• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Menurut Undang - undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam pasal 1 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya, sedangkan yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

2. Potensi Bahaya a. Pengertian Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah fakor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan, bahaya tersebut potensial jika fakor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan ( Suma`mur, 1996)

b. Macam Sumber Bahaya

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Kejadian tersebut tidak begitu saja tanpa ada penyebabnya. Sebagaimana diterangkan dalam Undang - undang No. 1 tahun 1970 bahwa ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan

tenaga kerja. Adapun sumber dari kejadian yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

1) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta dioperasikan oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi standar yang ditentukan.

Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-bagiannya. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi penyebab bahaya. Peralatan yang haruslah digunakan semestinya serta dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat menimbulkan macam-macam bahaya seperti: Kebakaran, Sengatan Listrik, Ledakan, Luka-Luka dan Cedera.

2) Material

Tiap - tiap material mempunyai bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahaya, antara lain :

a) Mudah terbakar b) Menimbulkan energi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c) Mudah meledak

d) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan e) Menyebabkan kanker

f) Menyebabkan kelainan pada janin

g) Bersifat racun dan radioaktif (Syukri Sahab, 1997) 3) Proses

Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang berbahaya dan ada pula proses yang kurang berbahaya. Bahaya yang sering ditimbulkan dalam proses produksi antara lain: Debu, Asap, Panas, Bising, dan Mekanis seperti terjepit, terpotong, tergores, serta tertimpa material.

4) Manusia dan Cara kerja

Termasuk pekerja dan manajemen, penyebab utama kecelakaan sebagian besar yang terjadi terletak pada karyawan, yang meliputi :

a) Karyawan yang kurang bergairah. b) Kurang terampil.

c) Sedang terganggu emosinya. (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995)

Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja, orang lain, dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang sering terjadi antara lain mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cedera, dan yang paling sering adalah cedera pada tulang punggung (Syukri Sahab, 1997)

5) Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah :

a) Faktor Fisik : Bahaya ini timbul dari keadaan fisik di lingkungan kerja. meliputi: Penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b) Faktor Kimia : Bahaya ini bisa berasal dari bahan yang digunakan atau hasil produksi, yang meliputi : Gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan benda padat. c) Faktor Biologi : Bahaya ini bisa berasal dari golongan hewan dan tumbuhan.

Misalnya : virus, jamur, serta parasit.

d) Faktor Fisiologi : Bahaya ini berasal dari ketidaksesuaian antara konstruksi mesin dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat menimbulkan beban kerja tambahan. Misalnya : posisi kerja yang tidak sesuai, konstruksi mesin yang tidak ergonomi.

e) Faktor Mental Psikologis : Bahaya yang berasal dari psikologis tenaga kerja yang meliputi suasana kerja, pekerjaan yang monoton, ketidaksesuaian hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan bawahan.( Suma’mur, 1996)

3. Insiden/ Kecelakaan 1) Kecelakaan kerja

Kecelakaan ( Insiden ) adalah semua kejadian yang tidak diinginkan yang berpotensi menimbulkan kerugian ( harta maupun benda ) baik dalam derajat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

apapun. Dalam hal ini kejadian yang nyaris celaka dan yang sudah menimbulkan kerugian dapat disebut juga sebagai insiden.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga disini , oleh karena tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan disini dikarenakan kecelakaan itu disertai kerugian material atau penderitaan korban kecelakaan ( Suma’mur,1996).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan itu terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi juga kecelakaan tenaga kerja pada saat perjalanan.

Pada dasarnya semua yang dapat kita kenali dengan panca indra adalah bahaya. Apabila dua bahaya atau lebih bertemu bisa menimbulkan suatu peristiwa yang disebut kecelakaan. Maka bahaya yang terisolasi dengan baik tidak akan berkembang menjadi kecelakaan, akan tetapi tidak mungkin kita mengisolasi bahaya secara keseluruhan karena dengan definisinya semua yang bisa di tangkap dengan panca indra adalah bahaya( PSMS, 1996).

Kecelakaan mempunyai ciri-ciri :

a) Merupakan kejadian yang tidak diinginkan

b) Mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda atau terganggunya proses.

Dari definisi di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa kecelakaan adalah kejadinan yang tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian kepada manusia maupun peralatan atau harta benda.

Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga kerja pada saat melaksanakan pekerjaan ditempat kerja maupun pada saat menuju atau meninggalkan tempat kerja

2) Kecelakaan Tambang

Suatu kecelakaan dapat dikategorikan sebagai kecelakaan tambang apabila memenuhi 5 unsur seperti yang tercantum dalam pasal 39 Kepmentamben No. 555K/MPE/1995 yaitu :

a) Kecelakaan tersebut benar-benar terjadi.

b) Mengakibatkan cedera pada pekerja tambang atau orang lain yang diberi ijin oleh kepala teknik untuk memasuki tambang.

c) Akibat usaha-usaha pertambangan. d) Terjadi pada saat jam kerja.

e) Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha penambangan atau wilayah proyek. Sedangkan penggolongan cidera akibat kecelakaan tambang berdasarkan pasal 40 Kepmentamben No.555 K/MPE/1995 adalah :

a) Cidera ringan yaitu : cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari satu hari dan kurang dari tiga minggu termasuk hari minggu dan hari libur.

b) Cidera berat yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari tiga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

minggu termasuk hari minggu dan hari libur, menyebabkan cacat tetap, tidak mampu melakukan tugas semula, mengalami cidera seperti :

(1) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas paha atau kaki.

(2) Pendarahan dalam, pingsan karena kekurangan oksigen.

(3) Luka berat atau luka terbuka yang mengakibatkan ketidakmampuan kerja tetap (4) Mati atau meninggal dunia : kecelakaan yang menyebabkan pekerja mati

dalam waktu 1x 24 jam terhitung terjadinya kecelakan

Dalam safety manajemen, kata kecelakaan sebaiknya tidak digunakan karena lebih merujuk pada sesuatu yang reaktif, sementara insiden bersifat proaktif. Terlepas dari itu maka manajemen akan menyadari bahwa kecelakaan dapat dicegah, sedangkan kata accident akhirnya lebih merujuk pada sesuatu yang tidak disengaja atau nasib. Padahal kecelakaan di tempat kerja semuanya bisa dicegah dengan menghindari bertemunya sub standar action dan sub standart

condition. Sub standar berarti merujuk pada suatu standar tertentu. Unsafe lebih

bersifat kualitatif dan kira-kira, dengan menyebutkan sub standart, maka akan melihat kesalahan dari sistem, bukan kesalahan pada seseorang.

Menurut Teori Frank Bird, 1990

Gambar 1. Piramida kecelakaan Frank Bird 1

10 30 600

commit to user

Piramida kecelakaan dari Frank Bird menyatakan kecelakaan diibaratkan dengan angka 1 : 10 : 30 : 600 yang berarti bahwa, jika terjadi kecelakaan dan insiden sebanyak 641 kasus, maka :

1 Kasus adalah cidera serius, cacat tetap bahkan meninggal dunia. 10 Kasus cedera ringan.

30 Kasus adalah kerusakan harta benda ( Property damage ) 600 Kasus insiden nyaris celaka.

Kecelakan yang terjadi mempunyai urutan-urutan tertentu. Teori urutan ini sering dikenal sebagai teori domino. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kecelakaan terjadi karena ada faktor pendukung sebelumnya. faktor dalam urutan kecelakaan tersebut meliputi :

Gambar 2 : Urutan Teori Domino ( Frank Bird, 1990) Adapun penyebab dari kecelakaan antara lain :

1) Kurangnya Kontrol Pimpinan

Bila penyebab kecelakaan dicari sampai penyebab dasarnya maka akan menuju pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actualing dan

Lack Of Control Inadequate Program Inadequate Program Standat Inadequate to standat Basic Causes Personal Factor Job Factor Immediate Causes Substandar t Practise Substandar t Practise Accident Contact With Energy or Subtance Loss Contact With Energy or Subtance

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

manajemen yang sangat penting. Tanpa adanya control, rangkaian kecelakaan akan dimulai dan akan memicu faktor penyebab berikutnya yang mengakibatkan kerugian. Tanpa pengendalian yang kuat penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan memulai dan memicu berelanjutan factor penyebab kecelakaan. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan oleh fakor :

a) Kurangnya program

b) Kurangnya standar pada perusahaan

c) Kurangnya pengetahuan terhadap standar program 2) Penyebab Dasar

Sebab dasar dianggap sebagai akar permasalahan, penyebab riil, penyebab tidak langsung dan penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang standar. Sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Faktor manusia ( Personal Faktor)

(1) Kurangnya kemampuan fisik dan mental. (2) Kurangnya pengetahuan

(3) Kurangnya ketrampilan (4) Stres fisik dan mental (5) Kurangnya motivasi b) Faktor Pekerjaan

(1) Kepemimpinan dan pengawasan kurang tepat. (2) Enginering kurang memadai.

(3) Maintenance kurang memadai.

(5) Standar kurang memadai (6) Pembelian Kurang memadai (7)Penyalahgunaan wewenang.

3) Penyebab langsung

Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung menyebabkan kontak. Penyebab langsung itu berupa :

a) Tindakan tidak aman

yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan, meliputi :

(1) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.

(2) Menjalankan mesin / peralatan yang melebihi kecepatan. (3) Membuat alat tidak berfungsi.

(4) Melepas alat pengaman. (5) Menggunakan peralatan rusak (6) Tidak memakai APD.

(7) Muatan yang berlebihan.

(8) Mengunakan peralatan secara tidak layak. (9) Pengangkatan yang tidak layak.

(10) Posisi kerja yang salah. (11) Bersendau Gurau.

(12) Berada dalam pengaruh obat-obatan atau alkohol. b) Kondisi Tidak Aman

Yaitu Suatu kondisi yang diluar standar yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan, meliputi :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(1) Pelindung atau pembatas tidak aman. (2) Alat pelindung diri tidak layak (3) Peralatan, mesin, material rusak. (4) Sistem peringatan tidak berfungsi. (5) Kebersihan, tata ruang kerja tidak layak.

(6) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap atau uap melebihi NAB. (7) Bising.

(8) Paparan Radiasi.

(9) Temperatur yang terlalu tinggi atau rendah. (10) Penerangan yang kurang atau berlebihan. (11) Ventilasi yang kurang.

4. Kerugian (Loss)

Jika terjadi suatu kecelakaan maka akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta benda yang akan mempengaruhi kualitas dan produksi sebagaimana pengaruhnya tehadap keselamatan, kesehatan dan keamanan.

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu : a. Kecelakaan

b. Kekacauan organisasi. c. Keluhan dan kesedihan. d. Kelainan dan kecatatan. e. Kematian.

Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada pemukaan laut, sedang

biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada di bawah permukaan laut yang jauh lebih besar.

Gambar 3. Teori Gunung Es

Gambar 3. Teori Gunung Es

Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1) Biaya Langsung meliputi : a) Perawatan dokter

b) Biaya Kompensasi

2) Biaya tidak langsung meliputi :

a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi : (1) Kerusakan bangunan

Biaya langsung

$ 1

Ø Perawatan dokter

Ø Biaya kompensasi atau ganti rugi

Biaya tidak langsung (biaya yang tidak terasumsi)

$ 5 to $ 50

Ø Kerusakan bangunan Ø Kerusakan perawata Ø Kerusakan hasil produksi

Ø Gangguan dan keterlambatan produksi Ø Biaya untuk pemenuhan aturan Ø Biaya peralatan untuk keadaan darurat Ø Biaya sewa peralatan

Ø Waktu untuk penyelidikan

Biaya lain (biaya tidak langsung)

$ 1 to $ 3

Ø Gaji selama tidak bekerja Ø Biaya penggantian/pelatihan Ø Overtime

Ø Waktu untuk investigasi

Ø Pemenuhan hasil kerja yang celaka sewaktu bekerja, menurunya bisnis

$

1

$

5

HINGGA

50

BIAYA DALAM PEMBUKUAN: KERUSAKAN PROPERTI

(BIAYA YANG TAK DIASURANSIKAN)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(3) Kerusakan hasil produksi dan material (4) Gangguan dan keterlambatan produksi (5) Biaya untuk pemenuhan aturan

(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat. (7) Biaya sewa peralatan

(8) Waktu untuk penyelidikan b) Biaya-biaya lain terdiri dari :

(1) Gaji selama tidak bekerja (2) Biaya pergantian serta pelatihan. (3) Lembur.

(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.

(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja 5. Pencegahan Kecelakaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian kecelakaan adalah :

a. Prinsip pengendalian kecelakaan

1) Menanamkan dan memelihara minat terhadap upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Mendapatkan fakta tentang kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada.

b. Langkah pengendalian kecelakaan

1) Personil : penyesuaian, disiplin organisasi keselamatan dan kesehatan kerja struktural , fungsional dan tenaga.

2) Monitoring, melalui inspeksi, investigasi, survey statistik dan pengukuran.

3) Analisa penyebab, tipe kecelakaan, keseringan, lokasi pekerjaan dan alat-alat.

c. Pemilihan upaya pengendalian 1) Persuasi dan motivasi.

2) Enginering : Teknis dan teknologi.

3) Penerapan pegendalian melalui : Supervisi, pelatihan dan teknologi (Alkon,1998).

Menurut Suma`mur (1996) kecelakaan dapat dicegah dengan berbagai cara antara lain :

1) Peraturan Perudangan yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja.

2) Standarisasi yaitu penerapan standar-standar resmi

3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang- undangan yang diwajibkan.

4) Penelitian teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya 5) Riset medis yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,

patologis, faktor lingkungan, teknologi dan keadaan-keadaan fisik yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang mengakibatkan kecelakaan.

7) Penelitian statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. 8) Pendidikan yaitu menyangkut pendidikan keselamatan teknik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kerja baru.

10) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menumbuhkan kesadaran akan keselamatan kerja.

11) Asuransi yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

5. Sistem Pelaksanaan Inspeksi Terencana a. Difinisi

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman (unsafe condition and Unsafe action) dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut menyebabkan kecelakaan.

Inspeksi umum terencana adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terstruktur yang ditujukan untuk memastikan keadaan fisik, housekeeping, penumpukan, penyimpanan pada kondisi yang baik serta pemenuhan pada standar-standar perusahaan dipertahankan secara kontinyu. (PSMS)

Dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja ternyata inspeksi keselamatan kerja merupakan salah satu cara yang mendasar dan efektif untuk mendeteksi dini serta mengidentifikasi adanya potensi sumber bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian melalui suatu proses (Sucofindo,1997).

b. Maksud dan Tujuan

Pada dasarnya pelaksanaan inspeksi terencana tidak untuk mencari fakta dengan tekanan untuk mengkritik, akan tetapi yang harus ditekankan adalah pencarian fakta untuk menemukan seluruh potensi - potensi bahaya yang ada pada tempat kerja dan memperbaikinya sehingga dapat mencegah timbulnya kecelakaan sehingga tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai. Adapun tujuan inspeksi adalah sebagai berikut :

1) Tujuan umum

a) Mengidentifikasi masalah yang potensial. b) Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.

c) Mengidentifikasi Safety Performance bagian tersebut. d) Mengidentifikasi akibat dari perubahan

e) Mengidentifikasi tindakan perbaikan yang ada f) Memberikan penilaian sendiri terhadap manajemen. g) Mendemostrasikan kesungguhan atau tekad manajemen

2) Tujuan khusus

a) Memeriksa hasil kerja secara terencana

b) Menilai kembali dan mengembangkan norma-norma keselamatan c) Membangkitkan minat terhadap keselamatan kerja.

d) Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi dan tindakan tidak aman.

e) Menumbuhkan dan mengkaji partisipasi supervisor terhadap keselamatan kerja.

f) Menilai dan menggairahkan kembali program keselamatan kerja yang belum berjalan dengan baik. (Sucofindo,1997)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c. Macam macam inspeksi

Pada umumnya inspeksi keselamatan kerja ada dua macam yaitu : 1) Inspeksi Informal (Inspeksi yang tidak terencana)

Disebut juga inspeksi intermittent, maksudnya inspeksi ini dilaksanakan sewaktu-waktu dalam aktifitas operasional sehari-hari di tempat kerja. Sasarannya adalah memastikan bahwa semua pekerjaan berjalan sesuai prosedur yang ada. Inspeksi ini membutuhkan usaha yang seksama untuk melihat potensi yang menimbulkan bahaya. Contoh : Inspeksi Mendadak

2) Inspeksi Formal ( inspeksi terencana)

Disebut juga inspeksi periodik, dilakukan secara terencana baik tempat, waktu, serta pelaksana inspeksi tersebut. Inspeksi ini juga di bagi 4 bagian yaitu : a) Inspeksi Umum Terencana

adalah inspeksi secara menyeluruh yang mencakup aspek keselamatan kerja dan ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi fisik, housekeeping, penumpukan, penyimpanan yang baik serta pemenuhan pada standar perusahaan dipertahankan secara berkelanjutan.

b) Inspeksi Bagian- Bagian Kritikal

Bagaian kritikal disini adalah bagian yang apabila bagian atau barang ini tidak dapat digunakan akan menjadi masalah utama dalam kelangsungan proses operasional perusahaaan. Inspeksi ini ditujukan untuk memastikan bahwa semua barang/ bagian kritikal di tempat kerja diinspeksi secara

reguler agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir. c) Inspeksi Pemeriksaan Sebelum Operasi (P2H)

Inspeksi yang dilakukan pada saat sebelum menggunakan peralatan atau kendaraan. Pelaksanaan inspeksi ini dilakukan oleh karyawan yang akan

commit to user

menggunakan peralatan atau kendaran tersebut. ditujukan untuk memastikan bahwa semua peralatan atau kendaraan diinspeksi secara rutin agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

d) Inspeksi Perawatan Terencana

Inspeksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua barang atau aset perusahaan dirawat secara baik sehingga dapat digunakan secara aman dan menghindari kemungkinan kegagalan yang tidak direncanakan (PT. Pamapersada Nusantara, 2002)

d. Pelaksana Inspeksi

Dalam melakukan inspeksi dibutuhkan pelaksana yang benar-benar memahami kebijakan dan norma keselamatan kerja. Selain itu juga harus menguasai perundang-undangan dan perauran-peraturan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun standar-standar lainnya (Alkon,1998).

Inspektor/ pelaksana inspeksi dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Intern perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkompeten seperti supervisor, kepala bagian, serta yang spesialis dibidangnya seperti teknisi/ ahli yang terbaik seperti unsur karyawan dari level terendah sampai top manajemen.

2) Eksternal perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh pegawai pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga. (Alkon,1997).

e. Waktu Pelaksanaan Inspeksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Mengikuti perubahan atau metode sesuai tempat kerja. 3) Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan.

4) Mengikuti petunjuk seorang ahli.

5) Mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya.

Namun sering dilakukan dalam daerah beresiko tinggi (Alkon,1997) f. Lokasi Inspeksi

Inspeksi dilakukan dalam situasi apapun dan dimanapun di seluruh tempat kerja yang ada di wilayah perusahaan.

g. Pedoman Pelaksanaan Inspeksi

Pelaksanaan inspeksi dilakukan ditempat kerja melalui tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Persiapan

a) Pemeriksaan jadwal dan team inspeksi. b) Analisa kecelakaan yang ada.

c) Analisa laporan inspeksi yang lalu. d) Buat daftar periksa inspeksi

e) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi. f) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja. g) Perencanaan jalur jalan inspeksi.

h) Anggaran waktu yang cukup. i) Siapkan alat pelindung diri.

2) Tahap Pelaksanaan a) Pendahuluan :

Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tujuan inspeksi yang diharapkan dan rencana pelaksanaan inspeksi. (2) Tunjukan daftar periksa yang akan digunakan.

(3) Minta saran-saran yang membantu pelaksanaan inspeksi berjalan dengan efektif dan efisien.

(4) Minta pendamping bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut inspeksi b) Peta Inspeksi :

Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah direncanakan. c) Pengamatan :

Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran terhadap peraturan.

d) Observasi :

Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mecocokkan dengan syarat K3.

e) Penelitian :

Penelitian untuk memperoleh data-data atau cross check data. f) Koreksi :

Lakukan tindakan koreksi segera bila menemukan kondisi atau tindakan yang berbahaya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

g) Catat :

Buat catatan tentang hasil inspeksi baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian kondisi dan tindakan terhadap standar yang telah ditentukan. Catatan harus jelas, singkat, mudah dipahami.

3) Tahap Pelaporan

Dari hasil inspeksi tersebut laporkan kepada bagian yang bersangkutan dan

Dokumen terkait