• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional dari suatu sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional dari suatu sistem"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pemeliharaan atau Maintenance

Pada dasarnya perawatan (maintenance) merupakan suatu kegiatan yang

diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional dari suatu sistem

produksi dan menekan (meminimalisir) terjadinya breakdown dalam proses

produksi yang sedang dilakukan. Sehingga dari sistem itu diharapkan

menghasilkan output sesuai dengan rencana. Sistem perawatan dapat dipandang

sebagai bayangan dari sistem produksi, dimana sistem produksi beroprsi dengan

kapasitas yang tinggi maka perawatan yang dilakukan akan lebih intensif.

Maintenance itu sendiri merupakan suatu aktifitas untuk memelihara dan menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau

penyesuaian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan oprasi produksi yang

memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan adanya kegiatan

maintenance ini maka fasilitas atau peralatan pabrik dapat digunakan untuk melakukan proses produksi sesuai dengan yang direncanakan tanpa mengalami

kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipakai untuk proses produksi

atau sebelum jangka waktu tertentu, sehingga proses dari suatu sistem itu berjalan

dengan lancar.

(2)

2.2. Definisi TPM

Definisi lengkap TPM memuat 5 hal (Japan Institut Productivity

Maintenance, 1971)

1. memaksimalkan efektifitas menyeluruh alat atau mesin

2. menerapkan sistem PM (Preventive Maintenance) yang komperhensif

sepanjang umur alat

3. melibatkan semua karyawan dari top management sampai front-line

worker

4. mengembangkan PM melalui manajement motivasi, aktifitas kelompk

kecil mandiri.

5. Melibatkan seluruh departemen: perencana, pemakai, pemelihara alat.

2.3. Tujuan Perawatan

Kegiatan perawatan (maintenance) pada dasarnya ditujukan untuk

mendukung kegiatan produksi yang beroprasi. Peralatan maintenance ini

mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset mesin produksi yang ada di

pabrik (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja mesin).

2. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

rencana produksi.

3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produksi itu sendiri dan kegiatan produksi tidak

(3)

4. Untuk membantu pengurangan pemakaian dan penyimpanan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan

selama waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijaksanaan

perusahaan mengenai investasi tersebut.

5. Untuk mencapai tinagkat biaya maintenance serendah mungkin,

dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien.

6. Menghindari kegiatan perawatan yang dapat membahayakan

keselamatan kerja.

7. Mengadakan kerjasama yang erat dari perusahaan dengan

fungsi-fungsi utama yang lain drai perusahaan tersebut yaitu memperoleh

keuntungan yang sebanyak mungkin dengan total biaya yang rendah.

2.4. Jenis-jenis Perawatan A. Breakdown maintenance

Breakdown maintenance adalah pemeliharaan yang direncanakan untuk memperbaiki mesin setelah terjadi kerusakan atau kemacetan pada mesin.

Penyebab kerusakan mesin terdiri dari berbagai macam, seperti salah

pengoprasian mesin, kurangnya pemeliharaan, dan usia mesin yang sudah tua.

Kerusakan mesin sering kali disebabkan oleh oprator. Misalkan operator

beranggapan bahwa kerusakan tidak bisa dihindari atau mesin adalah tanggung

(4)

Kerusakan jenis ini terdiri dari dua jenis :

1. Function loss breakdown merupakan jenis kerusakan yang menyebabkan mesin tidak dapat dijalankan sama sekali.

2. Function reduction breakdown merupakan jenis kerusakan yang mengakibatkan penurunan kemampuan mesin.

B. Planned maintenance

Yaitu suatu kegiatan atau tidakan yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya kerusakan pada semua unit perelngkapan pabrik, seperti melumasi,

menyetel mesin dan sebagainya. Tindakan-tindakan ini ada yang besifat rutin ada

pula yang berkala tergantung kebutuhannya.

Planned maintenance merupakan factor utama yang berpengaruh besar pada TPM dan keberhasilan dari kegiatan pemeliharaan. Mengingat perannya

yang sangat penting kegiatan ini harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Ada 4 tahap untuk merencanakan pemeliharaan:

1. Corrective maintenance

pemeliharaan ini bertujuan untuk mengubah mesin sehigga

operator yang menggunakan mesin tersebut menjadi lebih

mudah dan dapat memperkecil breakdown mesin.

2. Predictive maintenance

Pemeliharaan jenis ini dilakukan dengan cara menentukan

keandalan masing-masing komponen peralatan dan melakukan

(5)

3. Preventive maintenance

Pemeliharaan preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

kerusakan.

Preventive maintenance dapat dibagi enjadi :

- Perawatan harian, misalnya : membersihkan,

memiksa, mengencangkan, melumasi dan menyetel

agar oprasi mesin dapat bekerja optimal.

- Inspeksi berkala dan diagnosis alat

- Restorasi periodic dan overhaul

4. Maintenance prevention

Maintenance preventioan merupakan pembuatan peralatan berdasakan informasi masa lalu untuk mendapatkan peralatan

yang tidak mudah rusak dan mudah dipelihara.

C. Emergency maintenance

Emergency maintenance adalah pemeliharaan berupa perbaikan yang dilaksanakan secara darurat untuk menanggulangi kemacetan proses produksi

yang tejadi supaya tidak terlalu lama berhenti. Pekerjaan ini bersifat sementara

sampai selesainya penggantian komponen yang menyebabkan kemacetan tersebut.

D. Overhaul maintenance

Overhaul maintenance adalah pemeliharaan berupa perbaikan besar yang dilaksnakan secara terjadwal dalam interval waktu tertentu. Overhaul bertujuan

mengembalikan performa mesin dan peralatan produksi sehingga mendekati

(6)

Periodisasi pelaksanaan yang tejadi ditentukan oleh lama jam kerja

maupun kondisi yang sudah out of tolerance[3].

Sedangkan langkah-langkah kegiatan pemeliharaan itu sendiri adalah

sebagai beikut :

1. Feel (rasakan)

Tindakan ini biasanya dilaksanakan berdasarkan pengalaman, baik

operator maupun pihak maintenance yang dapat measakan adanya

kelainan pada mesin mesin yang sedang berjalan sebagai akibat adaya

kerusakan. Seorang maintenance yang mendengar kelainan bunyi salah

satu mesin dapat segera menentukan bagian mana yang mengalami

kerusakan apabila suara yang dikeluarkan mesin lain dari yang

biasanya.

2. Inspection (memerikasa)

Yakni suatu tindakan pengamatan dan pengawasan yang dilakukan

utnuk mengetahui apakah semua bagian bekerja sbagaimana mestinya,

tindakan ini dapat dilakukan secara visual atau menggunakan alat ukur.

3. Tighten (mengencangkan/mengeraskan)

Kegiatan ini dilakukan terhadap baut-baut yang kendor untuk

dikencangkan kembali sebagai akibat adanya getaran atau gesekan

pada waktu mesin sedang berjalan.

3

(7)

4. Clean (membersihkan)

Tindakan ini untuk membersihkan bagian-bagian yang bergerak

terutama yang berputar, dimana kemungkinan akan mengalami

kemacetan jika tidak dibersihkan dari kotoran atau debu melekat serta

dari benda-benda asing lainnya.

5. Adjustment (meyetel)

Dilakukan apabila ada bagian-bagian komponen yang bekerja tidak

stabil. Biasanya hal ini terjadi pada saat pemasanagn komponen, baik

itu perbaikan ataupun penggantian. Komponen ini harus dihubungkan

dengan komponen lainnya sesuai dengan konstruksi mesin, dan apabila

mesin dijalankan, komponen-komponen tersebut harus di stel terlebih

dahulu.

6. Lubrication (pelumasan)

Tindakan yang dilakuakn untuk mencegah terjadinya laju keausan

dan kerusakan pada bagian-bagian komponen yang saling bergesekan.

Pelumasan juga berfungsi sebagai pendingin, hal ini sangat diperlukan

karena bagian-bagian komponen yang saling berhubungan cepat sekali

menjadi panas.

2.5. Sasaran dai TPM sendiri adalah 1. Zero accident

2. Zero Breakdown 3. Zero Defect

(8)

Jika ketiga sasaran tadi dapat dicapai maka equipment operation rates bisa

meningkat, cost berkurang, inventory minimal, dan sebagai akibatnya

produktifitas pekerja naik.

2.6. Pilar-pilar TPM 1. 5S

a. seiri (ringkas)

Ringkas berarti memisahkan barang atau material yang diperlukan

dan tidak diperlukan, dan menyingkirkan yang tidak diperlukan di area

kerja. Menyingkirkan barang yang tidak diperlukan dan menyimpan

barang yang diperlukan.

b.Seiton ( rapi)

Berarti menyusun dan mengatur semua barang yang diperlukan

sesudah sairi, dengan cara yang rapih. Sehingga barang-barang tersusun

dengan rapih, mudah dilihat, mudah diketahui, mudah diambil, dan

semuanya siap tersediabegitu barang tersebut diperlukan.

c. Seiso (resik)

Berarti mempertahankan kebersihan mesin, peralatan kerja dan

tempat kerja dari segala kotoran. Semua kotoran yang ada di area keja

seperti debu, scrap, ceceran oli dsb. Harus dibersihkan secara teratur.

d. Seiketsu (rawat)

Berarti menerapkan konsep kebersihan pada diri sendiri dan secara

(9)

Seiso). Melakukan pengecekan kondisi mesin dan semua peralatannya ,

seperti mengisi lembar check TPM, mengecek penunjuk batas dll. Serta

mempertahankan kondisi kerja yang maksimal dengan bekerja sesuai

dengan standar kerja.

e. Shitsuke (rajin)

Berarti membentuk disiplin diri danmembiasakan menjalankan 5S

dengan cara menentukan standar.

2. Autonomous maintenance (Jishu hozen)

Autonomous maintenance atau perawatan mandiri adalah kegiatan yang dirancang untuk melibatkan operator dengan sasaran utama untuk

mengembangkan pola hubungan antar mannusia, mesin dan tempat kerja yang

bermutu. Perawatan mandiri ini juga dirancang untuk melibatkan operator

dalam merawat mesin sendiri. Kegiatan tersebut seperti pembersihan,

pelumasan, pengencangan mur atau baut, pengecekan harian, pendeteksian

penyimpangan, dan reparasi sederhana.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan operator yang

mampu mendeteksi berbagai sinyal dari kerugian (loss). Selain itu juga

bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang rapih dan bersih, sehingga

setiap penyimpangan dari kondisi normal dapat dideteksi dalam waktu sekejap.

Dalam perawatan mandiri ada 7 langkah, yaitu :

1. Pembersihan awal (membersihkan adalah inspeksi)

(10)

a. Menyingkirkan item yang tidak diperukan dan jarang digunakan, yang dapat mengganggu kinerja alat dan mengurangi kualitas.

b. Menghilangkan debu dan kotoran dari peralatan dan sekelilingnya.

c. Mengenali pengaruh kontaminasi yang membahayakan keselamatan

kerja, kualitas dan peralatan.

d. Mengungkapkan permasalahan, seperti kerusakan kecil, sumber

kontaminasi, area yang sulit dibersihkan.

e. Mengamati dan memperbaiki kerusakan pada peralatan.

2. Pencegahan sumber kontaminasi dan tempat yang sulit dibersihkan

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. mengendalikan dan melihat kembali sumber kontaminasi dan

bagian-bagian yang sulit dibersihkan yang telah didaftar dan

dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap keselamatan kerja, kualitas

dan peralatan.

b. Menyusun standar kebersihan

c. Mengambil langkah-langkah unutk perbaikan dalam rangka

menyelesaikan pembersihan peralatan dalam wkatu yang telah

ditentukan.

d. Mempelajari tentang keselamatan kerja dan kualitas, dan prinsip proses produksi melalui tindakan –tindakan perbaikan terhadap

sumber-sumber kontaminasi

e. Memperbaiki atau memodifikasi tempat-tempat yang sulit dijangkau

(11)

3. Pengembangan standar pembersihan dan pelumasan Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. mengadakan program pendidikan untuk pelumasan kepada operator

b. mengembangkan inspeksi pelumasan secara menyeluruh

c. memeriksa semua titik dan permukaan lokasi permukaan

d. membuat sistem pengendalian pelumasan

e. menetapkan standar pembersihan dan pelumasan

f. mengamati dan mempebaiki bagian-bagian yang rusak pada

peralatan yang berkaitan dengan pelumasan

g. membersihkan dan melumasi peralatan sebagai suatu kesatuan sesuai

dengan standar pelumasan atau pembersihan

h. meningkatkan metode kerja dan peralatan supaya dapat

menyelesaikan pelumasan pembersihan dalam waktu yang telah

ditentukan

i. memperbarui standar pelumasan atau pembersihan sebagai hasil dari

tindakan perbaikan.

4. Inspeksi menyeluruh

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk setiap kategori,

seperti electrical, power transmission, hydraulics, pneumatics, dan

lain-lain

(12)

c. memperbaiki atau memodifikasi daerah peralatan yang sulit diinspeksi untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan

d. menentukan draft standar inspeksi

e. mengubah metode dan peralatan inspeksi dengan menerapkan kontol

visual untuk dapat menyelesaikan kegiatan inspeksi pada waktu yang

teah ditentukan

f. mengulangi siklus PDCA (plan-do-check-acton) dalam jangka

pendek untuk mengawali pengawasan otonomi.

5. Pengembangan standar perawatan mandiri

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. menetapkan standar dan jadwal perawatan mandiri untuk

menyelesaikan kegiatan–kegiatan yang berpusat pada peralatan

b. membersihkan, melumasi dan menginspeksi peralatan sebagai suatu

kesatuan sesuai dengan standar dan jadwal perawatan mandiri

c. meningkatkan metode kerja dan peralatan supaya dapat

menyelesaikan rutinitas pembersihan, pelumasan dan inspeksi dalam

waktu yang telah ditentukan

d. menerapkan kontrol visual yang lebihmenyeluuh dan

memperbaharui standar perawatan mandiri agar semakin

berkembang dengan efektif.

6. Proses quality assurance

Proses quqlity assurance adalah proses mengidentifikasi dengan jelas semua kondisi mutu pada setiap peralatan. Selain itu quality

(13)

assuance disebut juga proses menetapkan dan mempertahankan kondisi mutu tersebut.

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. mencegah hasil produksi yang rusak ke proses selanjutnya

b. mencegah memproduksi produk yang rusak

c. mencapai proses quality assurance dan berlanjut ke zero defects

7. Pelaksanaan perawatan mandiri dan kegiatan peningkatan

berkesinambungan.

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

Menerapkan siklus PDCA di lantai produksi. Karena keseluruhan

program perawatan mandiri disusun sesuai dengan berputarnya siklus ini

dan berulang terus-menerus. Plan (P) : mencegah masalah dengan

meningkatkan kondisi peralatan selama masih efektif biayanya. Jika

mengalami kesulitan dapat dilakukan dengan menerapkan kontrol visual

untuk mendeteksi masalah sekilas. Kondisi diatas perlu dipersiapkan

standar kerja, prosedur, dan check sheet. Do (D) : melaksanakan dan

mengikuti peraturan untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.

Check (C) : memeriksadan mengungkap permasalahan secara menyeluruh. Act (A) : melakukan pengukuran balik untuk menyelesaikan

masalah. Jika usaha yang dilakukan belum mampu menyelesaikan

masalah, maka ulangi langkah P dan seterusnya. Siklus PDCA berulang

terus sampai target tercapai.

(14)

Filosofi kaizen diambil dari kata dalam bahasa Jepang, kai yang artinya

“terus menerus” dan zen berarti “perbaikan” atau “hikmat”. Filosofi

manajemen kaizen didefinisikan sebagai perbaikan terus-menerus atau

perbaikan berkesinambungan, perlahan, bertahap tapi konstan.4

Istilah ini mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang –

baik manager ataupun karyawan – dan melibatkan biaya dalam jumah tak

seberapa. Edisi tahun 1993 dari New Shorter Oxford English Dictionary telqh

memuat istilah kaizen, yaitu sebagai perbaikan bersinambungan dari penerapan

cara kerja, efisiensi pribadi, dan sebagainya, sebagai filosofi bisnis5.

4. Planned maintenance

Yaitu suatu kegiatan atau tidakan yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya kerusakan pada semua unit perelngkapan pabrik, seperti melumasi,

menyetel mesin dan sebagainya. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

5. Quality maintenance

Merupakan program dalam meningkatkan pemeliharaan mesin yang

berkualitas. kegiatan QM adalah untuk mengatur kondisi peralatan yang

mengalanmi kerusakan kualitas, berdasarkan konsep dasar TPM untuk menjaga

kualitas produk.

Kebijakan QM :

1. Bebas cacat kondisi peralatan dan pengawasan.

2. Kegiatan QM untuk mendukung jaminan kualitas.

3. Fokus pada pencegahan kerusakan pada sumber.

4http://wcm.nu/Kaizen/kaizen.html tanggal 10 Mei 2010 5

(15)

4. Pendeteksian cacat secara ketat.

5. Pelaksanan efektif jaminan kualitas operator. Sasaran QM :

1. Meminimalisir adanya pengaduan dari pelanggan atau konsumen.

2. Mengurangi cacat proses sebesar 50%.

3. Mengurangi biaya kualitas sebesar 50%.

6. Training

Hal ini bertujuan agar karyawan memiliki keterampilan yang memadai dan

memiliki semangat yang kuat untuk menjalankan seluruh fungsi yang

diperlukan secara efektif dan mandiri. Training diberikan kepada para operator

untuk meningkatkan kemampuan mereka. Sehingga pada akhirnya mereka bisa

mengetahui penyebab dan apa yang harus dilakukan pada mesin yang mereka

gunakan. Kayawan harus dilatih untuk mencapai empat fase keterampilan,

yaitu:

Tahap 1 : Tidak tahu

Tahap 2 : Mengenal teori tapi tidak dapat melakukan

Tahap 3 : Mapat melakukan tetapi tidak dapat mengajarkan

Tahap 4 : Bisa melakukan dan juga mengajarkan

Target dari training :

1. Agar bisa mempertahankan tidak terjadi down time pada mesin-mesin

kritis

2. Mencapai dan mempertahankan zero loss akibat kurangnay

(16)

3. Agar bisa berpartisipasi 100% dalam skema saran

7. Office TPM

Office TPM harus dimulai setelah mengaktifkan empat pilar lainnya, seperti yang telah disebutkan diatas. Kantor TPM harus diikuti untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi dalam fungsi-fungsi administrative dan

mengidentifikasi dan menghilangkan kerugian.

Beberapa topik perbaikan untuk kantor TPM :

1. Menginventarisasi peralatan yang tidak digunakan

2. Mengurangi waktu proses yang tidak penting

3. Menyamakan beban kerja

4. Meningkatkan efisiensi kantor dengan meghilangkan kerugian pada

waktu pengambilan informasi.

Kantor TPM dan manfaatnya :

1. Melibatkan semua orang dari setiap lapisan pendukung untuk fokus dan berusaha lebih baik dalam kinerjanya masing-masing.

2. Lebih maksimal dalam penggunaan area kerja

3. Mengulangi kerja berulang

4. Mengurangi tingkat persediaan di semua bagian rantai pasokan,

sehingga persediaan tidak menumpuk yang pada akhinya akan

mempersempit ruang kerja.

5. Mengurangi biaya administrasi 6. Pegurangan jumlah file

(17)

7. Meningkatkan produktivitas setiap orang 8. Pengurangan peralatan kantor

9. Penurunan keluhan pelanggan

10. Lingkungan kerja yang bersih dan menyenangkan

2.7 Six Big Losses

Enam kerugian besar yang mendorong dilakukannya TPM di perusahaan

adalah sebagai berikut :

1. Kerugian akibat breakdown.

2. Kerugian penyetelan dan penyesuaian.

3. Kerugian karena idle dan penghentian mesin.

4. Kerugian karena kecepatan operasi rendah.

5. Kerugian karena cacat mutu dan pengerjaan ulang.

6. Kerugian yang terjadi saat stratup.

Six big losses dihitung untuk mengetahui overall equipment effectiveness (OEE) dari suatu peralatan agar dapat diambil langkah-langkah untuk perbaikan,

jika hasilnya sudah baik maka hasil tersebut akan terus dipertahankan. Six big

losses dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Availability Rate

Availability dikenal juga sebagai pemanfaatan peralatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi equipment availability adalah perubahan sistem kerja

dan susunan penyesuaian dan lain-lain. Kegagalan peralatan juga berperan

(18)

a. breakdown losses : disebabkan kegagala dan kerusakan mesin yang membutuhkan perbaikan. Nilai breakdown loss diukur dalam

besarnya downtime yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan

dan waktu tidak produksi.

b. Set up adjustment losses : disebabkan adanya perubahan dalam kondisi operasi. Nilai ini diukur dalam besarnya downtime yang

diperlukan untuk melakukan set-up mesin, mengganti bahan baku

dan set-up mesin.

Besarnya nilai availabilihty rate dihitung dengan rumus6

2. Performance Rate

Performance rate terdapat 2 komponen, yaitu :

a. Idling and minor stoppage losses : disebabkan mesin berhenti sesaat , macet atau terganggu.

b. Speed losses : disebabkan terjadinya pengurangan kecepatan

operasi mesin sehingga mesin tidak dapat dioperasikan pada

kecepatan teoritis.

Besarnya performace rate dihitung dengan rumus7:

6

Borris Steven, Total Productive Maintenance, 2006, Hal : 29 7

(19)

3. Quality Rate

Quality Rate komponen, yaitu :

a. quality defects and rework required losses : disebabkan karena produk tidak sesuai dengan spesifik atau produk cacat sehingga

perlu dikerjakan ulang atau dihancurkan

b. yield losses : disebabkan material yang tidak terpakai atau limbah

baku.

Besarnya total yield dihitung dengan rumus 8

4. Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall equipment effectiveness (OEE) adalah besarnya efektifitas yang dimiliki oleh peralatan atau mesin yang dapat dihitung dengan rumus9:

OEE (%) = Availability rate (%) x Performance Rate (%) x Quality Rate

(%) 8 Ibid, Hal : 31 9 Ibid, Hal : 31

Referensi

Dokumen terkait

(2) Metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik dibandingkan metode Team Assisted Individualization (TAI) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran berbasis proyek dengan berbantuan perangkat

Kesulitan lain yang ditemukan adalah kemampuan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi; materi yang disusun hanya dari buku guru saja; sulit mencapai

dilakukan dalam dua tahap, pertama uji fungsional terhadap setiap bagian dari alat (sistem pengumpan, pencampuran benih kapas berkabu dengan uap nitrit, serta sistim pengandalian

Penerapan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama dalam penerapan berbagai ketentuan baru terutama

Penulisan dalam penelitian ini mengkaji tentang Pelaksanaan Perjanjian Studi Lanjut Antara Yayasan Slamet Rijadi Dengan Dosen, yang mengkaji akibat hukum antara Yayasan Slamet

Sistem program yang dibuat adalah software profile matching yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat proses matching antara profil posisi (soft kompetensi posisi)