• Tidak ada hasil yang ditemukan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

MELALUI MEDIA ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KARANGBENDO DAN TK PERTIWI 21 BABADAN BANGUNTAPAN

BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh :

CENDI FATIKA SARI 2212050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWTAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Melalui Media Ular

Tangga Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak Usia Prasekolah Di TK ABA Karangbendo dan TK Pertwiw 21 BabadanBanguntapan Bantul”.

Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:

1. dr. Kuswanto Harjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Agus Warseno, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan saran serta masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

4. Ngatoiatu Rahmani, S.Kep., Ns., MNS selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Dwi Yati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala sekolah TK ABA Karabendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul dan responden dengan bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini bergumna bagi semua.

Yogyakarta, 2016 Cendi Fatika Sari

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v Hal HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

INTISARI ... x ABSTRACT ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah... 11

B. Cuci Tangan (Personal Hygiene) ... 16

C. Pendidikan Kesehatan ... 20

D. Permainan Ular Tangga ... 25 E. Pengetahuan ... 27 F. Sikap ... 31 G. Perilaku ... 33 H. Landasan Teori ... 35 I. Kerangka Teori... 36

J. Kerangka Konsep Penelitian ... 37

K. Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel... 39

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Definisi Operasional ... 42

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 42

G. Validitas dan Reliabilitas ... 45

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 46 I. Etika Penelitian ... 48

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

J. Jalanya Penelitian ... 49 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 52 B. Pembahasan ... 56 C. Keterbatasan Penelitian ... 66 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1 Keaslian Penelitian...

9 Tabel 2 Definisi Operasional………... 42 Tabel 3 Distribusi pertanyaan tentang Pengetahuan cuci tangan. 43 Tabel 4 Koding ... 47 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur, Jenis

Kelamin, Informasi, dan Pengalaman Anak di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 tahun 2016-2017...

53 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

dan Penghasilan Orang Tua Anak di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan tahun 2016-2017...

54 Tabel 7 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi

Pada Anak di TK ABA Karangbendo tahun 2016-2017...

55 Tabel 8 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi

Pada Anak di TK Pertiwi 21 Babadan tahun 2016-2017..

55 Tabel 9 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Skor Pengetahuan

pada kelompokintervensi dan kontrol...

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Bagan 1 Kerangka Teori ... 36 Bagan 2 Kerangka Konsep ... 37 Bagan 3 Rancangan Penelitian ... 38

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Proposal. Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden. Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Pengetahuan.

Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesioner Pengetahuan. Lampiran 6 Permainan Ular Tangga Tentang Cuci Tangan. Lampiran 7 Leaflet Tentang Cuci Tangan

Lampiran 8 Satuan Acara Permainan Ular Tangga Tentang Cuci Tangan. Lampiran 9 Satuan Acara Penyuluhan.

Lampiran 10 Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan.

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian Dari Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian Dari BAPPEDA Kabupaten Bantul. Lampiran 13 Surat Izin Penelitian Puskesmas Banguntapan Bantul

Yogyakarta.

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian TK ABA Karangbendo Banguntapan Bantul.

Lampiran 15 Surat Izin Penelitian TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul.

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN MELALUI MEDIA ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KARANGBENDODAN TK PERTIWI 21 BABADAN

BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

Cendi Fatika Sari1, Ngatoiatu Rohmani2, Dwi Yati3 INTISARI

Latar Belakang: Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun

2012 menyebutkan bahwa dari 9,5 jiwa anak usia prasekolah (4-6 tahun) mengalami masalah kesehatan sebanyak 766 ribu anak. Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar guna meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat.

Tujuan Penelitian: Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan tentang

mencuci tangan melalui media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi 21 Babadan dan TK ABA Karangbendo Bantul.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen

dengan desain pretest and posttest with control group. Jumlah sampel sebanyak 18 responden dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Analisa statistik menggunakan uji Wilcoxon test dan uji Mann Withney test dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan anak sebelum mendapatkan pendidikan

kesehatan pada kelompok intervensi kategori cukup 14/18 (77,8%) dan setelah mendapat pemberian informasi menjadi kategori baik 17/18 (94,4%), sedangkan kelompok kontrol sebelum diberikan informasi dalam kategori kurang 15/18 (83,3%) dan setelah mendapat pendidikan kesehatan tetap dalam kategori kurang 16/18 (88,9%). Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p=0,045 (p<0,05).

Kesimpulan: Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui

media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan anak usia prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul.

Kata Kunci: Pendidikan kesehatan, Cuci tangan, Pengetahuan, Anak Usia

Prasekolah.

1

Mahasiswa Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta

2

Dosen Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta

3

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION OF HAND WASHING THROUGH SNAKE AND LADDER MEDIA TOWARDS THE

INCREASE OF KNOWLEDGE OF PRESCHOOL AGE CHILDREN IN KINDERGARTEN OF ABA

KARANGBENDO AND KINDERGARTEN OF PERTIWI 21 BABADAN

BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

Cendi Fatika Sari1, Ngatoiatu Rohmani2, Dwi Yati3 ABSTRACT

Background: The data from Health Department of Republic of Indonesian in

2012 mentioned that out of 9,5 children in preschool age (4-6 years old), 766,000 children had health problems. Health education of hand washing through snake and ladder media is one of the effort to increase the knowledge of hand washing correctly to improve the quality of clean and healthy life.

Objective: The research aim was to find out the influence of health education of

hand washing through snake and ladder media towards the increase of knowleg in preschool of children in Kindergarten of ABA Karangbendo and Kindergarten of Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul Yogyakarta.

Method: The research used quasi- eksperiment method with pretest and posttest

by used was purposive sampling. Sample size was 18 respondents. The statistical analysis used Wilcoxon test and Mann Withney test with confidence level of 95%.

Result: The knowledge level of the children in intervention group before being

given with the treatment was categorized as fair 14/18 (77.8%). After being given with information, the 17/18 (94,4%). Furthermore, for knowledge category the control group at the beginning was in less category 15/18 (83,3%). While the posttest result showed that still in less category 16/18 (88,9%). The result of Mann Whitney test gave p value of 0,045 (p<0,05).

Conclusion: There was influence of health education of hand washing through

snake and ladder media towards the increase of knowledge of preschool age children in Kindergarten of ABA Karangbendo and Kindergarten of Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul.

Keywords: Health Education, Hand Washing, Knowledge, Preschool Age

Children.

1

Student of Nursing Study Program of Health Sciene Academy of Jendral Achmad Yani Yogyakarta

2

Lecturer of Nursing Study Program of Health Sciene Academy of Jendral Achmad Yani Yogyakarta

3

Lecturer of Nursing Study Program of Health Sciene Academy of Jendral Achmad Yani Yogyakarta

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak usia prasekolah merupakan anak berusia tiga sampai lima tahun, yang merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan, bahasa, kognitif, dan emosi. Anak mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta dapat lebih mengekspresikan emosinya. Anak usia tersebut juga cenderung senang bereksplorasi dengan hal-hal baru (Behrman dkk, 2010). Kelompok anak usia prasekolah mempunyai ciri khas yaitu mengalami perkembangan sosial dan kepribadian.

Jumlah anak usia prasekolah di Indonesia tahun 2016 mencapai 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 9,5 jiwa. Jumlah anak di Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan mencapai 157,894 jiwa atau sekitar 0,095%. Sedangkan di Kabupaten Bantul mencapai sekitar 62,32 jiwa (Dinas Kesehatan Bantul, 2014). Pada tahun 2014 dilaporkan bahwa, jumlah anak di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% (3,5 jiwa) yang memiliki akses pada program PAUD, dan kira-kira 62 % anak usia 3 sampai 6 tahun belum pernah berpartisipasi dalam program pendidikan anak usia dini atau prasekolah (Departemen Kesehatan RI, 2015).

Anak prasekolah banyak mengalami permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik disekolah (Dermawan, 2012). Kelompok anak usia prasekolah harus diberikan perhatian khusus tentang kebersihan dan kesehatan karena ikut menentukan kualitas generasi yang akan datang.

Secara global, masalah kesehatan pada anak menurun dari 39,7% pada tahun 1990 menjadi 26,7% pada tahun 2010. Tahun 2010, diperkirakan bahwa 167 juta anak-anak, yang diantaranya berasal dari negara berkembang, mengalami keterlambatan pertumbuhan dan masalah kesehatan. Sementara di Afrika, masalah kesehatan pada anak telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 sekitar 40%

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun 2010, yaitu dari 190 juta anak menjadi 100 juta anak mengalami masalah kesehatan dan keterlambatan tumbuh kembang (World Health Organization (WHO), 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI (2012) data tahun 2012, dari 70 juta anak terdapat 766 ribu anak yang mengalami masalah kesehatan dan keterlambatan tumbuh kembang.

Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2010, 18,4% anak di Indonesia menderita gizi kurang, dan 5,4% balita di Indonesia menderita gizi buruk. Namun disaat yang sama, 14,0% balita di Indonesia mengalami obesitas atau gizi lebih. Laporan profil Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukan bahwa selama tahun 2009 sebanyak 15,687 balita dilaporkan menderita diare. Penyakit diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu menempati urutan pertama dalam 10 besar pola penyakit rawat inap di rumah sakit di DIY tahun 2009. Sebanyak 4286 kasus terjadi pada balita dan 11 kasus pada anak dengan umur kurang dari 28 hari, sebanyak 699 kasus umur kurang dari 1 tahun, 1294 kasus umur 1-4 tahun, dan 416 kasus umur 5-14 tahun (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012).

Diare penyebab infeksi melalui oral dan fekal. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularanya adalah transmisi dari orang ke orang melalui aeorosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Mansjoer, dkk, 2001). Khusus untuk kasus diare, maka kuman- kuman diare ikut keluar bersama kotoran/feses, dan mudah berpindah ketangan setelah membuang kotoran anak, dan setelah buang air besar. Jika tidak mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun, maka kuman-kuman bisa berpindah ke benda-benda yang telah disentuh termasuk makanan/minuman yang mungkin akan dikonsumsi juga oleh anak/orang lain. Dengan begitu akan terjadi penularan penyakit diare baik kepada diri sendiri, kepada anak dan kepada orang lain, maka akan terjadi penularan penyakit diare pada anak yang dapat memperpanjang masa diare pada anak, dan dapat menyebabkan diare berulang pada anak (Khairani, 2009 dalam I Made, 2012).

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

5

Terjadinya masalah kesehatan pada anak tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik, terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, penyimpanan makanan yang kurang tertutup, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memegang makanan, sebelum atau sesudah anak makan, sebelum dan sesudah buang air besar yang seharusnya jarak pembuangan dengan sumber air bersih < 15 meter. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor inilah berinteraksi dengan perilaku manusia (Depkes RI, dalam Nasii, 2012).

Permasalahan perilaku kesehatan pada anak biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya kebiasaan mencuci tangan. Dari Survey Health Service Program Tahun 2006 diketahui bahwa kebiasaan mencuci tangan pada anak masih rendah, dan menurut penelitian WHO mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian, 2011). Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun, namun dalam kenyataanya masih sangat sedikit (hanya 5%) yang tahu cara melakukanya dengan benar (Dinas Kesesehatan DIY, 2012).

Menurut Djauzi (2008), mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kuman dan untuk menghindari penularan penyakit. Di sekolah, anak tidak hanya belajar, tetapi banyak kegiatan lain seperti bermain, bersentuhan, ataupun bertukar barang-barang dengan teman-teman. Kuman yang terdapat di alat tulis, kalkulator, buku, dan benda benda lain akan mudah berpindah dari tangan satu anak ke anak lainnya, sehingga penyakit akan mudah menular. Jadi, mencuci tangan harus dilatih sejak dini pada anak agar memiliki kebiasaan mencuci tangan, sehingga anak terhindar dari penyakit.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), cacingan, flu, hepatitis A, dan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit, dan secara bermakna dapat mengurangi jumah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif untuk membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku, dan jari-jari pada kedua tangan (Desiyanto dan Djannah, 2012).

Anak usia prasekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekolah dengan upaya promotif dan preventif. Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang tidak benar masih banyak ditemukan pada anak usia 10 tahun ke bawah. Karena anak pada usia-usia tersebut sangat aktif dan rentan terhadap penyakit, maka dibutuhkan kesadaran dari mereka bahwa pentingnya perilaku sehat cuci tangan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Perilaku manusia merupakan perilaku masyarakat dalam menyikapi, mengelola lingkungan, dan memelihara serta meningkatkan kesehatan. Mengkondisikan perilaku manusia diperlukan suatu pengetahuan kesehatan melalui pendidikan kesehatan (Notoatmojo, 2010). Perilaku manusia dapat mempengaruhi oleh beberapa faktor yang timbul dari luar maupun dari dalam dirinya. Untuk membentuk atau mengubah perilaku yang sehat diperlukan proses melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dengan pola mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, mempertahankan kesehatan melalui pembinaan yang kemudian berkembang menjadi perilaku sehat (Machfoedz, dkk, 2012).

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

7

promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode permainan ular tangga. Pada metode permainan ular tangga dapat terjadi proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran. Dari penelitian sebelumnya didapatkan bahwa penyuluhan dengan metode permainan ular tangga dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak melalui metode klasikal dan leafleat (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan terutama masalah tentang cuci tangan. Di TK ABA Karangbendo terdapat 103 anak dan TK Pertiwi 21 Babadan 45 anak. Anak-anak yang belum mengetahui cara mencuci tangan, waktu cuci tangan, arti cuci tangan, manfaat cuci tangan, dan akibat tidak cuci tangan. Menurut guru usaha kesehatan sekolah (UKS), anak-anak di lokasi ini perlu mendapatkan tambahan informasi terutama mengenai tentang cuci tangan untuk meningkatkan kesehatan pada anak.

Dari hasil wawancara peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, diketahui bahwa di TK ABA Karangbendo, 22,6% anak yang mengetahui tentang cuci tangan, cara mencuci tangan yang baik dan benar, arti cuci tangan, manfaat cuci tangan, akibat tidak cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk cuci tangan. Sementara 77,8% anak tidak mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar, arti cuci tangan, manfaat cuci tangan, akibat tidak cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk cuci tangan. Sedangkan di TK Pertiwi 21 Babadan, terdapat 66,7% yang sudah mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar, arti cuci tangan, manfaat cuci tangan akibat tidak cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk cuci tangan, sementara 33,5% anak yang lain belum mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar, arti cuci tangan, manfaat cuci tangan, akibat tidak cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk mencuci tangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

Media Ular Tangga Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Anak Usia Prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan

Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi 21 Babadan dan TK ABA Karangbendo Banguntapan Bantul .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi 21 Babadan dan TK ABA Karangbendo Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

b. Diketahui tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

c. Diketahui perubahan skor pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu keperawatan anak dan komunitas tentang pengetahuan khususnya tentang pendidikan kesehatan mencuci tangan. b. Secara Praktis

1. Bagi Anak Usia Prasekolah

Anak mampu mengetahui dan memahami cara mencuci tangan yang baik dan benar, dan bisa juga membagi ilmunya kepada

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9

9

teman-teman, orangtua, dan keluarga yang lain. 2. Bagi Guru TK

Untuk memberikan informasi terkait pendidikan kesehatan mencuci tangan dengan media ular tangga dan menambah masukan kepada guru pengajar yang ada disekolah agar bisa diterapkan kepada anak tentang pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar.

3. Bagi Perawat Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga pada anak terkait dengan mencegah kontaminasi bakteri dan kuman dan informasi kesehatan yang menarik secara menyeluruh khususnya yang berhubungan dengan cuci tangan.

4. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam meningkatkan perilaku cuci tangan sehingga dapat memberikan pemahaman tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tentang cuci tangan terhadap masyarakat luas terutama anak usia prasekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam kajian penelitian yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan pada anak.

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

E. Tabel Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

N o

Nama Peneliti Tahun Judul Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. I Made, BM 2012 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang hygiene terhadap perilaku orang tua dalam melakukan hygiene pada anak diare dibangsal anak RSUD Wonosari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hygine terhadap perilaku orang tua melakukan mencuci tangan (hygiene) (p< 0,05).pada saat pretest dan posttest dibuktikan uji paired t test didapatkan nilai p= 0,000 (p< 0,05). Desain penelitian Quasi Experimen, rancangan peneitian one group pretest-postest design, dan tujuan peneltian.

Subjek penelitian orang tua sedangkan penelitian yang akan dilakukan anak prasekolah. Tehnik sampling menggunakan accidental sampling, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunkan purposive sampling. 2 Ani, l. Nurhapsan, A. and Mujayanto, R. 2012 Pengaruh permainan ular tangga terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak di SD Grobogan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan di analisis dengan menggunakan uji paired t- test dengan p<0,05.

Metode penelitian Quasi Eksperimen, rancangan penelitian pre and post test design . Tehnik sampling

menggunakan

purposive sampling, dan tujuan penelitian,

Penelitian sebelumnya adalah variabel bebas mengenai kesehatan gigi dan mulut sedangkan variabel bebas yang akan diteliti pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan, subyek penelitian anak usia

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9

9

Berdasarkan analisis menggunakan uji paired t- test menunjukan terdapat pengaruh permainan ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan anak yang ditunjukkan dari nilai signifikan 0,000 (p, 0,05). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan ular tangga mempengaruhi peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak.

sekolah sedangkan subyek penelitian yang akan diteliti anak usia prasekolah.

3 Andi, Y. Mukarrohmah, I. and Athi, L.

2010 Pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan pengetahuan dan sikap siswa tentang demam berdarah dengue

Hasil menunjukan ada pengaruh stimulasi permainan ulartangga terhadap perubahan sikap anak tentang penyakit DBD (p= 0,002). Setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi terdapat perubahan sikap secara bermakna (p= 0,000). Setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok

Metode penelitian ini adaah eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dan menggunakan design Pre-Post control group, tehnik sampling menggunakan purposive sampling, dan tujuan penelitian.

Variabel bebas penyuluhan tentang demam berdarah dengue sedangkan penilitian yang akan diteliti pendidikan kesehatan tentang cuci tangan, subyek penelitian siswa sedangkan subyek penelitian yang akan diteliti anak usia prasekolah.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

10 kontrol (p= 0,025). 4 Septiananingru m, D 2015 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan melalui media audiovisual dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan cuci tangan anak SD di Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji Mann Whitney terhadap pengetahuan anak sesaat setelah intervnesi diberikan kelompok kontrol dan intervensi (p>0,05). Hasil uji Wilcoxson pada masing-masing kelompok didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p> 0,05) antara nilai pretest-posttest anak pada kelompok intervensi dan kontrol.

Metode penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dan menggunakan design Pre-Post control group, variabel bebas penelitian ini dan yang akan diteliti sama yaitu pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan, tehnik sampling menggunakan purposive sampling, dan tujuan penelitian. Media penelitian dengan menggunakan audiovisual sedangkan penelitian yang akan diteliti melalui media ular tangga, subyek penelitian pada anak sekolah sedangkan subyek penelitian yang akan diteliti anak usia prasekolah.

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan didua tempat, yaitu TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21, Banguntapan Bantul Daerah Istimewah Yogyakarta :

a. TK ABA Karangbendo terletak di Kecamatan Banguntapan II Kabupaten Bantul Daerah Istimewah Yogyakarta. Apabila dilihat dari lokasinya TK ABA Karangbendo terletak cukup strategis sehingga dekat dengan sumber informasi. Berdasarkan hasil observasi, TK ABA Karangbendo memiliki tenaga pengajar dan jumlah anak terdiri dari 10 guru dan 103 anak, serta memiliki fasilitas pendukung yaitu 6 ruang kelas, ruang UKS (unit kesehatan sekolah), tempat bermain, toilet dan keran air tempet cuci tangan, 1 kantin, ruang guru, ruang kepala sekolah dan perpustakaan.

b. TK Pertiwi 21 Babadan terletak dikecamatan Banguntapan II Kabupaten Bantul Daerah Istimewah Yogyakarta. Apabila dilihat dari lokasinya TK Pertiwi 21 Babadan terletak cukup strategis. Berdasarkan hasil observasi, TK Pertiwi 21 Babadan memiliki tenaga pengajar dan jumlah anak terdiri dari 5 guru dan 45 anak, 4 ruang kelas, 1 ruang guru dan UKS, ruang kepala sekolah dan perpustakaan, toilet dan keran air tempat cuci tangan, dan tempat bermain.

2. Analisis Hasil Penelitian

Penelitian ini Quasi Eksperimen dengan desain pretest and posttest with control gruop. Subjek penelitian adalah anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang mengikuti pembelajaran di TK ABA Karangbendo tahun 2016-2017 sebanyak 18 anak pada masing-masing kelompok. Gambaran tentang karakteristik subjek

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44 variabel dalam penelitian.

a. Karakteristik Anak

a) Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, informasi, pengalaman

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Informasi, Pengalaman Anak di TK ABA Karangbendo tahun ajaran

2016-2017 Karakteristik responden Intervensi Kontrol n % n % Umur 4 tahun 5 27,8 7 38,9 5 tahun 9 50,0 8 44,4 6 tahun 4 22,2 3 16,7 Total 18 100,0 18 100,0

Jenis kelamin Laki-laki 10 55,6 8 44,4

Perempuan 8 44,4 10 55,6 Total 18 100,0 18 100,0 Informasi Terpapar 7 38,9 9 50,0 Tidak terpapar 11 61,1 9 50,0 Total 18 100,0 18 100,0 Pengalaman Pernah 18 100,0 18 100,0 Tidak pernah 0 0 0 0 Total 18 100,0 18 100,0

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian umur responden adalah 5 tahun pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol . Dikelompok intervensi lebih banyak laki-laki 10 (55,6%) sedangkan di kelompok kontrol lebih banyak perempuan 10 (55,6%). Pada kelompok intervensi yang tidak terpapar informasi lebih banyak 11 (61,1%) dibandingkan kelompok kontrol 9 (50,0%), paparan informasi pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol. Seluruh anak dari kedua kelompok pernah mengalami sakit akibat tidak mencuci tangan.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

Hal ini berarti bahwa proporsi jenis kelamin dan paparan informasi dari kedua kelompok tidak setara.

b. Karakteristik Orang Tua Anak

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan Orang Tua Anak di TK ABA Karangbendo tahun ajaran

2016-2017

Karakteristik responden

Intervensi Kontrol

n % n %

Pekerjaan Karyawan swasta 4 22,2 6 33,3

Wiraswasta 10 55,6 8 44,4 PNS 3 16,7 4 22,2 TNI/POLRI 1 5,6 0 0,0 Total 18 100,0 18 100,0 Penghasilan < 1.297.700 10 55,6 8 44,4 ≧1.297.700 8 44,4 10 55,6 Total 18 100,0 18 100,0

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa pekerjaan orang tua terbanyak adalah wiraswasta baik kelompok intervensi 10 (55,6%) maupun kelompok kontrol 8 (44,4%). Penghasilan orang tua terbanyak pada kelompok intervensi di bawah UMK 10 (55,6%) dan kelompok kontrol di atas UMK 10 (55,6%). c. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Setelah pendidikan kesehatan Pada Kelompok Intervensi.

Perbedaan pengetahuan sebelum dengan setelah intervensi dengan skala pengukuran ordinal pada kedua kelompok menggunakan uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi Pada Anak di TK ABA Karangbendo tahun ajaran 2016-2017

Pengetahuan Kelompok Sebelum Setelah p N % n % Intervensi Baik 4 22,2 17 94,4 Cukup 14 77,8 1 5,6 0,000 Kurang 0 0,0 0 0,0 Total 18 100,0 18 100,0

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

mendapat pemberian informasi melalui media ular tangga menjadi kategori baik 17 (94,4%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti pemberian informasi melalui media ular tangga mempengaruhi tingkat pengetahuan anak prasekolah.

d. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Kontrol

Tabel 8 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi Pada Anak di TK Pertiwi 21 Babadan tahun ajaran 2016-2017

Sebelum Setelah p N % n % Kontrol Baik 2 11,1 0 0,0 Cukup 1 5,6 2 11,1 0,334 Kurang 15 83,3 16 88,9 Total 18 100,0 18 100,0

Berdasarkan Tabel 8 pengetahuan anak pada kelompok kontrol sebelum diberikan leaflet sebagian besar dalam kategori kurang 15 (83,3%) dan setelah psttest tetap dalam kategori kurang 16 (88,9%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,334 (p>0,05) yang berarti pemberian informasi melalui leaflet tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan anak prasekolah secara signifikan.

e. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Skor Pengetahuan.

Perubahan skor pengetahuan tentang cuci tangan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kontrol berupa data rasio dan dilakukan uji sebaran data menggunakan uji Shapiro Wilk (n<50). Hasil uji Shapiro Wilk diperoleh p<0,05 pada kelompok intervensi yang berarti data tidak berdistribusi normal. Sehingga analisis yang digunakan adalah uji Mann Whitney.

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

Intervensi dan Kontrol

BBerdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rerata perubahan skor pengetahuan pada kelompok intervensi 16,67% lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol 5,86%. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p=0,045 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan skor perubahan pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kontrol.

B. Pembahasan 1. Karakteristik Anak dan Orang Tua Responden

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian umur responden adalah 5 tahun pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Dikelompok intervensi lebih banyak laki-laki 10 (55,6%) sedangkan di kelompok kontrol lebih banyak perempuan 10 (55,6%). Menurut Sillalahi (2008) anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun dimana pada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio emosional. Usia responden dapat mempengaruhi pengetahuan tentang cuci tangan, semakin bertambah usia tentunya akan memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang memiliki usia muda. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola pikirnya. Sehingga perubahan pengetahuan tentang cuci tangan yang dilakukan semakin membaik, hasil tersebut dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai umur 5 tahun yaitu 9 orang (50%), semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola pikirnya. Sehingga pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar yang dilakukan semakin membaik (Mubarok,W.I., dkk, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin responden hampir seimbang yaitu laki-laki sebanyak 10 orang (55,6%) dan perempuan sebanyak 8 orang (38,9%) pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol sebanyak 8 orang laki-laki (38,9%) dan perempuan sebanyak 10 orang (55,6%).

Kelompok Sebelum Setelah Perubahan P

Intervensi 67,90 ± 8,43 84,57 ± 8,21 16,67 ± 8,31 0,045 Kontrol 45,99 ± 19,79 51,85 ± 9,41 5,86 ± 22,66

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang mudah bergantian. Mereka dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama dengan jenis kelaminya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang berbeda jenis kelaminya.

Rendahnya nilai pengetahuan anak melakukan cuci tangan Di TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pengetahuan ( umur, sumber informasi, pengalaman, dan sosialekonomi). Dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sumber informasi yang tidak pernah sebanyak 9 orang (50%), sebanyak 18 orang (100%) pernah mengalami penyakit akibat tidak cuci tangan.

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa pekerjaan orang tua terbanyak adalah wiraswasta baik kelompok intervensi 10 (55,6%) maupun kelompok kontrol 8 (44,4%). Penghasilan orang tua terbanyak pada kelompok intervensi di bawah UMK 10 (55,6%) dan kelompok kontrol di atas UMK 10 (55,6%). Menurut Yusuf (2010) bahwa kondisi ekonomi keluarga kelas menengah ke bawah cenderung lebih keras terhadap anak dan lebih sering menggunakan hukuman fisik. Keluarga ekonomi kelas menengah cenderung lebih memberi pengawasan dan perhatian sebagai orang tua. Sementara keluarga ekonomi kelas atas cenderung lebih sibuk untuk urusan pekerjaannya sehingga anak sering terabaikan.

2. Pengetahuan Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Melalui Media Ular Tangga Pada Kelompok Intervensi

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan sebelum pada kelompok intervensi kategori cukup 14 (77,8%) dan setelah mendapat pemberian informasi melalui media ular tangga menjadi kategori

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

baik 17 (94,4%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti pemberian informasi melalui media ular tangga mempengaruhi tingkat pengetahuan anak prasekolah.

Pengetahuan tentang cuci tangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi pengetahuan dan informasi seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi-informasi tentang cara-cara mencapai pola hidup sehat, cara pemeliharaan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Pada metode permainan ular tangga dapat terjadi proses perubahan pengetahuan dan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran. Didapatkan bahwa penyuluhan dengan metode permainan ular tangga dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak dibandingkan melalui metode leafleat, karena anak lebih tertarik dalam melakukan pendidikan kesehatan dengan cara permainan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Andi dkk (2010) dengan judul pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan pengetahuan dan sikap siswa tentang demam berdarah dengue di SD Negeri Semarang, hasil menunjukkan ada pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan pengetahuan anak tentang penyakit DBD (p= 0,002). Setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol terdapat perubahan pengetahuan secara bermakna (p= 0,000). Setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi (p= 0,025), hasil menunjukkan ada pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan pengetahuan anak tentang penyakit DBD.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori Freddy (2011), mengatakan banyak manfaat yang dapat diambil dari sebuah permainan. Bagi anak, permainan yang dilakukan dengan menyenangkan akan berdampak positif terhadap perkembangan anak, sikap mental, dan nilai kepribadian anak.

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

yang bisa diperoleh anak, yaitu : Anak dapat menambah kosa kata baru, melatih anak belajar memahami perintah, dan anak bermain peran ketika melakukan perintah atau permintaan sesuai dengan pertanyaan yang tertulis dalam tiap kotak ular tangga tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan perorangan yang erat hubunganya dengan masalah kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Pemberian pendidikan kesehatan tentang cuci tangan sangat diperlukan untuk pemberian pengetahuan agar anak termotivasi meningkatkan kebersihan dengan melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan teknik yang sesuai dan menjaga kesehatannya dengan tindakan preventif sejak dini.

Pada metode permainan ular tangga dapat terjadi proses perubahan pengetahuan dan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran. Didapatkan bahwa penyuluhan dengan metode permainan ular tangga dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak dibandingkan melalui metode leafleat, karena anak lebih tertarik dalam melakukan pendidikan kesehatan dengan cara permainan (Notoatmodjo, 2007).

Permainan ular tangga membentuk karakter anak dan peserta didik secara tidak langsung. Sehingga perlu dikembangkan yaitu melalui pengarahan yang dilakukan oleh orang tua. Permainan ular tangga ini dapat dimainkan oleh orang tua bersama anaknya atau guru bersama muridnya di waktu senggang. Melalui permainan ular tangga ini diharapkan komunikasi dan keakraban bisa dibangun. Saat bermain bersama anak atau peserta didik diajarkan apa maksud dan tujuan dari permainan ular tangga. Anak akan lebih mudah mengingat saat masih kecil dari pada saat dia dewasa. Sehingga dengan bermain ular tangga ini anak diharapkan mempunyai memori tentang pelajaran moral dan pendidikan karakter yang ada di dalam permainan ular tangga (Semiawan, 2002 dalam Masyaroh, 2014).

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

3. Pengetahuan Tentang Cuci Tangan Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Pada Kelompok Kontrol

Pengetahuan anak pada kelompok kontrol sebelum diberikan leaflet sebagian besar dalam kategori kurang 15 (83,3%) dan setelah mendapat leaflet tetap dalam kategori kurang 16 (88,9%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,334 (p>0,05) yang berarti pemberian informasi melalui leaflet tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan anak prasekolah secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan pendidikan kesehatan kepada anak usia prasekolah dengan media leaflet tidak terlalu efektif dikarenakan anak mudah bosan, belum mengerti, belum bisa membaca, dan anak usia prasekolah lebih senang bermain. Sehingga sebagian besar pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan pengetahuan secara siknifikan, dikarenakan kurang adanya pemahaman yang diterima dari pemberian informasi.

Rendahnya nilai pengetahuan anak melakukan cuci tangan Di TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pengetahuan (umur, sumber informasi, pengalaman, dan sosialekonomi). Dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai umur 5 tahun sebanyak 8 responden (44 %), informasi responden yang tidak pernah sebanyak 9 orang (50%), sebanyak 18 orang (100%) pernah mengalami penyakit akibat tidak cuci tangan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan orang tua mempengaruhi pengetahuan anak tentang cuci tangan. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah , dan pekerjaan orang tua responden sebagian besar Wiraswasta sebanyak 8 orang (44,4%). Menurut Yusuf (2010) bahwa kondisi ekonomi keluarga kelas menengah ke bawah cenderung lebih keras terhadap anak dan lebih sering menggunakan hukuman fisik. Keluarga ekonomi kelas menengah cenderung lebih memberi pengawasan dan perhatian sebagai orang tua. Sementara keluarga ekonomi kelas atas cenderung lebih sibuk untuk urusan pekerjaannya sehingga anak

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

Hasil penelitian ini sesuai dengan Septiananingrum (2015) tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan melalui media audiovisual dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan cuci tangan anak SD di Kota Yogyakarta. Hasil menunjukka uji Wilcoxson pada masing-masing kelompok didapatkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan kelompok kontrol yang menggunakan media leaflet diperoleh nilai p=0,001, hal tersebut disebabkan karena ketika pretest pengetahuan responden kelompok kontrol memiliki pengetahuan tentang mencuci tangan sesuai dengan pemahaman atau pengetahuan yang mereka miliki. Setelah responden pada kelompok kontrol mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan responden selanjutnya secara personal melakukan evaluasi terhadap pengetahuan, evaluasi yang benar menyebabkan pengetahuan menadi lebih baik, namun evaluasi yang salah menyebabkan pengetahuan menadi lebih buruk. Sedangkan pada kelompok intervensi dengan media audiovisual diperoleh nilai yang signifikan (p>0,005).

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Skor Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rerata perubahan skor pengetahuan pada kelompok intervensi 16,67% lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol 5,86%. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p=0,045 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan skor perubahan pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kontrol. Hal ini berarti bahwa pemberian promosi kesehatan mempengaruhi skor pengetahuan tentang mencuci tangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan I made BM (2012) Pengaruh pendidikan kesehatan tentang hygiene terhadap perilaku orang tua dalam melakukan hygiene pada anak diare dibangsal anak RSUD Wonosari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hygiene terhadap perilaku orang tua melakukan mencuci tangan (hygiene) (p< 0,05).

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

mempunyai arti penting dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Masa ini anak memiliki kebiasaan untuk berekspresi tanpa adanya suatu aturan yang menghalangi dan membetasinya (Siswanto, 2010). Menurut Sillalahi (2008) anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun dimana pada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio emosional. Selain itu, imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada usia ini. Pengetahuan tentang cuci tangan dapat dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Usia responden dapat mempengaruhi pengetahuan tentang cuci tangan, semakin bertambah usia tentunya akan memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang memiliki usia muda. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola pikirnya. Sehingga perubahan pengetahuan tentang cuci tangan yang dilakukan semakin membaik, hasil tersebut dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai umur 5 tahun yaitu 9 orang (50%), semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola pikirnya. Sehingga pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar yang dilakukan semakin membaik (Mubarok,W.I., dkk, 2007)..

Pengetahuan tentang cuci tangan yang tidak sesuai dengan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dapat disebabkan oleh kurangnya informasi tentang cuci tangan, sumber informasi responden yang sebagian besar belum pernah mendapatkan informasi tentang cuci tangan sebanyak sebanyak 7 responden (38,9%), sehingga banyak anak yang belum tepat mengetahui tentang cuci tangan dengan benar. Hal ini sesuai dengan teori yang Notoatmodjo (2003) yang menyatakan sosialekonomi mempengaruhi pengetahuan.

Pengalaman akibat tidak cuci tangan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, meliputi diare, cacingan, flu, kolera, ISPA. Pengalaman responden yang pernah mengalami sebanyak 18 (100,0%), sehingga masih banyak anak yang mengalami penyakit akibat tidak cuci tangan dengan baik.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

erat hubunganya dengan masalah kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Pemberian pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga sangat diperlukan untuk pemberian pengetahuan agar seseorang termotivasi meningkatkan kebersihan dengan melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan teknik yang sesuai dan menjaga kesehatannya dengan tindakan preventif sejak dini.

Berdasarkan pekerjaan dan penghasilan orangtua responden dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 10 responden (55,6%) dan sebagian besar penghasilan orang tua < UMK sebanyak 10 (55,6) pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol 8 (44,4). Sehingga waktu bersama anak lebih sedikit dan kurang dapat untuk melakukan cuci tangan dengan benar pada anak lebih optimal .Hal ini sesuai dengan teori yang Notoatmodjo (2003) yang menyatakan pekerjaan mempengaruhi pengetahuan.

Keikutsertaan orang tua dalam pendidikan kesehatan berkaitan dengan cuci tangan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku orang tua melakukan cuci tangan yang baik dan benar, sehingga meningkatkan kebersihan anak khususnya penularan kuman melalui tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Mencuci tangan menggunakan sabun adalah suatu tindakan yang harus dilakukan karena tangan merupakan faktor utama yang menjadi sumber infeksi terhadap diri sendiri atau lingkungan (Khairani, 2009).

Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori Suliha (2002) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan komponen program kesehatan yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat yang tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.

Peningkatan signifikan terjadi setelah responden diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan oleh peneliti secara individual dengan metode permainan ular tangga serta penyuluhan materi dengan benar menggunakan alat bantu leaflet Di TK ABA Karangbendo Banguntapan Bantul, sehingga memberi keleluasaan pada responden secara pribadi bertanya dan bermain. Stimulus tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan ular tangga, bermain merupakan aktivitas anak untuk melakukan atau mempraktikkan keterampilan dan menjadi kreatif. Media yang dapat dipilih dan mudah diterapkan kepada anak usia prasekolah sesuai karakteristik tumbuh kembangnya adalah permainan ular tangga, perubahan peningkatan pengetahuan terlihat setelah anak diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan melalui media ular tangga.

Pengetahuan tentang kebersihan diri dan hidup sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam mempertahankan kebiasaan hidup yang sesuai dengan kesehatan dan akan menciptakan kesejahteraan serta kesehatan yang optimal. Pengetahuan dipengaruhi oleh hubungan sosial, faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut modal komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu yang lain maka pengetahuan yang dimiliki akan bertambah (Notoatmojo, 2007).

Pengaruh pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah kegiatan atau usaha dalam menyampaikan pesan kepada kelompok atau individu. Adanya pendidikan kesehatan diharapkan kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan maupun informasi kesehatan yang lebih baik. Dengan adanya peningkatan pengetahuan pada kelompok maupun individu diharapkan dapat mempengaruhi perilaku kelompok maupun individu tersebut. Dengan kata

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

kognitif (pengetahuan), sikap, dan perilaku kelompok maupun individu (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan dapat diberikan kepada masyarakat dengan menggunakan berbagai macam metode, seperti ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, simulation, dan demonstrasi. Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan disekolah adalah melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran.

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki keterbatasan dan kelemahan, diantaranya:

1. Saat melakukan pendidikan kesehatan melalui media ular tangga, 18 anak dibagi menjadi 9 kelompok sehingga waktu bermain ular tangga tiap-tiap kelompok berbeda. Hal tersebut membuat anak dari kelompok yang telah selesai bermain ular tangga kadang ikut bergabung dengan kelompok lain yang belum selesai bermain ular tangga, sehingga guru dan peneliti harus menertibkan anak pada kelompok yang telah selesai bermain agar tidak mengganggu kelompok lain.

2. Terbatasnya fasilitas kesehatan yang berada di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul yang menyebabkan kesulitan bagi anak untuk melakukan cuci tangan dengan baik dan benar.

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan anak usia prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi kategori cukup 14 (77,8%) dan pada kelompok kontrol kategori kurang 15 (83,3%).

2. Pengetahuan anak usia prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi menjadi kategori baik 17 (94,4%) dan pada kelompok kontrol kategori kurang 16 (88,9%).

3. Rerata perubahan skor pengetahuan anak usia prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantulpada kelompok intervensi 16,67% lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol 5,86%. 4. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan melalui

media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku pada anak usia prasekolah di TK ABA Karangbendo dan TK Pertiwi 21 Babadan Banguntapan Bantul p=0,045.

B. Saran

1. Bagi Anak Usia Prasekolah

Hasil penelitian ini sebaiknya anak dapat menerapkan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yang baik dan benar, anak dapat membagi informasi tentang cuci tangan yang baik dan benar kepada teman-teman sekitar, orang tua, terkait dengan kesehatan agar selalu melakukan gaya hidup sehat dan bersih, dengan pentingnya cuci tangan agar`terhindar dari penyakit.

2. Bagi Guru TK

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

68

permainan ular tangga tentang cuci tangan dapat dimainkan anak saat istirahat sekolah berlangsung dan pihak sekolah dapat menyediakan fasilitas mencuci tangan disekolah seperti sabun, lap/tissue, atau hand sanitizer. 3. Bagi Perawat Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Petugas kesehatan (perawat anak) di puskesmas agar lebih berperan dalam memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan terhadap anak terkait dengan pengetahuan tentang cuci tangan, serta diadakan tindak lanjut seperti evaluasi, agar tujuan dari cuci tangan itu benar-benar tercapai.

4. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat memberikan informasi-informasi kesehatan terkait pencegahan penyakit melalui pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada masyarakat akan tetapi bisa sebagai program pencegahan dini kepada anak usia prasekolah dengan lebih mengembangkan metode ular tangga sebagai salah satu inovasi metode pendidikan kesehatan. Sedangkan untuk meningkatkan sikap, petugas kesehatan setempat bisa lebih meningkatkan program preventif dan promotif terkait pencegahan penyakit. Sehingga sikap masyarakat akan berubah memiliki perilaku yang baik dalam bidang kesehatan.

5. Bagi Peneliti lain

Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini bisa membandingkan tingkat keefektifan antara beberapa metode, misalnya antara metode ular tangga dengan pemutaran video. Seiring dengan kemajuan teknologi, peneliti lain bisa mengaplikasikan metode permainan ular tangga ini dalam bentuk aplikasi game komputer.

(38)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

69

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Widya. (2012). Pengaruh Permainan Ular Tangga Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak Di SD grobogan. Skripsi. Diterbitkan.UniversitasNegeriSemarang.http://ejournal.uns.ac.id/index. php/eners/article/view/1775.pdf. Diakses 9 April 2016.

Atika dan Eni. (2012). Promosi Kesehatan Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun. Jakarta: Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. (2007) Faktor Resiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.Jurnal Makara Kesehatan Vol.11, No. 1. Depok: UniversitasIndonesia.http://ejournal.ui.ac.id/index.php/eners/article/vie w/2201.pdf. Diakses 20 Maret 2016.

Agus N. Cahyo. (2011). Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan dan Kiri Anak.Yogyakarta: Flashbooks.

Andi Y, Mukarrohmah I, Athi L. (2010) Pengaruh Stimulasi Permainan Ular Tangga Terhadap Perubahan Sikap Siswa Tentang Demam Berdarag Dengue. Journal of nursing. Vol 3 no 2 April 2015.http://ejournal.usrat.ac.id/index.php/eners/article/view/1775.pdf. Diakses 5 Mei 2016.

Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Behrman, R. Espy, K.A. Wiebe, S.A. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Jakarta: EGC: 2010

BM, I Made. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hygiene Terhadap Perilaku Orang Tua Dalam Melakukan Hygiene Pada Anak Diare Dibangsal Anak RSUD Wonosari. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Stikes Jederal Achmad Yani Yogyakarta.

Dharma, K.K. (2012). Metodelogi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia .(2011). Seksi Promosi Kesehatan Dan Kemitraan. Jakarta :Depkes RI.

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. Diakses pada 9 Maret 2016.

(39)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

70

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. Diakses pada 9 Maret 2016.

. (2012). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah. Jakarta : Depkes RI.

. (2012). Perilaku Hidup Bersih daan Sehat. Jakarta : Depkes RI.

. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun. Jakarta : Depkes RI.

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. Diakses pada 9 Maret 2016.

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 1. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2012). Profil Kesehatan 2012. Yogyakarta : Depkes Daerah Istimewa Yogyakarta.

Djauzi, S. 2008. Raih Kembali Kesehatan Mencegah Berbagai Penyakit Hidup Sehat Untuk Keluarga. Jakarta: Kompas.

Desianto dan djannah. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Dersih dan Sehat (PHBS) Terhadap Sikap dan Perilaku Menjaga Kebersihan Pribadi pada Siswa SD Bukhari Surakarta. Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Francisca Wulandari. (2008). Pengembangan Media Sederhana Ular Tangga Bertema Bagi Siswa Taman Kanak-kanak. Skripsi. Yogyakarta: UNY Freddy Widya Ariesta. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran

IPS Dengan Media Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SD Pakintelan 03. Diakses dari http//eprints.unnes.ac.id_2011.

Pada tanggal 12 Mei 2015.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kaluas, I. Ismanto, Y. And Margaretha, R. (2015). Perbedaan terapi bermain puzzle bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak RS TK III. R. W. Mongsidi Manado. Journal of nursing. Vol 3 no 2 Mei 2015.

Khairani Wittin.(2009).Promosi Kesehatan Mecuci Tangan Menggunakan Sabun Melalui Metode Ceramah, Demontrasi Dan Latihan Dibandingkan

(40)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

71

Dengan Media Leaflet Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kota Jambi. Yogyakarta. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Machfoedz, I., Sutrisno, ES., Santosa, S.(2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, Penerbit Fitramaya, Jakarta.

Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi , Wardhani Wahyu Ika, Setiowulan Wiwiek , . (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga jilid pertama. FKUI: Media Aesculapius

Mubarak dan Chayatin. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Mubarok, W.I., dkk. (2007) Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nasili, Thaha M. Ridwan , Seweng Arifin. (2011). Perilaku Pencegahan Diare Anak Balita Di Wilayah Bantaran Kali Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-bau. Jurnal Makara Kesehatan Vol.15, No. 1. Depok: Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

______ . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga, Jakarta : Rineka Cipta.

______. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta ______. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan anak prasekolah. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Purwanto. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang PHBS Pada anak usia Sekolah Terhadap Pengetahuan Tentang Jamban Di SD Wilayah Bantaran Kali Code Yogyakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Priyoto, (2014). Buku Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan . Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pujiyanti, A dan Trapsilowati, W .(2008). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku ibu Rumah Tangga Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di

(41)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

72

Ratna, W. (2011). Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan PHBS Tentang Cuci Tangan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa Kelas VDi SDN Bulukantil Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran UNS.www.pubmed/ coping/abstrak plus, Diakses 20 Maret 2016.

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyadi, (2012). Tubuh Kembang. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sarwono, S. (2004). Sosiologi Kesehatan.Yoygakarta: GMU Press.

Septiananingrum, D. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan Melalui Media Audiovisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Cuci Tangan Anak Sekolah Di SD Kota Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Gadjah Mada.

Siswanto Hadi. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pustaka Rihana

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung : Alvabeta.

,(2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suharsini, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryani Uha, Herawani, Sumiani, Resnayati Yeti. (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tazrian.(2011).CuciTanganPakaiSabun.Kesehatan.

Kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011. Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.

Tim Pustaka Widyawati. (2008). EYD Lengkap. Pustaka Widyatama Yogyakarta. Tietjen, L.(2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Wawan, A & Dewi, M. (2010). Buku Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Edisi 2. Yogyakasrta: Nuha Medika.

Gambar

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur, Jenis kelamin,  Informasi, Pengalaman Anak di TK ABA Karangbendo tahun ajaran

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan bila hanya satu ekor betina berahi yang dikawini, ini akan menurunkan napsu kawin pada ternak jantan, sebagaimana dalam penelitian ini dengan menggunakan satu ekor

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Modul Kearsipan untuk Siswa/i jurusan Administrasi Perkantoran ini dapat

surat pengantar ke unit kepegawaian instansi yang bersangkutan. Unit kepegawaian melakukan verifikasi berkas :.. 1) Jika berkas tidak lengkap, maka dikembalikan kepada pegawai yang

Berbeda dengan baterai AA biasa, jenis Alkaline mempunyai kapasitas lebih besar yang pada gadget digunakan untuk LCD dan Flash.. Namun, penggunaan baterai Alkaline

Perhitungan statistik terhadap perbedaan nilai VAS di antara kedua kelompok perlakuan memang menunjukkan perbedaan bermakna, namun bila dinilai secara klinis maka nilai VAS

Laporan magang ini membahas mengenai penanganan dari produk ini dilakukan dengan perencanaan proses kampanye periklanan dengan menggunakan media televisi sebagai

Penelitian ini bertujuan menggambarkan karakteristik pada ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur &gt;6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif yang berada di

Dari beberapa polinomial khusus yaitu polinomial Hermite, polinomial Bessel, polinomial Laguerre dan polinomial Legendre, dapat juga dicari fungsi eigen dari operator