuesioner diberikan pada tahap review para ahli maupun uji coba perorangan dan kelompok kecil yakni untuk menilai kualitas media video pembelajaran

keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.

Metode kuesioner sering digunakan dalam pengumpulan data sehingga hasil kuesioner tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Berikut pengertian metode kuesioner menurut beberapa ahli. Menurut Agung (2012), metode kuisioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada responden/subjek penelitian.

Pendapat lain dari Narbuko dan Achmadi (2009), metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survei.

Sehubungan dengan pemaparan di atas, Bungin (2005), menyatakan angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.

Berdasarkan pemaparan pengertian metode kuesioner/angket di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner/angket merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis kepada responden bertujuan untuk mengukur kualitas produk yang telah dikembangkan peneliti. Kuesioner diberikan pada tahap review para ahli maupun uji coba perorangan dan kelompok kecil yakni untuk menilai kualitas media video pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.

“Metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis” (Agung, 2014:106). Pencatatan dokumen dilakukan yakni pada

(8)

pengembanprosn produk yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) yang akan

menghasilkan sebuah laporan

pengembangan produk.

“Metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan, inteligensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan yang berupa tes objektif” (Agung, 2014:240). Tujuan menggunakan metode ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan produk pengembangan media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro untuk mahasiswa semester VI jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.

Metode observasi digunakan untuk mengukur ranah psikomotor. Menurut (Agung, 2012:61), “metode observasi adalah suatu cara memproleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Senada dengan pendapat tersebut, Riyanto (2001:96) menjelaskan “Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian”. Sehubungan dengan pemaparan tersebut, Narbuko dan Achmadi (2009:70) menjelaskan “Metode observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki”.

Berdasarkan pemaparan pengertian metode observasi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau mencatat obyek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengukur ranah psikomotor terhadap objek penelitian yaitu mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan berjumlah 4 orang yang dijadikan sampel untuk mempraktikkan keterampilan dasar mengajar yang mata kuliah pengajaran mikro. Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif, analisis

deskriptif kuantitatif dan analisis statistik inferensial.

Menurut Agung (2014) analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum.

Selain melakukan analisis deskriptif secara kualitatif analisis data perlu dilakukan secara kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan “Analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentasi, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner dalam bentuk skor. Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut.

Keterangan: ∑ = jumlah

n = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:

Persentase = (F : N)

Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek

N= banyak subyek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk terlihat pada tabel 1.

Persentase = ∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan) x100% n x bobot tertinggi

(1)

(9)

Tabel 2 di atas merupakan pedoman konversi skor mentah menjadi nilai menggunakan PAP skala lima untuk mengukur hasil penilaian unjuk kerja. Dalam penelitian ini, ditetapkan nilai kelayakan minimal “cukup”, sebagai syarat untuk lulus dalam menguasai keterampilan dasar mengajar pada mata kuliah pengajaran mikro. Setelah melakukan deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis statistik Inferensial. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui produk yang

dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post test. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (moralitas dan homogenitas). Adapun rumus uji t berkorelasi sebagai berikut.

(Koyan, 2012:29)

Keterangan:

t = Uji –t (Uji Hipotesis)

= rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media)

= rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media)

= simpangan baku sampel 1 (sebelum menggunakan media)

= simpangan baku sampel 2 (sesudah menggunakan media)

= varians sampel 1 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media video pembelajaran tentang keterampilan dasar mengajar bertanya dan keterampilan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan desain atau rancangan pengembangan video pembelajaran. Pada tahap desain atau rancangan telah dibuat Tabel 1. Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi

90 – 100 Sangat baik

80 – 89 Baik

65 – 80 Cukup

55 – 64 Kurang

0 – 54 Sangat Kurang

(Tegeh & Kirna, 2010:101)

(3)

Tabel 2. Konversi Skor Mentah Menjadi Nilai Menggunakan PAP Skala Lima

Tingkat Penguasaan Nilai

Angka Huruf 85% – 100% 4 A 70% – 84% 3 B 55% – 69% 2 C 40% – 54% 1 D 0 % – 39% 0 E

(10)

storyboard dan naskah media video pembelajaran.

Penentuan kualitas pengembangan produk dilakukan oleh (1) ahli isi pembelajaran, (2) ahli desain pembelajaran, (3) ahli media pembelajaran, dan (4) mahasiswa melalui uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Adapun pembahasan kualitas hasil pengembangan produk media video pembelajaran berdasarkan review para ahli dan mahasiswa sebagai berikut.

Kualitas media dari aspek isi pembelajaran pengajaran mikro yaitu persentase tingkat pencapaian hasil ahli isi/materi bidang studi mata kuliah pengajaran mikro adalah 93,3 % berada pada kualifikasi sangat baik. Perolehan kualitas media dengan kategori sangat baik diperoleh karena kesesuaian isi materi/konten yang tersaji dalam video sudah sesuai dengan materi pembelajaran pengajaran mikro dan dilengkapi dengan contoh-contoh penerapannya. Kualitas media dari aspek desain pembelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%. Perolehan kualitas desain media dengan kategori sangat baik dikarenakan ketepatan desain komunikasi visual antar pengguna dan kesesuaian media dalam pemberian motivasi belajar. Kualitas media dari aspek media pembelajaran berada pada kategori baik dengan persentase 86%. Perolehan kualitas media pembelajaran dengan kategori sangat baik dikarenakan kualitas visual dapat mendukung pemahaman audiens saat melihat tayangan video. Kualitas media dilihat dari aspek uji coba perorangan berada pada kategori baik dengan tingkat persentase 85,5%, pada aspek uji kelompok kecil berada pada kategori sangat baik dengan tingkat persentase 90,5%, dan pada aspek uji coba lapangan, berada pada kategori baik dengan tingkat persentase 82,5%.

Efektivitas pengembangan media video pembelajaran keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro dilakukan dengan metode tes dan metode observasi, yakni metode tes diukur dengan memberikan lembar soal

pilihan ganda terhadap 29 orang mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan, sedangkan sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data unjuk kerja 4 orang mahasiswa sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro.

Berdasarkan nilai pre-test dan

post-test 29 orang mahasiswa tersebut, maka

dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi. Rata-rata nilai pre-test adalah 67,41 dan rata-rata nilai post-test adalah 76,03. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 3,21.

Kemudian harga thitung dibandingkan

dengan harga pada ttabel dengan db = n1 +

n2 – 2 = 29 + 29 – 2 = 56. Harga ttabel untuk

db 56 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini

berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengajaran mikro mahasiswa

antara sebelum dan sesudah

menggunakan media video pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.

Setelah dilakukan penilaian menggunakan metode tes, maka selanjutnya dilakukan penilaian menggunakan metode observasi. Mahasiswa yang dipilih berjumlah 4 orang sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Berdasarkan perolehan skor dari keempat mahasiswa yang mempraktikkan keterampilan bertanya dan memberi penguatan, masing-masing memperoleh skor di atas 85%. Hasil penilaian unjuk kerja diukur menggunakan pedoman konversi skor mentah menjadi nilai menggunakan PAP skala lima. Jika dikonversikan dengan tabel konversi tingkat pencapaian dengan skala 5, maka keempat mahasiswa tersebut berada pada rentang 85%-100%. Hal ini berarti keempat mahasiswa tersebut lulus

(11)

dalam menguasai keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro dengan nilai A. Ini berarti media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan pada penelitian

pengembangan ini terdiri dari tiga hal yakni rancangan pengembangan produk, kualitas produk dan efektivitas produk media video pembelajaran. Adapun pemaparannya sebagai berikut.

Pengembangan media video

pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Sesuai

dengan penerapan model pengembangan ADDIE adapun beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya, (1) tahap analisis (analysis), meliputi menentukan dan memilih jurusan yang dituju, menentukan user atau

pengguna produk, pengetahuan

mengoperasikan media, serta menentukan dan memilih isi/konten, (2) tahap desain (design), meliputi merancang storyboard, naskah video pembelajaran, dan menyusun jadwal pengembangan produk (timeline), (3) tahap pengembangan (development) meliputi pencarian lokasi shooting, setting lokasi,

pemilihan pemain/talent yaitu

presenter/narator, guru model dan siswa model, pengambilan gambar atau shooting di sekolah yang telah dipilih, perekaman suara narator, dan editing video, (4) tahap

implementasi (implemetation), yakni

menerapkan produk yang telah

dikembangkan dengan menayangkan video pembelajaran, dan (5) tahap evaluasi (evaluation), yakni melakukan evaluasi berupa uji validitas produk yang di review oleh para ahli dan uji coba kepada mahasiswa.

Berdasarkan hasil validasi terhadap

media video pembelajaran yang

dikembangkan menurut review para ahli dan uji coba produk, yakni (1) menurut ahli isi mata kuliah produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 93,3%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, dan (3) menurut ahli media pembelajaran produk berada pada kategori baik dengan persentase 86% sehingga perlu dilakukan sedikit revisi berdasarkan masukan, saran dan komentar yang diberikan, (4) hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat persentase 85,3% dengan kategori baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat persentase 90,5% dengan kategori sangat baik, dan (6) hasil uji coba lapangan produk mencapai tingkat 82,55% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil validasi tersebut maka produk yang dikembangkan layak digunakan untuk menunjang proses pembelajaran pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan.

Efektivitas produk pengembangan media video pada pembelajaran di ukur dengan melakukan tahap pra eksperimen dengan menggunakan skor pre-test dan

post-test terhadap 29 orang mahasiswa

semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan Undiksha. Rata-rata nilai

pretest adalah 67,41 dan rata-rata nilai posttest adalah 76,03. Setelah dilakukan

penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 3,21. Kemudian harga

thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel

dengan db = n1 + n2 – 2 = 29 + 29 – 2 = 56. Harga ttabel untuk db 56 dan dengan

taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih

besar daripada harga ttabel sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Dilihat dari

konversi hasil belajar mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan Undiksha, nilai rata-rata posttest

mahasiswa yaitu 76,03 berada pada kualifikasi baik.

Penilaian unjuk kerja dilakukan untuk mengukur ranah psikomotor. Tes unjuk kerja diberikan kepada 4 orang mahasiswa

(12)

semester VI B sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Berdasarkan perolehan skor dari keempat

mahasiswa yang mempraktikkan

keterampilan bertanya dan memberi penguatan, masing-masing memperoleh skor di atas 85%. Hal ini berarti keempat mahasiswa tersebut lulus dalam menguasai keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah

pengajaran mikro masing-masing

memperoleh nilai A. Ini berarti, media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.

Saran-saran yang disampaikan bekenaan dengan pengembangan media video pembelajaran ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

Saran pertama kepada mahasiswa, dalam kegiatan pembelajaran baik di kampus maupun di rumah agar benar-benar memanfaatkan penggunaan media video

pembelajaran sehingga dapat

mengoptimalkan pemahaman mahasiswa mengenai materi tentang keterampilan dasar mengajar saat menempuh mata kuliah pengajaran mikro.

Saran kedua kepada dosen, dalam kegiatan pembelajaran dosen disarankan lebih memanfaatkan dan meningkatkan penggunaan media pembelajaran terutama media video pembelajaran pada mata kuliah pengajaran mikro, mengingat fasilitas lingkungan kampus sangat mendukung dalam

menerapkan pembelajaran dengan

berbantuan media.

Saran ketiga kepada peneliti lain, hasil pengembangan media video pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian yang sejenis dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Undiksha Press.

---. 2014. Buku Ajar Metodologi

Penelitian Pendidikan. Malang:

Aditya Media Publishing.

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi

Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Prenada Media.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan

Teknik Analisis Data Kuantitatif.

Singaraja: Undiksha.

Mahadewi, Luh Putu Putrini, dkk. 2006.

Media Video Pembelajaran.

Singaraja: UNDIKSHA Press.

Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution, S. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: PT.

SIC.

Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media

Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Tegeh, I Made. 2005. Sinetron Pendidikan. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri.

Tegeh, I Made & I Made Kirna. 2010.

Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas

Gambar

Tabel  2  di  atas  merupakan  pedoman  konversi  skor  mentah  menjadi  nilai  menggunakan  PAP  skala  lima  untuk  mengukur  hasil  penilaian  unjuk  kerja

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 2 Sragen, adapun masalah yang dihadapi adalah bagaimana merancang suatu sistem pendukung keputusan

Pada ekosistem hutan tropis dataran rendah, species Myristica teysmannii yang ditemukan tercatat berstatus endemik dan tanaman ini berlabel status kritis atas

dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa kelima komponen KbF harus berdasarkan bobot indeks seperti yang ditetapkan oleh kesepakatan Panitia Kerja Belanja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor dalam bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik dan proses berpengaruh

JURNAL AKUNTANSI – SUNARDI – NIM B2091141030 - 2017 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan alat analisis Skala Likert, Analisis Kuadran Glickman dan Analisis

Selanjutnya, saksi ahli Rismon Hasiolan Sianipar yang dihadirkan oleh terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam bidang digital forensik, menurut penulis tidak

Uji lapangan pertama diperoleh data validasi media di lapangan melalui lembar penilaian validasi untuk ahli media dan materi di lapangan, tanggapan siswa dalam

A másik típus a kongruens (egybevágó) metaforák, amely azt jelenti, hogy a generikus szintű metaforák, amelyek (majdnem) univerzálisak, az egyes kultúrákban