• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT KALIMANTAN PRIMA PERSADA JOBSITE TANJUNG ALAM KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT KALIMANTAN PRIMA PERSADA JOBSITE TANJUNG ALAM KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM

TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT KALIMANTAN

PRIMA PERSADA JOBSITE TANJUNG ALAM

KALIMANTAN SELATAN

Oleh : Agus Riyanto NIM. R0007015

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(2)

commit to user

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana Di Plant Workshop Pt. Kalimantan Prima Persadada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan

dengan peneliti :

Agus Riyanto NIM. R0007015

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

14 Juni 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok Live Setyaningsih, SKM.

NIP. 19481105 198111 1 001

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok NIP. 19481105 198111 1 001

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

ABSTRAK

Agus Riyanto, 2010. GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM

TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT. KALIMANTAN PRIMA PERESADA JOBSITE TANJUNG ALAM KALIMANTAN SELATAN.

PROGRAM D. III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

PT. Kalimantan Prima Persada merupakan suatu kontraktor pertambangan batubara dan Jasa penjualan Batu bara dimana kegiatan operasionalnya mempunyai tingkat resiko bahaya yang tinggi yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan sehingga menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan, karyawan maupun lingkungan hidup, inspeksi Terencana merupakan salah satu cara dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk mengidentifikasi semua kondisi fisik yang tidak standar ditempat kerja kemudian memperbaikinya sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa di seluruh tempat kerja pastinya mempunyai potensi bahaya yang beraneka ragam baik itu timbul dari tindakan yang tidak aman maupun kondisi yang tidak standar yang merupakan penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan. Dalam statistik ilmu keselamatan dan kesehatan kerja menyebutkan bahwa kondisi yang tidak standar mempunyai pengaruh 10% terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi persentase yang bisa dibilang kecil tersebut dapat berkembang menjadi besar apabila kondisi yang tidak standar tersebut tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik. Oleh sebab itu kondisi yang tidak standar harus segera diidentifikasi dan dilakukan perbaikan sebelum berkembang menjadi kecelakaan kerja.

Metode penelitian yang penulis pakai adalah deskriptif yang artinya penulis mencoba menggambarkan yang sejelas-jelasnya tentang bentuk pelaksanaan inspeksi umum terencana di departermen Plant workshops PT. Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam dan membandingkannya dengan standar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa di PT. Kalimantan Prima Persada telah melaksanakan inspeksi umum terencana sesuai dengan standar perusahaan khususnya PSMS ( Pama Persada Management System) elemen 3 tentang Inspeksi serta Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. PER. 05/ MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lampiran II bagian 7 tentang standar pemantauan dan pemeriksaan bahaya disebutkan bahwa inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. Saran yang diberikan adalah peningkatan kualitas bukan kuantitas dari pelaksanaan inspeksi serta penilaian dilakukan secara obyektif terhadap kondisi yang sebenarnya.

Kata kunci : Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana Kepustakaan : 12, 1990 - 2005

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadiat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak kelimpahan rahmat, hidayah serta kenikmatan yang tidak terhingga nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan Laporan khusus dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana Di Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan”.

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang sesungguhnya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan magang sampai dengan selesainya laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga telah memberikan semangat dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas berkat, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini.

(6)

commit to user

2. Bapak Prof.Dr. A.A. Subiyanto, dr,MS. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok Selaku Ketua Progam D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Live Setyaningsih, SKM Selaku Dosen Pembimbing II 5. Bapak Missi Koswara Selaku SHE DEPARTEMENT HEAD.

6. Bapak Dede Rusnandar, Bapak Hadi Widodo, Bapak Muhamad Akmal Kurniawan, Ibu Wetty selaku pembimbing penulis di Head Office dan jajaran staff SHE di Head Office Jakarta.

7. Bapak Bagus Kurnia selaku HRD Officer yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di PT. Kalimantan Prima Persada.

8. Bapak Bambang Irianto, Bapak Hartobi, Bapak Saputra Sabrani, selaku jajaran staff SHE Departemen Jobsite Tanjung Alam dan Selaku Pembimbing penulis yang telah memberikan banyak pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga kepada penulis serta sambutan hangatnya yang tidak akan penulis lupakan jasa-jasa mereka.

9. Bapak Muhammad Ali, Bapak Agus Miyatno, Bapak Reza Sukendi , Bapak Said, Bapak Ujang selaku jajaran staff di Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam yang telah rela memberikan kesempatan, waktu, dan pengetahuan mengenai penelitian ini serta bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

10. Kedua Orang Tuaku tercinta, saudara-saudaraku, terima kasih atas kasih sayangnya, doa,semangatnya, serta dukungannya yang tak ternilai harganya. “I Love U all”.

11. Teman-teman Angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan bantuan yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Surakarta, Juni 2010 Penulis,

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Metode Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 30

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

D. Teknik Pengambilan Data ... 31

E. Sumber Data ... 31

F. Pelaksanaan ... 32

G. Analisia Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN ,IMPLIKASI,SARAN ... 61

A. Kesimpulan... 61

B. Implikasi ... 63

C. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN

(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kekritisan Bahaya Menurut PSMS ……... 44

Tabel 2. Tingkat Keparahan Menurut PSMS………... 45

Tabel 3 Tingkat Kekerapan Menurut PSMS…... 46

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Kecelakaan Frank Bird…... 13 Gambar 2. Teori Domino………... 14 Gambar 3. Teori Gunung Es………... 18

(12)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ceklis Inspeksi Terencana Plant Workshop

Lampiran 2. SOP (Standart Operation Prosedur) Inspeksi Terencana Lampiran 3. Lembar kontrol Inspeksi peralatan listrik portable Lampiran 4. Lembar kontrol Inspeksi Safety Harness

Lampiran 5. Lembar kontrol Inspeksi Las listrik Lampiran 6. Lembar kontrol Inspeksi Alat Angkat Lampiran 7. Lembar kontrol Inspeksi tangga portable Lampiran 8. Lembar kontrol Las Oxy – Actytiline

Lampiran 9. Lembar kontrol Inspeksi Tabung Bertekanan Lampiran 10. Lembar Deviasi, Ralat dan Tindak lanjut

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Semenjak revolusi industri di Eropa tahun 1800an, perkembangan industialisasi saat ini begitu pesat dan merupakan syarat mutlak dalam pembangunan di setiap negara. Perkembangan industri saat ini selalu diikuti dengan perkembangan teknologi yang kian hari kian berkembang. Pergeseran teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin sudah cukup dirasakan dampak positifnya yaitu kemudahan-kemudahannya dalam upaya pencapaian produktifitas yang setinggi-tingginya akan tetapi apabila dalam penggunaan tekhnologi tersebut tidak memperhatikan aspek keselamatan kerja maka yang sering terjadi adalah dampak buruk yang mengakibatkan kerugian, baik terhadap manusia (cidera atau cacat), kerusakan harta benda, atau terganggunya proses produksi didalam kelangsungan operasional perusahaan.

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering disebut K3 menjadi solusi mutlak untuk melindungi aset-aset perusahaan yang sangat berharga dalam kelangsungan dan kesinambungan proses produksi. Dimana sudah kita ketahui banyak sekali usaha yang terpuruk karena ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya manusia termasuk didalamnya melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja dan memberikan kesehatan yang memadai. Selain itu sekarang banyak dari konsumen yang sudah jeli dalam menacari produk yang

(14)

mereka kehendaki termasuk menuntut produk yang ramah lingkungan dan yang aman baik material maupun proses produksinya.

Penggunaan teknologi maju dan mutakhir juga diterapkan dalam industri pertambangan yang dalam pelaksanaan proses produksinya mengunakan alat-alat berat dan bahan-bahan berbahaya yang mempunyai tingkat resiko bahaya tinggi yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak dikelola dengan baik.

Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cidera terhadap manusia dan kerugian pada harta benda. (Frank E Bird,1990).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja ( Suma’mur, 1996).

Jika dilihat dari pengertian diatas akibat yang ditimbulkan karena kecelakaan adalah kerusakan, kekacauan organisasi, kesedihan, keluhan, dan cedera serta kematian. Bila dihitung-hitung biaya yang ditimbulkan akibat dari kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung sangatlah besar sehingga bila diperhitungkan secara rasional ini merupakan kehilangan yang berjumlah besar (Suma’mur,1996).

Dilihat dari kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja maka perlu diadakan pencegahan serta pengendalian karena sudah kita ketahui bersama bahwa kecelakaan terjadi pasti ada sebabnya, kondisi yang tidak standar adalah potensi bahaya yang dapat menjadi penyebab langsung terjadinya kecelakaan atau insiden. Pada dasarnya bahaya memang tidak dapat dihilangkan akan tetapi dapat

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

diminimalisir dan dikendalikan. Oleh karena itu kondisi yang tidak standar harus diidentifikasi sedini mungkin dan segera diadakan tindakan perbaikan sebelum berkembang menjadi kecelakaan kerja. Salah satu cara pencegahan kecelakaan kerja dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah dengan mengadakan “inspeksi umum terencana”.

Inspeksi umum terencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mengetahui adanya penyebab kecelakan secara mendetail di tempat kerja. Menurut Permenaker No. Per 05\MEN\1996 Lampiran II Elemen 7 tentang Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan “bahwa inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilakukan secara teratur”. Pelaksanaan Inspeksi terencana disini tidak ditujukan untuk mencari kesalahan, tetapi lebih ditujukan untuk meyakinkan apakah semua kondisi di tempat kerja serta tata cara kerja dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada serta norma-norma keselamatan dan kesehatan yang telah ditetapkan.

PT. Kalimantan prima persada merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara. Didalam proses produksinya perusahaan menggunakan peralatan- peralatan yang berkapasitas besar, baik berupa alat-alat berat maupun peralatan pengangkutnya yang menggunakan unit dengan kapasitas yang besar pula. Hal itu dikarenakan proses operasional penambangan berhubungan langsung dengan alam dan menuntut hasil produksi setinggi-tingginya. Dalam kaitannya tersebut unit-unit yang digunakan dalam kegiatan produksi selalu dilakukan perawatan ataupun perbaikan untuk

(16)

menunjang kerlangsungan proses produksi serta meminimalisir terjadinya kegagalan yang tidak direncanakan.

Di Departemen Plant Workshop merupakan departemen yang bertugas melakukan perbaikan unit-unit khusus produksi yang mengalami kerusakan atau yang sering disebut dengan istilah breakdown. Di departemen ini juga mempunyai andil yang besar dalam pencapaian produktifitas perusahaan. Dikarenakan semakin cepat perbaikan atas unit-unit yang rusak maka kelangsungan produksi juga akan lancar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant Workshop PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan ?

2. Seberapa jauh tingkat kesesuaian pelaksanaan inspeksi umum terencana di

Plant Workshop dengan standar perusahaan serta perundang-undangan yang

ada ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant

Workshops PT. Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam Kalimantan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesesuaian pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant Workshops dengan standar perusahaan serta perundang-undangan yang ada.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan inspeksi umum terencana di tempat kerja.

b. Berhadapan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan beserta kompleksitasnya bukan hanya sebatas teori yang di ajarkan di bangku kuliah

c. Menggunakan keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat dan dipelajari di bangku kuliah pada khususnya untuk merumuskan konsep, menganalisis permasalahan dan merumuskan kemungkinan solusi terhadap permasalahan tersebut

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan evaluasi mengenai pelaksanaan inspeksi terencana di perusahaan serta sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas Inspeksi umum terencana di PT. Kalimantan Prima Persada.

(18)

3. Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya masalah inspeksi di tempat kerja.

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja

Menurut Undang - undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam pasal 1 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya, sedangkan yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

2. Potensi Bahaya a. Pengertian Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah fakor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan, bahaya tersebut potensial jika fakor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan ( Suma`mur, 1996)

b. Macam Sumber Bahaya

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Kejadian tersebut tidak begitu saja tanpa ada penyebabnya. Sebagaimana diterangkan dalam Undang - undang No. 1 tahun 1970 bahwa ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan

(20)

tenaga kerja. Adapun sumber dari kejadian yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

1) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta dioperasikan oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi standar yang ditentukan.

Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-bagiannya. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi penyebab bahaya. Peralatan yang haruslah digunakan semestinya serta dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat menimbulkan macam-macam bahaya seperti: Kebakaran, Sengatan Listrik, Ledakan, Luka-Luka dan Cedera.

2) Material

Tiap - tiap material mempunyai bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahaya, antara lain :

a) Mudah terbakar b) Menimbulkan energi

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c) Mudah meledak

d) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan e) Menyebabkan kanker

f) Menyebabkan kelainan pada janin

g) Bersifat racun dan radioaktif (Syukri Sahab, 1997) 3) Proses

Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang berbahaya dan ada pula proses yang kurang berbahaya. Bahaya yang sering ditimbulkan dalam proses produksi antara lain: Debu, Asap, Panas, Bising, dan Mekanis seperti terjepit, terpotong, tergores, serta tertimpa material.

4) Manusia dan Cara kerja

Termasuk pekerja dan manajemen, penyebab utama kecelakaan sebagian besar yang terjadi terletak pada karyawan, yang meliputi :

a) Karyawan yang kurang bergairah. b) Kurang terampil.

c) Sedang terganggu emosinya. (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995)

Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja, orang lain, dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang sering terjadi antara lain mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cedera, dan yang paling sering adalah cedera pada tulang punggung (Syukri Sahab, 1997)

(22)

5) Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah :

a) Faktor Fisik : Bahaya ini timbul dari keadaan fisik di lingkungan kerja. meliputi: Penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b) Faktor Kimia : Bahaya ini bisa berasal dari bahan yang digunakan atau hasil produksi, yang meliputi : Gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan benda padat. c) Faktor Biologi : Bahaya ini bisa berasal dari golongan hewan dan tumbuhan.

Misalnya : virus, jamur, serta parasit.

d) Faktor Fisiologi : Bahaya ini berasal dari ketidaksesuaian antara konstruksi mesin dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat menimbulkan beban kerja tambahan. Misalnya : posisi kerja yang tidak sesuai, konstruksi mesin yang tidak ergonomi.

e) Faktor Mental Psikologis : Bahaya yang berasal dari psikologis tenaga kerja yang meliputi suasana kerja, pekerjaan yang monoton, ketidaksesuaian hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan bawahan.( Suma’mur, 1996)

3. Insiden/ Kecelakaan 1) Kecelakaan kerja

Kecelakaan ( Insiden ) adalah semua kejadian yang tidak diinginkan yang berpotensi menimbulkan kerugian ( harta maupun benda ) baik dalam derajat

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

apapun. Dalam hal ini kejadian yang nyaris celaka dan yang sudah menimbulkan kerugian dapat disebut juga sebagai insiden.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga disini , oleh karena tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan disini dikarenakan kecelakaan itu disertai kerugian material atau penderitaan korban kecelakaan ( Suma’mur,1996).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan itu terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi juga kecelakaan tenaga kerja pada saat perjalanan.

Pada dasarnya semua yang dapat kita kenali dengan panca indra adalah bahaya. Apabila dua bahaya atau lebih bertemu bisa menimbulkan suatu peristiwa yang disebut kecelakaan. Maka bahaya yang terisolasi dengan baik tidak akan berkembang menjadi kecelakaan, akan tetapi tidak mungkin kita mengisolasi bahaya secara keseluruhan karena dengan definisinya semua yang bisa di tangkap dengan panca indra adalah bahaya( PSMS, 1996).

Kecelakaan mempunyai ciri-ciri :

a) Merupakan kejadian yang tidak diinginkan

b) Mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda atau terganggunya proses.

(24)

Dari definisi di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa kecelakaan adalah kejadinan yang tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian kepada manusia maupun peralatan atau harta benda.

Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga kerja pada saat melaksanakan pekerjaan ditempat kerja maupun pada saat menuju atau meninggalkan tempat kerja

2) Kecelakaan Tambang

Suatu kecelakaan dapat dikategorikan sebagai kecelakaan tambang apabila memenuhi 5 unsur seperti yang tercantum dalam pasal 39 Kepmentamben No. 555K/MPE/1995 yaitu :

a) Kecelakaan tersebut benar-benar terjadi.

b) Mengakibatkan cedera pada pekerja tambang atau orang lain yang diberi ijin oleh kepala teknik untuk memasuki tambang.

c) Akibat usaha-usaha pertambangan. d) Terjadi pada saat jam kerja.

e) Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha penambangan atau wilayah proyek. Sedangkan penggolongan cidera akibat kecelakaan tambang berdasarkan pasal 40 Kepmentamben No.555 K/MPE/1995 adalah :

a) Cidera ringan yaitu : cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari satu hari dan kurang dari tiga minggu termasuk hari minggu dan hari libur.

b) Cidera berat yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari tiga

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

minggu termasuk hari minggu dan hari libur, menyebabkan cacat tetap, tidak mampu melakukan tugas semula, mengalami cidera seperti :

(1) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas paha atau kaki.

(2) Pendarahan dalam, pingsan karena kekurangan oksigen.

(3) Luka berat atau luka terbuka yang mengakibatkan ketidakmampuan kerja tetap (4) Mati atau meninggal dunia : kecelakaan yang menyebabkan pekerja mati

dalam waktu 1x 24 jam terhitung terjadinya kecelakan

Dalam safety manajemen, kata kecelakaan sebaiknya tidak digunakan karena lebih merujuk pada sesuatu yang reaktif, sementara insiden bersifat proaktif. Terlepas dari itu maka manajemen akan menyadari bahwa kecelakaan dapat dicegah, sedangkan kata accident akhirnya lebih merujuk pada sesuatu yang tidak disengaja atau nasib. Padahal kecelakaan di tempat kerja semuanya bisa dicegah dengan menghindari bertemunya sub standar action dan sub standart

condition. Sub standar berarti merujuk pada suatu standar tertentu. Unsafe lebih

bersifat kualitatif dan kira-kira, dengan menyebutkan sub standart, maka akan melihat kesalahan dari sistem, bukan kesalahan pada seseorang.

Menurut Teori Frank Bird, 1990

Gambar 1. Piramida kecelakaan Frank Bird 1

10 30 600

(26)

commit to user

Piramida kecelakaan dari Frank Bird menyatakan kecelakaan diibaratkan dengan angka 1 : 10 : 30 : 600 yang berarti bahwa, jika terjadi kecelakaan dan insiden sebanyak 641 kasus, maka :

1 Kasus adalah cidera serius, cacat tetap bahkan meninggal dunia. 10 Kasus cedera ringan.

30 Kasus adalah kerusakan harta benda ( Property damage ) 600 Kasus insiden nyaris celaka.

Kecelakan yang terjadi mempunyai urutan-urutan tertentu. Teori urutan ini sering dikenal sebagai teori domino. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kecelakaan terjadi karena ada faktor pendukung sebelumnya. faktor dalam urutan kecelakaan tersebut meliputi :

Gambar 2 : Urutan Teori Domino ( Frank Bird, 1990) Adapun penyebab dari kecelakaan antara lain :

1) Kurangnya Kontrol Pimpinan

Bila penyebab kecelakaan dicari sampai penyebab dasarnya maka akan menuju pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actualing dan

Lack Of Control Inadequate Program Inadequate Program Standat Inadequate to standat Basic Causes Personal Factor Job Factor Immediate Causes Substandar t Practise Substandar t Practise Accident Contact With Energy or Subtance Loss Contact With Energy or Subtance

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

manajemen yang sangat penting. Tanpa adanya control, rangkaian kecelakaan akan dimulai dan akan memicu faktor penyebab berikutnya yang mengakibatkan kerugian. Tanpa pengendalian yang kuat penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan memulai dan memicu berelanjutan factor penyebab kecelakaan. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan oleh fakor :

a) Kurangnya program

b) Kurangnya standar pada perusahaan

c) Kurangnya pengetahuan terhadap standar program 2) Penyebab Dasar

Sebab dasar dianggap sebagai akar permasalahan, penyebab riil, penyebab tidak langsung dan penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang standar. Sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Faktor manusia ( Personal Faktor)

(1) Kurangnya kemampuan fisik dan mental. (2) Kurangnya pengetahuan

(3) Kurangnya ketrampilan (4) Stres fisik dan mental (5) Kurangnya motivasi b) Faktor Pekerjaan

(1) Kepemimpinan dan pengawasan kurang tepat. (2) Enginering kurang memadai.

(3) Maintenance kurang memadai.

(28)

(5) Standar kurang memadai (6) Pembelian Kurang memadai (7)Penyalahgunaan wewenang.

3) Penyebab langsung

Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung menyebabkan kontak. Penyebab langsung itu berupa :

a) Tindakan tidak aman

yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan, meliputi :

(1) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.

(2) Menjalankan mesin / peralatan yang melebihi kecepatan. (3) Membuat alat tidak berfungsi.

(4) Melepas alat pengaman. (5) Menggunakan peralatan rusak (6) Tidak memakai APD.

(7) Muatan yang berlebihan.

(8) Mengunakan peralatan secara tidak layak. (9) Pengangkatan yang tidak layak.

(10) Posisi kerja yang salah. (11) Bersendau Gurau.

(12) Berada dalam pengaruh obat-obatan atau alkohol. b) Kondisi Tidak Aman

Yaitu Suatu kondisi yang diluar standar yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan, meliputi :

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(1) Pelindung atau pembatas tidak aman. (2) Alat pelindung diri tidak layak (3) Peralatan, mesin, material rusak. (4) Sistem peringatan tidak berfungsi. (5) Kebersihan, tata ruang kerja tidak layak.

(6) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap atau uap melebihi NAB. (7) Bising.

(8) Paparan Radiasi.

(9) Temperatur yang terlalu tinggi atau rendah. (10) Penerangan yang kurang atau berlebihan. (11) Ventilasi yang kurang.

4. Kerugian (Loss)

Jika terjadi suatu kecelakaan maka akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta benda yang akan mempengaruhi kualitas dan produksi sebagaimana pengaruhnya tehadap keselamatan, kesehatan dan keamanan.

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu : a. Kecelakaan

b. Kekacauan organisasi. c. Keluhan dan kesedihan. d. Kelainan dan kecatatan. e. Kematian.

Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada pemukaan laut, sedang

(30)

biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada di bawah permukaan laut yang jauh lebih besar.

Gambar 3. Teori Gunung Es

Gambar 3. Teori Gunung Es

Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1) Biaya Langsung meliputi : a) Perawatan dokter

b) Biaya Kompensasi

2) Biaya tidak langsung meliputi :

a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi : (1) Kerusakan bangunan

Biaya langsung

$ 1

Ø Perawatan dokter

Ø Biaya kompensasi atau ganti rugi

Biaya tidak langsung (biaya yang tidak terasumsi)

$ 5 to $ 50

Ø Kerusakan bangunan Ø Kerusakan perawata Ø Kerusakan hasil produksi

Ø Gangguan dan keterlambatan produksi Ø Biaya untuk pemenuhan aturan Ø Biaya peralatan untuk keadaan darurat Ø Biaya sewa peralatan

Ø Waktu untuk penyelidikan

Biaya lain (biaya tidak langsung)

$ 1 to $ 3

Ø Gaji selama tidak bekerja Ø Biaya penggantian/pelatihan Ø Overtime

Ø Waktu untuk investigasi

Ø Pemenuhan hasil kerja yang celaka sewaktu bekerja, menurunya bisnis

$

1

$

5

HINGGA

50

BIAYA DALAM PEMBUKUAN: KERUSAKAN PROPERTI

(BIAYA YANG TAK DIASURANSIKAN)

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(3) Kerusakan hasil produksi dan material (4) Gangguan dan keterlambatan produksi (5) Biaya untuk pemenuhan aturan

(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat. (7) Biaya sewa peralatan

(8) Waktu untuk penyelidikan b) Biaya-biaya lain terdiri dari :

(1) Gaji selama tidak bekerja (2) Biaya pergantian serta pelatihan. (3) Lembur.

(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.

(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja 5. Pencegahan Kecelakaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian kecelakaan adalah :

a. Prinsip pengendalian kecelakaan

1) Menanamkan dan memelihara minat terhadap upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Mendapatkan fakta tentang kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada.

b. Langkah pengendalian kecelakaan

1) Personil : penyesuaian, disiplin organisasi keselamatan dan kesehatan kerja struktural , fungsional dan tenaga.

2) Monitoring, melalui inspeksi, investigasi, survey statistik dan pengukuran.

(32)

3) Analisa penyebab, tipe kecelakaan, keseringan, lokasi pekerjaan dan alat-alat.

c. Pemilihan upaya pengendalian 1) Persuasi dan motivasi.

2) Enginering : Teknis dan teknologi.

3) Penerapan pegendalian melalui : Supervisi, pelatihan dan teknologi (Alkon,1998).

Menurut Suma`mur (1996) kecelakaan dapat dicegah dengan berbagai cara antara lain :

1) Peraturan Perudangan yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja.

2) Standarisasi yaitu penerapan standar-standar resmi

3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang- undangan yang diwajibkan.

4) Penelitian teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya 5) Riset medis yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,

patologis, faktor lingkungan, teknologi dan keadaan-keadaan fisik yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang mengakibatkan kecelakaan.

7) Penelitian statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. 8) Pendidikan yaitu menyangkut pendidikan keselamatan teknik.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kerja baru.

10) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menumbuhkan kesadaran akan keselamatan kerja.

11) Asuransi yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

5. Sistem Pelaksanaan Inspeksi Terencana a. Difinisi

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman (unsafe condition and Unsafe action) dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut menyebabkan kecelakaan.

Inspeksi umum terencana adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terstruktur yang ditujukan untuk memastikan keadaan fisik, housekeeping, penumpukan, penyimpanan pada kondisi yang baik serta pemenuhan pada standar-standar perusahaan dipertahankan secara kontinyu. (PSMS)

Dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja ternyata inspeksi keselamatan kerja merupakan salah satu cara yang mendasar dan efektif untuk mendeteksi dini serta mengidentifikasi adanya potensi sumber bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian melalui suatu proses (Sucofindo,1997).

(34)

b. Maksud dan Tujuan

Pada dasarnya pelaksanaan inspeksi terencana tidak untuk mencari fakta dengan tekanan untuk mengkritik, akan tetapi yang harus ditekankan adalah pencarian fakta untuk menemukan seluruh potensi - potensi bahaya yang ada pada tempat kerja dan memperbaikinya sehingga dapat mencegah timbulnya kecelakaan sehingga tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai. Adapun tujuan inspeksi adalah sebagai berikut :

1) Tujuan umum

a) Mengidentifikasi masalah yang potensial. b) Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.

c) Mengidentifikasi Safety Performance bagian tersebut. d) Mengidentifikasi akibat dari perubahan

e) Mengidentifikasi tindakan perbaikan yang ada f) Memberikan penilaian sendiri terhadap manajemen. g) Mendemostrasikan kesungguhan atau tekad manajemen

2) Tujuan khusus

a) Memeriksa hasil kerja secara terencana

b) Menilai kembali dan mengembangkan norma-norma keselamatan c) Membangkitkan minat terhadap keselamatan kerja.

d) Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi dan tindakan tidak aman.

e) Menumbuhkan dan mengkaji partisipasi supervisor terhadap keselamatan kerja.

f) Menilai dan menggairahkan kembali program keselamatan kerja yang belum berjalan dengan baik. (Sucofindo,1997)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c. Macam macam inspeksi

Pada umumnya inspeksi keselamatan kerja ada dua macam yaitu : 1) Inspeksi Informal (Inspeksi yang tidak terencana)

Disebut juga inspeksi intermittent, maksudnya inspeksi ini dilaksanakan sewaktu-waktu dalam aktifitas operasional sehari-hari di tempat kerja. Sasarannya adalah memastikan bahwa semua pekerjaan berjalan sesuai prosedur yang ada. Inspeksi ini membutuhkan usaha yang seksama untuk melihat potensi yang menimbulkan bahaya. Contoh : Inspeksi Mendadak

2) Inspeksi Formal ( inspeksi terencana)

Disebut juga inspeksi periodik, dilakukan secara terencana baik tempat, waktu, serta pelaksana inspeksi tersebut. Inspeksi ini juga di bagi 4 bagian yaitu : a) Inspeksi Umum Terencana

adalah inspeksi secara menyeluruh yang mencakup aspek keselamatan kerja dan ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi fisik, housekeeping, penumpukan, penyimpanan yang baik serta pemenuhan pada standar perusahaan dipertahankan secara berkelanjutan.

b) Inspeksi Bagian- Bagian Kritikal

Bagaian kritikal disini adalah bagian yang apabila bagian atau barang ini tidak dapat digunakan akan menjadi masalah utama dalam kelangsungan proses operasional perusahaaan. Inspeksi ini ditujukan untuk memastikan bahwa semua barang/ bagian kritikal di tempat kerja diinspeksi secara

reguler agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir. c) Inspeksi Pemeriksaan Sebelum Operasi (P2H)

Inspeksi yang dilakukan pada saat sebelum menggunakan peralatan atau kendaraan. Pelaksanaan inspeksi ini dilakukan oleh karyawan yang akan

(36)

commit to user

menggunakan peralatan atau kendaran tersebut. ditujukan untuk memastikan bahwa semua peralatan atau kendaraan diinspeksi secara rutin agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

d) Inspeksi Perawatan Terencana

Inspeksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua barang atau aset perusahaan dirawat secara baik sehingga dapat digunakan secara aman dan menghindari kemungkinan kegagalan yang tidak direncanakan (PT. Pamapersada Nusantara, 2002)

d. Pelaksana Inspeksi

Dalam melakukan inspeksi dibutuhkan pelaksana yang benar-benar memahami kebijakan dan norma keselamatan kerja. Selain itu juga harus menguasai perundang-undangan dan perauran-peraturan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun standar-standar lainnya (Alkon,1998).

Inspektor/ pelaksana inspeksi dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Intern perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkompeten seperti supervisor, kepala bagian, serta yang spesialis dibidangnya seperti teknisi/ ahli yang terbaik seperti unsur karyawan dari level terendah sampai top manajemen.

2) Eksternal perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh pegawai pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga. (Alkon,1997).

e. Waktu Pelaksanaan Inspeksi

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Mengikuti perubahan atau metode sesuai tempat kerja. 3) Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan.

4) Mengikuti petunjuk seorang ahli.

5) Mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya.

Namun sering dilakukan dalam daerah beresiko tinggi (Alkon,1997) f. Lokasi Inspeksi

Inspeksi dilakukan dalam situasi apapun dan dimanapun di seluruh tempat kerja yang ada di wilayah perusahaan.

g. Pedoman Pelaksanaan Inspeksi

Pelaksanaan inspeksi dilakukan ditempat kerja melalui tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Persiapan

a) Pemeriksaan jadwal dan team inspeksi. b) Analisa kecelakaan yang ada.

c) Analisa laporan inspeksi yang lalu. d) Buat daftar periksa inspeksi

e) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi. f) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja. g) Perencanaan jalur jalan inspeksi.

h) Anggaran waktu yang cukup. i) Siapkan alat pelindung diri.

2) Tahap Pelaksanaan a) Pendahuluan :

(38)

Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tujuan inspeksi yang diharapkan dan rencana pelaksanaan inspeksi. (2) Tunjukan daftar periksa yang akan digunakan.

(3) Minta saran-saran yang membantu pelaksanaan inspeksi berjalan dengan efektif dan efisien.

(4) Minta pendamping bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut inspeksi b) Peta Inspeksi :

Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah direncanakan. c) Pengamatan :

Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran terhadap peraturan.

d) Observasi :

Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mecocokkan dengan syarat K3.

e) Penelitian :

Penelitian untuk memperoleh data-data atau cross check data. f) Koreksi :

Lakukan tindakan koreksi segera bila menemukan kondisi atau tindakan yang berbahaya.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

g) Catat :

Buat catatan tentang hasil inspeksi baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian kondisi dan tindakan terhadap standar yang telah ditentukan. Catatan harus jelas, singkat, mudah dipahami.

3) Tahap Pelaporan

Dari hasil inspeksi tersebut laporkan kepada bagian yang bersangkutan dan data-data hasil inspeksi harus tunjukan. Adapun bentuk dari laporan sebagai berikut :

a) Pendahuluan b) Permasalahan c) Uraian/ Analisa

d) Kompromi diterima/ diakui permasalahan.

e) Kompromi tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan

f) Target tanggal selesai pelaksanaan perbaikan. (Sucofindo, 1997) h. Usaha Perbaikan Sebagai Tindak lanjut

Dari hasil inspeksi diperoleh data tentang potensi bahaya yang terdapat pada tempat kerja. Rekomendasi dari laporan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan menjadi prioritas dalam rencana kerja. Untuk memudahkan penindak lanjutan hal tersebut, rekomendasi dapat dikelompokkan menurut : daerah bahaya yang ditemukan, penanggung jawab perbaikan.

Kemudian rekomendasi itu perlu dikirimkan kepada yang berwewenag untuk pelaksanaan perbaikan. Untuk pelaksanaannya menggunakan form yang

(40)

standar dari perusahaan, penerima form rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya pada waktu yang ditentukan dalam prosedur.

Rekomendasi dapat bersifat enginerring, supervisi, training sampai relokasi maupun maintenance (Alkon,1997). Pada waktu tertentu supervisor harus melaporkan perkembangan dari pelaksanaan rekomendasi kepada SHE

Departerment, sebaliknya pihak SHE Departerment harus memeriksa secara

berkala perkembangan pelaksanaan rekomendasi sesuai dengan syarat yang dimaksud. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberikan indikasi adanya ketidakmulusan komunikasi manajemen dalam pelaksanaan program

i. Peraturan Perundang-undangan

1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja 2) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketentuan-ketentuan

pokok mengenai ketenaga kerjaan.

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keseamatan dan Kesehatan Kerja

4) Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/MPE/1995 tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja khusus di sektor tambang.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 29 B. Kerangka Pemikiran Sumber Bahaya : 1. Manusia 2. Peralatan 3. Material 4. Lingkungan

Faktor dan Potensi Bahaya

1. Unsafe Action 2. Unsafe Condition Pencegahan Kecelakaan 1.Peraturan perundangan 2.Standarisasi 3.Pengawasan 4.Pendidikan 5.Riset 6.Asuransi 7.Inspeksi

Terkontrol Tidak Terkontrol

Resiko Kecelakaan Turun Insiden/ Accident Kerugian 1. Langsung 2. Tidak Langsung Zero Acident

(42)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dimana penulis berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang obyek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan ini.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Departemen Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Desa Sei Lurus, Kecamatan Sambung Makmur, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

C. Objek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah kondisi fisik, housekeeping, penumpukan, serta pemenuhan pada standar perusahaan di Departemen Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

D. Sumber Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

1.Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan, wawancara serta diskusi dengan karyawan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Adalah data sekunder didapatkan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen milik perusahaan dan juga literatur yang berhubungan dengan inspeksi umum terencana.

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan ikut serta dalam kegiatan inspeksi umum terencana di lapangan.

2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan inspeksi umum terencana.

(44)

3. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

F.Pelaksanaan

Pelaksanaan magang dilakukan dalam waktu dua bulan mulai bulan April sampai dengan bulan Mei, magang dilaksanakan di PT. Kalimantan Prima Pesada

Job Site Tanjung Alam Kalimantan Selatan.

G. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif yaitu gambaran mengenai pelaksanaaan inspeksi umum terencana di Plant Workshops kemudian dari hasil pengamatan akan dibandingkan dengan peraturan-peraturan pemerintah dan juga standar dari perusahaan mengenai pelaksanaan inspeksi umum terencana.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(46)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

PT. Kalimantan Prima Persada menyadari bahwa keselamatan dan kesehatan kerja serta pengolahan lingkungan hidup adalah salah satu landasan utama dalam kegiatan operasinya. Dalam rangka mendukung hal tersebut maka PT. Kalimantan Prima Persada melakukan program-program keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya dengan melaksanakan inspeksi umum terencana agar kondisi bahaya di seluruh wilayah perusahaan dapat diidentifikasi & diperbaiki sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya insiden, kerusakan, dan kerugian berkaitan dengan kegiatan operasional di perusahaan.

Inspeksi umum terencana merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terstruktur ditujukan terhadap kondisi fisik tertentu pada kontruksi bangunan, alat peralatan kerja, alat pencegah bahaya, bahan, dan material serta keadaan lingkungan. Dalam kegiatan ini juga merupakan suatu cara monitoring dari perusahaan terhadap potensi-potensi bahaya serta memberi kontribusi yang besar dalam kelangsungan pelaksanaan keselamatan kerja di tempat kerja.

Pelaksanaan inspeksi umum terencana di PT. Kalimantan Prima Persada diatur dalam PSMS (Pama Safety Management Sistem) pada elemen SHE/03.01/STD dengan ruang lingkup seluruh departemen yang ada di Perusahaan. Sesuai standar yang ada dalam elemen 03.1 tersebut dijelaskan bahwa

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

setiap jobsite harus mempunyai standar yang rinci mengenai sistem pelaksanaan inspeksi umum terencana.

Sejalan dengan hal tersebut di Departemen Plant Workshops juga melaksanakan program inspeksi umum terencana yang telah diatur didalam Pama

Safety Management System elemen 03.1 yang meliputi tentang :

1. Pelaksana Inspeksi Umum Terencana

Pelaksana inspeksi umum terencana di Plant Workshop dilakukan oleh seorang Group Leader yang juga dibantu oleh wakil K3LH dimasing-masing wilayah kerja mereka sesuai dengan daftar lokasi dan penanggung jawabnya. Penunjukan penanggung jawab sesuai dengan yang disepakati bersama. Jangka waktu pelaksanaan inspeksi terencana minimal 1x dalam satu bulan.

2. Objek Inspeksi

Objek inspeksi umum terencana ini sesuai dengan wilayah kerja pelaksana inspeksi masing- masing sesuai dengan daftar lokasi dan penanggung jawabnya. Objek yang harus diperhatikan berdasarkan pada ceklis inspeksi di Workshop antara lain: kondisi fisik tertentu di seluruh area kerja, penyimpanan dan penumpukan barang, kondisi jalan yang digunakan lalu lalang karyawan, kondisi daerah basah di tempat kerja (kondisi fisik toilet, kamar ganti serta disinfeksi), Kondisi peralatan kerja, peralatan pencegahan kecelakaan, peralatan pertolongan pertama, serta pengecekan pelaksanaan prosedur yang disini lebih ditekankan pada behaviour (Tingkah laku) kepatuhan karyawan melaksanakan prosedur.

(48)

3. Mekanisme Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana

Pada pelaksanaan inspeksi umum terencana ini Kepala Departemen Plant menentukan dan menyusun suatu daftar lokasi, pelaksana serta waktu pelaksanaan inspeksi umum terencana tersebut yang tentunya memuat seluruh areal kerja berdasarkan wilayah kerjanya masing-masing pelaksana inspeksi yang disini dilakukan oleh pengawas lini depan yaitu seorang Group Leader. Setiap pelaksanaan inspeksi seorang pelaksana inspeksi wajib menggunakan ceklis yang sudah tersedia dan melengkapinya sesuai petunjuk pengisian ceklis sehingga mempermudah pelaksanaan inspeksi.

Pada dasarnya kegiatan inspeksi terencana di Plant Workshops merupakan suatu rangkaian kegiatan yang utuh, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Persiapan:

Pada tahap ini sebelum melakukan inspeksi umum terencana pelaksana inspeksi awal yang disini dilakukan oleh seorang Group Leader melakukan persiapan dengan melengkapi dirinya dengan sejumlah peralatan-peralatan diantaranya :

1) Peralatan Administrasi meliputi :

a) Ceklis inspeksi yang berisikan tentang tempat- tempat yang akan dilaksanakan inspeksi umum terencana, ceklis ini berupa Form yang berisikan poin maksimal yang merupakan ketentuan yang sudah tertera pada PSMS elemen 03.1 serta poin actual yang merupakan poin hasil inspeksi yang ditentukan oleh pelaksana inspeksi.

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

b) Lembar Deviasi atau penyimpangan yang merupakan hasil temuan-temuan kondisi yang tidak standar yang diisi oleh pelaksana inspeksi. Serta tindakan korekif yang harus dilaksanakan serta penangung jawabnya.

2) Peralatan Pelindung Diri :

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana khususnya di Plant

Workshops mempunyai kebijakan bahwasanya semua orang yang masuk di

wilayah kerja Plant Workshops diharuskan mengunakan alat pelindung diri berupa Topi Pengaman (Safety helmet), Kacamata pelindung (Googles), Rompi pantul, Sepatu Safety (Safety shoes) begitu pula dengan pelaksana inspeksi umum terencana.

b. Pengamatan :

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana pelaksana inspeksi melakukan pengamatan secara langsung dengan berjalan berkeliling pada areal workshops wara, pengamatan ditujukan terhadap kondisi fisik pada benda-benda, peralatan, bahan-bahan yang digunakan untuk produksi, serta lingkungan kerja yang dinilai mempunyai potensi resiko bahaya yang dapat berkembang menjadi suatu kecelakaan di wilayah workshops tersebut sesuai dengan item-item objek inspeksi yang ada pada ceklis inspeksi yang sudah disediakan yang meliputi :

1) Kondisi Fisik di seluruh area kerja:

a) Kondisi housekeeping : Rak, meja, kursi, furnitur kantor, cabinet dengan standar kondisi belum rusak, bersih, rapi dan jelas identitasnya.

b) Kebersihan umum : kebersihan dengan standar bersih dari sampah, debu dan oli.

(50)

c) Kondisi lantai, atap, dinding, jendela, pintu, ventilasi, lampu penerangan, sambungan kawat pertanahan dengan standar permukaan yang utuh.

d) Kondisi jalan yang digunakan lalu lalang karyawan yang meliputi : Daerah jalan atau daerah bekerja, jalur evakuasi keadaan darurat, kondisi parkir yang mencukupi (Parkir Mundur).

e) Tempat sampah dengan standar isi sesuai (tidak tercampur sampah B3,

organik, dan anorganik) dan tidak penuh.

f) Kode warna dan rambu-rambu tanda letaknya sesuai dan terlihat jelas. 2) Mesin- mesin :

a) Kondisi dengan standar komponen masih lengkap, masih layak digunakan, bersih dari debu dan oli.

b) Label peringatan dengan standar sesuai kondisi termasuk penanggung jawabnya ( Lock Out dan Danger tag)

c) Safety Device dengan standar berfungsi normal.

d) Pedoman bekerja dengan standar manual masing-masing mesin.

3) Penyimpanan dan penumpukan barang yang meliputi kondisi penyimpanan perkakas kerja, penyimpanan silinder gas, penyimpanan dan pengendalian bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar dengan standar tersusun sesuai letaknya, bersih dan rapi

4) Kondisi daerah basah di tempat kerja yang meliputi kondisi fisik toilet, kamar ganti serta disinfeksi .

5) Kondisi peralatan kerja serta peralatan pencegahan kecelakaan yang meliputi :

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a) Alat-alat lock out danger tag, kondisi overhead cranes, slings cranes, kondisi dengan standar tidak rusak, serta berfungsi normal.

b) Tabung gas dengan standar penyusunan sesuai tempatnya, dirantai dan box tidak terlalu tinggi.

c) Alat pemadam kebakaran (APAR, Hidran, Alarm sistem) dengan standar letak, jumlah hidran ada 4, peletakanya diluar kantor dan memngelilingi kantor, APAR teletak di dalam kantor dengan jumlah menyesuaikan besar nya kantor dan terdapat juga di setiap ruangan, Alaram sistem berada di dalam kantor dan berfung si secara otomatis ketika terjadi kebakaran.

d) Perkakas tangan, kondisi tabir las dengan standar bersih, rapi, penempatan sesuai pada letaknya

e) Pipa, katup, Alat Pelindung Diri serta peralatan pertolongan pertama, dengan standar tidak rusak, layak digunakan, aman, letak atau penempatan sesuai pada tempatnya.

6) Bahan- bahan berbahaya

a) Kondisi tertutup, tidak bocor, dan tidak tumpah b) Penempatan pada tempat tersendiri.

c) Identitas ada label dan MSDS (Material Safety Data Sheet). 7) Sikap kerja

a) APD ( Alat Pelindung Diri ) digunakan dengan baik.

b) Melakukan semua prosedur dengan benar sesuai yang ditentukan (Pemeriksaan sebelum bekerja, pengecekan daerah basah, pengisolasian atau

(52)

c) Tingkah laku bekerja dengan sungguh-sungguh. c. Perbandingan

Setelah dilakukan pengamatan terhadap kondisi fisik di seluruh wilayahnya masing-masing. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah membandingkan hasil pengamatan tadi dengan kondisi fisik lainnya yang sesuai dengan standar. Dalam proses membandingkan ini dilakukan dengan mencermati beberapa hal sebagai berikut :

1) Catatan serta laporan inspeksi sebelumnya. 2) Catatan terjadinya insiden sebelumnya.

3) Standar penggunaan dan kondisi yang tertera pada manual alat yang didapat pada saat pembelian barang yang diberikan dari pabrik pembuat barang tersebut.

4) Standar yang ada dari perusahaan.

5) Referensi teknik, peraturan-peraturan serta perundang-undangan yang berlaku.

Dari hasil temuan-temuan yang sudah diperbandingkan dengan yang diatas. Maka akan memberikan dua konsekuensi yaitu hasil temuan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan ini tidak menjadikan suatu permasalahan. Serta hasil temuan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan ini merupakan sebuah penyimpangan. Setiap penyimpangan yang ditemui dalam pelaksanaan inspeksi adalah bahaya yang memiliki resiko terjadinya suatu insiden dan temuan- temuan tersebutlah yang harus dikendalikan.

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

d. Pemutusan

Tahap selanjutnya setelah perbandingan dengan kondisi lain adalah pemutusan. Dalam pelaksanaan inspeksi tahap ini merupakan kegiatan dimana pelaksana inspeksi menentukan potensi risiko dari penyimpangan hasil temuan-temuan selama pelaksanaan inspeksi. Pengambilan keputusan dalam inspeksi ini akan menentukan langkah selanjutnya dalam proses inspeksi terencana, setiap temuan yang menyimpang dari standar memiliki potensi risiko tertentu dan diklasifikasikan menurut sifat kekritisannya yaitu

Tabel : Tingkat kekritisan Resiko menurut PSMS/ PSMS Level of Critical Risk

KODE BAHAYA POTENSI RESIKO TINGKAT BAHAYA KEMUNGKINAN AKIBAT TINDAKAN DIPELUKAN

AA 75 < 125 Bahaya Kritikal Kematian atau Kerugian Barang Besar

>US$ 10000

Stop & Perbaiki (Segera)

A 32 < 74 Bahaya Resiko

Tinggi

LTI Serius / Kerugian Barang US$ 5000 to 10000

Perbaiki Dalam12 Jam

B 18 < 31 Bahaya Resiko

Sedang

LTI / Kerugian Barang US$ 1000 to 5000 Perbaiki Dalam 3 Hari

C 2 < 17 Bahaya Resiko

Rendah

Cedera Ringan atau Kerugian Barang Ringan

Perbaiki Jika Dapat

Sumber : PSMS Level of Critical Risk

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana ini untuk menentukan potensi atau kekritisan risiko adalah dengan cara mengalikan antara Severity atau tingkat keparahan, Frekuency atau seberapa sering tingkat bahaya dijumpai, serta

Probability atau kemungkinan bahaya itu berkembang menjadi sebuah insiden.

Adapun spesifik penilaiannya sebagai berikut : a) Saverity atau tingkat keparahan :

Keparahan yang dimaksudkan disini adalah derajat keparahan yang mungkin terjadi jika bahaya tersebut berkembang menjadi insiden yang

(54)

menyebabkan terjadinya cedera, kerusakan atau kerugian. Untuk menentukan seberapa tingkat keparahan terebut manajemen telah membagi kedalam 5 tingkatan yaitu :

Tabel 1 : Tingkat Keparahan

Tingkat Deskripsi Asumsi Rating

I II III IV V Sangat kecil Kecil Menengah Besar Sangat Besar

Cedera ringan atau kerugian harta milik < US$ 100

Hari hilang akibat cedera tanpa terjadi cacat tetap atau kerugian harta milik US$ 100<x<US$ 1,000

Hari hilang akibat cedera dengan terjadinya cacat tetap atau kerugian harta milik US$ 1,000,x,US$ 5,000

Cedera fatal terhadap satu orang atau kerugian harta milik US$ 5000<x<US$10,000

Cedera fatal berganda atau kerugian hak milik > US$10,000.

1 2 3 4 5

b) Frekuency atau Tingkat Kekerapan

Kekerapan yang dimaksud adalah Seberapa sering bahaya tersebut dijumpai sehari-hari secara normal, dan seberapa banyak orang yang mungkin berada dalam atau terkena dampak kondisi bahaya tersebut. Frekuency disini dibagi dalam 5 tingkatan yaitu

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tingkat Deskripsi Asumsi Rating

I II III IV V Sangat Kecil Kecil Menengah Besar Sangat Besar

Sedikit orang, sekali dalam setahun

Beberapa orang, dalam sebulan Beberapa orang, dalam seminggu

Sedikit orang, sekali dalam sehari

Banyak orang, beberapa kali dalam sehari 5 3 2 3 5

c) Probability atau Kemungkinan

Probability yang dimaksud adalah kemungkinan bahaya itu berkembang

menjadi sebuah insiden yang merugikan. Probability dibagi dalam 5 tingkatan yaitu :

Tingkat Diskripsi Asumsi Rating

I II III IV V Sangat kecil Kecil Menengah Besar Sanagat Besar

Tidak terdapat kemungkinan terjadi incident

Kemungkinan dibawah rata-rata Mungkin (Rata-Rata)

Kemungkinan besar terjadi Pasti akan terjadi

1

2 3 4 5

Setelah mendapatkan nilai potensi resiko dari temuan-temuan tersebut maka selanjutnya pelaksana inspeksi menentukan kode bahaya sesuai dengan

(56)

yang dikategorikan dalam tabel tingkat kekritisan resiko di atas. Kode bahaya yang dipilih atas setiap temuan dalam pelaksanaan inspeksi terencana akan memberikan pengaruh pada penentuan tanggal jatuh tempo perbaikan. Semakin tinggi tingkat resiko yang dimiliki suatu temuan, berarti semakin pendek waktu yang disediakan untuk tindakan perbaikan. Jika pada saat inspeksi ditemukan penyimpangan dengan kode bahaya AA maka proses aktifitas atau alat harus dihentikan dan diperbaiki secepat mungkin atau segera disampaikan kepada yang berkompeten untuk dilakukan perbaikan.

e. Penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan

Setelah melakukan penilaian resiko tahap selanjutnya adalah penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan atau yang sering disebut PICA (Problem

Identification and Corective Action). Pada tahap ini pelaksana memindahkan

semua penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan di Plant Workshops kedalam sebuah daftar penyimpangan, tugas ini hanya bersifat administratif akan tetapi sangat menentukan bobot inspeksi yang telah dilaksanakan. Pelaksana inspeksi melengkapi kolom-kolom yang ada pada cheklist sesuai daftar yang telah ditentukan sebagai berikut :

1) Temuan : kolom temuan ini berisikan mengenai hal-hal yang tidak standar/ penyimpangan yang menjadi temuan-temuan pada pelaksanaan inspeksi terencana di Plant Workshops.

2) Tindakan perbaikan : kolom ini berisikan mengenai tindakan perbaikan yang harus dilakukan untuk mengendalikan hasil temuan-temuan yang tidak standar tersebut agar kondisi yang tidak standar tersebut masih dalam batasan yang

(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dapat diterima oleh semua pihak sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat di minimalisir.

3) Person in Change (PIC) : kolom ini berisikan mengenai pelaksana tindakan perbaikan yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang PIC ditunjuk oleh pelaksana inspeksi terencana yang dirasa dapat melakukan tindakan perbaikan dan PIC bertanggung jawab atas pelaksanaan tindakan perbaikan terebut. 4) Tanggal jatuh tempo : Kolom ini berisikan tanggal jatuh tempo/ target waktu

pelaksanaan tindakkan perbaikan. Tanggal jatuh tempo tersebut dipertimbangkan atas tinggkat resiko serta kode bahaya temuan-temuan yang telah dihasilkan sebelumnya.

f. Tindakan Perbaikan

Setelah semua kolom PICA telah diisi lengkap selanjutnya pelaksana memberikan salinan form PICA kepada pelaksana tindakan perbaikan dan pada tahapan inilah saatnya pelaksana tindakan perbaikan yang ditunjuk oleh pelaksana inspeksi tersebut untuk memperbaiki temuan-temuan penyimpangan yang ada di

Plant Workshops sesuai dengan yang telah dituliskan pelaksana inspeksi pada

kolom tindakan perbaikan dan tanggal jatuh temponya. Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan ini ditujukan pada penyebab dasar terjadinya penyimpangan. Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pelaksana melengkapi kolom ceklis yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu mengisi kolom tanda tangan dan tanggal pelaksanaan tindakan perbaikan disinilah tugas awal inspeksi umum terencana telah usai, namun masih ada kegiatan administratif untuk menunjang pelaksanaan inspeksi umum terencana antara lain :

(58)

a. Monitoring / Pemantauan

Setelah pelaksana melakukan tugas inspeksi terencana dan pekerjaan administrasi diselesaikan. Langkah selanjutnya adalah memonitor tindakan perbaikan seberapa tingkat efektifitas tindakan perbaikan tersebut dalam pencegahan timbulnya kecelakaan. Jika pada saat monitoring menemukan kejanggalan dalam pelaksanaan tindakan perbaikan maka pelaksana inspeksi bisa berkonsultasi dengan atasannya ataupun pihak departemen SHE agar mendapatkan solusi dalam melakukan tindakan perbaikan sehingga didapat tindakan perbaikan yang dirasa dapat meminimalisir timbulnya bahaya.

b. Pembuatan SAP (Safety Accuntability Program)

Setelah pelaksanaan monitoring tindakan perbaikan, tugas selanjutnya pelaksana inspeksi umum terencana wajib membuat SAP (Safety Accuntability

Program) yang berisikan salah satunya mengenai pelaksanaan inspeksi umum

terencana yang akan dilaporkan kepada Departemen SHE setiap bulan. Dari hasil pelaksanaan inspeksi terencana tersebut temuan-temuan penyimpangan yang terdapat di Plant Workshops akan dianalisa secara luas dan disusun satu rangkuman inspeksi untuk bulan berjalan. Rangkuman tersebut memuat tentang temuan penyimpangan yang dijumpai berulang kali serta temuan penyimpangan yang bersifat kritikal, dan akan disampaikan di dalam metting komite K3LH setiap bulan.

Gambar

Gambar 1.   Piramida Kecelakaan Frank Bird…..........................................
Gambar 1. Piramida kecelakaan Frank Bird 1
Gambar 2 : Urutan Teori Domino ( Frank Bird, 1990)   Adapun penyebab dari kecelakaan antara lain :
Gambar 3. Teori Gunung Es
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari Peta Geologi Lembar Palembang, Sumatera Selatan (Badan Geologi Kementerian ESDM, 1995), sebagian wilayah studi terletak pada area permukaan yang terdiri dari

bahwa dalam rangka meningkatkan kegiatan bidang perkebunan di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Timur sesuai dengan kewenangan dan ketentuan berdasarkan

Selain itu, perubahan kualitas udara rumah seperti kepadatan hunian, ventilasi, dan kelembaban juga mempengaruhitingginya angka kejadian ISPA pada balita di wilayah

Quran menyatakan bahwa Yesus hanya seorang manusia dan bukan Tuhan; bahwa ada seorang lain yang disalibkan untuk meng- gantikan tempatNya; bahwa Ia tidak pernah

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di

Ananti, (2018) hasil penelitian ini menyimpulkan 48 responden terdapat (2,1%) tingkat stress sangat berat, (16,7%) tingkat stress berat, (20,8%) tingkat stress

Buku ini juga merupakan salah satu acuan para sejarawan untuk mengajukan John Lie sebagai pahlawan nasional yang di mana pada waktu itu masih belum diberi gelar.. Penulis

3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variabel serta pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam menentukan