• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES MEMPERBAIKI KERUSAKAN PADA PESAWAT TV BERWARNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES MEMPERBAIKI KERUSAKAN PADA PESAWAT TV BERWARNA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES MEMPERBAIKI KERUSAKAN

PADA PESAWAT TV BERWARNA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mengikuti Ujian

Sarjana Untuk Mencapai Gelar Ke-Sarjanaan

Disusun Oleh :

NAMA : IMAM SUSANTO NIM : 01403 – 025

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : IMAM SUSANTO

Tempat / Tanggal Lahir : Brebes / 01 Januari 1984

NIM : 01403 - 025

Fakultas / Jurusan : Teknologi Industri / Teknik Elektro Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat

Alamat : Jl. Kosambi Raya No. 62 D (ABC) Kosambi

Cengkareng Jakarta Barat Telp. 081380811848 / 085210099476

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini yang berjudul “PROSES

MEMPERBAIKI KERUSAKAN PADA PESAWAT TV BERWARNA” memang

benar hasil karya saya sendiri dengan bantuan dosen pembimbing tugas akhir.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Juni 2007

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Proses Memperbaiki Kerusakan

Pada Pesawat Tv Berwarna

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mengikuti Ujian

Sarjana Untuk Mencapai Gelar Ke-Sarjanaan

Disusun Oleh :

NAMA : IMAM SUSANTO NIM : 01403 – 025

Mengetahui dan Mengesahkan

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Koordinator Tugas Akhir Teknik Elektro

(Ir. Yudhi Gunardhi, MT.) (Ir. Yudhi Gunardhi, MT.) Ketua Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknologi Industri

(4)

ABSTRAKSI

Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada televisi berwarna sangatlah beragam, dari mulai kerusakan yang sifatnya ringan sampai pada tingkat kerusakan yang paling sulit untuk diperbaiki. Sebab-sebab gangguan yang mengakibatkan kerusakan pada pesawat televisi juga sangat fleksibel. Semua hal ini tentunya tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan pemakaian komponen elektronika yang sudah berumur (lama), dan perlu penggantian komponen yang baru, karena biasanya komponen yang lama sudah tidak dapat bekerja dengan baik, tentunya kinerja komponen ini akan mempengaruhi gambar ataupun suara pada televisi. Dan biasanya bila kerusakan pada komponen itu dibiarkan , tentunya akan membuat kerusakan itu merambah ke komponen yang lain, sampai pada titik puncaknya yaitu komponen itu akan mati total dan televisi juga tidak akan menyala.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dijelaskan mengenai kerusakan-kerusakan pada televisi berwarna, seperti tidak ada gambar, tidak ada suara, tidak ada warna dan mati total serta tidak dapat menala siaran dari stasiun pemancar televisi.

Dengan demikian semoga uraian tentang tugas akhir ini mampu mengatasi masalah - masalah yang sering muncul pada kerusakan televisi.

(5)

ABSTRACT

The problems which happen to coloured televisions are very various, start from the light one until the most difficult one which is difficult to be repaired. The causes that cause some problems to televisions are also very flexible all these things are not irrespective of the possibilities of electronical components using which have been old and need to be changed with the new ones, because the old components usually haven’t been able to work well, so of course this can influence the picture or sound of televisions. And if we let the damage of the component, it will spread to other components, until its top level that is the components will not work totally and finally the television will not start.

In writing of this Final Task, it will be explained about the problems on coloured televisions, such as there is no picture, no sound, no colour, totally off and can’t tune the newscast from television transmitter station.

I do hope that the explanation in this Final Task could overcome the problems which often happen to the damage of television

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, terutama nikmat Islam, Iman dan kesehatan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan keselamatan bagi para pengikut – pengikutnya.

Penulis bersyukur dan berterimakasih, karena berkat kasih sayang dan pertolongan Allah SWT, serta do’a dari kedua orang tua tercinta, dan kepada teman – teman serta sahabat tercinta, akhirnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan dan penulisan tugas akhir ini dengan baik dan sesuai dengan waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua, dan kelima saudaraku tercinta yang selalu memberikan

bantuan dan dorongan serta mendoakan penulis selama berada di jakarta demi tercapainya cita-cita, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Ir. Yudhi Gunardhi, MT. ,selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah banyak meluangkan waktu , tenaga pikiran dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan serta pengetahuannya hingga selesainya tugas akhir ini.

3. Bapak Ir. Yudhi Gunardhi, MT., selaku koordinator tugas akhir.

4. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, MSc., selaku ketua jurusan Teknik Elektro

Universitas Meru Buana.

5. Dosen – dosen dan staf T.U. teknik elektro Universitas Mercu Buana, terima

kasih atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Agung dan ka’ Aiman, terima kasih atas segala fasilitas dan bantuan yang

(7)

7. Teman – teman satu jurusan : M. Firdaus, Adista S. N, Bagus S, Handoko,

Indra Regisa dan seluruh angkatan 2003 teknik elektro, terima kasih atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama perkuliahan.

8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, sehingga pembuatan dan penulisan tugas akhir ini bisa selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangannya, baik itu berupa penulisan kata maupun penjelasan materi. Untuk itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 14 Juni 2007

(8)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

... i

LEMBAR PENGESAHAN

... ii

ABSTRAK

... iii

KATA PENGANTAR

... v

DAFTAR ISI

... vii

DAFTAR TABEL

... ix

DAFTAR GAMBAR

... x

BAB I

PENDAHULUAN

... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penulisan ... 1 1.3 Pembatasan Masalah ... 2 1.4 Metode Penulisan ... 2 1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rangkaian Tegangan Tinggi dan Tegangan Rendah ... 4

2.1.1 Catu Tegangan Tinggi Flyback ... 5

2.1.2 Catu Tegangan Rendah ... 5

2.2 Rangakaian Penala (Tuner)... 7

2.2.1 Penguat HF... 8

2.2.2 Sirkuit Bagian Mixer... 8

2.2.3 Bagian Osilator Lokal ... 8

2.3 Rangakaian Penguat IF (Intermediate Frequency) ... 9

2.4 Rangakaian Detector Video ... 10

2.5 Rangkaian Penguat Video... 10

2.6 Rangkaian AGC (Automatic Gain Control) ... 10

2.7 Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV... 13

2.8 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi ... 13

2.9 Rangkaian Suara ... 14

(9)

2.9.2 Penguat Menengah Suara... 15

2.9.3 Detektor FM... 15

2.9.4 Penguat Akhir ... 15

2.10 Rangkaian Catu Daya (Power Supply) ... 16

2.11 Tabung Gambar ... 17

2.11.1 Menghilangkan Magnetisasi (Degaussing)... 20

2.11.2 Menghilangkan Magnetisasi Secara Otomatis.... 20

2.11.3 Menghilangkan Magnetisasi Secara Manual ... 21

BAB III ANALISA KERUSAKAN PADA TELEVISI

3.1 Rangkaian Catu daya (Power Supply) ... 27

3.2 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi………. 28

3.3 Rangkaian Penala (Tuner)……… 29

3.4 Rangkaian IF …….……….. 30

3.5 Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)………. 30

3.6 Rangkaian Suara ..……… 31

3.7 Rangkaian Detektor Video……… 32

3.8 Rangkaian Penguat Video ……… 32

3.9 Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV ……… 32

3.9.1 Kondisi gangguan pada televisi ... 33

3.9.2 Perkirakan rangkaian / komponen yang rusak ... 34

3.9.3 Pembagian blok yang rusak ... 34

3.9.4 Penggantian Komponen ... 34

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN SOLUSI PERBAIKAN TV

4.A Pengujian Alat ……….……… 38

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya………. 38

4.2 Pengujian Rangkaian Tegangan Tinggi …………. 39

4.3 Pengujian Pendistribusian Catu Daya ……… 39

4.B Solusi Perbaikan Televisi….………... 41

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Fosfor Layar Yang Lazim Untuk Tabung-Tabung Sinar Katoda …….. 19

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Diagram Blok Televisi berwarna ……... . 5

Gambar 2.2

Model Blok rangkaian Televisi …….. ... . 6

Gambar 2.3

Tuner TV …….. ... . 7

Gambar 2.4

Blok Bagian Tuner TV …….. ... . 7

Gambar 2.5

Penguat IF …….. ... . 9

Gambar 2.6

Rangkaian “Pengatur Penguat Otomatis” (AGC) ……... . 11

Gambar 2.7

Diagram Blok “Pengatur Penguat Otomatis” (AGC) …….. ... . 12

Gambar 2.8

Rangkaian defleksi horizontal dan vertikal …….. ... . 14

Gambar 2.9

Diagram Blok Bagian Suara …….. ... . 14

Gambar 2.10

Rangkaian suara ……... . 16

Gambar 2.11

Rangkaian Catu daya …….. ... . 16

Gambar 2.12

Tabung Gambar TV Berwarna …….. ... . 18

Gambar 3.1

Garis Besar Diagram Blok Penerima TV Warna ……... . 22

Gambar 3.2

Diagram Blok Televisi berwarna ……... . 23

Gambar 3.3

Diagram Schematic Televisi Berwarna …….. ... . 24

Gambar 3.4

Blok rangkaian Televisi …….. ... . 25

Gambar 3.5

Rangkaian Regulator Televisi ……... . 26

Gambar 3.6

Rangkaian Catu Daya …….. ... . 26

Gambar 3.7

Trafo Flyback ……... . 27

Gambar 3.8

Rangkaian Defleksi Horizontal ……... . 27

Gambar 3.9

Defleksi Sinkronisasi …….. ... . 28

Gambar 3.10

Rangkaian Sinkronisasi …….. ... . 28

Gambar 3.11

Rangkaian Defleksi Vertikal ……... . 29

Gambar 3.12

Tuner TV …….. ... . 29

Gambar 3.13

Penguat IF …….. ... . 30

Gambar 3.14

Rangkaian AGC ……... . 31

Gambar 3.15

Rangkaian Suara dengan menggunakan IC …….. ... . 31

Gambar 3.16

Rangkaian Suara dengan meenggunakan transistor …….. ... . 32

Gambar 4.1

TV mati total, lampu indicator tidak menyala …….. ... . 41

Gambar 4.2

Rangkaian regulator televisi …….. ... . 41

(12)

Gambar 4.4

TV mati total, tapi lampu indicator menyala …….. ... . 43

Gambar 4.5

lampu indicator menyala, suara baik tapi tidak ada gambar…... . 44

Gambar 4.6

Raster gelap, meskipun screen flyback pada posisi maksimum . . 44

Gambar 4.7

televisi hanya muncul satu garis horizontal …... . 45

Gambar 4.8

gambar tergeser horizontal dan selalu berubah-ubah ….. ... . 46

Gambar 4.9

Layar TV bergerak keatas atau kebawah …... . 47

Gambar 4.10

Gambar menyempit pada kedua sisi layar TV …... . 48

Gambar 4.11

Tinggi gambar TV tidak memenuhi layar ….. ... . 49

Gambar 4.12

Penyusutan bagian atas dan bawah dan gambar tampak pendek 50

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan kemajuan sistem telekomunikasi yang sangat pesat, dunia elektronika memegang peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan informasi. Melalui media televisi yang merupakan hasil dari pengembangan teknologi elektronika, sehingga kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi sehingga kita dapat menerima informasi dengan mudah, cepat dan lengkap.

Sebelum televisi ditemukan, teknologi tercepat untuk mendapatkan informasi adalah radio. Walaupun dalam teknologi ini informasi yang kita dapatkan hanya dalam bentuk suara.

Jenis dari televisi yang kita ketahui hanya ada dua, yaitu televisi hitam putih dan televisi berwarna.dari kedua jenis televisi ini yang membedakan hanyalah warna yang dihasilkannya. Disamping itu sekarang perkembangan televisi sudah sangat pesat kemajuannya, dari yang sifatnya konvensional berubah menjadi teknologi digital. Pada TV digital, semua fungsi telah terprogram dalam

IC (Integrated Circuit).

Oleh karena itu, pada Tugas Akhir ini akan dijelaskan berbagai persoalan yang muncul pada televisi dan solusinya, terutama masalah pada televisi berwarna dari mulai permasalahan gambar maupun audionya serta masalah pada tegangan catu dayanya.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tugas Akhir ini di buat dengan tujuan sebagai berikut :

™ Merangkai papan /chasis pesawat televisi dengan mesin televisi yang sudah dilengkapi dengan system digital.

™ Mengenal trouble / kerusakan televisi dan cara mendeteksi serta memperbaikinya

™ Dengan mesin pesawat televisi tersebut, akan dijelaskan masing – masing dari blok televisi, sehingga dapat memberikan informasi mengenai bagian-bagian televisi dan apa saja komponen yang rentan mengalami kerusakan.

(14)

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Dengan menyederhanakan masalah akan mempermudah dalam menganalisa tanpa harus kehilangan fungsi dasar dari pesawat televisi tersebut, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

¾ Mesin Televisi yang dirakit merupakan model keluaran terbaru sehingga system elektronikanya kompatibel dan tidak berbeda jauh dengan merek televisi yang ada di pasaran/ yang bermerek.

¾ Pesawat televisi yang dirakit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu mesin televisi itu sendiri dan tabung televisi.

¾ Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan terlepas dari perakitan televisi yang terdiri dari berbagai macam komponen televisi,meskipun demikian dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak membahas mengenai perhitungan masing – masing komponen.

¾ Kerusakan televisi yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini, seperti tidak ada gambar, tidak ada suara, tidak dapat menala siaran dari stasiun pemancar televisi, dan tidak ada warna.

1.4 METODE PENULISAN

Langkah-langkah yang digunakan oleh penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.

a. Studi lapangan. Yaitu dengan mencari dan menemukan gagasan baru sebagai dasar dari perancangan Tugs Akhir ini.

b. Studi Pustaka. Yaitu mengumpulkan bahan yang berhubungan dan relevan dengan Tugas Akhir.

- mempelajari teori-teori yang menunjang pembuatan laporan Tugas Akhir. - membahas tiap-tiap bagian dari blok rangkaian televisi.

c. Merakit mesin pesawat televisi serta melakukan pengujian terhadap mesin pesawat televisi, apakah sudah berfungsi atau berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

(15)

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab, dengan masing – masing bab diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan hal-hal yang mendasari pengerjaan tugas akhir ini yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan perangkat –perangkat elektonik yang mendukung pembuatan tugas akhir ini secara teoritis.

BAB III ANALISA KERUSAKAN PADA TELEVISI

Berisikan tentang rangkaian – rangkaian dari televisi berwarna,

schematic diagram, dan komponen – komponen dari rangkaian yang sering dan rentan mengalami kerusakan.

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN SOLUSI PERBAIKAN TELEVISI

Melakukan pengujian terhadap alat dan menjelaskan hasil pengujian, serta menganalisa apakah hasil pengujian sesuai dengan yang diharapkan. Menjelaskan bagian – bagian rangkaian yang sering mengalami kerusakan dan solusi perbaikannya.

BAB V PENUTUP

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

Televisi yang kita ketahui adalah sebuah gambar bergerak yang disertai dengan suara. Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi (transmitter). Pada system pemancar televisi, ada dua informasi yang ditransmisikan yaitu sinyal suara dan gambar. Pada awalnya informasi visual diubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik sedangkan sinyal suara di pancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Kemudian gelombang yang dipancarkan dari stasiun pemancar televisi akan ditangkap oleh antena televisi penerima (receiver).

Chasis TV atau Rangkaian mesin Televisi adalah suatu perangkat yang terdiri dari beberapa rangkaian elektronika yang digunakan untuk menerima siaran televisi dengan tabung gambar sebagai tampilannya. Beberapa rangkaian ini merupakan kesatuan yang utuh, sehingga alat ini akan bekerja maksimal, jika semua rangkaian ini berfungsi dan saling terhubung antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain.

2.1 Rangkaian Tegangan Tinggi dan Tegangan Rendah

Sebuah rangkaian Catu Daya berguna menyearahkan masukan AC (bolak – balik) agar memberikan keluaran DC (arus searah). Chasis televisi memiliki beberapa penyearah daya pada tegangan-tegangan kerja arus searah (DC) yang dibutuhkan. Tegangan tinggi diperlukan untuk anoda, atau ultor tabung gambar. Tegangan rendah diperlukan untuk penguat – penguat sinyal kecil seperti penguat – penguat penyelarasan, penguat IF, penguat Kroma, dan tingkatan dalam penyetala RF. Kebutuhan tegangan catu daya dalam chasis TV mempunyai rincian sebagai berikut :

- 25 kV untuk anoda tabung gambar atau ultor - 5 kV untuk kisi pemusatan tabung gambar - 700 V untuk kisi layar tabung gambar - 200 V untuk tingkat keluaran video - 130 V untuk tingkat keluaran horizontal

- 18 sampai 35 Volt untuk penguat – penguat yang menggunakan transistor – transistor sinyal kecil dan unit-unit rangkaian terpadu (IC).

(17)

2.1.1 CATU TEGANGAN TINGGI FLYBACK

Transformator keluaran horizontal T1 mempunyai gulungan tegangan tinggi yang memberikan tegangan sekitar 8,5 kV masukan pulsa tripler (pelapis tiga) tegangan. Unit ini memiliki tiga penyearah internal. Pulsa Flyback dibangkitkan oleh flyback horizontal yang cepat. Keluaran searah (DC) dari tripler yakni sekitar 25 kV dihubungkan ke tombol ultor pada tabung gambar. Kapasitasnya sebesar mendekati 1.500 pF adalah kapasitor penapis.

2.1.2 CATU TEGANGAN RENDAH

Nilai-nilai yang dibutuhkan untuk tegangan searah lebih rendah jika dibandingkan dengan keluaran transformator horizontal T1.

Tegangan rendah ini dihasilkan oleh kombinasi penyearah saluran yang memiliki masukan dari jaringan daya searah dan penyearah-penyearah yang dihubungkan pada setiap rangkaian- rangkaian berikutnya.

AFT

Penala Detector Video

Speaker Rangkaian Suara AGC Penguat IF Penguat Video Defleksi Sinkronisasi Catudaya CRT

(18)

Rang

Secara garis besar blok tersebut memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

2.2 Rangakaian Penala (Tuner)

Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi (penguat HF), pencampur (mixer), dan osilator local. Mixer (pencampur) dan Osilator Local mempunyai fungsi untuk merubah gelombang atau sinyal televisi menjadi sinyal frekuensi IF (Intermediate Frequency), sedangkan penguat HF (frekuensi tinggi) mempunyai fungsi untuk memperkuat sinyal RF yang sebelumnya telah dipilih oleh selector

Gambar 2.2 Blok rangkaian Televisi, model dan jenisnya bermacam – macam, tergantung merek TV yang digunakan

Rangkaian Penala Tuner kaian Penguat IF Rangkaian AGC sebagian di dalam tuner Defleksi Horizontal Defleksi Rangkaian Defleksi Sinkronisasi Rangkaian Suara Vertikal Rangkaian Chroma/Warna

(19)

(pemilih gelombang) sesuai dengan frekuensi pemancar untuk kemudian hasil dari proses pen uatan ini dim ukkang as pada bagian Mixer.

adi dengan kata lain Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk

2.2.1 Penguat HF

nguat frekuensi tinggi) merupakan sirkuit yang digunakan

- Syarat yang harus dipenuhi oleh rangkaian ini yaitu harus mampu J

(gelombang TV) dari antenna dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF. Gambar 2.3 Tuner TV

- Penguat HF (pe

untuk memperkuat sinyal RF yang teleh dipilih oleh bagian selector, untuk kemudian sinyal yang telah menjalani proses penguatan itu dimasukkan pada bagian mixer.

membangkitkan atau menghasilkan penguatan (gain) yang besar, karena perbandingan sinyal atau noise (rasio S/N) pada televise warna ditentukan oleh bagian ini.

Gambar 2.4 Blok Bagian Tuner TV. Di dalamnya terdapat rangkaian penguat IF dan kadang-kadang juga AGC

Penguat HF OSILATO R LOKAL MIXER Ke penguatt Dari Antena IF gambar Dari AFT Siny bar dan Sinyal IF gambar

al pembawa dan suara

gam pembawa suara

(20)

- Disamping harus menghasilkan penguatan yang besar, penguat HF juga harus mampu menekan menekan seminim mungkin distorsi yang mungkin timbul. Begitu juga karakteristik frekuensi pada penguat HF dalam hal Channel, frekuensi yang diterima harus bisa rata serta selisih penguatan antara channel-channel yang diterima harus bisa seminimal mungkin.

2.2.2 SIRKUIT BAGIAN MIXER

- Bagian tingkat mixer (pencampur) ini berfungsi untuk mencampur sinyal pembawa yang diterima diterima dan dipilih oleh selector serta setelah diperkuat oleh penguat HF dengan sinyal RF yang datang dari bagian osilator local.

- Untuk frekuensi pembawa gambar pada sinyal IF sebesar 38,9 MHz, sedangkan untuk pembawa suara sebesar 33,4 MHz, selisih antara pembawa gambar dengan pembawa suara dalam keadaan tetap, yaitu 5,5 Mhz.

- Sinyal hasil dari keluaran mixer ini mempunyai ampitudo yang lebih tinggi dengan frekuensi yang lebih rendah.

- Dengan demikian sinyal keluaran dari bagian mixer ini masih merupakan dua sinyal pembawa yaitu sinyal pembawa gambar dan sinyal pembawa suara. Dalam hal ini frekuensi suara jauh lebih rendah dibanding frekuensi yang ada pada sinyal pembawa gambar.

2.2.3 BAGIAN OSILATOR LOKAL

- Osilator merupakan bagian yang digunakan untuk membangkitkan listrik AC frekuensi tinggi dengan amplitude serta rekuensi tertentu yang tetap (konstan).

- Pada umumnya untuk penerima televisi warna, bagian osilator local ini menggunakan jenis osilator Colpits. Sebab jenis oskilator ini mempunyai sifat kestabilan yang bagus, juga sirkuitnya mudah dan sederhana.

- Frekuensi dari osilator harus stabil karena jika osilator ini tidak stabil atau tergeser maka pesawat televisi tidak akan dapat memproduksi gambar.

(21)

2.3 Rangakaian Penguat IF (Intermediate Frequency)

Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1.000 kali. Sinyal output yang dihasilkan penala (tuner) merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayangan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar.

Gambar 2.5 Penguat IF. Lingkaran merah menunjukkan rangkaian IF dan sebagian berada didalam tuner

Pada bagian penguat menengah ini merupakan bagian yang menerima sinyal masukan dari bagian mixer. Sedangkan tegangan masukan IF didapat dari bagian AGC (Automatic Gain Control) sehingga tegangan output pada penguat IF akan selalu konstan walaupun tegangan yang ada pada bagian inputnya bersifat variable. Disamping itu sinyal pembawa suara harus diambil lebih dahulu sebelum masuk lebih lanjut pada bagian detector video, dan sinyal yang diambil itu diumpankan ke bagian detector suara 5,5 MHz. Sinyal input yang diumpankan ke bagian AFT (Automatic Fine Tuning) juga diambil dari bagian ini. Dan perlu diketahui bahwa penguat IF terdiri dari tiga tingkat penguatan, ketiga penguatan dari rangkaian yang

ada pada penerima televisi bergantung pada penguatan yang dilakukan oleh penguat IF, begitu juga baik buruknya gambar yang dihasilkan sangat ditentukan oleh karakteristik respon frekuensi penguat IF.

(22)

2.4 Rangakaian Detector Video

Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara.

Pada rangkaian ini sering menggunakan sebuah diode detector untuk menyearahkan sinyal gambar. Dioda detector mempunyai sifat linearitas yang baik dan memiliki distorsi yang kecil. Dioda yang digunakan pada rangkaian ini biasanya dari jenis germanium. Susunan sinyal gambar yang keluar dari output penguat IF diumpankan ke anoda detector dioda. Setelah dilakukan pendeteksian secukupnya polaritas dari sinyal gambar yang keluar dari katoda menjadi bertaraf

negatif (berarti polaritas dari output katoda adalah negatif)

2.5 Rangkaian Penguat Video

Rangakaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detector video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (Catode Ray Tube). Di dalam rangkaian penguat Video terdapat pula rangkaian ABL (Automatic Brightness Level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca. Disamping itu, pada rangkaian ini juga disertai dengan rangkaian pembangkit komponen searah (DC) sinyal televisi agar dapat menghasilkan gambar yang baik pada tabung gambar.

2.6 Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)

Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah–ubah baik channel yang satu dengan channel yang lainnya sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan.

Cara kerja dari rangkaian ini yaitu apabila ada sinyal masuk melalui tuner, kemudian sinyal ini akan diumpankan ke bagian penguat pertama yaitu penguat HF, didalam penguat HF ini penguatan sinyal akan naik apabila taraf sinyal yang diterima turun dan sebaliknya penguatan sinyal akan turun apabila taraf sinyal yang diterima naik.

Dengan kondisi yang demikian taraf sinyal masukan yang variable menjadi stabil. Semua taraf sinyal RF yang berguna akan dapat disajikan dalam taraf keluaran

(23)

amplitudo yang konstan pada detector video yang pada akhirnya amplitudo pada tabung gambar juga akan menjadi konstan. Ada tiga metoda untuk menghasilkan tegangan pengontrol AGC : yaitu metoda AGC dengan nilai rata-rata, metoda AGC dengan nilai puncak, dan metoda AGC dengan metoda AGC terkunci. Dari ketiga metoda tersebut yang paling banyak digunakan adalah metoda AGC terkunci. Karena metoda AGC tekunci ini hanya akan bekerja jika pulsa sinkronisasi ada sehingga gangguan yang disebabkan oleh noise hanya sedikit sekali. Dan metoda ini sistem kerjanya mampu menyesuaikan apabila terjadi perubahan cepat terhadap sinyal input. Sedangkan untuk kedua metoda yaitu metoda AGC dengan nilai rata-rata dan metoda AGC nilai puncak sekarang sudah tidak digunakan lagi karena dari kedua metoda ini masih terdapat noise sehingga sebelum sampai pada sirkuit deteksi AGC perlu adanya sikuit lagi untuk menghilangkan noise tersebut.

Gambar 2.6 Rangkaian “Pengatur Penguat Otomatis” (AGC) Lingkaran biru Menunjukkan komponen AGC sebagian di dalam IC dan Sebagian Tuner

(24)

Penguat RF Detector Video Penguat IF Rangkaian Penghapus Nise AGC RF Detector AGC Osilator Lokal MIxer Penguat Video 1 Penguat AGC Antena Ke Penguat Video 2

Gambar 2.7 Diagram Blok “Pengatur Penguat Otomatis” (AGC)

2.7 Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV

Rangkaian penstabil penerima gelombang TV di antaranya adalah AGC dan AFT. AGC (automatic gain control) akan menguatkan sinyal jika sinyal yang diterima terlalu lemah. Sebaliknya, jika sinyal yang diterima terlalu besar, AGC dengan sendirinya akan memperkecil sinyal. Sementara itu, AFT (automatic fine tuning) atau penala halus secara otomatis akan mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis.

2.8 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi

Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertical, rangkaian defleksi horizontal dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.

(25)

- Rangkaian Sinkronisasi : Pada rangkaian ini yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan pulsa-pulsa sinkronisasi dari sinyal video. Pemisahan ini dapat dibedakan berdasarkan amplitudo. Untuk sinyal gambar biasanya berada pada taraf 30% sedangkan sisanya adalah susunan sinyal video yang tidak dikehendaki

- Rangkaian defleksi Vertikal : Arus defleksi vertical dan arus control konvergensi masih diperkuat lagi oleh tingkat output vertical. Karena pada bagian output vertical ini membutuhkan daya yang lebih besar dari tingkat – tingkat yang lain, maka pada bagian output ini dilengkapi dengan transistor yang mempunyai karakteristik daya tinggi.

- Rangkaian defleksi horizontal : pada rangkaian ini berguna untuk mendefleksikan berkas, jadi pada bagian ini harus mampu mendefleksikan bintik telusur dalam tabung gambar secara horizontal (dari kiri ke kanan) dan juga harus sinkron dengan apa yang dilakukan oleh kamera. Dengan demikian bagina ini harus mampu membangkitkan arus listrik dengan bentuk gelombang gigi gergaji yang mempunyai frekuensi sebesar 15.625 Hz.

Gambar 2.8 Rangkaian defleksi horizontal dan vertikal sebagian berada di dalam trafo Flyback

(26)

2.9 Rangkaian Suara

Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar. Proses pertama kali yang dilakukan adalah pendeteksian sinyal pembawa IF suara yang mempunyai frekuensi 5,5 MHz, dimana frekuensi ini sama persis dengan selisih antara pembawa gambar dan pembawa suara, kemudian hasilnya diperkuat oleh sirkuit audio.

2.9.1 Detektor 5,5 MHz

Beda antara frekuensi sinyal pembawa gambar dengan sinyal pembawa suara adalah 5,5 MHz. Dengan mengambil selisih 5,5 MHz maka dihasilkan sinyal IF suara, selisih tersebut tidak akan pernah berubah.

2.9.2 Penguat Menengah Suara

Sinyal IF suara dengan frekuensi yang lebih rendah, yaitu 5,5 MHz yang dikeluarkan dai detector 5,5 MHz dimasukkan ke tingkat penguat menengah suara untuk diperkuat lebih lanjut agar nantinya dapat dihasilkan level amplitudo yang cukup untuk keperluan detector FM . Dengan demikian fungsi utama penguat IF suara ( penguat menengah suara ) adalah untuk memperkuat sinyal IF suara.

2.9.3 Detektor FM

Detektor suara (Sound Detector) digunakan untuk memisahkan sinyal audio (AF) dari sinyal IF termodulir yang frekuensinya masih cukup tinggi sehingga belum dapat didengar. Detektor yang digunakan dalam televise berwrna yaitu detector FM.

2.9.4 Penguat Akhir

Bagian penguat akhir suara “AF Amplifier” (penguat audio frekuensi) digunakan untuk memperkuat sinyal-sinyal AF yang keluar dari detector suara. Pada bagian penguat akhir ini bisa terdiri dari dua tingkat dan bisa pula terdiri dari tiga tingkat. Untuk bagian tingkat terakhir, baik itu yang menggunakan sistem dua tingkat atau tiga tingkat penguatan, ada pula yang menggunakan sistem penguat tunggal dan

Penguat IF suara Penguat akhir Detektor FM Detector 5,5 MHz Dari penguat IF gambar Speaker Gambar 2.9 Diagram Blok Bagian Suara

(27)

ada pula yang menerapkan sistem penguat balans. Macam ragam dari tingkat penguat akhir ini banyak sekali, bahkan untuk televisi keluaran baru seringkali dilengkapi dengan pengatur nada seperti bass dan treble.

Sesudah sinyal AF itu diperkuat sesuai kebutuhan, maka sebagai keluarannya diumpankan ke speaker untuk diubah menjadi suara sebagaimana yang bisa didengar bersama.

Gambar 2.10 Rangkaian suara. Jika Suara TV lemah atau tidak keluar, biasanya ada komponen yang rusak

2.10 Rangkaian Catu Daya (Power Supply)

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian

Pada gambar, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah didalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya akan mendistribusikan tegangan DC keseluruh rangkaian TV.

Gambar 2.11 Rangkaian Catu daya, daerah putih menandakan daerah tegangan tinggi yang

(28)

2.11 Tabung Gambar

Salah satu komponen yang paling berperan dalam menghadirkan gambar dan warna-warna adalah tabung gambar warna. Dalam tabung gambar TV warna terdapat tiga berkas electron yang dibangkitkan oleh tiga penembak electron. Satu penembak memancarkan berkas merah, satu penembak memancarkan berkas hijau dan satu penembak lagi memancarkan berkas biru. Masing-masing berkas yang dibangkitkan oleh ketiga penembak tersebut nantinya akan mengenai bintik-bintik fosfor merah, fosfor hijau dan fosfor biru yang secar efektif mengenai masing-masing fosfor, sehingga bintik-bintik itu menyala membentuk gambar warna yang baik. Masing-masing dari penembak electron tidak memancarkan berkas-berkas berwarna, melainkan memancarkan berkas electron yang bergetar pada frekuensi dan intensitas yang sama dengan warna-warna bersangkutan. Sebenarnya masing-masing bintik fosfor, yaitu bintik fosfor merah, hijau dan biru satu sama lain tidak bergandengan, tetapi karena letaknya nyaris berimpitan maka bayangan yang ditimbulkan kelihatan sebagai satu bintik, ( mata manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menangkap sela-sela antara bintik.

Untuk memperoleh reproduksi gambar dan warna yang benar-benar bagus dari setiap penampilan warna, maka setiap tabung gmbar TV warna harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tabung gambar TV warna harus mampu membangkitkan gambar atau bayangan dengan warna yang murni

Yang dimasud dengan warna murni yaitu ketiga penembak elektron harus benar-benar menghasilkan warna asli (bukan warna pemalsuan), penembak electron merah harus menghasilkan bayangan yang benar-benar berwarna merah, penembak biru harus benar-benar menghasilkan warna biru, dan penembak hijau harus benar-benar menghasilakn warna hijau

2. Semua gambar atau bayangan yang dihasilkan oleh ketiga penembak elektron harus jatuh saling berhimpitan

3. Semua gambar atau bayangan harus berada dalam berbandingan intensitas yang tepat.

(29)

Layar bintik fosfor

Pelindung Magnet Penjepit

gandar

Baji karet untuk penyetelan

Penjepit Magnet Leher Rakitan Konvergensi Cincin Pemurni

Tombol Kontak Anoda Deflection

yoke

Lonceng atau corong

Gambar 2.12 Tabung Gambar TV Berwarna

Tombol Kontak Anoda (ultor) untuk senapan electron memiliki tegangan tinggi positif yang diperlukan untuk mempercepat elektron – electron menuju layar pada terang yang diinginkan. Ultor adalah istilah lazim digunakan untuk semua elektroda yang memiliki tegangan pemercepat maksimum. nilai tegangan untuk anoda yaitu :

- 3kV untuk tabung gambar 1 inci - 10kV untuk tabung gambar 12 inci - 20kV untuk tabung gambar 19 inci - 30kV untuk tabung gambar 25 inci

Rongga ultor pada tabung gambar mempunyai diameter sekitar ¼ inci (6,4 mm). Kabel penghubung dari sumber tegangan tinggi dipertahankan didalam rongga oleh

(30)

sebuah penjepit pegas. sebuah tutup isap karet dengan diameter sekitar 1 Inci (25,4 mm) menutup rongga guna melindunginya terhadap kontak dengan tegangan tinggi. Table 1 :

FOSFOR LAYAR YANG LAZIM UNTUK TABUNG-TABUNG SINAR KATODA NIOMOR

FOSFOR WARNA KETAHANAN PENGGUNAAN

P1 Hijau sedang Osiloskop

P4 Putih Sedang - singkat Tabung gambar monokrom

P22 P31 Merah, Hijau, Biru Hijau Sedang Sedang - singkat

Tabung gambar tiga warna osiloskop

Untuk penyetelan kemurnian warna (color purity adjustment) pada tabung haruslah tepat, karena jika penyetelan warna yang tidak tepat akan mengakibatkan gambar yang jelek, warna tidak terfokus dan warna tampak berbayang. Dalam hal ini, kemurnian warna sangatlah penting, dengan mengaktifkan senapan-senapan merah, hijau dan biru secara berurutan akan menghasilkan raster-raster murni merah, hijau dan biru. Dengan semua ketiga senapan bekerja dan arus-arus berkas setimbang dengan tepat, rasternya akan seragam, yaitu putih netral.

ada 2 langkah dasar untuk menyusun pengaturan pendaratan berkas secara tepat, yakni menggerakkan magnet pemurnian warna dan menggerakkan gander defleksi.

1. Pertama, berkas electron diarahkan oleh magnet pemurnian warna. Ia dipasang dibelakang gandar menuju soket tabung. Medan magnet dari cincin-cincin bertindak sebagai pengontrol pemusatan, sehingga ketiga berkas semuanya dapat diarahkan ke pusat-pusat defleksinya secara tepat

2. Kedua, gandar defleksi degerakkan sepanjang sumbu panjang tabung guna menempatkan pusat defleksi pada jarak yang sangat tepat dari topeng naungan (shadow mask).

Penyetelan warna yang baik akan sukar didapat, dan barang kali tidak mungkin tercapai , kecuali jika konvergensi statik mendekati hampir tepat, dan magnetisasi tabung gambar dihilangkan.

2.11.1 MENGHILANGKAN MAGNETISASI (DEGAUSSING) TABUNG GAMBAR BERWARNA

Degaussing berarti “menghilangkan magnetisasi”. Tujuan degaussing adalah menghilangkan flusks magnetic dari logam-logam yang yang telah termagnetisasi. Dalam pesawat penerima berwarna, casis baja dan penopangnya, yaitu kerangka

(31)

bagian dalam yang menahan toprng naungan, dan topengnya sendiri semuanya terpengaruh oleh magnetisasi yang terinduksi. Medan-medan magnet lokal ini dapat mempengaruhi lintasan elektrondidalm tabung gambar, yang menyebabkan kesalahan dalam pendaratan berkas dan mengakibatkan pencemaran kemurnian warna. Untuk alasan ini, pengeras suara, mainan dan alat-alat lain yang mengandung magnet sebaiknya dijauhkan dari peswat penerima berwarna, akan tetapi suatu medan, yakni medan magnet bumi dimana semuanya kita berada, tidak dapat dihindari. Magnetisme yang berkaitan dengan bumi (terrestrial) adalah alasan utama mengapa degaussing perlu bagi tabung-tabung gambar berwarna. Jika dibandingkan dengan tabung gambar monokrom, dalam tabung gambar televisi monokrom, magnetisasi bukanlah masalah. Akan tetapi untuk tabung televisi berwarna, magnetisasi mempengaruhi kemurnian warna dan konvergensi (pengumpulan) untuk ketiga berkas electron.

2.11.2 MENGHILANGKAN MAGNETISASI SECARA OTOMATIS

Menghilangkan magnetisasi secara otomatis (ADG – Automatic Degaussing) dirancang untuk menghilangkan magnet bumi, tidak peduli kearah mana pesawat televisi menghadap. Dengan cara ini, magnetisasi tabung gambar dihilangkan secara otomatis setiap kali penerima televisi dihidupkan, suatu susunan kumparan degaussing dipasang didalam kekang (harness) peopang tabung diatas, dibawah, dan pada sisi-sisi layar. Pada saat pertama kali televisi dihidupkan, suatu arus yang kuat dari masukan arus bolak-balik akan melalui kumparan ini, kemudian arus berkurang dengan cepat sampai suatu nilai yang dapat diabaikan dalam waktu kurang dari satu detik. biasanya akan terdengar terjadinya degaussing jika sebuah televisi berwarna mula-mula dihidupkan, yaitu terdengar suara “chung” yang singkat yang menyerupai dengung laminasi inti besi yang berlangsung seperbagian dari atu detik. efeknya tidak akan terlihat pada layer karena degaussing akan selesai jauh sebelum katoda tabung gambar mencapai temperatur pancarannya.

2.11.3 MENGHILANGKAN MAGNETISASI SECARA MANUAL

Cara menghilangkan magnetisasi secara manual memang lebih sulit, karena dibutuhkkan kesabaran dalam menghilangkan magnet yang sudah menempel pada tabung gambar. Ada alat khusus yang digunakan untuk menghilangkan magnet dari tabung gambar, alat ini berupa kumparan, ada yang berbentuk cincin dan ada juga yang berbentuk inti besi, kedua alat ini mempunyai fungsi yang sama yaitu menghilangkan magnetisasi tabung gambar.

(32)

Dalam teknik menghilangkan magnetisasi, suatu medan arus bolak-balik yang kuat dihasilkan oleh arus 60 Hz dari jala-jala listrik. Umumnya alat ini mempunyai prinsip menciptakan suatu medan magnet yang bervariasi yang memiliki nilai rata-rata sebesar nol, dan kemudian menghilangkan medan secara pelan-pelan. Cara menggunakan alat ini yaitu masukan kumparan kedalam sebuah arus listri bolak-balik, dan sambungkan saklar, pegang kumparan dekat pada layer dan gerakan secara perlahan-lahan sejajar dengan layer, dengan ujung, dan dengan sisi-sisi cabinet TV. Lakukan hal ini beberapa kali untuk meliput keseluruhan bidang permukaan. Selanjutnya untuk menurunkan medan perlahan-lahan sampai ke nol, tariklah kumparan dari pesawat tersebut sejauh kabel daya akan mencapainya. taruhlah kumparan secara mendatar pada lantai, dan kemudian putuskan daya. Daya tidak boleh diputuskan selagi kumparan berada di dekat topeng naungan tabung gambar. Karena hal ini akan mengakibatkan arusnya terpotong pada atau di dekat nilai puncaknya. Maka suatu medan magnet yang kuat akan diindusir didalam topeng naungan oleh penurunan arus yang tajam, yang merupakan kebalikan dari apa yang diinginkan. dalam menggunakan alat ini pesawat televisi boleh mati (off) ataupun hidup (on) selama menghilangkan magnetisasi. Jika pesawat televisi dalam keadaan hidup, maka akan terlihat pola-pola warna yang indah pada layar jika kumparan dijauhkan.

Degaussing melakukan lebih daripada menghilangkan magnet yang terinduksi sebelumnya, dia juga membentuk suatu medan magnet local yang secara parsial menghilangkan efek medan magnet.

(33)

BAB III

ANALISA KERUSAKAN PADA TELEVISI

(34)

AFT

Penala Detector Video

Speaker Rangkaian Suara AGC Penguat IF Penguat Video Defleksi Sinkronisasi Catudaya CRT

(35)
(36)

Rangkaian Penala Tuner Rangkaian Penguat IF Rangkaian AGC sebagian di dalam tuner Rangkaian Defleksi Sinkronisasi

Rangkaian Suara Rangkaian Catu Daya Defleksi Vertikal

Defleksi Horizontal

Rangkaian Chroma/Warna

Gambar 3.4 Blok rangkaian Televisi, model dan jenisnya bermacam – macam, tergantung merek TV yang digunakan

(37)

Gambar 3.5 Rangkaian Regulator Televisi Transistor yang mudah rusak Elco Apabila Rusak terlihat Menggembung bagian atasnya Trafo switching Line filter

(38)

3.1 Rangkaian Catu daya (Power Supply)

Rangkaian catu daya ini berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya di distribusikan ke seluruh rangkaian. Pada rangkaian televisi, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB. Daerah didalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara daerah diluar garis putih merupakan output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV. Bila salah satu komponen rangkaian catu daya rusak maka televisi tidak akan bisa menyala sama sekali.

Pengontrol Kuat Cahaya

Gambar 3.7 Trafo Flyback

Masalah televisi yang sama sekali tidak muncul gambar dilayar tabungnya, hal ini terjadi karena adanya gangguan-gangguan pada bagian catu dayanya, serta rangkaian defleksi horizontalnya.

2SC1520

120 ohm

(39)

3.2 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi

Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertical, rangkaian defleksi horizontal, dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi. Jika terjadi kerusakan pada rangkaian defleksi vertical akan mengakibatkan gambar vertical memanjang. Sedangkan untuk rangkaian horizontal jika terjadi kerusakan pada rangkaian ini akan mengakibatkan televise tidak akan menyala dan biasanya akan terdengar suara derit pada trafo switching.

IC Vertikal

Transistor Horizont

Gambar 3.9 Defleksi Sinkronisasi

Jika televisi yang rusak terdapat garis miring atau strip-strip hitam yang tidak dapat dihilangkan dari rasternya, meskipun sinkronisasinya sudah diatur, hal ini dikarenakan adanya masalah pada bagian rangkaian horizontalnya.

(40)

Pesawat penerima televisi pada umumnya memiliki bagian Output V, bagian ini perlu dikontrol apabila terdapat gangguan penyusustan bagian atas maupun bagian bawahnya. Tanda panah menunjukkan kerusakan komponen yang harus diganti dengan yang baru.

Gambar 3.11 Rangkaian Defleksi Vertikal

100 100 0.22

2SC1124

2SC867

3.3 Rangkaian Penala (Tuner)

Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi (penguat HF), pencampur (mixer), dan osilator local. Rangkaian ini berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antenna dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF

Gambar 3.12 Tuner TV 3.4 Rangkaian IF

Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1.000 kali. Sinyal output yang dihasilkan penala (tuner) merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak

(41)

dibutuhkan dan meredam interferensi pelayangan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar. Jika rangkaian ini rusak maka gambar TV tampak bergeser, bahkan kemungkinan televisi tidak bisa menala siaran dari pemancar televisi.

Rangakaian IF dan sebagian ada di dalam

tuner

Gambar 3.13 Penguat IF

Trafo IF jika sudah rusak tidak bisa di-trim, dan harus diganti dengan trafo IF yang baru yang jenis dan kodenya sama, karena hampir semua merek televisi memiliki trafo IF yang berbeda-beda jadi untuk penggantian trafo IF ini tidak bisa sembarangan.

3.5 Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)

Rangakaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan.

(42)

Gambar 3.14 Rangkaian AGC, Lingkaran Merah dan sebagain di dalam tuner

3.6 Rangkaian Suara

Suara yang dapat di dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM), yang sebelumnya sinyal ini telah dipisahkan dari sinyal pembawa gambar. Jika suara televisi lemah atau bahkan tidak terdengar sama sekali berarti ada komponen yang rusak pada rangkaian suara.

(43)

Gambar 3.16 Rangkaian Suara dengan meenggunakan transistor 3.7 Rangkaian Detektor Video

Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara.

3.8 Rangkaian Penguat Video

Rangakaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detector video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (Catode Ray Tube). Di dalam rangkaian penguat Video terdapat pula rangkaian ABL (Automatic Brightness Level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca.

3.9 Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV

Rangkaian penstabil penerima gelombang TV di antaranya adalah AGC dan AFT. AGC (automatic gain control) akan menguatkan sinyal jika sinyal yang diterima terlalu lemah. Sebaliknya, jika sinyal yang diterima terlalu besar, AGC dengan sendirinya akan memperkecil sinyal.

Sementara itu, AFT (automatic fine tuning) atau penala halus secara otomatis akan mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis

(44)

Rangkaian televisi memiliki bentuk yang cukup rumit dibandingkan dengan bagian elektronika bukan televisi, didalamnya banyak komponen yang satu sama lainnya ada hubungan yang erat dengan berbagai jalur frekuensi ynag ada pada sistim pemancar sinyal televisi. Untuk itu perlu diperhatikan langkah – langkah yang perlu diperhatikan untuk mempermudah dalam menentukan komponen yang rusak.

Langkah – langkah tersebut meliputi :

1. kondisi gangguan yang ada pada televisi 2. perkirakan rangkaian / komponen yang rusak 3. pembagian blok yang rusak

4. Penggantian komponen yang baru

Dengan keempat langkah tersebut, untuk menemukan bagian yang rusak tidaklah terlalu sulit, tapi sebaliknya penyelesaian terhadap kerusakan televise bisa diperoleh dengan cepat dan hasilnya baik.

3.9.1 Kondisi gangguan pada televisi.

Langkah pertama yang harus diambil pertama kali menghadapi kerusakan televisi yaitu kondisi kerusakan televisi

a. Apakah ada gambar atau tidak?

b. Apakah ada suara tapi tidak ada gambar? c. Apakah ada gambar tapi tidak ada suara?

d. Apakah gambar hanya berwarna biru dan tidak dapat menerima sinyal gambar, meskipun program telah dicari?

e. Apakah tidak ada warna? Dan lain sebagainya.

Semua masalah tersebut diatas bisa mempermudah dalam penanganan masalah televisi. Jadi secara tidak langsung sudah terbayang bagian rangkaian mana yang rusak.

3.9.2 Perkirakan rangkaian / komponen yang rusak

Tahap yang kedua yaitu memperkirakan rangkaian / komponen mana yang rusak, hal pertama yang harus diperhatikan dalam menentukan apakah komponen itu rusak atau tidak, bisa dilihat dari penampilan fisik komponen itu sendiri, apakah ada yang terbakar atau tidak.

3.9.3 Pembagian blok yang rusak

Langkah ini sangat membantu agar tidak kelamaan dalam menentukan komponen yang rusak. Tentunya dasar pemahaman tentang rangkaian dari

(45)

televisi harus dikuasai terlebih dahulu supaya tidak bingung dalam menentukan blok rangkaian mana yang rusak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, blok-blok dari rangkaian televisi mempunyai fungsi masing-masing dan saling tehubung dengan rangkaian yang lainnya. Jika kerusakan televisi hanya tidak ada suara tapi ada gambar, langkah pertama yang harus diambil yaitu dengan memeriksa rangkaian atau blok penguat suara, sesudah terlebih dahulu memastikan bahwa loudspeakernya masih dalam keadaan bagus atau normal. Begitu juga dengan rangkaian yang lain, hal ini dapat mempermudah dalam mencari komponen yang rusak setelah kita bisa menentukan blok mana yang terjadi kerusakan.

3.9.4 Penggantian komponen yang baru

Untuk penggantian atau penukaran komponen yang rusak dengan yang baru seperti kondensator, resistor, transistor dan IC serta komponen-komponen yang lain perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Komponen Kondensator

Kerusakan komponen ini lazim terjadi karena jeleknya isolator yang ada, sehingga nilai kapasitasnya lenyap sama sekali, untuk hilangnya nilai kapasitas dari kondensator dapat dilakukan pemeriksaan dengan jalan menghubungkan dengan parallel pada kapasitor yang masih baik. Bisa juga ditest dengan menggunakan alat ukur seperti multimeter, untuk kondensator nonpolar bila dihubungkan dengan multimeter, jarum pada multimeter bergerak berarti kondendator sudah rusak dan harus diganti, sedangkan untuk kondensator polar bila ditest dengan multimeter, jarum bergerak dan kembali pada skala seperti semula berarti kondensator masih baik. Penukaran atau penggantian kondensator asli dengan kondensator yang baru harus melihat nilai yang tertera pada komponen, dan penggantiannyapun harus sama dengan nilai aslinya.

Tetapi untuk kondensator tertentu bisa dilakukan penggantian dengan nilai yang berbeda asalkan sesuai penggunaanya, misalkan untuk kondensator linier, kondensator untuk bypass dan kondensator kopling dan lain-lain.

(46)

b. Komponen Resistor

Resistor merupakan satu komponen yang mudah sekali rusak dibandingkan dengan komponen yang lain. Untuk mengganti resistor yang lama dengan resistor yang baru harus sesuai dengan ukurannya. Tapi pada kenyataannya tidak jarang resistor lama diganti dengan resistor yang baru tapi tidak sesuai dengan ukuran resistor aslinya, hal ini tergantung pemakaiannya, biasanya dipakai perbedaan kurang dari nilai 40 % masih bisa dipakai. Tapi jika resistor yang rusak terdapat pada bagian tuning televisi, maka penggantian resistor harus sesuai dengan ukuran aslinya dan tidak boleh diganti dengan ukuran lainnya, hanya ukuran watt saja berbeda, yang semula hanya seperempat watt diganti setengah watt tidak masalah. Rangkaian masih bisa bekerja seperti semula.

c. Komponen Transistor

Komponen ini termasuk juga golongan komponen yang mudah rusak, maka dalam memeriksa rangkaian televisi yang bermasalah, dibutuhkan ketelitian yang lebih dalam memeriks komponen ini sebelum melakukan penukaran dengan transistor yang baru, dan perlu diperhatikan bahwa komponen ini cepat sekali rusak kalau terkena panas yang berlebihan. Untuk penggantian komponen transistor ini harus sesuai dengan nilai yang tertera pada transistor itu, jangan sampai mengganti transistor ini dengan transistor yang lain yang berbeda ukurannya, kecuali dengan persamaan transistor yang benar.

d. Komponen Integrated Circuit (IC)

Untuk penggantian atau penukaran komponen IC yang rusak, sebaiknya diganti dengan ukuran dan nomor type IC yang rusak harus sama dengan IC yang baru.

Tapi jika dipandang dan dianggap perlu untuk pemasangan kaki IC ke PCB bisa dibantu dengan mempergunakan bentuk songket untuk IC baru, meskipun tempat IC yang lama tidak memakai songket, dengan cara seperti ini otomatis akan mempermudah penggantian IC, disamping tanpa harus menyolder kaki IC langsung ke PCB, hal ini damaksudkan untuk menghindari panas solder secara langsung pada waktu memasang

(47)

IC ke PCB, karena IC salah satu komponen yang rentan rusak jika terkena panas.

e. Penggantian komponen Lain

Untuk masalah komponen yang lain yang ada hubungannya dengan semua kerusakan televisi seperti transformator, diode-diode dan kumparan kawat, semua komponen itu perlu diganti apabila ditemukan kerusakan pada komponen tersebut. Komponen seperti tuner kalau rusak bisa diganti baru dan tidak tepat dengan aslinya bisa dipakai, tapi dengan syarat-syarat seperti tegangan B dari catu daya harus sama, lalu tegangan AGC, tegangan AFC-nya sama, frekuensi osilatornya local, semuanya harus sejalan dengan ukuran tuner yang diganti (tuner aslinya yang sudah rusak), tapi jalan terbaik adalah mencari tuner yang sama dengan aslinya daripada mencari tuner penggantinya yang tidak sama dengan aslinya. Disamping analisa untuk rangkaian televisi tersebut diatas, bagian tabung merupakan salah satu factor terpenting dalam mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu tampilan gambar televisi. Sebab suatu hal yang alamiah yang tidak pernah dapat diduga yaitu kerusakan pada tabung gambar, yang disebabkan oleh umur dari pemakaian tabung televisi berwarna. Kerusakan tabung gambar pada dasarnya adalah kehilangan pancaran pada katoda. Hasilnya adalah suatu gambar yang kabur. Ketidak-setimbangan skala kelabu pada televisi berwarna menunjukkan senapan yang lemah. Hal ini bisa dilihat dari sebuah tabung televisi yang ketika dihidupkan membutuhkan waktu setengah jam untuk menghasilkan gambar yang pantas pastilah jelek. Kerusakan ini dikarenakan pancaran yang rendah, sehingga katoda lemah dan memerlukan waktu yang lama untuk memanasi agar dapat menghasilkan pancaran (emisi).

Katoda yang lemah tidak dapat menyalurkan electron – electron yang cukup ke daerah – daerah gambar yang kena sorotan. Jika salah satu dari pengatur terang atau kontras diperbesar, maka putih-putih kelihatan rusak. Permukaan-permukaan menjadi kurang menonjol, gumpalan-gumpalan kelabu, dan gambar keseluruhan memuat sesuatu yang mengkilap.

(48)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN SOLUSI PERBAIKAN

TELEVISI

4. A PENGUJIAN ALAT

Untuk membuktikan bahwa alat ini bekerja dengan baik, maka perlu diadakannya pengujian. Pengujian yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pengujian rangkaian catu daya, pengujian rangkaian tegangan tinggi, dan pengujian pendistribusian power supply (catu daya).

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya

Pengujian rangkaian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Rangkaian Catu Daya sudah mencukupi untuk mendistibusikan tegangan ke rangkaian yang lainnya.

Peralatan yang digunakan yaitu lampu pijar 40 watt dan multimeter Langkah pengujian :

1. Stop kontak (steker)dipasang, tapi sebelumnya cek dulu apakah ada jalur yang short, jika tidak ada maka stop kontak dihubungkan dengan arus AC 220V.

2. Arah multitester diputar pada posisi ACVolt, tempelkan kedua kaki multitester pada masing-masing PCB yang menandakan Input AC, jika jarum bergerak menuju skala 220 V berarti arus sudah masuk rangkaian,. 3. Putus Stop kontak, pasang kabel pada lampu pijar pada masing-masing

terminal lampu, solder kedua kabel tersebut pada kedua kaki elco yang paling besar voltasenya, untuk masing-masing kaki pasang satu kabel lampu pijar.

4. Pasang kembali stop kontak pada arus AC 220 Volt, jika lampu pijar menyala berarti catu daya sudah mencukupi untuk mendistribusikan tegangannya ke rangkaian yang lain.

Pada pengujian rangkaian catu daya ini, lampu pijar bisa menyala dan voltase elco sudah dapat mencukupi kebutuhan untuk di distribusikan ke rangkaian yang lain.

(49)

4.2 Pengujian Rangkaian Tegangan Tinggi

Pada pengujian rangkaian tegangan ini untuk mengetahui apakah keluaran dari FLYBACK sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan untuk memayarkan cahaya kedalam tabung sehingga kuat cahaya dari Flyback bisa mencukupi untuk mengatur gelap-terang dan kuat cahaya pada tabung gambar.

Peralatan yang digunakan yaitu Tespen dan multimeter.

1. Stop kontak (steker)dipasang, tapi sebelumnya jauhkan ujung kabel anoda dari setiap bagian chasis yang berlogam.

2. Stop kontak dihubungkan dengan arus AC 220V, ukur tegangan tinggi dengan miltimeter.

3. Arah multitester diputar pada posisi ACVolt, tempelkan kedua kaki multimeter pada masing-masing PCB yang menandakan Input AC, jika jarum bergerak menuju skala 220 V berarti arus sudah masuk rangkaian,. 4. Putus Stop kontak, pasang tespen pada ujung kabek anoda

5. Pasang kembali stop kontak pada arus AC 220 Volt, jika tespen menyala seperti keluar apinya berarti tegangan tinggi flyback masih bagus.

4.3 Pengujian Pendistribusian Catu Daya

Dalam pengujian ini, akan kita cek apakah catu daya yang telah dihasilkan sudah dapat didistribuiskan ke semua komponen rangkaian. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua rangkaian sudah mendapat tegangan yang sesuai sehingga semua rangkaian Chasis televisi bisa bekerja secara optimal sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Pada pengujian ini menggunakan alat ukur multimeter. Langkah-langkah pengujian :

1. Stop kontak (steker)dipasang, tapi sebelumnya cek dulu apakah ada jalur yang short, jika tidak ada maka stop kontak dihubungkan dengan arus AC 220V.

2. Arah multitester diputar pada posisi DCVolt, pasang kabel merah pada kutub (+) multimeter, dan kabel hitam pada kutub (-) multimeter, tempelkan kaki negative (kabel hitam) pada ground chasis televisi, sedangkan kabel merah digunakan untuk mengurutkan tegangan dari output catu daya. Besarnya skala DCVolt sesuai dengan perkiraan.

(50)

Biasanya perkiraan ini bisa dibaca pada nilai elco yang akan diukur. Jika nilai elco yang tertera 25 Volt berarti skala yang digunakan untuk mengatur multimeter yaitu 50 Volt. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan skala multimeter adalah kita harus menggunakan skala multimeter diatas dari nilai voltase yang kita ukur.

Langkah-langkah dalam pengecekkan televisi yang rusak adalah sebagai berikut , Pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa bagian catu dayanya, apakah sudah ada tegangan yang masuk, selanjutnya pengecekkan bagian tegangan tinggi apakah voltasenya sudah mencukupi untuk memayarkan cahaya ke bagian tabung, kemudian periksa bagian horizontal, yang seringkali terjadi adalah bagian transistor horizontalnya rusak, sebab jika televisi catudayanya sudah mencukupi untuk memayarkan cahayanya ke tabung gambar tetapi tidak ada raster apapun pada tabung televis, hal ini kebanyakan disebabkan oleh transistor horizontalnya rusak, jika sudah diganti dengan yang baru pasti televisi bisa hidup normal kembali.

Bila semua pengecekkan diatas sudah dilakukan dan televisi sudah hidup, pasti tidak diperlukan pengecekkan yang lain, namun kadang-kadang televisi sudah hidup tetapi masih tidak bisa menala program televisi, hal ini perlu pengecekkan bagian tunner dan IF serta bagian IC program. Jika gambar sudah ada tapi suara tidak terdengar hal ini perlu dilakukan pengecekkan bagian penguat audionya, setelah memastikan

(51)

4. B SOLUSI PERBAIKAN TELEVISI

A. TIDAK ADA GAMBAR DAN SUARA a. Mati Total

Gambar 4.1 TV mati total, lampu indicator tidak menyala

Ada beberapa kerusakan yang bisa mengakibatkan pesawat televisi tidak dapat bekerja sama sekali. Pada umumnya kerusakan semacam ini terjadi pada bagian catu daya (power supply) atau pada rangkaian defleksi horizontal, yakni pada osilator horizontal, rangkaian pendorong awal atau pre driver, penguat awal, dan rangkaian penguat akhir.

1. Apakah TV mati total dan tidak ada lampu indicator yang menyala Penyebab

- Kemungkinan besar terdapat kerusakan pada rangkaian catu daya Solusi

- Periksa jala-jala / arus listrik, regulator input sampai output. - Perhatikan gambar skema rangkaian regulator berikut.

(52)

Pada umumnya catu daya pesawat televisi mempunyai output teganngan sebesar 115 volt, 24 volt, 12 volt dan 5 volt, tergantung dari merek TV-nya. Ganti komponen yang rusak dan perbaiki jalur rangkaian yang tidak sempurna.

2. Apakah tedengar suara derit getaran trafo switching? Penyebab

- Biasanya tegangan output regulator tersumbat karena ada komponen yang rusak, komponen dalam hal ini biasanya Transistor Horizontal.

Solusi

- Lepaskan beban output regulator dengan cara melepas kaki basis transistor horizontal dan ukur tegangan output-nya. Jika output regulator menunjukkan tegangan yang sesuai dengan petunjuk yang ada di PCB, periksa seluruh jalur distribusi tegangan dari output regulator dan seluruh rangkaian horizontal.

Perhatikan gambar skema rangkaian horizontal berikut.

transisitor horizontal

Gambar 4.3 Tanda panah tanda transistor Horizontal yang sering rusak

Pada umumnya komponen yang biasa mudah rusak adalah trafo flyback, transisitor horizontal,dan kapasitor. Garis merah menunjukkan daerah rangkaian horizontal. Ganti jika ada komponen yang rusak.

3. Apakah lampu indicator menyala tetapi TV tidak dapat dioperasikan sebagaimana mestinya?

(53)

Gambar 4.4 TV mati total, tapi lampu indicator menyala Penyebab

- Kemungkinan kerusakan terjadi pada rangkaian horizontal atau regulator. - -- Tegangan yang dihasilkan oleh regulator biasanya terhambat karena dioda pembatas tegangan rusak. Tidak semua merek TV memiliki dioda ini. Dioda yang digunakan biasanya memiliki nomor seri R2M dan R2KY. Solusi

- Pada beberapa TV biasanya ada dua warna cahaya lampu indicator. Saat TV dinyalakan, lampu indicator akan menyala merah, selang beberapa detik cahayanya berubah menjadi hijau atau mati dan TV dapat dinikmati. Apabila lampu indicator menyala merah dan tidak berubah menjadi hijau atau mati atau berubah tetapi hanya sekejap dan berwarna merah kembali , berarti terjadi proteksi.

- Periksa tegangan output dari regulator sampai ke beban. Jika tegangan ini tidak normal berarti rangkaian regulator terganggu atau ada komponen yang rusak dan perlu diganti.

b. Tidak ada Raster / Gambar tapi suara baik

(54)

Penyebab

- Rangkaian penguat Video atau penguat rangkaian cahaya atau rangkaian pembatas tegangan tinggi atau CRT ( catode ray tube ) rusak.

Solusi

1. Apakah tegangan tinggi yang terhubung ke CRT normal? Jika normal, periksa tegangan tinggi katoda CRT. Jika tegangan yang diukur tidak ada, periksalah rangkaian tegangan tinggi.

2. Apakah tegangan tinggi ke katoda CRT normal? Jika normal, periksa rangkaian penguat VIDEO dan pengontrol kuat cahaya ( britnes). 3. apabila semua normal, periksa rangkaian CRT. Kerusakan yang sering

terjadi adalah filamennya putus sehingga CRT tidak memancarkan cahaya.

c. Gambar gelap

Penyebab

- Tegangan anoda CRT telalu rendah akibat adanya kerusakan pada rangkaian tegangan tinggi, rangkaian defleksi horizontal, atau pada rangkaia catu daya.

- Tegangan semua katoda CRT menjadi besar karena gangguan pada penguat video, pada pengatur kuat cahaya, pada rangkaian pembatas, atau tegangan katoda CRT terlalu rendah karena ada komponen yang rusak.

olusi

Gambar 4.6 Raster gelap, meskipun screen flyback pada posisi maksimum

(55)

- Apakah tegangan regulator output normal? Jika normal, periksa tegangan atoda CRT. Jika tidak normal, periksa tegangan output regulator.

tegangan Katoda CRT normal? Jika normal, periksa tegangan

d. Ras

Penyebab

- Apabila dijum ar, sumber

nggunakan u osilator menggunakan sistem bertingkat sehingga pemeriksaan harus sesuai dengan tingkat komponen yang rusak. Kesalahan dalam menentukan tingkat osilator yang rusak akan berakibat gangguan pada osilator tidak ditemukan.

Solusi

- Periksa rangkaian defleksi vertical

ektroda IC atau transistor dengan multimeter

B. SIN a. Sin

k

- Apakah

Anoda CRT. Jika tidak normal, periksa rangkaian tegangan tinggi. ter Satu Garis Horizontal

Gambar 4.7 televisi hanya muncul satu garis horizontal

pai kerusakan seperti yang terlihat pada gamb gangguan pada osilator yang digunakan TV tersebut, me osilator SCS, osilator bloking, atau multivibrator. Biasanya sem a

- Periksa el

KRONISASI JELEK kronisasi Horizontal Jelek

(56)

- Kerusakan semacam ini jarang dijumpai pada TV keluaran baru. Jika sampai terjadi kerusakan, biasanya disebabkan oleh komponen yang sudah termakan umur.

al kemungkinan ada elko yang sudah erlihat kusam atau pecah. rizontal Penyebab tidak sempurna. Solusi Solusi

- Periksa rangkaian osilator horizont

kering. Biasanya ditunjukkan oleh punggung elko yang t

b. Sebagian Gambar Tergeser Ho

Gambar 4.8 gambar tergeser horizontal dan selalu berubah-ubah

- Sinyal video yang dihasilkan tercampur dengan input sinyal sinkronisasi pada rangkaian AFC horizontal karena pemeriksaan sinyal sinkronisasi

- Periksa Elko yang kering atau dioda yang bocor pada bagian rangkaian sinkronisasi, rangkaian buffer video, dan AGC.

(57)

c. Penyebab - Kerus vertical. ad TV keluaran lama Solusi

- Periksa rangkaian osilator vertical. Mungkin pengatur vertical TV keluaran lama sudah aus, sedangkan pada TV keluaran baru kerusakan terjadi akibat kapasitor keramik bocor.

d. Sinkronisa

an kerusakan terjadi pada pemisah sinyal sinkronisasi dan pada

h sinkronisasi vertical dan horizontal lemah?

yal sinkronisasi normal, periksa AGC dan rangkaian penghapus noise.

C. CA

Gambar 4.9 Layar TV bergerak keatas atau kebawah Sinkronisasi Vertikal Jelek

akan terletak pada rangkaian integrator atau pada rangkaian osilator Kerusakan semacam ini biasanya sering terjadi p a

si Vertikal dan Horizontal Jelek Penyebab

- Kebanyak

rangkaian penguat sinyal sinkronisasi, atau kadang-kadang terjadi pada rangakaian AGC dan rangkaian penghapus noise (noise cancelaer)

Solusi - Apaka

- Jika ya, periksa rangkaian pemisah sinyal sinkronisasi

- Jika rangkaian pemisah sinyal sinkronisasi normal, periksa bagian penguat sinyal sinkronisasi

- Jika rangkaian bagian penguat sin rangkaian

(58)

a. Gam mpit

Penyebab

kump Solusi

nya lebih rendah

- Periksa rangkaian defleksi horizontal terutama transistor yang ada didalamnya.

- Periksa kondisi yoke. Jika rusak atau terbakar harus diganti

b. Pelebaran Horizintal

Kerusakan pelebaran horizontal disebut juga amplitude horizontal terlalu besar atau meregang.

Penyebab

- Kerusakan semacam ini sangat jarang tejadi pada TV keluaran baru. ementara itu, pada TV konvensional, kerusakan semacam ini disebabkan

g rusak bar Se

Gambar 4.10 Gambar menyempit pada kedua sisi layar TV

- Kerusakan seperti ini jarang terjadi pada TV keluaran baru. Tegangan output Horizontal lebih rendah sehingga rangkaian arus gigi gergaji pada

aran defleksi horizontal (yok) bertambah lemah.

- Periksa tegangan output catu daya. Jika tegangan output

dari nilai yang tertulis pada PCB, periksa komponen-komponennya.

S

oleh Vr yan Solusi

- Ubah nilai pengontrol lebar horizontal. Jika tidak ada perubahan, ganti Vr tersebut.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait