• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpribadi Dan Pengembangan Kompetensi Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antarpribadi Dan Pengembangan Kompetensi Belajar Siswa"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Konseling terhadap Pengembangan Kompetensi Belajar Siswa di SMA Swasta

Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

DEDEK ELISYAH PUTRI SIREGAR

060904038

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK) terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa SMA Nurul Hasanah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan yang berjumlah 73 siswa yang terdiri dari kelas X, kelas XI dan kelas XII. Melalui rumus Arikunto yakni apabila jumlah populasi di bawah 100 maka diambil keseluruhan populasi atau total sampling, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 73 orang dengan presisi 5% dan tingkat kepercayaan 95%.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan serta mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil observasi, kuesioner dan wawancara.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji t, dan untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji Determinasi Korelasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah karena hanya dengan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita diberi syafaatnya di yaumil mahsyar kelak.

Ucapan hormat dan terimakasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua, ibunda Rosliana Harahap dan ayahanda Alm. Thamrin Siregar yang telah banyak memberikan dukungan baik materi, moral dan doa. Dan juga kepada saudara-saudaraku tersayang kakak – kakak Ervinna Wany Siregar, Mahrida Aster Siregar dan abangku Donny Sarinoor Pasarella Siregar atas perhatian dan doanya juga dukungan yang menguatkan penulis.

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Konseling dan Pengembangan Kompetensi Siswa, dibuat sebagai salah satu pemenuh syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana penulis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan, penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sampai penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Suparlan, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan yang telah memeberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Nurul Hasanah.

5. Guru dan staff di SMA Nurul Hasanah, ibu Siti Khadijah, S.Pd, ibu Rosdiana, S.Pd yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

6. Buat Flicka Zone ku tersayang ( Budi, ilak, fifah, Arifah, Dinda, Ika, Dini, Deya, Gasy, Zara) kalian adalah teman-teman terbaikku, tetap semangat semuanya buat skripsinya, semoga cita-cita kita semua tercapai. Amin. 7. Buat keluarga LDIK, Ibunda Drs.Mazdalifah M.Si, kak Farida Hanim dan

Kak Puan Muntazimah Masril makasih banyak kakak-kakak buat ilmunya yang sangat murah dibagi setiap saat, waktu dan tempat. Makasih udah menjadikan LDIK sebagai tempat “ter-adem” buat anak komunikasi.

8. Buat teman-teman Kom’06 yang masih berjuang dalam penyelesaian skripsi, “Tetap Semangat”.

Medan, April 2010 Peneliti,

(5)

DAFTAR ISI Abstraksi

KataPengantar... i

Daftar Isi... iii

Daftar Tabel... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 8

I.3. Pembatasan Masalah... 8

I.4. Tujuan dan Manfaat penelitian... 8

I.4.1. Tujuan Penelitian... 8

I.4.2. Manfaat Penelitian... 9

I.5. Kerangka Teori... 9

1.5.1 Komunikasi... 10

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi... 11

I.5.3. Kompetensi... 14

I.5.4. Self Disclosure... 19

I.6. Kerangka Konsep... 21

I.7. Model Teoritis... 22

I.8. Operasional Variabel... 22

I.9 Defenisi Operasional Variable... 24

(6)

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi... 27

II.1.1. Pengertian Komunikasi... 28

II.2. Komunikasi Antarpribadi... 30

II.2.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi... 37

II.2.2. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi... 43

II.2.3. Self Disclosure... 48

II.3. Kompetensi Belajar... 51

II.4. Proses Belajar... 56

II.4.1. Belajar... 56

II.4.2 Psikologi Belajar... 57

II.5. Pengertian Pendidikan dan Proses Komunikasi Pendidikan... 58

II.5.1. Pendidikan... 59

II.5.2. Proses Komuniksi Pendidikan... 60

II.6. Guru... 61

II.6.1. Guru Bimbingan dan Konseling (BK)... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian... 66

III.2. Lokasi Penelitian... 66

III.3. Populasi dan Sampel... 66

III.3.1 Populasi... 66

III.3.2 Sampel... 67

(7)

III.5. Teknik Analisis Data ... 69

III.6. Pelaksanaan Pengumpulan Data... 71

III.6.1. Tahap Awal... 72

III.6.2. Pengumpulan Data... 72

III.7. Proses Pengolahan Data... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 74

IV.1.1. Sejarah Singkat Yayasan Pendidikan Nurul Hasanah….. 74

VI.1.2. Visi dan Misi………. 76

IV.1.3. Pembelajaran………. 76

IV.1.4. Intra dan Ekstra Kurikuler……… 77

IV.1.5. Tenaga Pengajar……… 77

IV.1.7. Guru Bimbingan Konseling SMA Nurul Hasanah…….. 78

IV.1.6. Fasilitas………. 79

IV.2. Analisis Tabel Tunggal……… 79

IV.2.1. Karakteristik Responden……… 79

IV.2.2. Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK)………. 82

IV.2.3. Kompetensi Belajar Siswa………. 94

IV.3 Analisis Tabel Silang………. 108

IV.4 Uji Hipotesa……… 121

(8)

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan………. 127 V.2. Saran……… 128

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1.1 : Variabel Operasional... 23

Tabel 3.1 : Populasi... 67

Tabel 4.1 : Usia Responden ……….. 80

Tabel 4.2 : Jenis Kelamin Responden………... 80

Tabel 4.3 : Kelas Responden………. 81

Tabel 4.4 : Pekerjaan Orang Tua Responden……… 81

Tabel 4.5 : Intensitas Komunikasi Antarpribadi Guru BK kepada Siswa…. 82 Tabel 4.6 : Sikap Terbuka Guru BK dalam Mengungkapkan Masalah Kesukitan Belajar Siswa………. 83

Tabel 4.7 : Gagasan dari Guru BK Mempermudah Siswa Memahami Pelajaran……….. 84

Tabel 4.8 : Kemampuan guru BK dalam Menempatkan Diri………... 85

Tabel 4.9 : Peranan Guru BK sebagai Teman Diskusi yang Baik bagi Siswa………. 86

Tabel 4.10 : Kesesuaian antara Masukan dan Permasalahan Siswa………... 87

Tabel 4.11 : Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar………. 88

Tabel 4.12 : Dukungan terhadap Ide yang diutarakan Siswa……….. 89

Tabel 4.13 : Membantu Siswa Bersemangat Menjalankan Aktivitas Belajar di Sekolah……….. 90

Tabel 4.14 : Memotivasi Siswa untuk Meraih Cita-Cita………. 91

Tabel 4.15 : Positif dalam Memberikan Tanggapan……… 92

(10)

Tabel 4.17 : Peningkatan Pengetahuan dalam Mengatasi Masalah………… 94

Tabel 4.18 : Penambahan Pengetahuan Pengembangan Kompetensi Belajar ……….. 95

Tabel 4.19 : Kemampuan Memecahkan Masalah kesulitan Belajar………... 96

Tabel 4.20 : Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Konsep yang Ditawarkan Guru BK……… 97

Tabel 4.21 :Peningkatan Kemampuan Siswa………. 98

Tabel 4.22 : Peningkatan Frekuensi Kehadiran Siswa……… 99

Tabel 4.23 : Perilaku dalam Bersosialisasi dengan Teman………. 100

Tabel 4.24 : Ketertarikan dalam Mengunakan Fasilitas Belajar………….. 101

Tabel 4.25 : Keseringan Menggunakan Keterampilan yang Dimiliki…… 102

Tabel 4.26 : Manfaat Berkonsultasi dalam meningkatkan kebiasaan baik…103 Tabel 4.27 :Perasaan Saat Berinteraksi dengan Teman……… 104

Tabel 4.28 : Perasaan Saat Berada Di Sekolah………. 105

Tabel 4.29 : Minat untuk Memperdalam Materi Pelajaran……… 106

Tabel 4.30 : Minat untuk Meraih Prestasi Terbaik……….. 107

Tabel 4.31 : Pengaruh Jenis Kelamin Responden terhadap Kemampuan menerapkan konsep-konsep yang diberikan Guru BK dalam meingkatkan prestasi……… 108

Tabel 4.32 : Pengaruh Kelas Responden terhadap Minat Meraih Prestasi Terbaik……….. 109

(11)

Tabel 4.34 : Pengaruh Kesesuain Masukan yang Diberikan Guru BK terhadap Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

Kesulitan Belajar……… 112 Tabel 4. 35 : Pengaruh Masukan yang Diberikan Guru BK membantu

mengatasi Kesulitan Belajar terhadap Peningkatan

Kemampuan belajar siswa……… 114 Tabel 4.36 : Pengaruh Dukungan Guru BK pada Ide yang Diutarakan Siswa

terhadap Intensitas Menggunakan Keterampilan yang Dimiliki Siswa dalam menyelesaikan tuga-tugas yang dibebankan…….116 Tabel 4.37 : Pengaruh Guru BK Membantu Siswa untuk Lebih

Bersemangat melaksanakan Aktivitas di Sekolah terhadap

Minat Siswa Memperdalam Materi Pelajaran……… 118 Tabel 4.38 : Pengaruh Motivasi yang diberikan Guru BK untuk Meraih

(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK) terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa SMA Nurul Hasanah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan yang berjumlah 73 siswa yang terdiri dari kelas X, kelas XI dan kelas XII. Melalui rumus Arikunto yakni apabila jumlah populasi di bawah 100 maka diambil keseluruhan populasi atau total sampling, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 73 orang dengan presisi 5% dan tingkat kepercayaan 95%.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan serta mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil observasi, kuesioner dan wawancara.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji t, dan untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji Determinasi Korelasi.

(13)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari pengaruh orang lain, berhubungan serta bekerjasama dengan orang lain. Salah satu cara terpenting dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain ialah melalui komunikasi. Wilbur schramm menyatakan dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat dilihat sebagai sejumlah hubungan (relationship) di mana masing–masing orang mengambil bagian (sharing) atas informasi (Suprapto, 2006: 3).

Dalam proses belajar, komunikasi merupakan suatu indikator yang menentukan apakah pesan persuasif yang ingin disampaikan guru terhadap siswa tepat pada sasaran. Apakah kebutuhan siswa terpenuhi melalui komunikasi yang terjalin atau apakah masing–masing pihak mengambil bagian atas informasi. Hal ini terkait dengan interaksi yang terjalin antara guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikannya. Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi dan reaksi yang arahnya bergantian.

(14)

di dalamnya pemaknaan pribadi seorang guru terhadap kata belajar. Ketika seorang guru berpandangan bahwa belajar adalah suatu kegiatan menghafal fakta, maka sistem belajar yang diberikannya kepada anak didik tentu akan berbeda dengan seorang guru yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip. Jika kita telaah lebih lanjut, kemudian memaparkan mengenai definisi belajar dari masing–masing orang, maka kita akan mendapati beragam jawaban yang tentunya berbeda pula. Perbedaan pendapat tiap orang mengenai defenisi belajar disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam–macam dan begitu banyak jenis kegiatan yang disepakati orang sebagai kegiatan belajar.

(15)

banyaknya kepada siswa dan siswa hanya menerima dan berusaha mencermati informasi. Dalam hal ini yang terjadi siswa seperti mendapat ceramah- ekspositori. Di mana guru adalah pemain dan murid sebagai penonton. Guru berperan sangat aktif dan siswa menjadi pasif. Ketika guru ingin menjadikan siswa seaktif dirinya, siswa merasa memiliki tidak banyak bekal selain yang di informasikan guru di depan kelas, sampai disitu siswa merasa tidak memiliki kepercayaan diri dalam mengisi sistem komunikasi yang dibangun karena pesimis akan informasi yang dimilikinya.

Seyogyanya guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. Demikian pula dalam diri siswa, terbiasa menjadi audience membuat mereka tidak mampu membuat pilihan menerima atau tidak menerima pelajaran. Kondisi ini juga dapat disebabkan dari kemampuan diri seorang guru dalam menyampaikan komunikasi belajar – mengajar. Penghargaan yang cukup minim bagi profesi mulia ini, menjadikan guru sebagai team pendidik tidak memiliki waktu atau materi yang cukup untuk mengisi luang mereka dengan mencari informasi teraktual mengenai seluk beluk proses pembelajaran atau membekali diri mereka dengan pendalaman psikologi pendidikan serta perkembangan siswa. Sebaliknya insan guru cukup direpotkan dengan berbagai permasalahan keluarga yang menjadikan mereka bukan tidak ingin meningkatkan mutu pembelajaran, namun lebih kepada keadaan yang bisa jadi tidak memungkinkan.

(16)

moral siswa. Dalam perkembangan psikologis, guru berperan membentuk kepribadian siswa yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain juga telah mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya serta kemampuan bersikap objektif. Kemampuan seorang guru dalam pembentukan kedewasaan siswa secara sosial membentuk pribadi siswa yang mampu berinteraksi dengan orang lain dan melakasanakan peran – peran sosial. Kedewasaan siswa secara moral dibentuk dalam interaksi pendidikan menciptakan perilaku siswa sesuai dengan nilai–nilai yang ditanamkan dan menjadi pegangannya.

Dalam fungsinya sebagai pembimbing, guru memiliki lembaga atau institusi khusus di dalam sekolah sehingga tanggung jawab pembinaan dan pengawasan perkembangan siswa dapat dilakukan di luar proses belajar mengajar di kelas, lembaga ini disebut Bimbingan Konseling atau guru BK. Guru BK disebut juga konselor pendidikan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan termasuk profesi tenaga pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang – Undang tentang guru dan dosen yakni “ Pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru,dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”.

(17)

seseorang yang kebetulan ditunjuk oleh kepala sekolah untuk memegang jabatan sebagai guru BK.

Guru BK memiliki tugas yang sama dengan guru bidang studi lainnya, yakni bagaimana berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Guru bimbingan dan konseling seharusnya memiliki trik–trik tertentu dalam meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam belajar, sehingga sangat disarankan seorang guru BK memiliki pengetahuan dasar mengenai psikologi pendidikan, hal ini berarti tenaga ahli di bidang ini adalah prioritas. Sementara guru dengan latar belakang pendidikan lain yang ditunjuk kepala sekolah sebagai guru BK, bisa jadi kurang efektif.

Upaya bimbingan dan konseling ditujukan agar siswa mengenal dan memahami diri sendiri, mampu mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan keinginannya di masa depan. Sebagai guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah, hakikatnya seorang guru BK memahami akan fungsi dan peranannya di sekolah di antaranya mencegah perilaku negative, memberi bantuan dalam penyelesaian konflik dalam diri siswa, memelihara dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa.

(18)

terus membantu permasalahan yang dihadapi siswa/i nya terutama yang berkenaan dengan kompetensi atau kemampuan belajar.

SMA Nurul Hasanah merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nurul Hasanah yang berlatar belakang pendidikan Islam . Terletak di pemukiman penduduk membuat sekolah ini cukup populer meski hanya di daerahnya. Dengan fasilitas dan prasarana yang ada, yayasan pendidikan Nurul hasanah yang terdiri dari SD, SMP dan SMA ini berupaya menciptakan generasi muda yang mandiri. Untuk pengembangan minat dan bakat di sekolah ini terdapat beberapa ekstra kulikuler seperti pramuka, paskibra, dan beberapa kegiatan olah raga serta kerap ikut dalam berbagai kegiatan perlombaan yang bersifat eksteren. Tidak ada pembagian jurusan di SMA Nurul Hasanah ini seperti layaknya sekolah menengah pada umumnya. Tiap tingkatan siswa hanya terdiri dari satu kelas dan materi pelajaran diajarkan secara umum.

(19)

negative siswa yang diadaptasinya dari lingkungan sosial. Untuk mengatasi berbagai hal tersebut biasanya guru BK di SMA Nurul Hasanah memanggil siswa yang bersangkutan dan melakukan penedekatan melalui komunikasi antarpribadi.

Rendahya persaingan di dalam pelajaran serta masalah prilaku remaja membuat peran guru BK dituntut keras dalam meningkatkan kembali daya saing siswa dalam menuntut ilmu. Hal tersebut merupakan tugas wajib yang harus dilaksanakannya sebagai tujuan pembinaan dan konseling. Ditambah lagi guru BK di SMA Nurul Hasanah merupakan seorang ahli dengan gelar Sarjana Pendidikan di bidang bimbingan dan konseling. Untuk itu, ia berkewajiban dalam membantu siswa meningkatkan kompetensi belajarnya guna memasuki dunia baru yang global dan dinamis, sesuai dengan pengembangan kurikulum yang distandartkan yakni kurikulum berbasis kompetensi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melihat sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bimbingan Konseling (guru BK) terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa di SMA Nurul Hasanah.

I.2. Perumusan Masalah

(20)

I.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup dalam penelitian dan permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik, maka peneliti memberikan pembatasan masalah, yakni :

1. Komunikasi antarpribadi sebagai variable bebas dalam penelitian ini terbatas pada faktor – faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi seperti keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesamaan.

2. Kompetensi belajar sebagai variable terikat dalam penelitian ini terbatas pada faktor – faktor seperi pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap dan minat.

3. Objek Penelitian ini adalah siswa SMA Nurul Hasanah dari Yayasan Pendidikan Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan.

4. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010. I.4. Tujuan dan Manfaat penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa.

2. Untuk mencari tahu upaya Guru Bimbingan Konseling dalam peningkatan kompetensi belajar siswa SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan.

(21)

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diberikan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan Komunikasi Antarpribadi.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi para pelaku pendidikan dalam hal Komunikasi Antarpribadi guru Bimbingan Konseling dan siswa di SMA Nurul Hasanah pada khususnya, serta di dunia pendidikan secara umum.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum malakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori adalah landasan berfikir yang digunakan seorang peneliti dalam menyoroti masalah yang akan ditelitinya.

Menurut Kerlinger (Rakhmat,1997:6) teori merupakan himpunan kosntruk atau konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

I.5.1. Komunikasi

(22)

hubungan. Karena dalam ber- communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, saling bertukar, membicarakan sesuatu dengan orang lain, memberikan sesuatu kepada seseorang, bertukar pikiran, bercakap–cakap. Kata kerja tersebut kemudian dijadikan kata kerja communicatio yang dalam bahasa Inggris disebut communication dan diartikan sebagai komunikasi.

Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang dibuat oleh Harold Laswell. Menurut Laswell komunikasi adalah : “who says what in which chanell to whom with what effect” ( Mulyana,2007:69). Jika kita pilah, maka akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu :

 Siapa yang mengatakan komunikator (communocator)

 Apa yang dikatakan pesan ( massage)

 Media apa yang digunakan media (channel)

 Kepada siapa pesan disampaikan komunikan (communicant)

 Akibat yang terjadi efek (effect)

Proses komunikasi meliputi setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh komunikan. Komunikasi merupakan transaksi yakni proses dimana komponen–komponennya saling terkait, dan bahwa setiap komunikator beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan keseluruhan.

(23)

melalui media atau saluran tertentu dengan tujuan menyamakan persepsi dan menimbulkan efek tertentu.

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang–orang yang saling berkomunikasi. Jud C. Pearson ( Sendjaja : 2005 ) menyebutkan ada enam karakteristik dari komunikasi antarpribadi :

1. komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi ( Self )

2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak–pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek–aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi.

4. Komunikasi antarpribadi mensaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak–pihak yang saling tergantung satu sama lain ( interdependen).

6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.

(24)

a. Keterbukaan (openes), komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti pribadi masing – masing.

b. Empati (empaty), kemampuan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada peranan orang lain.

c. Dukungan (supportivnes), setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak–pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif (positifness), setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak–pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

e. Kesamaan ( equality), suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antarpribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebagainya.

(25)

karena mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya, informasi yang dibagikannya, semangat yang disumbangkannya dan masih banyak pengaruh yang lainnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum atau tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya.

Komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang yang sifatnya dialogis yaitu berupa percakapan. Selain itu komunikasi antarpribadi memiliki keuntungan tersendiri, yakni arus balik bersifat langsung sehinggga komunikator mengetahui tanggapan dari komunikannya.

Komunikasi antarpribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena semua pihak lebih mengetahui secara baik tentang lika–liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya dan perasaannya menanggapi tingkah laku seseorang yang saling kenal (Liliweri, 1991:30). Artinya bahwa untuk melakukan komunikasi antar pribadi secara efektif, maka harus didahului dengan keakraban.

I.5.3. Kompetensi

Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau juga diartikan sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan.

(26)

pelajaran apabila ia telah melaksanakan tugas yang dipelajarinya untuk dilakukannya. Johnson memandang kompetensi sebagai perbuatan (performance) yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian. (Suparno,2001; 27).

Menurut McAhsan kompetensi itu adalah suatu pengetahuan keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya ( Sanjaya, 2005: 6). Dari pendapat tersebut maka jelas bahwa kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon (1988) menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :

1. Pengetahuan ( knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah – langkah berfikir ilmiah.

2. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.

3. Keterampilan (Skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.

(27)

5. Sikap (Attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang dengan munculnya peraturan baru.

6. Minat (Interes ) , yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. ( Sanjaya, 2005 ; 6 )

Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetesi yang lain dalam hal jumlah pembagiannya. Ada kompetensi yang tergantung pada pengetahuan dan ada yang tergantung terhadap proses. Semakin kompleks, kreatif, atau profesional suatu kompetensi, makin besar kemungkinan diterapkannya dengan cara berbeda (different fashion) pada setiap kali dilakukan, bahkan oleh orang yang sama. Hal ini berbeda dengan kompetensi teknis yang diterapkan dengan menggunakan cara yang sama. Pada kompetensi profesional dituntut kreativitas serta kecakapan dalam menyesuaikan pada keadaan yang berbeda – beda.

Belajar juga dikaitkan dengan konsep kompetensi yang berarti kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk berbagai pekerjaan dan profesional diperlukan kemampuan kompetensi yang generik yang melintas batas disiplin ilmu, namun ada pula kompetensi khusus sesuai dengan sifat khusus bidang studi.

(28)

yakni kecakapan yang diharapkan oleh lingkungan sosial untuk dapat dikuasai (ditunjukkan) oleh individu pada tahap perkembangan tertentu.

Dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa, terdapat beberapa masalah-masalah yang ditemukan di lapangan yang dikategorisasikan ke dalam dua faktor yaitu yang berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri dan faktor – faktor yang berasal dari luar subjek yang belajar.

A. Faktor yang berasal dari dalam ( Internal ) Faktor ini meliputi :

a. Mereka sukar mencerna karena materi dianggap sulit

Kompleksitas kajian ilmu dalam satuan pendidikan setingkat sekolah menengah atas menuntut siswa untuk memahami banyak materi pelajaran. Maka muncul kekurang pengetahuan atau tidak dikuasainya suatu pengetahuan, prasyarat ini sebagai defisit yang harus diperbaiki sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran.

b. Kehilangan gairah belajar disebabkan memperoleh nilai yang rendah Ini suatu bukti bahwa umpan balik yang diberikan pada akhir suatu masa kegiatan belajar tidak begitu memberikan kontribusi kepada perbaikan belajar siswa.

c. Kesulitan mendisiplinkan diri dalam belajar

(29)

d. Tidak bisa berkonsentrasi

Melakukan konsentrasi memerlukan latihan yang harus dimulai sejak tingkat–tingkat yang lebih dini. Konsentrasi juga dipengaruhi oleh keadaan fisik seseorang. Dalam hal ini termasuk faktor kondisi jasmani seseorang, apakah dia lapar, kenyang, cukup istirahat, kurang tidur akan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil kinerja belajarnya.

e. Tidak tekun dalam belajar

Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi, kondisi fisik dan kemampuan untuk konsentrasi tadi. Seseorang harus memiliki target dalam hidupnya dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan.

f. Konsep diri yang rendah

Konsep diri terbentuk dari pengamatan, dan penilaian terhadap diri sendiri. Di dalam istilah sehari-hari, seorang yang pandai mawas diri akan meraih keuntungan-keuntungan karena dari respons-respons orang lain disekitarnya, dia akan berusaha memperbaiki citranya.

g. Gangguan emosi

Hal ini terkait dengan masalah pribadi dalam diri siswa, seperti konflik dalam keluarga atau dengan lingkungan permaianan.

B. Faktor – Faktor Eksternal a. Kemampuan sosial ekonomi

(30)

d. Lingkungan fisik

e. Kesulitan belajar dari lembaga pendidikan

Bagi seseorang yang ingin mempelajari suatu ilmu atau keahlian sangat penting untuk menyiapkan langkah-langkah agar perjalanan usahnya dapat berlangsung dengan baik. Di antara langkah-langakah tersebut yakni :

a. Mengenal diri sendiri

Dengan mengenal diri sendiri maka akan dipeoleh gambaran yang lengkap tentang diri sendiri keadaan fisik maupun psikologi serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki.

b. Memotivasi diri sendiri

Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia. Motivasi termasuk berbagai faktor yang meyebabkan , menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia. Memotivasi diri sendiri berarti mengupayakan diri sendiri untuk mampu melakukan suatu hal yang baik dan positif sesuai dengan keinginan kita.

f. Mempelajari cara-cara belajar efektif

(31)

I.5.4. Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang perkenalan yang ditunjukkan dengan jendela johari sebagai berikut :

Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui

orang lain

Gambar 1.1.jendela johari

Gambar di atas melukiskan bahwa dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain terdapat empat macam kemungkinan yang akan dihadapi.

Bidang 1. menggambarkan kondisi di mana dua orang mengembangkan hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah dalam hubungan mereka.

Bidang 2. menggambarkan masalah hubungan antara kedua pihak yang diketahui oleh orang lain namun tidak oleh diri sendiri.

Bidang 3 .menggambarkan masalah tersebut diketahui diri sendiri namun tidak dengan orang lain.

1 terbuaka 2 buta

(32)

Bidang 4 . dimana komunikan dan komunikator sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka

Keadaan yang ideal adalah seperti yang ditunjukkan pada bidang 1, di mana komunikan dan komunikator saling mengetahui masing-masing. Namun setiap orang memiliki peluang dalam mengungkapkan maupun tidak mengungkapkan masalah yang dihadapinya.

Teori self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah akan menghasilkan efek yang positif dalam hubungan antarpribadi. Keefektifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh akibat dari tingkah laku kita sesuai yang kita harapkan. Keefektifan hubungan antar pribadi dapat dikembangkan dengan mengungkapkan maksud kita, menerima umpan balik dan memodifikasi tingkah laku sampai orang lain mempersepsikan sebagaimana yang kita maksudkan.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kemampuan seorang peneliti untuk menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan dari penelitian. Dalam penelitiannya, seorang peneliti harus mampu menggambarkan fenomena dari apa yang ditelitinya yang disusun dalam kerangka konsep.

(33)

a. Variabel Bebas ( indevendent variable )

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain ( Nawawi, 1995 : 41 )

Variabel bebas dalam hal ini adalah Komunikasi Antarpribadi b. Variabel Terikat ( Dependence Variable )

Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya ( Rakhmat, 1997: 13 ). Variabel terikat dalam hal ini adalah Kompetensi Belajar Siswa.

c. Variabel antara ( Intervening Variable )

(34)

I.7. Model Teoritis

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk lebih mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel – variabel terkait sebagai berikut :

Variable Bebas (X) Komunikasi Antar Pribadi

Variable Terikat (Y) Kompetensi Belajar Siswa

(35)

Tabel 1.1 Variabel Operasional

Variable Teoritis Variable Operasional 1. Variable Bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa Positif 5. Kesamaan 2. Variable Terikat (Y)

Kompetensi Belajar

1.Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Keterampilan 4. Nilai

5. Sikap 6. Minat 3. Variable Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Kelas

(36)

I.9 Defenisi Operasional Variable

Definisi operasional variable merupakan penjabaran dari konsep lebih lanjut dari kerangka yang telah disusun. Dengan membaca defenisi operasional variable dalam suatu penelitian, dapat diketahui pengukuran suatu konsep. Dalam penelitian ini definisi operasional variabelnya adalah :

1. Variabel Bebas ( Komunikasi Antarpribadi )

a. Keterbukaan, yaitu baik guru BK maupun siswa saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti pribadi masing-masing.

b. Empati, yaitu kemampuan seorang guru BK untuk menempatkan (memproyeksi) dirinya kepada siswa.

c. Dukungan, yakni setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan guru BK untuk mendukungan apa yang diutarakan siswa. Dukungan yang diberikan guru BK membantu siswa untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif, setiap pembicaraan yang disampaikan siswa mendapat tanggapan pertama yang positif dari guru BK, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

(37)

2. Variabel Terikat ( Kompetensi Belajar )

a. Pengetahuan, yaitu pengetahuan siswa untuk melakukan sesuatu setelah mendapat bimbingan dari guru BK, misalnya akan dapat melakukan proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berfikir ilmiah yang diperolehnya melalui komunikasi dengan guru BK.

b. Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu yakni kemampuan siswa untuk memecahkan masalah melalui konsep-konsep yang diberikan guru BK.

c. Keterampilan, adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk melakukan tugas yang dibebankan setelah memperoleh bimbingan dari guru BK.

d. Nilai, adalah suatu standar perilaku yang ditetapkan oleh guru BK yang diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari diri siswa, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakan siswa.

e. Sikap, yaitu perasaan atau reaksi siswa terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar atau suatu peraturan baru. Bagaimana reaksi atau perasaan siswa ketika di dalam kelas, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekolah serta ketika berinteraksi dengan guru setelah mendapatkan konseling dari guru BK.

f. Minat, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran, setelah siswa menerima konseling dari guru BK.

(38)

a. Usia yakni usia siswa SMA Nurul Hasanah b. Jenis kelamin, yakni pria dan wanita. c. Kelas, yakni kelas X, XI, XII

d. Pekerjaan orang tua yakni pekerjaan yang dilakukan orang tua siswa dalam menafkahi keluarga, bisa berupa pegawai pemerintahan maupun swasta.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris ( Rakhmat, 1997: 14 )

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru Bimbingan Konseling (guru BK) terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa di SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan

(39)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi

Jika kita mendengar kata komunikasi, tentunya hal yang langsung terlintas dalam benak kita adalah sesuatu yang berhubungan dengan menyampaikan pesan. Artinya, banyak orang yang beranggapan bahwa komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi yang dilakukan orang secara sengaja dikarenakan maksud tertentu. Dalam pengetahuan yang lebih sederhana, seseorang berfikir ada pesan, ada tujuan pesan maka adanya komunikasi. Namun hakikatnya, pengertian komunikasi lebih luas dari itu. Komunikasi bahkan sering terjadi meskipun seseorang tidak memiliki pesan tertentu yang ingin disampaikan secara sengaja dengan orang lain atau ia merasa tidak sedang ingin berkomunikasi. Misalnya saja, seorang bawahan yang terus menerus melirik arloji ditangannya ketika ia tengah rapat dengan atasannya. Walaupun bawahan ini merasa ia sedang tidak berkomunikasi dengan atasannya, namun atasannya tersebut dapat menafsirkan berbagai definisi dari perilaku yang digambarkannya. Atasan tersebut dapat berfikir bahwa bawahannya tidak mendengarkan dia, atau sudah waktunya pulang, atau bahkan sedang terburu–buru pulang karena suatu hal. Atasan menerima pesan meskipun bawahannya tidak nyata-nyata bermaksud berkomunikasi.

(40)

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi begitu luas dan beragam. Banyak ahli yang menyumbangkan pemikiran mereka dalam mendefinisikan komunikasi. Hakikatnya komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai media perantaranya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (massage). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan (communican). Dalam konteks lain, kita juga mengenal sumber (source) yang berarti asal muasal pesan, kemudian pendengar (audience) sebagai tujuan pesan. Sedangkan bahasa yang dijadikan pesan, dalam konteks tertentu dapat berupa lambang atau simbol, gambar, suara dan lain-lain. Jika dianalisis, komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan (the content of the massage) dan lambang (symbol). Konkretnya isi pesan yang merupakan hasil pikiran atau perasaan, serta lambang adalah bahasa.

(41)

kesamaan bahasa yang digunakan antara komunikator dengan komunikannya atau antara sumber (source) dengan penontonnya (audience). Karna kesamaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi belum bararti menimbulkan kesamaan pandangan, pemikiran atau makna. Hal ini menggambarkan bahwa kesamaan makna tidak bergantung terhadap kesamaan bahasa. Untuk menciptakan kebersamaan dalam komunikasi maka baik komunikan maupun komunikator harus komunikatif, tidak hanya mengerti bahasa yang digunakan namun juga mengerti makna dari bahan yang dibicarakan.

Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(42)

digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy,2003:41-42).

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektive adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness) kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audiencer). Di mana pesan harus menarik perhatian, dapat dimengerti, merupakan kebutuhan komunikan dan berupa saran untuk memperoleh kebutuhan. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektive apabila audience menerima pesan, mengerti isi pesan sama seperti yang dikehendaki oleh si pengirim pesan.

II.2. Komunikasi Antarpribadi

(43)

Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Dari hal tersebut kita mengetahui pandangan orang lain terhadap kita. Selanjutnya dari pandangan orang lain tersebut kita tertolong dalam menemukan siapa diri kita yang sebenarnya.

Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita. Kita perlu membandingkan kesan yang kita miliki terhadap lingkungan sekitar dengan kesan yang dimiliki orang lain terhadap hal yang sama. Perbandingan seperti itu hanya akan kita dapati ketika melakukan komunikasi dengan orang lain.

Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komuniksi atau hubungan dengan orang lain, terutama orang-orang yang memiliki pengaruh yang signifikan ( significan figure ) dalam hidup kita.

Agar merasa bahagia kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfrmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya hanya akan kita ketahui melalui komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi dengan orang lain.

(44)

memerlukan sejumlah keterampilan dasar dalam berkomunikasi. Menurut Johnson keterampilan dasar tersebut meliputi :

1. Saling memahami, secara rinci kemampuan ini mencakup beberapa subkemampuan, yaitu sikap percaya diri, pembukaan diri, keinsafan diri dan menerima diri. Untuk saling memahami dibutuhkan kepercayaan, hal ini dibutuhkan dalam langkah selanjutnya yakni pembukaan diri yakni adanya kepercayaan untuk mengungkapkan tangggapan kita tentang situasi tertentu, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk membuka diri seperti itu, kita harus menyadari perasaan-perasaan atau tanggapan batin lainnya yang disebut keinsafan diri. Tetapi, dalam hal menginsafi diri kita membutuhkan penerimaan terhadap diri kita sendiri, menerima dan mengakui perasaan-perasaan kita dan tidak menyangkalnya. Selain itu kita harus mampu mendengarkan orang lain, membuka diri terhadap orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka dirinya terhadap kita.

2. Komunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas. Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap yang hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita.

(45)

bersifat membangun dan beberapa contoh yang diperlukan agar orang tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan terhadap masalah yang dimilikinya.

4. Mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif.

Ada beberapa sifat dari komunikasi antarpribadi diantaranya :

a. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun nonverbal.Jika kita amati, maka setiap saat orang mengirimkan pesan-pesan yang bersifat verbal dan nonverbal dalam komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal tertulis dalam expresi wajah, dan gerak.

(46)

suatu rangsangan dari luar tanpa terpikir lebih dahulu. Sedang bentuk yang ke dua yang bersifat scripted. Reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan berdasarkan fator kebiasaan. sebagai suatu proses yang berkembang.

c. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang . Sifat yang ketiga dari komunikasi antarpribadi adalah sifat yang terlihat sebagai suatu proses yang berkembang gambaran mana yang menunjukkan komunikasi antarpribadi sebenarnya tidaklah statis melainkan dinamis.

(47)

dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi telah berhasil karena umpan baliknya membuat kita bersama menjadi mengerti.

e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan extrinsik. Adapun yang dimaksud dengan intrinsik adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Sedangkan yang bersifat ekstrinsik adalah adanya standart atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.

(48)

g. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia. Persuasi merupakan tehnik untuk mempengaruhi manusia dengan menggunakan serta memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi dengan demikian persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang lain. Pada saat sekarang ini para ahli komunikasi cenderung memandang persuasi sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang terhadap orang yang lain. Ketika akan melakukan komuniksi yang persuasif maka seorang komunikator harus merasa berbicara dengan orang lain. Dengan kata lain harus menunjukkan adanya hubungan dua pihak yang berkomunikasi secara bersamasama.

II.2.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses yang bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antara manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.

(49)

berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengehui pendapat komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Sunarjo ( 1983 ) mengemukakan bahwa proses adalah suatu kegiatan atau pengolahan yang terus menerus. Ada pula yang mengatakan dan menjelaskan sebagai suatu fenomena yang menunjukkan perubahan dalam suatu waktu secara terus menerus. Dalam hubungannya dengan komunikasi yang dipandang sebagai suatu proses, maka menurut Sunarjo komunikasi sebagai proses dapat menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang susul menyusul, terus menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh , berubah, berganti, bergerak sampai akhir zaman (Liliweri,1997:142).

Proses komunikasi dalam hal ini dapat diuraikan dalam beberapa tahap yakni :

1. Pengiriman

(50)

Seorang pengirim adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu atau kebutuhan akan informasi dengan orang lain atau bahkan dalam mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang atau sekelompok orang lainnya.

2. Latar Belakang

Dalam melakukan suatu pengiriman maka seseorang pasti memiliki maksud atau latar belakang tertentu. Latar belakang merupakan sesuatu yang kita anggap mempengaruhi pengiriman dan penerimaan komunikasi antarpribadi. Dalam proses komunikasi antarpribadi, latar belakang telah dianggap sebagai suatu penopang, penyanggah komunikasi secara utuh.

Dalam suatu proses komunikasi antarpribadi, maka faktor-faktor yang menentukan latar belakang pengirim juga penerima oleh Gamble ( 1986 ) ialah : field of experience (bidang pengalaman) dan frame raference (kerangka rujukan). Bidang pengalaman seseorang sangat menentukan pemaknaan pesan yang dikirim dan pemaknaan pesan yang diterima demikian juga kerangka rujukan seseorang menentukan hubungan antar pesan dengan kerangka rujukan yang dimiliki pengirim maupun penerima.

(51)

cara-cara berpikir, perasaan dan tingkah laku termasuk dalam melakukan komunikasi antarpribadi.

3. Pesan

Dalam konteks komunikasi stimulus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari model umum stimulus respon. Berarti setiap stimulus/rangsangan yang diberikan dari suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya. Stimulus sebenarnya ibarat suatu informasi/ isi pernyataan dalam bentuk bahasa, kode, maupun sistem tanda yang masuk akal.

Komunikasi manusia dapat dibedakan dari komunikasi binatang berdasarkan fleksibilitasnya, sifat mudah menyesuaikan dan kemampuannya berhubungan dengan gagasan-gagasan seperti ruang dan waktu. Rangsangan atau stimulus dalam komunikasi berupa tanda, bahasa, kode, atau sistem tanda yang nalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penggunaan tanda- tanda yang dapat membina hubungan sosial.

Dalam komunikasi antarpribadi, menurut Kretch ( 1984 ) pesan dapat disampaikan dalam beberapa hal :

1. suatu frekuensi tertentu misalnya pesan yang disampaikan secara berulang-ulang sehingga menarik perhatian.

2. Suatu intensitas tertentu, yakni daya tarik yang aneh, lain dari kebiasaan – kebiasaan yang normal.

3. Suatu gerak dan perubahan, di mana pesan yang hidup dan dinamis yang seolah-olah mengajak orang lain untuk memperhatikannya.

(52)

Saluran dapat diartikan dengan tempat terbaik yang terpilih di mana suatu stimulus (pesan) melewatinya. Dalam komunikasi antarpribadi, kita menggunakan perasaan, penglihatan, suara dan peradaban untuk mengkomunikasikan pesan.

5. Penerima

Penerima adalah seseorang atau sesuatu yang menerima pesan. Sebagaimana halnya pengirim, maka penerima juga akan menerima, menerjemahkan, mengerti pesan yang dikomunikasikan dengan pengaruh latar belakang yang dimilikinya. Faktor itu bisa berupa karakteristik demografis, karakteristik geografis dan karakteristik psikogfrafis.

6. Umpan Balik

Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur yang tetap yakni umpan balik. Fungsi umpan balik adalah untuk mengontrol keefektivan pesan yang disampaikan oleh penerima. Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan bahwa penerima sudah menerima pesan serta memahaminya.

Pengiriman kembali pesan dari seorang penerima dalam proses balik komunikasipun berbentuk stimulus pesan yang beraturan dan tidak beraturan. Umpan balik yang diterjemahkan penerima itu kemudian diterjemahkan lagi oleh pengirimnya, kemudian proses tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga membentuk suatu lingkaran yang tiada akhirnya.

Menurut Santoso (1980) feedback dalam suatu proses komunikasi dikemukakan dalam beberapa jenis :

(53)

2. Internal feedback, umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan secara langsung melainkan datang dari pesan komunikator itu sendiri. Misalnya ketika seorang komunikator menyadari kesalahannya sendiri dalam mengucapkan kalimat.

3. Direct feedbak, yakni umpan balik langsung, misalnya dalam komunikasi tersebut komunikan langsung mengisyaratkan pesan nonverbal seperti menganggukkan atau menggelengkan kepalanya.

4. Indirect feedback, umpan balik tidak sampai pada saat komunikasi berlangsung, namun sesudah hal itu terjadi. Misalnya seorang pembaca mengirimkan surat sebagai reaksi terhadap tulisan yang dimuat dalam surat kabar.

5. Inferential feedback, umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikatornya berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati oleh komunikator meskipun secara tidak langsung, tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.

6. Zero feedback, hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, meskipun umpan balik diberikan oleh komunikan, akan tetapi komunikator tidak memahaminya.

7. Neutral feedback, umpan balik yang netral ini berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang disampaikannya.

(54)

9. Negative feedback, kebalikan dari positive feedback maka umpan balik yang diberikan komunikan tidak begitu baik, dan komunikator mendapat tantangan karnanya.

7. Gangguan atau Entropi

Entropi merupakan gangguan-gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks dari awal hingga akhirnya sehingga sangat rentan terkena gangguan. Gangguan dalam proses komunikasi ini dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya kontruksi pesan yang dibangun oleh komunikator, daya maju suatu komunikasi, penerjemahan pesan oleh komunikan, dan reaksi yang ditimbulkan.

8. Suasana

Setting atau suasan membantu menerangkan apa dan bagaimana variasi unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi. Dengan mengetahui suasana maka proses komunikasi akan lebih efektive dan pemilihan pesan sesuai dengan sasaran komunikator.

II.2.2. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

(55)

Menurut Johnson (1981) kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural. Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan semua pesan yang disampaikannya berarti negatif.

2. Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup diri.

3. Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya. 4. Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena kita

tidak saling mempercayai.

Dalam mengirim pesan secara efektif, menurut Johnson ada tiga syarat yang harus dipenuhi :

1. komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan mudah dipahami.

2. Komunikator harus memiliki kredibilitas di mata komunikannya.

3. Komunikator berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri penerima, artinya komunikator harus terampil dalam mengirimkan pesan.

(56)

dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat maupun pengaruh yang ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan komunikator. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan komunikator mengetahui bagaimana pesan yang dikomunikasikannya, dikodefikasikan dan ditangkap oleh si penerima. Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk pengiriman pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak menerima umpan balik seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja kesenjangan dalam penafsiran pesan telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga dapat dipicu dari adanya komunikasi satu arah, di mana komunikator tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah mendekodefikasikan pesannya. Sebaliknya, komunikasi dua arah berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam menerima umpan balik tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan pihak-pihak yang berkomunikasi dan efektif.

Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan baik pengirim maupun penerima pesan dalam komunikasi. Kesalahan-kesalahan inilah yang memicu terjadinya kegagalan dalam penyampaian pesan dalam komunikasi antarpribadi. Adapun kesalahan tersebut yakni :

1. Sebagai pengirim pesan

(57)

b. Menyisipkan terlalu banyak gagasan dalam pesan kita, terutama jika gagasan tersebut tidak saling berhubungan.

c. Merumuskan pernyataan-pernyataan yang terlalu pendek, sehingga tidak memuat cukup informasi dan pengulangan agar mudah difahami.

d. Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah dimiliki oleh penerima.

e. Tidak menyesuaikan rumusan pesan kita dengan sudut pandangan penerima.

2. Sebagai Penerima

a. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim

b. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim.

c. Cenderung mendengarkan detail-detail seperti kata, intonasi dan sebagainya, bukan mencermati isi pesan.

d. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya pesan yang dikirimkan.

(58)

Selanjutnya adalah pemahaman empatik, di mana komunikator berusaha mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan orang lain serta memahaminya dari sudut pandang orang itu. Dalam praktik konseling, pemahaman empatik ini terbukti menjadi cara efektif untuk menciptakan komunikasi yang intim antar konselor dan konseling, sehingga mampu menimbulkan perubahan-perubahan penting yang bersifat positif-konstruktif dalam diri komunikan.

Kemampuan memahami sudut pandang orang lain memang sangat penting agar kita dapat berkomunikasi secara efektif. Agar pesan-pesan tersebut tersampaikan secara efektif, kita perlu memperhatikan sudut pandang lawan komunikasi kita. Secara lebih spesifik, sebelum mengutarakan sesuatu kita harus memperhatikan :

1. Sudut pandang lawan komunikasi kita.

2. Apa yang telah diketahui oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang akan kita ungkapkan.

3. Informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang kita utarakan tersebut.

Begitu pula, agar mampu menerima pesan secara tepat, kita perlu mengetahui sudut pandang pengirim. Maka sebelum menetapkan makna suatu pesan sebagai penerima kita harus memperhatikan :

1. Sudut pandang si pengirim.

(59)

II.2.3. Self Disclosure

Pembukaan diri atau self disclousure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memenuhi tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau cara tertentu lebih melibatkan terhadap faktor perasaan. Membuka diri berarti membagi perasaan kita kepada orang lain tentang sesuatu yang telah dilakukan atau dikatakan , atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kita.

Membuka diri dalam hal ini bukan berarti menceritakan semua hal yang detail dalam diri kita. Tidak juga dengan menceritakan semua kisah yang kita alami di masa lalu. Inti dari saling membuka diri adalah bukan saling mengetahui rahasia masing-masing lawan bicara, namun untuk mengetahui reaksi-reaksi kita terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Orang lain akan mengenal kita tidak dari rahasia ataupun cerita kisah hidup kita di masa lalu, melainkan dengan mengetahui reaksi apa yang kita timbulkan atas suatu cerita atau peristiwa selama berkomunikasi dengan lawan bicara.

Menurut Johnson ( 1981), beberapa manfaat dari pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.

(60)

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memilki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif, dan intelegen, yakni sebagian dari sifat orang yang bahagia.

4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

5. Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik.

Terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita menaruh perhatian pada perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita. Kita tidak mungkin mengungkapkan perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi lainnya bila kita tidak mengenal semuanya itu. Menginsafi bagaimana kita bereaksi terhadap aneka situasi dan terhadap apa saja yang kita sukai dan tidak kita sukai, merupakan langkah pertama ke arah bersikap terbuka terhadap orang lain serta menjalin relasi yang dalam dengan mereka. Selain itu, kesadaran diri untuk merubah pola perilaku kita merupakan langkah awal yang sangat baik dalam rangka memahami diri dan pembuatan keputusan sehingga pola perilaku kita lebih efektif.

Ada dua cara untuk lebih memahami diri sendiri yakni :

(61)

orang yang kita percaya. Pembukaan diri ini mampu menghasilkan pemahaman diri yang lebih mendalam.

2. Dengan meminta umpan balik dari orang lain tentang pandangan mereka terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap perilaku kita. Memahami diri dari umpan balik yang diberikan orang lain yang kita percaya merupakan satu hal yang cukup efektif. Umpan balik yang diberikan orang lain membuat kita sadar pada aspek-aspek diri serta konsekuensi- konsekuensi perilaku kita yang belum pernah kita sadari sebelumnya.

Kita menerima umpan balik dari orang lain manakala orang tersebut mau mengungkapkan cara ia menanggapi perilaku kita. Tujuan dari umpan balik adalah memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain yang mempengaruhinya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak atau belum seefektif sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat mengubahnnya agar lebih efektif.

II.3. Kompetensi Belajar

(62)

Dalam pembelajaran yang mengedepankan kompetensi maka hasil akhir yang ingin dicapai adalah bagaimana siswa memiliki kecakapan hidup (life skill) yang bertujuan :

 Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.

 Memberi kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel.

 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat. Dalam pengembangan kompetensi belajar siswa, maka pendidik memilki prinsip yakni :

a. Kesamaan memperoleh kesempatan

Dengan adanya perhatian dalam pengembangan kemampuan peserta didik, maka setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok, termasuk didalamnya yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemamapuan dan kecepatannya.

b. Berpusat pada anak didik

(63)

Penilaian berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian usaha tersebut. Penyajianya disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

c. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus kepada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal ini menuntut kerjasama antar semua pihak dan tanggung jawab bersama peserta didik, guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat.

d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan Standart kompetensi yang ditetapkan pemerintah (UU No 20 Tahun 2003) dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing sekolah. Standart kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi berdasarkan pada satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, serta taraf internasional.

(64)

“Keluarga yang efektif memperlihatkan sejumlah sikap dan kebiasaan yang positif terhadap anak-anak yang membantu keberhasilan mereka di sekolah dan dikehidupannyaa” (Wlodkowski,2004:28)

Adapun ciri-ciri keluarga efektif di antaranya : 1. Perasaan kontrol akan kehidupan

Orang tua yang efektif percaya bahwa mereka bisa membuat sebuah perbedaan dalam perkembangan akademis dan pribadi anak-anaknya. Mereka tidak kewalahan dengan keadaan mereka. Bahkan ketika mereka hidup dalam kemiskinan, mereka tetap menjaga suatu harapan. Mereka mendengarkan impian anak mereka dan memilki waktu berbagi dengan mereka.

2. Sering mengkomunikasikan harapan yang tinggi kepada anak-anak Artinya bukan menggantungan harapan kosong yang setinggi-tingginya. Tapi kerap mengkomunikasikan kehidupan yang lebih baik dengan ilmu dan pengetahuan. Anak-anak tahu bahwa keinginan berhasil di sekolah adalah alasan dan sikap yang tepat untuk dimilikinya.

3. Impian keluarga untuk berhasil di masa depan

Mereka memiliki pandangan untuk keberhasilan pribadi bagi tiap anak dan suatu rencana untuk mewujudkan impian tersebut. Anak-anak diberitahu bahwa pendidikan yang baik adalah bagian utama dari rencana ini.

4. Pandangan bahwa kerja keras merupakan kunci keberhasilan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1  Usia Responden
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

(manusia, hewan, anggota Mengumpulkan Informasi mengukur tumbuhan) dan tubuh Mengamati bagian tubuh volume fungsinya, serta sistem (manusia, tumbuhan dan benda

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan PREMIER CAMPURAN FLEKSIBEL dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan nomor 14.6 Prospektus

Hasil survei menunjukkan adanya perbedaan antara berbagai jenis organisasi Institusi financial, konsultan dan industri barang termasuk dalam kelompok yang nilai

“Meaningful” yang dimaksudkan adalah bahwa pemberian informasi mengarahkan perhatian pebelajar kepada bagian dari ketrampilan yang harus dikoreksi dan hal ini akan membantu

a) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang akan disajikan. b) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang

Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara),baik individu maupun kelompok. Jadi data yang

(2) untuk mengetahui dampak pembacaan kitab fadhoilul a’mal terhadap peningkatan ibadah sholat siswa SMK yang bermukim di LKSA Yatim Piatu dan Dhua’fa Al -Amin

Susunan ruang yang ada dalam rumah tinggal masyarakat Julah saat ini, di komparasi dengan bukti sejarah dan hasil wawancara serta observasi sehingga dihasilkan sebuah temuan yang