PENGEMBANGAN M EDI A VIDEO PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMBERI PENGUATAN
PADA MATA KULIAH PENGAJARAN MIKRO
N. W. Wiyanthini Dewi, Ign. I Wayan Suwatra
2, I Wayan Romi Sudhita
31, 2, 3
Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: niwayanwiyanthinidewi @gmail.com
1,suwatra_pgsd@yahoo.co.id
2, romisudhita@yahoo.com
3abstrak
Video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan perlu untuk diperbarui di Jurusan Teknologi Pendidikan. Tujuan penelitian mendeskripsikan rancangan pengembangan, mendeskripsikan kualitas video, dan mengetahui efektivitas media video pembelajaran. Penelitian pengembangan i n i menggunakan model ADDIE (analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi). Validasi video dilakukan oleh satu ahli isi pembelajaran, satu ahli desain pembelajaran, satu ahli media pembelajaran, 3 orang mahasiswa uji coba perorangan, 12 orang mahasiswa uji coba kelompok kecil, dan 29 orang mahasiswa uji coba lapangan. Efektivitas video pembelajaran dilakukan oleh 29 orang mahasiswa menggunakan desain penelitian pre-test dan post-test dan 4 orang mahasiswa sebagai sampel tes unjuk kerja. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner, tes dan observasi dengan instrumen lembar kuesioner, tes objektif dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini adalah deskripsi rancangan pengembangan, kualitas hasil pengembangan video dan efektivitas hasil pengembangan video pembelajaran. Rancangan pengembangan media menghasilkan storyboard dan naskah video pembelajaran. Kualitas hasil pengembangan media menurut review ahli dan mahasiswa yaitu: a) ahli isi pembelajaran 93,3% pada kategori sangat baik; b) ahli desain pembelajaran 92% pada kategori sangat baik; c) ahli media pembelajaran 86% berada pada kategori baik; d) uji coba perorangan 85,3% pada kategori baik; (e) uji coba kelompok kecil 90,5% pada kategori sangat baik; (f) dan uji coba lapangan 82,55% pada kategori baik. Efektivitas hasil pengembangan media video pembelajaran menunjukkan signifikansi yang diperoleh adalah thitung = 3,21 > ttabel =2,000. Persentase tingkat pencapaian tes unjuk
kerja 4 orang mahasiswa sebagai sampel di atas 85%. Ini berarti media video pembelajaran efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Kata kunci: pengembangan, video pembelajaran, pengajaran mikro
abstract
Video learning about teaching skills to ask and provide reinforcement need to be updated in the Department Educational of Technology. The purpose of this study is to describe the design of the development, describing the video quality, and determine the effectiveness of the instructional video media. This research is the development by using models ADDIE (analysis, design, development, implementation and evaluation). Validation videos made by an expert learning content, the instructional design experts, one expert instructional media, 3 students individual trials, 12 trials small group of students, and 29 students from field trials. The effectiveness of the instructional video performed by 29 students research
design pre-test and post-test and 4 students as samples of working test. Data were collected by questionnaire, tests and observation with instruments questionnaire, objective tests and form of observation. The data analysis using descriptive analysis qualitative, quantitative and inferential statistics. Results of this research is the description of the design of the development, the quality of video development and effectiveness of the development of instructional video media. Design of the development result is storyboard and shooting script of instructional video media. The quality of the development of media according to the review expert and student namely: a) expert learning content 93.3% are in the very good category; b) 92% of instructional design experts are in the very good category; c) 86% of instructional media experts are in the good category; d) individual testing was 85.3% in both categories; (E) testing a small group 90.5% are in the very good category; (F) and field trials which 82.55% are in the good category. The effectiveness of the development of instructional video media show gained significance is t = 3.21> t table = 2.000. The percentage of the achievement stage in working test form 4 students as samples is above 85%.This means instructional video media effective in improving student learning outcomes.
PENDAHULUAN
Teknologi pendidikan bisa dipandang sebagai suatu proses dimana melibatkan orang, prosedur, ide, dan teknik untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang menyangkut semua aspek belajar. Teknologi Pendidikan berperan penting dalam dunia pendidikan yakni dapat terbentuknya sumber belajar yang dirancang, dipilih dan digunakan untuk keperluan belajar, yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan).
Jika melihat tugas guru sebagai suatu profesi, guru dituntut untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nasution (2005) mengemukakan, tugas guru sebagai pendidik yakni meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik, sedangkan tugas guru sebagai pengajar yakni meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.
Pengajaran mikro sebagai mata kuliah yang dapat melatih calon-calon guru untuk mengasah kemampuan mahasiswa terkait dengan keterampilan dasar mengajar melalui teori dan praktek mengajar, sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa yang nantinya akan menempuh program PPL Real yang ditempatkan di sekolah-sekolah tertentu. Menurut Allen (dalam Asril, 2010) dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru harus memahami delapan keterampilan dasar mengajar, yakni (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan mengelola kelas, (4) keterampilan bertanya, (5) keterampilan memberi penguatan, (6) keterampilan mengadakan variasi, (7) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Melalui pengajaran mikro, mahasiswa sebagai calon guru harus menguasai delapan keterampilan dasar mengajar sebagai modal mempersiapkan diri menghadapi situasi
pembelajaran yang nyata di sekolah, akan tetapi masih ditemukannya mahasiswa yang kesulitan dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar tersebut. Hal ini ditemukan pada yang melaksanakan program PPL di SMP Negeri 3 Singaraja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dari sejumlah mahasiswa yang melaksanakan program PPL Real, mahasiswa belum optimal menerapkan keterampilan dasar mengajar terutama keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Hal tersebut dilihat dari kondisi pembelajaran di kelas yang cenderung gaduh dan ribut sehingga mahasiswa malas untuk mengoptimalkan menerapkan keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan.
Pemaparan di atas menjadi salah satu acuan dari permasalahan yang ditemukan di sekolah latihan saat mahasiswa PPL Real sehingga perlu dilakukan pengumpulan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan wawancara terhadap Sekretaris Jurusan Teknologi Pendidikan yang sekaligus menjadi salah satu dosen pembimbing mata kuliah pengajaran mikro yaitu Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd untuk mengkonfirmasi pelaksanaan pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan. Secara umum dari hasil wawancara tersebut terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yakni mahasiswa semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan yang mengambil mata kuliah pengajaran mikro perlu dioptimalkan pemahamannya terhadap delapan keterampilan dasar mengajar karena mereka cenderung gugup, tidak percaya diri untuk praktik mengajar dan kurang mempraktikkan komponen keterampilan dasar mengajar yang menjadi bekal untuk menempuh PPL Real.
Selain itu, dijelaskan pula jika dilihat dari hasil belajar mata kuliah pengajaran mikro, masih ada beberapa mahasiswa
yang hasil belajarnya masih cukup bahkan ada mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah pengajaran mikro karena mempunyai permasalahan saat perkuliahan. Dijelaskan pula bahwa perlu adanya media video pembanding terhadap video pembelajaran yang sudah ada di Jurusan Teknologi Pendidikan sebagai acuan bagi mahasiswa untuk belajar keterampilan dasar mengajar yang nantinya video pembanding tersebut akan menjadi aset Jurusan Teknologi Pendidikan.
Beberapa dosen yang mengampu mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan sudah menggunakan media presentasi powerpoint dan menggunakan media video keterampilan mengajar yang sudah ada yang diproduksi pada tahun 1999 oleh salah satu lembaga pendidikan. Dalam pemanfaatan video pembelajaran tersebut, mahasiswa hanya dapat menyimak saat berada di kampus saja, namun jika mahasiswa ingin belajar kembali tentang keterampilan dasar mengajar dengan melihat tayangan video pembelajaran maka mahasiswa harus meminta ijin kepada dosen
pengampu untuk meminjam video
pembelajaran. Hal ini bersifat terbatas karena video pembelajaran tersebut tidak bisa diperbanyak tanpa ijin dari lembaga pendidikan yang memproduksi video tersebut.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penyebaran instrumen survei dilakukan kepada mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan semester VI B sebagai subjek penelitian, beberapa mahasiswa yang masih merasa gugup dan tidak percaya diri saat perkuliahan pengajaran mikro untuk menghadapi PPL Real, media pembelajaran yang digunakan kurang menunjang proses pembelajaran, mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan keterampilan dasar mengajar, dan perlunya adanya pembaharuan media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran mikro.
Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan sebagai pengembang media pembelajaran dapat mengembangkan sebuah media video pembelajaran tentang keterampilan dasar
mengajar untuk memecahkan masalah tersebut Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd melakukan penelitian payung bersama 4 orang mahasiswa jurusan
Teknologi Pendidikan untuk
mengembangkan video keterampilan dasar mengajar untuk mata kuliah pengajaran mikro, dimana masing-masing mahasiswa mengembangkan 2 keterampilan dasar mengajar. I Kadek Teguh Aditya Lorenso mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta menjelaskan, I Kadek Saputra mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil serta perorangan, Ni Wayan Wiyanthini Dewi (peneliti) mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan, dan
Kadek Deni Kurniawiguna
mengembangkan video pembelajaran tentang keterampilan mengadakan variasi dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Masing-masing keterampilan mengajar dipilih sesuai
dengan minat, kenyataan dan
permasalahan yang ada di lapangan, serta hasil diskusi.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa sebagai pengembang media pembelajaran tertarik mengembangkan media video keterampilan dasar mengajar. Dengan demikian, judul penelitian ini yaitu
“Pengembangan Media Video
Pembelajaran tentang Keterampilan Bertanya dan Keterampilan Memberi Penguatan pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro untuk Mahasiswa Semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Media berperan penting dalam menunjang proses pembelajaran. Dalam pembuatan suatu media melibatkan pebelajar, baik itu dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2009:3), “media merupakan manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap”.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan media merupakan segala bentuk komponen yang berupa komponen fisik maupun non fisik yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat optimal sesuai dengan media yang digunakan.
Video pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran. Sadiman, dkk (2005) menyatakan video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat sehingga pesan yang disajikan bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif, maupun instruksional.
Media video pembelajaran merupakan media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio-visual (Mahadewi, 2006).
Program siaran televisi pada umumnya ditampilkan berupa video. Menurut
Tegeh
(2005),
program siaran televisi/video merupakan bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur yang dilengkapi dengan unsur audio sehingga video dikatakan media yang sangat ampuh untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi.Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan video merupakan media audio-visual yang menayangkan suatu gerakan didukung oleh suara, teks ataupun animasi yang mengandung ide dan gagasan sehingga dapat menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada penonton atau pengguna.
Pengembangan media video
pembelajaran ini menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation).
Penelitian pengembangan ini dengan menggunakan model pengembangan ADDIE bertujuan untuk mendeskripsikan rancangan
pengembangan, mengetahui kualitas hasil video, dan mengetahui efektivitas media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro tahun pelajaran 2014/2015.
METODE
Dalam melakukan sebuah penelitian, penelitian pengembangan dapat menjadi alternatif sebagai penelitian yang digunakan untuk menciptakan suatu produk, media pembelajaran, dan bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing instansi pendidikan. Menurut Seel & Richey (dalam Tegeh dan Kirna, 2010), pengembangan sebagai proses penerjemah spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, karena karakteristik khas penelitian pengembangan terletak pada orientasinya. Penelitian ini berorientasi pada pengembangan produk pembelajaran yang akan digunakan untuk pemecahan masalah pembelajaran. Model yang menjadi acuan penelitian pengembangan media video pembelajaran ini yakni model ADDIE yang memiliki lima tahap pengembangan.
Tahap pertama yakni analisis (analysis). Langkah umum dilakukannya analisis pada penelitian pengembangan ini, yakni (1) merumuskan ide pada saat menulis naskah video, (2) menentukan garis besar isi pesan (materi), (3) kebutuhan sumber data manusia, (4) kebutuhan hardware, (5) sistem komputer, dan (6) kebutuhan software. Selain
menerapkan langkah umum yang dilakukan pada tahap analisis, adapun langkah-langkah lanjutan dari tahap analisis dalam mengembangkan media video pembelajaran yaitu (1) menentukan dan memilih Jurusan yang dituju, (2) menentukan user atau pengguna produk, (3) pengetahuan mengoperasikan media, (4) menentukan dan memilih isi (content) yang akan dituangkan dalam bentuk produk.
Tahap kedua yakni desain (design). Pada tahap ini dilakukan perancangan
storyboard (papan cerita) , menulis naskah,
dan menyusun jadwal pengerjaan produk (timeline). Perancangan storyboard dan naskah video dilakukan dengan menuangkan isi dari materi pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro, sedangkan penyusunan jadwal pengerjaan produk (timeline) bertujuan agar produk yang dikembangkan bisa selesai tepat pada waktu yang telah ditargetkan.
Tahap ketiga yakni pengembangan (development). Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yakni (1) pencarian lokasi shooting, (2) setting lokasi, (3)
pemilihan pemain/talent yaitu
presenter/narator, guru model dan siswa model, (4) pengambilan gambar atau
shooting bersama guru model di sekolah
yang dipilih, (5) perekaman suara narator, dan (6) editing video.
Tahap keempat yakni implementasi (implementation). Pada tahap ini menerapkan produk yang telah dikembangkan dengan
menayangkan video pembelajaran
keterampilan bertanya dan memberi penguatan melibatkan mahasiswa semester VI Jurusan Teknologi Pendidikan yang mengambil mata kuliah pengajaran mikro yang menjadi sasaran media video pembelajaran yang dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah pengajaran mikro.
Tahap kelima yakni evaluasi (evaluation). Pada tahap melakukan evaluasi berupa uji validitas produk. Produk video pembelajaran ini di-review oleh para ahli yaitu ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Selain di-review oleh para ahli, pada tahap ini dilakukan penilaian media berdasarkan evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk memperbaiki produk yang dihasilkan dengan melibatkan mahasiswa semester VI A yakni melakukan uji perorangan dan kelompok kecil, sedangkan uji lapangan dilakukan dengan melibatkan mahasiswa semester VI B. Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar mahasiswa dengan melakukan penilaian kognitif yaitu
memberikan pre-test dan post-test serta melakukan penilaian psikomotor menggunakan lembar observasi untuk
menilai kemampuan mahasiswa
mempraktikkan keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode wawancara, metode kuesioner/angket, metode pencatatan dokumen, metode tes tertulis, dan metode observasi. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini adalah (1) pedoman wawancara, (2) lembar kuesioner (angket), (3) lembar pencatatan dokumen, (4) soal pilihan ganda, serta (5) lembar observasi.
Secara singkat wawancara adalah suatu kegiatan bercakap-cakap antara dua belah pihak atau lebih bertujua untuk mendapatkan informasi dan bertukar informasi satu sama lain. Menurut Riyanto (2001) metode interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden. Pendapat lain dijelaskan oleh Agung (2012), metode interviu adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sitematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat. Sehubungan dengan kedua pemaparan tersebut, Narbuko dan Achmadi (2009) menjelaskan metode interviu (wawancara) adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Berdasarkan pemaparan pengertian metode wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara melakukan tanya jawab satu sama lain sehingga mendapatkan informasi dan dapat bertukar informasi.
Metode wawancara ini dilakukan dengan beberapa mahasiswa yang sudah menempuh PPL Real dan sudah mendapatkan mata kuliah pengajaran sebagai acuan permasalahan penelitian dan wawancara juga dilakukan dengan salah satu dosen pengampu mata kuliah pengajaran mikro yaitu Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan perkuliahan pengajaran mikro tahun sebelumnya dengan pengajaran mikro yang dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015.
Metode kuesioner sering digunakan dalam pengumpulan data sehingga hasil kuesioner tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Berikut pengertian metode kuesioner menurut beberapa ahli. Menurut Agung (2012), metode kuisioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada responden/subjek penelitian. Pendapat lain dari Narbuko dan Achmadi (2009), metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survei. Sehubungan dengan kedua pemaparan tersebut, Bungin (2005), menyatakan angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.
Berdasarkan pemaparan pengertian metode kuesioner/angket di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner/angket merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis kepada responden bertujuan untuk mengukur kualitas produk yang telah dikembangkan peneliti. Kuesioner diberikan pada tahap review para ahli maupun uji coba perorangan dan kelompok kecil yakni untuk menilai kualitas media video pembelajaran
keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.
Metode kuesioner sering digunakan dalam pengumpulan data sehingga hasil kuesioner tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Berikut pengertian metode kuesioner menurut beberapa ahli. Menurut Agung (2012), metode kuisioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada responden/subjek penelitian.
Pendapat lain dari Narbuko dan Achmadi (2009), metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survei.
Sehubungan dengan pemaparan di atas, Bungin (2005), menyatakan angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.
Berdasarkan pemaparan pengertian metode kuesioner/angket di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner/angket merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis kepada responden bertujuan untuk mengukur kualitas produk yang telah dikembangkan peneliti. Kuesioner diberikan pada tahap review para ahli maupun uji coba perorangan dan kelompok kecil yakni untuk menilai kualitas media video pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.
“Metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis” (Agung, 2014:106). Pencatatan dokumen dilakukan yakni pada
pengembanprosn produk yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) yang akan
menghasilkan sebuah laporan
pengembangan produk.
“Metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan, inteligensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan yang berupa tes objektif” (Agung, 2014:240). Tujuan menggunakan metode ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan produk pengembangan media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro untuk mahasiswa semester VI jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.
Metode observasi digunakan untuk mengukur ranah psikomotor. Menurut (Agung, 2012:61), “metode observasi adalah suatu cara memproleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Senada dengan pendapat tersebut, Riyanto (2001:96) menjelaskan “Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian”. Sehubungan dengan pemaparan tersebut, Narbuko dan Achmadi (2009:70) menjelaskan “Metode observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki”.
Berdasarkan pemaparan pengertian metode observasi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau mencatat obyek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengukur ranah psikomotor terhadap objek penelitian yaitu mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan berjumlah 4 orang yang dijadikan sampel untuk mempraktikkan keterampilan dasar mengajar yang mata kuliah pengajaran mikro. Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif, analisis
deskriptif kuantitatif dan analisis statistik inferensial.
Menurut Agung (2014) analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum.
Selain melakukan analisis deskriptif secara kualitatif analisis data perlu dilakukan secara kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan “Analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentasi, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner dalam bentuk skor. Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut.
Keterangan: ∑ = jumlah
n = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:
Persentase = (F : N)
Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek
N= banyak subyek
Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk terlihat pada tabel 1.
Persentase = ∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan) x100% n x bobot tertinggi
(1)
Tabel 2 di atas merupakan pedoman konversi skor mentah menjadi nilai menggunakan PAP skala lima untuk mengukur hasil penilaian unjuk kerja. Dalam penelitian ini, ditetapkan nilai kelayakan minimal “cukup”, sebagai syarat untuk lulus dalam menguasai keterampilan dasar mengajar pada mata kuliah pengajaran mikro. Setelah melakukan deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis statistik Inferensial. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui produk yang
dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post test. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (moralitas dan homogenitas). Adapun rumus uji t berkorelasi sebagai berikut.
(Koyan, 2012:29)
Keterangan:
t = Uji –t (Uji Hipotesis)
= rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media)
= rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media)
= simpangan baku sampel 1 (sebelum menggunakan media)
= simpangan baku sampel 2 (sesudah menggunakan media)
= varians sampel 1 = varians sampel 2
r = korelasi antara dua sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media video pembelajaran tentang keterampilan dasar mengajar bertanya dan keterampilan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan desain atau rancangan pengembangan video pembelajaran. Pada tahap desain atau rancangan telah dibuat Tabel 1. Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan Skala 5
Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi
90 – 100 Sangat baik
80 – 89 Baik
65 – 80 Cukup
55 – 64 Kurang
0 – 54 Sangat Kurang
(Tegeh & Kirna, 2010:101)
(3)
Tabel 2. Konversi Skor Mentah Menjadi Nilai Menggunakan PAP Skala Lima
Tingkat Penguasaan Nilai
Angka Huruf 85% – 100% 4 A 70% – 84% 3 B 55% – 69% 2 C 40% – 54% 1 D 0 % – 39% 0 E
storyboard dan naskah media video pembelajaran.
Penentuan kualitas pengembangan produk dilakukan oleh (1) ahli isi pembelajaran, (2) ahli desain pembelajaran, (3) ahli media pembelajaran, dan (4) mahasiswa melalui uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Adapun pembahasan kualitas hasil pengembangan produk media video pembelajaran berdasarkan review para ahli dan mahasiswa sebagai berikut.
Kualitas media dari aspek isi pembelajaran pengajaran mikro yaitu persentase tingkat pencapaian hasil ahli isi/materi bidang studi mata kuliah pengajaran mikro adalah 93,3 % berada pada kualifikasi sangat baik. Perolehan kualitas media dengan kategori sangat baik diperoleh karena kesesuaian isi materi/konten yang tersaji dalam video sudah sesuai dengan materi pembelajaran pengajaran mikro dan dilengkapi dengan contoh-contoh penerapannya. Kualitas media dari aspek desain pembelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%. Perolehan kualitas desain media dengan kategori sangat baik dikarenakan ketepatan desain komunikasi visual antar pengguna dan kesesuaian media dalam pemberian motivasi belajar. Kualitas media dari aspek media pembelajaran berada pada kategori baik dengan persentase 86%. Perolehan kualitas media pembelajaran dengan kategori sangat baik dikarenakan kualitas visual dapat mendukung pemahaman audiens saat melihat tayangan video. Kualitas media dilihat dari aspek uji coba perorangan berada pada kategori baik dengan tingkat persentase 85,5%, pada aspek uji kelompok kecil berada pada kategori sangat baik dengan tingkat persentase 90,5%, dan pada aspek uji coba lapangan, berada pada kategori baik dengan tingkat persentase 82,5%.
Efektivitas pengembangan media video pembelajaran keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro dilakukan dengan metode tes dan metode observasi, yakni metode tes diukur dengan memberikan lembar soal
pilihan ganda terhadap 29 orang mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan, sedangkan sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data unjuk kerja 4 orang mahasiswa sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro.
Berdasarkan nilai pre-test dan
post-test 29 orang mahasiswa tersebut, maka
dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi. Rata-rata nilai pre-test adalah 67,41 dan rata-rata nilai post-test adalah 76,03. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 3,21.
Kemudian harga thitung dibandingkan
dengan harga pada ttabel dengan db = n1 +
n2 – 2 = 29 + 29 – 2 = 56. Harga ttabel untuk
db 56 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini
berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengajaran mikro mahasiswa
antara sebelum dan sesudah
menggunakan media video pembelajaran keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan.
Setelah dilakukan penilaian menggunakan metode tes, maka selanjutnya dilakukan penilaian menggunakan metode observasi. Mahasiswa yang dipilih berjumlah 4 orang sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Berdasarkan perolehan skor dari keempat mahasiswa yang mempraktikkan keterampilan bertanya dan memberi penguatan, masing-masing memperoleh skor di atas 85%. Hasil penilaian unjuk kerja diukur menggunakan pedoman konversi skor mentah menjadi nilai menggunakan PAP skala lima. Jika dikonversikan dengan tabel konversi tingkat pencapaian dengan skala 5, maka keempat mahasiswa tersebut berada pada rentang 85%-100%. Hal ini berarti keempat mahasiswa tersebut lulus
dalam menguasai keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah pengajaran mikro dengan nilai A. Ini berarti media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan pada penelitian
pengembangan ini terdiri dari tiga hal yakni rancangan pengembangan produk, kualitas produk dan efektivitas produk media video pembelajaran. Adapun pemaparannya sebagai berikut.
Pengembangan media video
pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Sesuai
dengan penerapan model pengembangan ADDIE adapun beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya, (1) tahap analisis (analysis), meliputi menentukan dan memilih jurusan yang dituju, menentukan user atau
pengguna produk, pengetahuan
mengoperasikan media, serta menentukan dan memilih isi/konten, (2) tahap desain (design), meliputi merancang storyboard, naskah video pembelajaran, dan menyusun jadwal pengembangan produk (timeline), (3) tahap pengembangan (development) meliputi pencarian lokasi shooting, setting lokasi,
pemilihan pemain/talent yaitu
presenter/narator, guru model dan siswa model, pengambilan gambar atau shooting di sekolah yang telah dipilih, perekaman suara narator, dan editing video, (4) tahap
implementasi (implemetation), yakni
menerapkan produk yang telah
dikembangkan dengan menayangkan video pembelajaran, dan (5) tahap evaluasi (evaluation), yakni melakukan evaluasi berupa uji validitas produk yang di review oleh para ahli dan uji coba kepada mahasiswa.
Berdasarkan hasil validasi terhadap
media video pembelajaran yang
dikembangkan menurut review para ahli dan uji coba produk, yakni (1) menurut ahli isi mata kuliah produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 93,3%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, dan (3) menurut ahli media pembelajaran produk berada pada kategori baik dengan persentase 86% sehingga perlu dilakukan sedikit revisi berdasarkan masukan, saran dan komentar yang diberikan, (4) hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat persentase 85,3% dengan kategori baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat persentase 90,5% dengan kategori sangat baik, dan (6) hasil uji coba lapangan produk mencapai tingkat 82,55% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil validasi tersebut maka produk yang dikembangkan layak digunakan untuk menunjang proses pembelajaran pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan.
Efektivitas produk pengembangan media video pada pembelajaran di ukur dengan melakukan tahap pra eksperimen dengan menggunakan skor pre-test dan
post-test terhadap 29 orang mahasiswa
semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan Undiksha. Rata-rata nilai
pretest adalah 67,41 dan rata-rata nilai posttest adalah 76,03. Setelah dilakukan
penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 3,21. Kemudian harga
thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel
dengan db = n1 + n2 – 2 = 29 + 29 – 2 = 56. Harga ttabel untuk db 56 dan dengan
taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih
besar daripada harga ttabel sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Dilihat dari
konversi hasil belajar mahasiswa semester VI B Jurusan Teknologi Pendidikan Undiksha, nilai rata-rata posttest
mahasiswa yaitu 76,03 berada pada kualifikasi baik.
Penilaian unjuk kerja dilakukan untuk mengukur ranah psikomotor. Tes unjuk kerja diberikan kepada 4 orang mahasiswa
semester VI B sebagai sampel untuk mempraktikkan keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Berdasarkan perolehan skor dari keempat
mahasiswa yang mempraktikkan
keterampilan bertanya dan memberi penguatan, masing-masing memperoleh skor di atas 85%. Hal ini berarti keempat mahasiswa tersebut lulus dalam menguasai keterampilan dasar mengajar bertanya dan memberi penguatan pada mata kuliah
pengajaran mikro masing-masing
memperoleh nilai A. Ini berarti, media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015.
Saran-saran yang disampaikan bekenaan dengan pengembangan media video pembelajaran ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
Saran pertama kepada mahasiswa, dalam kegiatan pembelajaran baik di kampus maupun di rumah agar benar-benar memanfaatkan penggunaan media video
pembelajaran sehingga dapat
mengoptimalkan pemahaman mahasiswa mengenai materi tentang keterampilan dasar mengajar saat menempuh mata kuliah pengajaran mikro.
Saran kedua kepada dosen, dalam kegiatan pembelajaran dosen disarankan lebih memanfaatkan dan meningkatkan penggunaan media pembelajaran terutama media video pembelajaran pada mata kuliah pengajaran mikro, mengingat fasilitas lingkungan kampus sangat mendukung dalam
menerapkan pembelajaran dengan
berbantuan media.
Saran ketiga kepada peneliti lain, hasil pengembangan media video pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian yang sejenis dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Undiksha Press.
---. 2014. Buku Ajar Metodologi
Penelitian Pendidikan. Malang:
Aditya Media Publishing.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Prenada Media.
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan
Teknik Analisis Data Kuantitatif.
Singaraja: Undiksha.
Mahadewi, Luh Putu Putrini, dkk. 2006.
Media Video Pembelajaran.
Singaraja: UNDIKSHA Press.
Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution, S. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: PT.
SIC.
Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tegeh, I Made. 2005. Sinetron Pendidikan. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri.
Tegeh, I Made & I Made Kirna. 2010.
Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas