Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer untuk Pengeringan Kunyit
(Testing
of
a
Cabinet
Dryer
in
Drying
of
Turmeric)
Ainun Rohanah , Saipul Bahri Daulay, Goodman Manurung
Abstract
The aim of the research was to determine the effect of space between tray’s hole and drying temperatures
of cabinet dryer on quality of dry turmeric. A factorial fully randomised design with three replication were used
two factors, i.e. space between tray’s hole (L1 = 3 x 3 cm, L2 = 5 x 5 cm, L3 = 7 x 7 cm), and temperatures (T1 =
50 oC, T2 = 60 oC, and T3 = 70 oC) were applied.
The drying of turmeric with electric dryer is a technique in drying turmeric which have the shape of
rack (tray dryer). The research was done by drying the turmeric in the tray dryer, and data were in accordance
with the available parameter.
The results of this research indicated that the 3 x 3 cm space tray and the 70oC drying temperature gave
the best result on moisture content, yield, rehidration and drying efficiency.
Keywords: drying, space between the tray’s hole, temperature, quality of dry turmeric.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jarak antar lubang rak dan variasi
suhu terhadap mutu kunyit kering dengan mengunakan alat pengering kabinet Dryer dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan tiga ulangan dan dua perlakuan yaitu
jarak antar lubang rak (L1 = 3 x 3 cm, L2 = 5 x 5 cm, L3 = 7 x 7 cm) dan variasi suhu (T1 = 50 oC, T2 =
60 oC, T3 = 70 oC).
Pengeringan kunyit dengan pengering pemanas listrik merupakan suatu teknik
mengeringkan kunyit pada alat pengering berbentuk rak (tray dryer) dengan sumber panas berupa
pemanas listrik. Penelitian dilakukan dengan mengeringkan kunyit pada rak‐rak alat pengering,
kemudian pengumpulan data sesuai parameter yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak antar lubang rak 3 x 3 cm dan suhu
pengering 70oC memberi hasil kadar air, rendemen, rehidrasi, dengan efisiensi pengeringan yang
terbaik
Kata kunci: pengeringan, jarak antar lubang rak, suhu, mutu kunyit kering.
Pendahuluan
Latar Belakang
Kunyit merupakan salah satu bahan
baku utama untuk industri jamu dan
kecantikan. Kunyit yang digunakan adalah
kunyit yang terlebih dahulu dikeringkan.
Pengeringan merupakan suatu metoda untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan direduksi
sampai di bawah 10 % agar pertumbuhan
mikroba dapat ditekan (Winarno dkk., 1980 ).
Tujuan pengeringan pada prinsipnya
adalah menurunkan kadar air dari suatu
produk pertanian sehingga memenuhi rencana
penggunaan selanjutnya (Matondang, 1989). Keuntungan dari pengeringan adalah
bahan menjadi lebih awet dengan volume
bahan menjadi kurang sehingga memudahkan
pengangkutan, dengan demikian diharapkan
biaya produksi menjadi lebih murah (Winarno
dkk., 1980 ).
pengering berfungsi untuk mengalirkan udara
panas dari plenum chamber. Semakin banyak
jumlah lubang semakin besar jumlah panas dan
semakin cepat panas melewati tumpukan
bahan. Panas yang melewati tumpukan bahan
menyebabkan air keluar dari bahan. Semakin
besar jumlah panas, jumlah air yang diuapkan
juga semakin besar, sehingga kadar air bahan
akan berkurang (Soehardjo, 1999).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh jarak antar lubang rak dan
variasi suhu pengeringan terhadap mutu kunyit
kering pada pengering cabinet dryer.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober‐Desember 2004 di Laboratorium
Teknik Pertanian Departemen Teknologi
Pertanian FP USU Medan.
Bahan yang digunakan adalah serbuk
kayu, kaca broti, triplek, paku, siku
aluminium,aluminium, kunyit dan air.
Sedangkan alat‐alat yang digunakan adalah :
alat pengering tipe Cabinet Dryer, thermometer
bola basah dan bola kering, thermostat,
desikator, pisau pemotong / alat perajang,
dandang, alat peniris, timbangan, air flow
meter, blower tipe sentrifugal (20 Watt,220
Volt), kompor, filamen pemanas.
Alat pengering dibuat di Laboratorium
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU
Medan . Alat pengering ini bertipe cabinet
dryer. Alat pengering ini dibuat dari triplek
yang dilapisi aluminium dan di dalamnya
diberi serbuk kayu sebagai isolator panas yang
dialirkan oleh blower (kipas).
− Komponen I. Ruang Pengering dengan
panjang, lebar, tinggi masing‐masing 70 cm,
50 cm, 60 cm
− Komponen II. Kotak Elemen Pemanas
dengan panjang dan diameter masing‐
masing adalah 48 cm dan 10 cm
− Komponen III Blower Merk Satake, tipe A.B
( sentrifugal), voltage 220 volt, Rpm 2100
rpm, power 20 watt, made in Japan.
Untuk mencari jarak antar lubang yang
terbaik, dibuat perlakuan jarak antar lubang
pada rak (L) sebagai berikut : L1 3 x 3 cm, L2 5 x
5 cm dan L3 7 x 7 cm. Untuk mencari syhu
pengeringan yang terbaik dibuat perlakuan
variasi suhu pengeringan (T) sebagai berikut : T1
50oC, T2 60oC dan T3 70oC.
Rancangan percobaan yang dilakukan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
faktor 3 x 3 dilakukan dengan 3 (tiga) ulangan.
Data dianalisa dengan analisa sidik ragam dan
nilai rata‐rata diuji dengan Least Significant
Range (LSR).
Pengujian alat pengering dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Kunyit yang sudah matang secara fisiologis
dan masih segar disortasi berdasarkan
mutu rimpang, kemudian dibersihkan.
2. Rimpang kunyit yang telah disortasi diiris
secara melintang dengan ketebalan ±3 mm.
3. Ditimbang berat kunyit yang akan
dikeringkan sebanyak 4.5 kg
4. Kunyit yang telah diiris dikukus hingga
kunyit mengeluarkan aroma khas kunyit,
dengan tujuan untuk memperoleh warna
jingga yang diinginkan dan rimpang
menjadi lunak. Kemudian ditiriskan hingga
airnya tidak menetes lagi
5. Diukur kadar air bahan sebagai kadar air
awal untuk pengeringan .
6. Dihidupkan blower dan heater hingga suhu
pengeringan tercapai untuk setiap
perlakuan.
7. Setelah itu bahan dimasukkan ke dalam
ruang pengering. Suhu diukur dengan
menggunakan termometer bola basah dan
termometer bola kering, diletakkan di dalam
ruangan pengering.
8. Setelah 8 jam pengeringan dihentikan, dan
diambil sampel dari beberapa tempat untuk
pengukuran parameter penelitian.
9. Pekerjaan 1‐9 dilakukan sebanyak 9
perlakuan dengan perubahan jarak lubang
rak menjadi 5x5 cm dan 7x7 cm dan suhu
50oC, 60oC dan 70oC.
10. Pekerjaan 1‐10 dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan.
Pengamatan meliputi kadar air dengan
metode oven (AOAC, 1985), rendemen
1977), efisiensi pengeringan (Taib, dkk., 1988 ).
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian secara umum
menunjukkan jarak antar lubang rak dan suhu
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap kadar air, rendemen, rehidrasi dan
efisiensi pengeringan.
1. Kadar Air
Dari analisa sidik ragam, diperoleh
jarak antar lubang rak memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
air. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan L3 yaitu 10.98% dan yang terendah
pada perlakuan L1 yaitu 7.41%. Semakin besar
jarak antar lubang rak maka kadar air semakin
besar (Gambar 1). Soehardjo (1999) jumlah
udara panas yang melewati tumpukan bahan
semakin besar dan semakin cepat, karena
jumlah lubang rak yang semakin banyak,
sehingga panas yang melewati tumpukan bahan
menyebabkan air keluar dari bahan, dan
semakin besar jumlah panas, maka jumlah air
yang diuapkan semakin besar, sehingga kadar
air bahan akan berkurang.
7.41 9.82 10.98 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 L1 (3 x 3) L2 (5 x 5) L3 (7 x 7)
Jarak antar lubang rak (cm)
K a d a r a ir (% )
Gambar 1. Pengaruh jarak antar‐lubang rak
lubang terhadap kadar air
Perbedaan suhu pengeringan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar air. Semakin
tinggi suhu pengeringan semakin rendah kadar
air. Menurut Adnan (1982), bahwa semakin
tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka
semakin besar panas yang diberikan, sehingga
tingginya suhu mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam kecepatan perpindahan air.
Sedangkan pengaruh interaksi jarak
antar lubang rak dengan variasi suhu
peneringan memberi pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air. Kadar
air tertinggi terdapat pada perlakuan L3T1
sebesar 15.57% dan terendah pada perlakuan
L1T3 sebesar 5.47%. Semakin tinggi suhu
pengeringan dengan jarak antar lubang rak
yang semakin rapat maka kadar air juga
semakin menurun. Menurut Soehardjo (1999),
semakin banyak jumlah lubang rak semakin
besar jumlah panas dan semakin cepat panas
melewati tumpukan bahan. Semakin besar
jumlah panas, jumlah air yang diuapkan juga
semakin besar, sehingga kadar air bahan akan
berkurang.. Jumlah lubang rak yang semakin
banyak dan suhu pengeringan yang semakin
tinggi menyebabkan jumlah air yang diuapkan
semakin besar, sehingga kadar air semakin
rendah.
Gambar 2. Pengaruh variasi suhu pengeringan
(oC) terhadap kadar air (%)
Gambar 3. Pengaruh interaksi jarak antar
lubang rak (cm) dengan variasi
suhu pengeringan terhadap kadar
air (%).
2. Rendemen
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01)terhadap rendemen. Semakin
tinggi jarak antar lubang rak semakin
meningkat rendemen yang dihasilkan karena
jumlah lubang rak semakin sedikit, sehingga
panas yang melewati bahan semakin kecil
(Gambar 4). Menurut Adnan (1982), jumlah
lubang rak yang semakin banyak, maka
semakin banyak pula udara panas yang
melewati tumpukan bahan, sehingga massa
cairan dari bahan lebih banyak yang diuapkan.
24.22
25.8
30.39
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00L1 (3 x 3)
L2 (5 x 5)
L3 (7 x 7)
Jarak antar lubang rak (cm)R en dem e n (% )
Gambar 4. Pengaruh jarak antar‐lubang rak
terhadap rendemen
Variasi suhu pengeringan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap rendemen. Rendemen tertinggi
diperoleh pada perlakuan T1 yaitu 29.56 %,
sedangkan rendemen terendah terdapat pada
perlakuan T3 yaitu 25.11 %. semakin tinggi suhu
pengeringan maka semakin rendah rendemen
yang dihasilkan (Gambar 5). Menurut Adnan
(1982), semakin tingginya suhu pengeringan
maka semakin besar energi panas yang
diberikan sehingga kandungan massa cairan
dari bahan akan lebih banyak yang diuapkan,
dengan semakin banyaknya jumlah air yang
terbuang tersebut maka rendemen juga akan
semakin rendah.
Gambar 5. Pengaruh variasi suhu pengeringan
terhadap rendemen (%)
3. Rehidrasi
Perlakuan jarak antar lubang rak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(0.01<P<0.05) terhadap rehidrasi. Rehidrasi
tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu 36.98
% dan yang terendah pada perlakuan L3 yaitu
30.78 %. semakin tinggi jarak antar lubang rak
maka semakin rendah rehidrasi (Gambar 6).
Bahan semakin kering dengan lubang rak yang
semakin banyak atau lebih rapat, dan suhu
yang melewati bahan juga semakin besar,
sehingga kemampuan bahan untuk menyerap
air kembali lebih besar, karna air yang terdapat
dalam bahan sudah kecil.
Perlakuan suhu pengeringan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(0.01<P<0.05) terhadap rehidrasi. Rehidrasi
tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 35.66
% dan rehidrasi terendah terdapat pada
perlakuan T1 yaitu 30.92 %. Semakin tingi suhu
pengeringan maka semakin tinggi rehidrasi
(Gambar 7). Diduga dengan semakin keringnya
bahan maka air yang keluar dari bahan semakin
besar sehingga kemampuannya untuk
menyerap air juga besar, karena air yang tersisa
pada bahan sudah sedikit.
36.98
32.73
30.78
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00L1 (3 x 3)
L2 (5 x 5)
L3 (7 x 7)
Jarak antar lubang rak (cm)
R
e
hi
dr
a
si
(
%
)
Gambar 6. Pengaruh jarak antar‐lubang rak
terhadap rehidrasi
Gambar 7. Pengaruh variasi suhu penge‐ringan
terhadap rehidrasi (%)
4. Efisiensi Pengeringan
Jarak antar lubang rak memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap
(P<0,01) efisiensi pengeringan. Semakin besar
jarak antar lubang maka semakin rendah
efisiensi pengeringannya (Gambar 8). Efisiensi
terbesar yaitu pada perlakuan L1 sebesar 17.35
% dan efisiensi terkecil pada perlakuan L3
sebesar 15.66 %.
17.35
16.92
15.66
14.50 15.00 15.50 16.00 16.50 17.00 17.50L1 (3 x 3)
L2 (5 x 5)
L3 (7 x 7)
Jarak antar lubang rak (cm)
E fis ie n s i p en g er in g an ( % )
Gambar 8. Pengaruh jarak antar‐lubang rak
terhadap efisiensi pengeringan Perlakuan variasi suhu pengeringan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap efisiensi pengeringan.
Semakin tinggi suhu pengeringan semakin
tinggi juga efisiensi (Gambar 9). Efisiensi
tertinggi diperoleh pada perlakuan T3 sebesar
20.91 % dan yang terendah pada perlakuan T1
sebesar 12.61 %.
Gambar 9. Pengaruh variasi suhu pengeringan
terhadap efisiensi pengeringan
(%)
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian secara umum
menunjukkan jarak antar lubang rak dan suhu
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap kadar air, rendemen, rehidrasi dan
efisiensi pengeringan. Sedangkan interaksi
jarak antar lubang rak dengan variasi suhu
pengeringan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata terhadap kadar air, dan
berbeda tidak nyata terhadap rendemen,
rehidrasi dan efisiensi pengeringan.
Berdasarkan hasil penelitian uji jarak
antar lubang rak dan variasi suhu terhadap
mutu kunyit kering, sebaiknya menggunakan
jarak antar lubang rak yang lebih kecil dan suhu
yang lebih besar serta jumlah bahan yang
dikeringkan lebih besar, sehingga lebih efisien
dalam hal waktu.
Daftar Pustaka
Adnan, M. 1982. Aktivitas Air dan Kerusakan
Bahan Makanan. Agretech, Yogyakarta.
Aoac, 1985. Association of Official Analical
Chemist Inc. Arlington, Virginia.
Matondang, S., 1989. Pengeringan Biji‐Bijian
Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ranganna, S., 1977. Manual of Analysis of Fruit
and Vegetable Products. Tata Mc Graw‐
Hill Publishing Company Limited, New
Sudarmadji, S.B. Haryono dan Suhardi, 1989.
Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Soehardjo, 1999. Bidang Pengolahan Kakao
PTPN‐IV. Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan.
Taib, G.,G. Said, dan S. Wiraatmadja, 1988.
Operasi Pengeringan Pada Pengolahan
Hasil Pertanian, PT Mediatama sarana
Perkasa, Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz, 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. PT Sarana
Perkasa, Jakarta.