PENGGUNAAN KOMPOS Chromolaena odorata DAN Tithonia diversifolia TERHADAP SIFAT FISIK TANAH TEREROSI BERAT
DI KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
Oleh :
Oktario Alfriandi. S 040303031 ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGGUNAAN KOMPOS Chromolaena odorata DAN Tithonia diversifolia TERHADAP SIFAT FISIK TANAH TEREROSI BERAT
DI KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
Oleh :
Oktario Alfriandi. S 040303031 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul :iIPenggunaan Kompos Chromolaena odorata dan iiiTithonia diversifolia Terhadap Sifat Fisik Tanah iiiTererosi Berat Di Kecamatan Silimakuta iiiKabupaten Simalungun
Nama : OKTARIO ALFRIANDI. S
NIM : 040303031
Departemen : ILMU TANAH
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) (
Ketua Anggota
Ir. Hardy Guchi, MP)
Mengetahui,
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
ABSTRAK
OKTARIO ALFRIANDI SURBAKTI : Penggunaan Kompos Chromolaena
Odorata Dan Tithonia Diversifolia Terhadap Sifat Fisik Tanah Tererosi Berat Di
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Dibawah bimbingan Bapak Abdul Rauf sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Hardy Guchi sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos C. odorata serta kombinasi kompos
T. diversifolia dan kompos C. odorata terhadap sifat fisik tanah tererosi berat.
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa serta di laboratorium biologi tanah, Fakulas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu kompos yang terdiri dari 3 jenis kompos yaitu kompos T. diversifolia (Td), kompos C. odorata (Co) serta gabungan kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo). Faktor kedua yaitu waktu pengomposan yang terdiri dari 0 minggu (W0), 2 minggu (W1) dan 4
minggu (W2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos berpengaruh sangat nyata menurunkan bulk density tanah namun tidak memberikan pengaruh terhadap total ruang pori . Faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, dan berpengaruh sangat nyata menurunkan C/N tanah serta berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik tanah. Interaksi antara kompos dan faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah dan berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, C-organik serta berpengaruh tidak nyata menurunkan C/N tanah.
ABSTRACT
The aims of research was to studied about the aplication effect of Tithonia
diversifolia compost and Chromolaena odorata compost in using Trichoderma harzianum decomposer on Andisol in availabity P and their effect on the growth
and nutrient uptake of maize. The experiment was conducted in a kasahouse and biology laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed faktorial consist of two factor with three replication. The first factor are compost consist of three compost there are T.
diversifolia (Td), C. odorata (Co) and combination T. diversifolia and C. odorata
(TdCo) and the second factor are time of composting consist of 0 week (W0), 4 weeks (W1) and 8 weeks (W2).
The result showed that the effect application of compost indicated very significant effect increased soil availabe-P, P-plant uptake, dry weight of knob and indicated very significant effect decreased soil C/N ratio also indicated significant effect increased soil pH, soil C-organic, dry weight of stem and root plant, but indicated not significant effect increased soil N-total and MPN. Time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P, soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, and indicated very significant effect decreased soil C/N ratio also indicated significant effect increased soil pH and soil C-organic. The effect interaction of compost and time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P and indicated significant efect increased soil pH but indicated not significant effect increased soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, soil C-organic also indicated not significant effect decreased soil C/N ratio.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Tanggal 02 Oktober 1985 dari ayah Alm. Robinson Surbakti dan Ibu Lesma br. Ginting. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 17 Medan dan Tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Konservasi Tanah dan Air Departeman Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Penggunaan Kompos
Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia Terhadap Sifat Fisik Tanah
Tererosi Berat di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun” yang
berfungsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Bapak Ir. Hardy Guchi, MP. selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing dan seluruh pihak yang telah membantu Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini di masa
yang akan datang.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata Penulis
ucapkan terima kasih.
Medan, November 2010
DAFTAR ISI
Karakteristik Tanah di Lahan kering ... 4
Erosi Tanah. ... 5
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Erosi Tanah. ... 6
Kompos. ... 6
Tithonia diversifolia ... 8
Cromolaena odorata .. ... 9
Sifat Fisik Tanah. ... 10
Bulk Density ... 10
Total Ruang Pori Tanah .. ... 12
C - organik ... 15
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Bahan dan Alat Penelitian ... 18
Metode Penelitian ... 19
Pelaksanaan Penelitian... ... 21
Persiapan Tanah... ... 21
Analisis Tanah Awal... ... 21
Pengomposan Tithonia diversifolia dan Crhomolaena odorata... ... 21
Peubah Amatan yang Diukur... ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23
Sifat Fisik Tanah... ... 23
Bulk density... ... 24
Total Ruang Pori Tanah... ... 26
C - organik... ... 27
Pembahasan ... 29
Bulk density... ... 29
Total Ruang Pori Tanah... ... 30
C - organik... ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32
DAFTAR TABEL
No. ... Hal
1. Kelas Porositas Tanah………. ... 15
2. Nilai rataan beberapa sifat fisik tanah akibat pemberian beberapa kompos dengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif ... 23
3. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap bulk density tanah (g/cm3) ... 24
4. Pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap total ruang pori tanah (%) ... 26
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Grafik pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap bulk density tanah ... 25
2. Grafik pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap total ruang pori tanah ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
4. Hasil Analisis Awal Tanah Dystrandepts ... 36
5. Hasil Analisis Kompos Tithonia diversifolia ... 36
6. Hasil Analisis Kompos Chromolaena odorata ... 36
7. Kriteria Sifat Tanah ... 37
8. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004) ... 38
9. Nilai rataan bulk density tanah akibat pemberian beberapa kompos dengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif (g/cm3) 39 10. Dwikasta bulk density tanah (g/cm3) ... 39
11. Analisis keragaman bulk density tanah ... 39
12. Uji BNJ kompos terhadap bulk density tanah taraf 5% dan 1%... 40
13. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap bulk density tanah taraf 5% dan 1% ... 40
14. Uji Duncan perlakuan terhadap bulk density tanah taraf 5% dan 1% ... 40
15. Nilai rataan total ruang pori tanah akibat pemberian beberapa kompos dengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif (%) ... 42
16. Dwikasta total ruang pori tanah (%) ... 42
17. Analisis keragaman total ruang pori tanah ... 42
18. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap total ruang pori tanah taraf 5% dan 1% ... 43
19. Uji Duncan perlakuan terhadap total ruang pori tanah taraf 5% dan 1% .... 43
20. Nilai rataan C-organik akibat pemberian beberapa kompos dengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif (%) ... 45
22. Analisis keragaman C-organik tanah ... 45
23. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap C-organik tanah taraf 5% dan 1% 46
24. Uji Duncan perlakuan terhadap C-organik tanah taraf 5% dan 1% ... 46
Tanggal Lulus :
ABSTRAK
OKTARIO ALFRIANDI SURBAKTI : Penggunaan Kompos Chromolaena
Odorata Dan Tithonia Diversifolia Terhadap Sifat Fisik Tanah Tererosi Berat Di
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Dibawah bimbingan Bapak Abdul Rauf sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Hardy Guchi sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos C. odorata serta kombinasi kompos
T. diversifolia dan kompos C. odorata terhadap sifat fisik tanah tererosi berat.
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa serta di laboratorium biologi tanah, Fakulas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu kompos yang terdiri dari 3 jenis kompos yaitu kompos T. diversifolia (Td), kompos C. odorata (Co) serta gabungan kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo). Faktor kedua yaitu waktu pengomposan yang terdiri dari 0 minggu (W0), 2 minggu (W1) dan 4
minggu (W2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos berpengaruh sangat nyata menurunkan bulk density tanah namun tidak memberikan pengaruh terhadap total ruang pori . Faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, dan berpengaruh sangat nyata menurunkan C/N tanah serta berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik tanah. Interaksi antara kompos dan faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah dan berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, C-organik serta berpengaruh tidak nyata menurunkan C/N tanah.
ABSTRACT
The aims of research was to studied about the aplication effect of Tithonia
diversifolia compost and Chromolaena odorata compost in using Trichoderma harzianum decomposer on Andisol in availabity P and their effect on the growth
and nutrient uptake of maize. The experiment was conducted in a kasahouse and biology laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed faktorial consist of two factor with three replication. The first factor are compost consist of three compost there are T.
diversifolia (Td), C. odorata (Co) and combination T. diversifolia and C. odorata
(TdCo) and the second factor are time of composting consist of 0 week (W0), 4 weeks (W1) and 8 weeks (W2).
The result showed that the effect application of compost indicated very significant effect increased soil availabe-P, P-plant uptake, dry weight of knob and indicated very significant effect decreased soil C/N ratio also indicated significant effect increased soil pH, soil C-organic, dry weight of stem and root plant, but indicated not significant effect increased soil N-total and MPN. Time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P, soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, and indicated very significant effect decreased soil C/N ratio also indicated significant effect increased soil pH and soil C-organic. The effect interaction of compost and time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P and indicated significant efect increased soil pH but indicated not significant effect increased soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, soil C-organic also indicated not significant effect decreased soil C/N ratio.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia membuat para petani
beralih untuk memanfaatkan lahan - lahan kritis sebagai lahan baru dalam
pengupayaan pertanian. Padahal pemanfaatan lahan kritis dapat menimbulkan
penurunan produktivitas tanah terutama pemanfaatan pada lahan-lahan yang
memiliki kemiringan lereng hampir 15% ke atas akan menyebabkan erosi.
Menurut Kartasapoetra dkk. (1987), sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari
tanah inseptisol yg memiliki sifat fisik yang jelek serta miskin akan unsur hara
dan kandungan bahan organik yang sangat rendah, daya simpan air yang terbatas
dan kemantapan agregat yang rendah sehingga menyebabkan rentannya terjadi
erosi.
Erosi merupakan suatu proses dimana telah dihancurkan (detached) dan
kemudian dipindahkan ketempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi,
Hardjowigeno (1987). Besarnya erosi dipengaruhi oleh curah hujan, kemiringan
lereng, vegetasi, manusia, dan sifat - sifat tanah itu sendiri. Dimana erosi dapat
diminimalisir dan dicegah dengan melakukan pengawetan tanah serta pengawetan
air, agar tanah tetap produktif dan memperbaiki sifat tanah yang rusak. Salah satu
caranya dengan penambahan bahan organik.
Penambahan bahan organik kedalam tanah bukan hanya berfungsi untuk
mempertahanakan kesuburan tanah, tetapi juga meningkatkan kapasitas tanah
secar tidak langsung sampai batas tertentu dapat mengendalikan erosi tanah
(Rahim, 2000).
Salah satu bahan organik (kompos) yang dapat dimanfaatkan adalah kompos
T. diversifolia dan C. odorata yang merupakan tanaman Asteraceae, dimana
tanaman ini banyak tumbuh dipinggir jalan, tebing dan disekitar daerah pertanian.
Kedua tanaman ini sudah banyak tersebar di seluruh dunia dan hanya sebagian
kecil sudah dimanfaatkan sebagai kompos. Padahal menurut hasil penelitian
Hakim dkk. (2008), kompos T. diversifolia dan C. odorata dapat meningkatkan
sifat fisik tanah, selain itu juga kompos T. diversifolia dan C. odorata dapat
mengurangi kebutuhan pupuk buatan sebanyak 50%, serta dapat digunakan
sebagai pestisida alami dan perangsang tumbuh tanaman karena mengandung
senyawa metabolik sekunder.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengaplikasikan kompos
T. diversifolia dan C. odorata sebagai pembenah sifat fisik tanah yang tererosi
berat.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos C. odorata serta kombinasi kompos
Hipotesa Penelitian
Aplikasi kompos T. Diversifolia dan kompos C. odorata serta kombinasi
kompos T. diversifolia dan kompos C. odorata dapat memperbaiki sifat fisik
tanah tererosi berat.
Kegunaan Penelitian
1. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan
dan dapat dimanfaatkan pula untuk pembenahan tanah yang tererosi.
2. Sebagai salah satu syarat untruk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
Inseptisol
Inseptisol merupakan tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya
mempunyai horizon yang dianggap pembentukan nya agak lamban sebagai hasil
alterasi bahan induk. Pada umumnya inseptisol di Indonesia di gunakan untuk
pertanaman padi sawah, pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau
tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah. Tanah-tanah yang dulunya
dikelaskansebagai hutan, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam
inseptisol.
Dalam sistem USDA (7th) Approximation tanah yang berasal dari abu
vulkanik diklasifikasikan kedalam ordo inseptisol, sub ordo andepts dan great
group andaquepts, andepts dicirikan sebagai tanah yang mengandung bahan asal
abu vulkanik 60% lebih di dalam fraksi debu, pasir dan krikil. Andepts selanjutnya
terbagi atas great groups cryandepts, durandepts, hydradenpts, eutrandepts,
dystrandepts dan vintrandepts (Darmawijaya, 1990).
Karakteristik Tanah di Lahan Miring
Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk
dari bahan-bahan yang mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk
penerapan teknik konservasi memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah yang
telah terdegradasi (Kurnia dkk., 2004).
Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai
lahan pertanian, melainkan sebagai lahan konservasi, karena semakin besar
kemiringan lahan maka laju aliran permukaan akan semakin cepat, daya kikis dan
daya angkut aliran permukaan makin cepat dan kuat. Oleh karen itu strategi
konservasi tanah dan air pada lahan berlereng adalah memperlambat laju aliran
permukaan dan memperpendek panjang lereng untuk memberikan kesempatan
lebih lama pada air untuk meresap kedalam tanah (Kurnia dkk., 2004).
Tanah kritis dapat berupa kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang
akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian,
pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah dari lingkungan
pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara penggunaan tanah
dengan kemampuanya (Setiawan, 2003).
Erosi Tanah
Erosi pada dasarnya proses pengikisan tanah. Proses ini terjadi dengan
penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama
yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Akan tetapi dengan adanya
aktifitas manusia di alam, maka manusia akan menjadi faktor yang sangat penting
dalam mempengaruhi erosi (Utomo, 1989).
Pembenaman bahan sisa tanaman dan gulma pada parit - parit dengan
jarak tertentu diantara barisan tanaman (sejajar garis kountur pada lahan miring)
dalam parit - parit berisi bahan organik tersebut) sehingga memperkecil laju aliran
permukaan dan memperbesar kapasitas infiltrasi tanah yang pada gilirannyadapat
memperkecil erosi tanah. Bahan organik, diketahui dapat menjerap air lebih
banyak melebihi bobot bahan organik itu sendiri (Rauf, 1999).
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Erosi Tanah
Beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur,
bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah.
Sedangkan kepekaan tanah terhadap erosi yang menunjukan mudah atau tidaknya
tanah mengalami erosi ditentukan oleh berbagai sifat fisika tanah (Arsyad, 2000).
Erodibilitas tanah ditentukan oleh sifat fisik tanah yaitu struktur, tekstur,
kandungan bahan organik, kelembaban dan kerapatan tanah. Tanah yang Lebih
peka terhadap erosi umumnya mempunyai agregat yang lebih kecil. Pada agregat
yang lebih besar akan memperbesar permeabilitas den infiltasi. Infiltasi juga
ditentukan oleh kemantapan struktur tanah di lapisan atas. Permeabilitas akan
lebih besar pada tanah dengan banyak pori makronya (porositas totalnya rendah)
dibanding dengan tanah yang sebagian besar tersusun pori mikro (porositas
totalnya tinggi). Laju erosi berbanding terbalik dengan permeabilitas tanahnya
(Bambang, 1986).
Tekstur tanah memegang peranan penting dalam terjadinya erosi. Tanah
dengan tekstur halus (persen liat yang tinggi) lebih tahan tarhadap penghancuran
oleh butiran hujan, sedangkan tanah dengan tekstur kasar (kandungan pasirnya
tinggi) lebih tahan terhadap aliran perrnukaan.
Kandmgan bahan organik dapat mempengaruhi laju erosi terutama
peningkatan Infiltasi dan kernantapan agregat. Dengan demikian laju erosi
berbanding terbalik dengan kenaikan kandungan bahan organik.
Erosi berat tanah
Erosi berat merupakan suatu proses hilangnya atau terkikisnya tanah
sehingga menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta
berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Kerusakan
yang dialami pada tanah yang mengalami erosi berat berupa kehilangan unsur
hara tanah dan bahan organik, sehingga menyebabkan memburuknya sifat fisik
tanah yang tercermin antara lain pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan
kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kepadatan dan ketahanan penetrasi
tanah dan berkurangnya kemantapan srtuktur tanah, sehingga menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas. Hal ini
disebabkan oleh karena lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm mempunyai
sifat fisik yang lebih baik daripada lapisan bawahnya. (Arsyad, 1989).
Kerusakan fisik tanah kebanyakan terjadi karena adanya erosi berat, yang
dapat mengubah sifat fisik tanah sehingga tidak sesuai untuk pertumubuhan
tanaman.
Pengaruh erosi berat terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut :
1. Hilangnya atau berkurangnya lapisan atas tanah (top soil) yang subur.
2. Kedalaman efektif tanah berkurang sehingga ruang tumbuh akar dalam
menyerap air dan unsur hara terbatas.
Kompos
Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan
sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : Daun, sampah dapur,
sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang
melebihi 30 (Sutedjo, 2002).
Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara
makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah,
pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH
tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi
air (Novizan, 2007).
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam
sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15 - 60%,
enzim hemiselulosa 10 - 30%, lignin 5 - 30%, protein 5 - 30%, bahan mineral
(abu) 3 - 5%, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati,
asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2 - 30% dan 1 - 15% lemak larut
eter dan alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002).
Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian
bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl).
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk
organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi
kesuburan hayati tanah (Syafruddin, et al., 2008). Selain itu, Hakim (2008)
menyatakan humus dapat pula meningkatkan seskuioksida, yaitu oksida - oksida
Al dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat mengurangi fiksasi P, sehingga
P lebih tersedia bagi tanaman.
Kompos ibarat multi vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah.
Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah
yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat
dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan
kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik
(Murbandono, 2000).
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan
organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3 - 4 bulan),
oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari
pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi
umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan
substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya
(Saraswati dkk., 2006).
Tithonia diversifolia
Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang banyak tumbuh sebagai
semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah
menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai
kompos oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan
(Hartatik, 2007).
Pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia merupakan sejenis
gulma yang dapat tumbuh di tanah-tanah terlantar, namun mengandung unsur hara
yang tinggi terutama N, P, K yaitu 3.5%, 0.38% dan 4.1% yang berfungsi untuk
meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca
dan Mg tanah (Hartatik, 2007).
Tithonia diversifolia segar terdiri dari 20% bahan kering dan berisi
nitrogen 4,6% DM. Daun Tithonia diversifolia berkonsentrasi fosfor luar biasa
besar (0,27 - 0,38% P). Kosentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang
ditemuka n pada tumbuhan polong kira - kira sebesar 0,15 - 0,20% posfor
(Wanjau dkk., 2002). Menurut Hartatik (2007) bahwa pemberian
Tithonia diversifolia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk
buatan untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan
Hakim dkk. (2008) kompos Tithonia diversifolia dapat menggantikan 50% pupuk
buatan. Selain itu pemberian Tithonia diversifolia untuk meningkatkan kesuburan
tanah/produktivitas lahan (menurunkan Al, serta meningkatkan pH tanah,
bahan.organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah, sehingga
meningkatkan produktivitas tanaman.
Chromolaena odorata
Tanaman Chromolaena odorata atau kirinyuh selama ini hanyalah
merupakan tanaman gulma yang banyak tumbuh di tepi atau di dalam
kebun/pekarangan yang masih berat. Tanaman ini tergolong dari famili
Asteraceae yang memiliki keunikan tanaman tersebut adalah dapat berkembang
biak dengan cepat dan mudah sekali membentuk rumpun. Tanaman Chromolaena
odorata mampu tumbuh dilahan marginal dan kekurangan air. Oleh karena
banyaknya keunggulan dari sifat yang survive tersebut membuat tanaman tersebut
berpotensi menjadi pupuk hijau sebagai pengganti pupuk buatan (Jamilah, 2006).
Ki rinyuh (Chromolaena odorata) merupakan salah satu gulma padang
rumput yang penting di Indonesia. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma
ini terhadap subsektor perternakan sangat tinggi. Gulma ini berasal dari Amerika
Tengah, tetapi kini telah tersebar di daerah - daerah tropis dan subtropis. ki rinyuh
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Laporan pertama yang menyangkut
kerugiannya terhadap ternak di Indonesia baru dilaporkan pada tahun 1971, yaitu
mengenai keberadaannya di cagar alam Pananjung, Jawa Barat, yang merugikan
banteng di suaka alam tersebut karena rumput pakannya berkurang akibat invasi
gulma berkayu ini. Ada empat alasan pokok mengapa Ki rinyuh digolongkan
padang penggembalaan, (2) Dapat menyebabkan keracunan, bahkan mungkin
sekali kematian ternak, (3) Menimbulkan persaingan dengan rumput pakan,
sehingga mengurangi produktivitas padang rumput dan (4) Dapat menimbulkan
bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau. Pengendalian dengan herbisida
dipandang tidak efektif di samping kurang ramah lingkungan. Pilihan lain adalah
dengan cara mekanis (dibabad) atau dengan cara hayati (dengan serangga atau
kompetisi dengan vegetasi lain). Pengendalian dengan kombinasi mekanis dan
herbisida lebih baik daripada hanya dengan herbisida saja. Selain itu, gulma ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai “pupuk” atau “perangsang pertumbuhan” yang
dapat memperbaiki sifat morfologis tanaman dan meningkatkan hasil beberapa
jenis tanaman (King and Robinson, 2008).
Sifat Fisik Tanah
Bulk Density
Salah satu kegunaan menentukan bulk density adalah evaluasi terhadap
kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah - tanah dengan Bulk density yang
tinggi, akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut.
Bulk density yang turun biasanya pori - pori tanah makin banyak terbentuk
(Harjowigeno, 1987).
Kerapatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,60 – 2,75 g.cm-3. Rerataan partikel tanah adalah 2,65 (BJ Kuarsa), sedangkan bahan organik 1,4 g.cm-3. Kerapatan partikel tanah bervariasi tergantung pada kandungan bahan organik. Tanah lapisan olah yang mengandung humus mempunyai BJ antara
Bulk density merupakan kepadatan tanah, makin padat suatu tanah makin
tinggi bulk densitynya berarti makin sulit penetrasi akar tanaman. Bulk density
tanah menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah
termasuk volume pori tanah, dengan rumus :
Bulk Density = Berat Tanah Kering (g) Volume Tanah (cc)
Pada umumnya bulk density berkisar antara 1.1 – 1.6 g/cc. Beberapa jenis
tanah mempunyai bulk density kurang dari 0.5 g/cc (Iswan, 1986).
Peningkatan bulk density (bobot isi) suatu tanah dapatdisebabkan oleh
pengaruh pemadatan, sedangkan penurunannya karena pengaruh pengolah tanah
(penggemburan). Pemadatan tanah dapat terjadi karena penggunaan alat – alat
berat atau akibat pelumpuran, hal ini terjadi terutama apabila air menjadi kering
(Sarief, 1989).
Kepadatan tanah ditunjukan dengan porositas total dari suatu material
dimana pori total terdiri dari pori makro dan mikro. Semakin banyak pori makro
maka tanah tersebut akan mempunyai kapasitas memegang air yang besar. Tanah
yang mempunyai tekstur yang halus memiliki porositas total besar dan jumlah
pori makro besar sehingga kapasitas memegang air juga besar (Munir, 1996).
Bulk density pada pertumbuhan sedang dan pertumbuhan kecil (1,05 -
1,32) relatif tinggi di bandingkan pertumbuhan baik (1,04 - 1,18). Hal ini
menunjukkann semakin tinggi bulk density menyebabkan kepadatan tanah
meningkat, aerasi dan drainase terganggu sehingga perkembangan akan menjadi
Marsono dan lingga (2007) menyatakan bahwa bahan organik dapat
menaikkan kondisi kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sehingga dapat
mengikat butiran tanah menjadi butiran yang lebih besar. Mangoensoekarjo
(2007) juga menyatakan bahwa manfaat bahan organik secara umum adalah untuk
meningkatkan aktivitas mikroba didalam tanah dan untuk menambah populasi
mikroba dalam tanah, karena setiap bahan organik yang standar biasanya juga
mengandung berbagai jenis mikroba. Aktifitas mikroorganisme ini akan dapat
menurunkan kepadatan tanah atau bulk density.
Total Ruang Pori Tanah
Porositas total dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan
tekstur tanah. Porositas tanah meningkat sejalan dengan meningkatnya kandungan
bahan organik didalam tanah. Tanah dengan struktur granular atau remah
mempunyai porositas lebih tinggi dari tanah dengan struktur masif
(Hardjowigeno,1987).
Porositas adalah suatu indeks volume relatif, nilainya berkisar 30 - 60 %
tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah dari
pada tanah bertekstur halus, meskipun rerata ukuran pori bertekstur kasar lebih
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel – partikel dan bobot isi tanah sebagai berukut :
TRP = 1 – (BD/PD) x 100 %
Dimana :
TRP = Total Ruang Pori (%) BD = Bulk Density (g/cm3) PD = Partikel Density (g/cm2)
(Sutanto, 2002).
Menurut Saidi (2006) bahwa total ruang pori tanah (TRP) dan distribusi
ukuran pori dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut :
a. Distribusi ukuran ruang pori
Lebih banyak partikel besar memberikan total ruang pori yang rendah,
tetapi banyak ruang pori besar memberikan lebih banyak partikel kecil
memberikan total ruang pori tinggi, tetapi lebih banyak ruang pori halus.
b. Kadar bahan organik
Bahan organik sangat poros dan meningkatkan total ruang pori. Tanah
yang sebagian terdekomposisi mempunyai total ruang pori lebih tinggi
daripada tanah yang terdekomposisi sempurna.
Pori tanah adalah bagian tidak terisi bahan padat (terisi oelh udara dan air).
Pori – pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore)dan pori halus
(micro pore). Tanah – tanah pasir mempunyai pori – pori kasar lebih banyak
daripada tanah liat. Tanah dengan pori – pori kasar sulit menahan air sehingga
tanah mudah mengalami kekeringan. Tanah dengan tekstur pasir banyak
Tanah ideal mempunyai TRP sebesar 50% (dengan rasio padatan : ruang
pori tanah adalah 1 : 1). Rasio TRP besar (kapasitas udara) dengan lempung –
lempung berpasir yang memperlihatkan distribusi volumetrik lebih baik pada
lapisan permukaan. Jumlah ruang pori halus dan kasar berdampak langsung pada
pertumbuhan tanaman (Saidi, 2006).
Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki oleh bagian udara dan air.
Jumlah ruang pori sebagian besar ditentuan oleh susunan butir – butir padat.
Apabila letak mereka satu sama lain cenderung erat, seperti dalam pasir atau sub
soil yang padat, porositas totalnya rendah. Sudah dapat diduga bahwa perbedaan
besar jumlah ruang pori berbagai tanah tergantung pada keadaan. Tanah
permukaaan pasir menunjukan kisaran mulai 35 – 50 %, sedangkan tanah berat
bervariasi dari 40 – 60 % atau barangkali malah lebih, jika kandungan bahan
organik tinggi dan berbutir – butir (Buckman dan Brady, 1982).
Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa tanah – tanah yang
memiliki kandungan bahan organik yang besar akan memiliki total ruang pori per kesatuan volume yang tinggi. Didukung oleh Mangoensoekarjo (2007) yang
mentayakan bahwa dengan adanya bahan organik aktivitas mikroorganisme semakin meningkat dalam hal ini akan memperbanyak dan memperbesar pori – pori makro di dalam tanah.
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga
merupakan indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreous
berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakkan air dan udara
Menurut Hardjowigeno (2003) bahwa pori-pori tanah dapat dibedakan
menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Tanah pasir
mempunyai pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan
pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanah mudah mengalami kekeringan.
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah dengan
struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang tinggi daripada tanah -
tanah dengan struktur massive/pejal. Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori - pori makro sehingga sulit menahan air.
Tabel 1. Kelas Porositas Tanah
Porositas (%) Kelas
100 Sangat Porous
80 - 60 Porous
60 - 50 Baik
50 - 40 Kurang baik
40 - 30 Jelek
< 30 Sangat Jelek
Sumber : Sitorus dkk., (1980)
C - Organik
Bahan organik adalah jumlah total substansi yang mengandung karbon
organik dalam tanah, terdiri dari campuran residu tanaman dan hewan dalam
berbagai tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil yang masih
hidup maupun yang sudah mati (Schnitzer, 1991).
Bahan organik yang masih berbentuk serasah, seperti daun, ranting dan
sebagainya yang belum hancur ayang menutupi permukaan tanah merupakan
pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir – butir hujan yang jatuh. Bahan
organik tersebut juga menghambat aliran permukaan, sehingga keecpatan
mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang
tinggi. Sampai 2 – 3 kali berat keringnya. Akan tetapi, kemapuan menyerap air ini
hanya merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi kecepatan aliran permukaan.
Pengaruh utama bahan organik adalah memperlambat aliran permukaan,
meningkatkan infiltrasi dan memantapkan agregat tanah (Arsyad, 2000).
Bahan organik sangat berpengaruh dalam memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah dan juga menunjang pertumbuhan tanaman. Pada tanah masam proses
dekomposisi bahan organik akan terganggu sehingga pembebasan karbon dari
bahan organik juga akan terhambat. Dengan penambahan bahan organik maka
aktivitas mikroorganisme akan meningkat dan proses perombakan bahan organik
yang menghasilkan karbon juga akan meningkat (Hakim dkk., 1986).
Beberapa sifat baik dari peranan bahan organik antara lain adalah
(1). Mineralisasi bahan organik akan melepaskan unsur hara tanah secara lengkap
(N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara lainnya) tetapi dalam jumlah yang relatif kecil,
(2). Meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah untuk
menyediakan air menjadi lebih banyak, (3). Memperbaiki kehidupan
mikroorganisme tanah (Purnomo, 2006).
Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan organik
ini dapat digolongkan dalam dua bentuk : (1). Pengikatan secara fisik butir - butir
primer oleh mycelia jamur dan actinomycetes. (2). Pengikatan secara kimia butir
-butir liat melalui ikatan antar bagian - bagian positif pada -butir - -butir liat oleh
gugusan negatif senyawa organik yang berbentuk rantai panjang (polimer).
(3). Pengikatan secara kimia butir - butir liat melalui ikatan antara bagian negatif
pertautan basa (Ca, Mg dan Fe). (4). Pengikatan secara kimia butir - butir liat
melalui ikatan antara bagian - bagian negatif pada butir liat dengan gugus positif
(amine, amide dan amino) senyawa organik berbentuk rantai (polimer).
(5). Agregat tanah dapat terbentuk dengan mengaduk campuran pasir, debu dan
liat yang dibasahi tanpa ada senyawa organik (process sementing agent)
(Aryad, 1982).
Pelapukan bahan organik akan menghasilkan asam humat, asam fulvat
serta asam - asam organik lainnya. Asam - asam itu dapat mengikat logam Al dan
Fe sehingga mengurangi kemasaman tanah serta mengikat logam P dan P akan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kasa dan Laboratorium Kesuburan/Kimia
Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian
tempat ± 25 m dpl dimulai pada November 2009 s/d Februari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah contoh tanah tererosi berat di Desa Simpang
Bage Kecamatan Silamakuta Kabupaten Simalungun dengan titik koordinat
Lintang Utara 02o 56’ 14,1” dan Bujur Timur 098o 33’ 12,8”. Sebelah timur
berbatasan dengan Seribu Dolok, sebelah utara berbatasan dengan Sarang Padang,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Tongging, Sebelah Barat berbatasan dengan
Simpang Merek yang diambil secara komposit pada kedalaman 20 - 40 cm,
kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata serta bahan - bahan kimia
yang digunakan untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan ialah cangkul, polibag, meteran, timbangan serta alat
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan.
Masing - masing perlakuannya adalah :
1. Faktor perlakuan kontrol (pupuk lengkap)
2. Fakor perlakuan Tithonia diversifolia (Td)
TdW0 = iKompos Tithonia diversifolia (20 ton/Ha) dengan 0 hari
Pengomposan
TdW2 = iKompos Tithonia diversifolia (20 ton/Ha) dengan 14 hari
Pengomposan
TdW4 = iKompos Tithonia diversifolia (20 ton/Ha) dengan 28 hari
Pengomposan
3. Faktor perlakuan Chromolaena odorata (Co)
CoW0 = iKompos Chromolaena odorata (20 ton/Ha) dengan 0 hari
pengomposan
CoW2 = iKompos Chromolaena odorata (20 ton/Ha) dengan 14 hari
pengomposan
CoW4 = iKompos Chromolaena odorata (20 ton/Ha) dengan 28 hari
4. Faktor Perlakuan Tithonia diversifolia (Td) dicampur Chromolaena odorata
(Co)
TdCoW0 = iiKompos Tithonia diversifolia (Td) dicampur Chromolaena
odorata (Co) (20 ton/Ha) dengan 0 hari pengomposan
TdCoW2 = iiKompos Tithonia diversifolia (Td) dicampur Chromolaena
odorata (Co) (20 ton/Ha) dengan 14 hari pengomposan
TdCoW4 = iiKompos Tithonia diversifolia (Td) dicampur Chromolaena
odorata (Co) (20 ton/Ha) dengan 28 hari pengomposan
Kombinasi perlakuannya ialah :
I II III
TdCoW0 TdCoW0 TdCoW0
TdCoW2 TdCoW2 TdCoW2
TdCoW4 TdCoW4 TdCoW4
Model linier rancangan acak kelompok faktorial :
Yij = µ + αi+ βj + єij
Dimana :
Yij = Respon tanaman yang diamati
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh percobaan ke-i dari perlakuan
βj = Pengaruh percobaan ke-j dari blok
Data - data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis
varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan
yang nyata dengan menggunakan Uji Beda Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada Taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara zig - zag pada daerah tererosi
berat sedalam 0 – 20 cm lalu dikompositkan. Kemudian tanah diayak dengan
ayakan 10 mesh.
Analisis Tanah Awal
Tanah yang telah telah diayak lalu dianalisa %KA nya untuk menentukan
berat tanah yang dimasukkan ke tiap polibag setara dengan 10 Kg BTKO. Selain
itu analisa yang dilakukan ialah pH H2O (1 : 2,5), P - tersedia (Bray II), N total
(Metode Kjeldhal), K-dd me/100 g (NH4Oac pH 7), KTK me/100 g (NH4Oac pH
7), % C - organik tanah (Walkley and Black) dan rasio C/N, bulk density (Metode
ring sample), total ruang pori (metode ring sample).
Pengomposan Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata
Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dicacah menjadi potongan
- potongan kecil. Di letakkan pada wadah yang tersedia, kemudian tambahkan
Trichoderma Sp. sebagai aktivator pada kompos dan diaduk merata. Setelah itu
kompos ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban dan dibuka
Aplikasi Kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata
- Kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata
Setelah penanaman benih dilakukan aplikasi kompos diletakkan pada sekitar
lubang tanam. Waktu pemberian kompos pada 0, 14 dan 28 hari
pengomposan dimana dosis yang ditambahkan yaitu 20 ton/Ha.
Peubah Amatan yang Diukur
Peubah amatan yang diukur meliputi :
1. Bulk density metode ring sample diukur pada awal pengambilan tanah dan
akhir fase generatif.
2. C - organik Tanah (%) metode walkley and black diukur pada awal
pengambilan tanah dan akhir fase generatif.
3. Total ruang pori metode ring sample diukur pada awal pengambilan tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sifat Fisik Tanah
Pengaruh dari pengaplikasian kompos Tithonia diversifolia, Cromolaena
odorata dan interaksi Tithonia diversifolia dengan Cromolaena odorata serta
waktu pengomposan terhadap sifat fisik tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.iNilai rataan beberapa sifat fisik tanah akibat pemberian beberapa kompos
iidengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif
Perlakuan Bulk Density
(g/cm3)
Ket : Superscript yang sama menunjukan tidak ada perbedaan dari setiap
parameter pada taraf 5%
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nyata berdasarkan nilai bulk density, C-organik dan total ruang pori
terkecuali kompos pada parameter C – organik dan total ruang pori tidak yang
a. Bulk density
Tabel 3. iPengaruh interaksi aplikasi kompos T. Diversifolia dan kompos
C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda
terhadap bulk density tanah (g/cm3)
Kompos Waktu
W0 W2 W4
Td 1.23 1.10 0.98
Co 1.27 1.12 0.95
TdCo 1.14 1.00 0.95
Dari Tabel 2 diketahui bahwa bulk density pada perlakuan kompos
C. odorata dengan waktu pengomposan selama 0 minggu (CoW0) memiliki nilai
tertinggi yaitu sebesar 3.80 dan nilai terendah 2.86 terdapat pada perlakuan
kombinasi Tithonia diversifolia dan Cromolaena odorata dengan waktu
pengomposan selama 4 minggu (TdCoW2) dan pada perlakuan kompos
Cromolaena odorata dengan lama pengomposan 4 minggu (CoW4).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos yang berbeda
dan lama waktu pengomposan yang berbeda maka berbeda pula pengaruhnya
Gambar 1. Grafik pengaruh interaksi aplikasi bahan kompos T. diversifolia dan
kompos bahan C. odorata dan bahan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap bulk density
Gambar 1 diketahui bahwa bulk density pada perlakuan kompos
C. odorata (Co) dengan waktu pengomposan selama 0 minggu (W0) memiliki
nilai tertinggi sebesar 1.27 g/cm3. Dari grafik dapat dilihat aplikasi kompos T.
diversifolia (Td), kompos C. odorata (Co) dan kombinasi kompos T. diversifolia
(Td) dan C. odorata (Co) menunjukkan penurunan nilai bulk density seiring
dengan waktu pengomposan yang semakin cepat
b. Total ruang pori tanah
Tabel 4. Pengaruh pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos
C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda
terhadap total ruang pori tanah (%)
Kompos Waktu
W0 W2 W4
Td 57.83 58.43 62.73
Co 50.13 52.17 63.97
Dari Tabel 3 diketahui bahwa total ruang pori pada perlakuan Kombinasi
Kompos T.diversifolia dan C. odorata dengan 4 minggu pengomposan (TdCoW2)
memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 64,00 % pada perlakuan kompos (TdW0)
dengan 0 minggu pengomposan memiliki nilai terendah yaitu sebesar 45,76 %.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh dari pemberian kompos
yang berbeda dan waktu yang berbeda maka berbeda pula pengaruhnya pada total
ruang pori tanah.
Gambar 2. Grafik pengaruh interaksi aplikasi bahan kompos T. diversifolia,
bahan kompos C. odorata dan bahan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap total ruang pori tanah
Gambar 2 diketahui bahwa total ruang pori tanah pada perlakuan
kompos yang dikombinasikan antara T. diversifolia (Td) dan C. odorata (Co)
dengan waktu pengomposan selama 4 minggu (W4) memiliki nilai tertinggi yaitu
sebesar 64.00 %. Dari grafik dapat dilihat aplikasi kompos T. diversifolia (Td),
odorata (Co) menunjukkan peningkatan nilai total ruang pori tanah seiring
dengan waktu pengomposan yang semakin lama.
c. C - organik tanah
Tabel 5. Pengaruh pengaruh interaksi aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos
C. odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda
terhadap C-organik tanah (%)
Kompos Waktu
W0 W2 W4
Td 1.47 2.04 2.21
Co 1.67 2.01 2.48
TdCo 1.90 2.36 2.84
Dari Tabel 4 diketahui bahwa c - organik pada perlakuan kombinasi
bahan kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan 4 minggu pengomposan
(TdCoW2) memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 2,85 % pada perlakuan kompos
(TdW0) dengan 0 minggu pengomposan memiliki nilai terendah yaitu sebesar
1,47 %.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh dari pemberian kompos
yang berbeda dan waktu yang berbeda maka berbeda pula pengaruhnya pada total
Gambar 3. Grafik pengaruh interaksi aplikasi bahan kompos T. diversifolia,
bahan kompos C.odorata dan bahan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap C-organik tanah
Gambar 3 diketahui bahwa nilai C-organik tanah pada perlakuan kompos
yang dikombinasikan antara T. diversifolia (Td) dan C. odorata (Co) dengan waktu
pengomposan selama 4 minggu (W4) memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 2.84 %.
Dari grafik dapat dilihat aplikasi kompos T. diversifolia (Td), kompos C.
odorata (Co) dan kombinasi kompos T. diversifolia (Td) dan C. odorata (Co)
menunjukkan peningkatan nilai C-organik tanah seiring dengan waktu
pengomposan yang semakin lama. Dengan kata lain semakin banyak jenis
Pembahasan
Bulk Density
Pemberian kompos Chromolaena odorata (Co) dengan lama
pengomposan selama 0 minggu (W0) menghasilkan nilai bulk density yang
tertinggi (1.27 gr/cm3). Sedangkan nilai bulk density yang terendah terdapat pada
perlakuan CoW4 dan TdCoW4 sebsar 0.95 gr/cm3. Penurunan ini disebabkan oleh
lamanya waktu proses pengomposan sehingga meningkat kandungan bahan
organik tanah dan tanah menjadi remah akibatnya pori aerase tanah meningkat
yang pada akhirnya kepadatan tanah menurun.
Waktu pengomposan yang semakin lama berpengaruh terhadap
peningkatan populasi mikroba di dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme ini
berperan dalam menurunkan kepadatan tanah atau bulk density. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Marsono dan lingga (2007) juga menyatakan bahwa bahan
organik dapat menaikkan kondisi kehidupan mikroorganisme didalam tanah
sehingga dapat mengikat butiran tanah menjadi butiran yang lebih besar.
Mangoensoekarjo (2007) juga menyatakan bahwa manfaat bahan organik secara
umum adalah untuk meningkatkan aktivitas mikroba didalam tanah dan untuk
menambah populasi mikroba dalam tanah, karena setiap bahan organik yang
standar biasanya juga mengandung berbagai jenis mikroba. Aktifitas
Total Ruang Pori
Penggunaan kompos yang dikombinasikan antara T. diversifolia (Td) dan
C. odorata (Co) dengan waktu pengomposan selama 4 minggu (W4) (TdCoW4)
menunjukan hasil total ruang pori tanah tertinggi sebesar 64%, sedangkan total
ruang pori tanah terendah diperoleh pada penggunaan kompos C. odorata (Co)
dengan lama pengomposan selama 0 minggu (W0) sebesar 50.13%. Hasil ini
sesuai dengan nilai kerapatan tanahnya, tanah dengan nilai bulk density tertinggi
(CoW0) mempunyai porositas yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa porositas total dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah meningkat
sejalan dengan meningkatnya kandungan bahan organik didalam tanah. Tanah
dengan struktur granular atau remah mempunyai porositas lebih tinggi dari tanah
dengan struktur masif.
Peningkatan ruang pori terjadi karena menurunnya kerapatan massa oleh
penambahan bahan organik, karena bahan organik yang ditambahkan memiliki
kerapatan massa yang lebih rendah dari matriks tanah. Hal ini juga dikarenakan
pemberian bahan organik yang dimana bahan organik yang berbentuk butir – butir
sehingga dapat membentuk agregat tanah yang bergumpal. Hal ini sesuai dengan
C - Organik
Aplikasi kompos Chromolaena odorata, Tithonia diversifolia dan
kombinasi keduanya tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan C - organik
tanah. Namun waktu pengomposanlah yang berpengaruh terhadap kadar C –
organik tanah. Semakin lama waktu pengomposan akan meningkatkan C –
organik tanah. Sehingga ketika diaplikasikan ke tanah, kompos dengan waktu
pengomposan selama 4 minggu memiliki kandungan C - organik yang tinggi.
Waktu pengomposan ini berpengaruh nyata terhadap kandungan C – organik
tanah. Proses pelapukan bahan organik membutuhkan selang beberapa waktu
dalam. Dari pelapukan bahan organik ini akan dihasilkan asam – asam organik
yang berperan dalam mengikat unsur P dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hakim (2008) yang menyatakan bahwa dari pelapukan bahan organik
akan dihasilkan asam humat, asam fulvat serta asam - asam organik lainnya.
Asam - asam itu dapat mengikat logam Al dan Fe sehingga mengurangi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Semua bahan kompos yang digunakan dalam penelitian tidak berpengaruh
terhadap nilai bulk density, total ruang pori dan C – organik tanah, lamanya
waktu pengomposanlah yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai bulk
density, total ruang pori dan C – organik tanah.
2. Waktu pengomposan yang semakin lama berpengaruh terhadap peningkatan
populasi mikroba di dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme ini berperan
dalam menurunkan kepadatan tanah atau bulk density.
3. Semakin lama waktu pengomposan maka dihasilkan nilai total ruang pori
tanah yang semakin tinggi.
4. Nilai C – organik tertinggi diperoleh dengam waktu pengomposan selama 4
minggu.
5. Aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata memberikan pengaruh yang
nyata dalam memperbaiki sifat fisik tanah (bulk density, total ruang pori dan
C – organik) yang tererosi berat.
Saran
Dalam penelitian selanjutnya dengan metode dan objek yang sama,
sebaiknya waktu pengomposan diperlama lagi. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah waktu pengomposan lebih dari 4 minggu memberikan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Aryad, S. 1982. Pengawetan Tanah Ultisol dan Air. IPB Press, Bogor.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi – Institut Pertanian Bogor. IPB Press, Bogor.
Bambang, W. 1986. Pengaruh Intensitas Curah Hujan, Kemiringan Lereng dan Sifat Fisik Tanah Terhadap Erosi Pada Berbagai Jenis Tanah. IPB, Bogor.
Buckman, H. O dan N. C Brady., 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Bhatara Karya, Jakarta.
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar – dasar Teori Bagi Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Penelitian. UGM Press, Yogyakarta.
Hakim, N, Agustian, Hermansah, dan Gusnidar, 2008. Budidaya Dan Pemanfaatan Titonia (Tithonia diversifolia).Presentasi. Universitas Andalas, Padang.
Hakim, N. 2008. Pengolahan Kesuburan Tanah Ultisol Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Andalas University Press, Padang.
Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, A. K. 2005. Dasar - dasar Ilmu Tanah Ultisol. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo, Jakarta. Hal 250.
Iswan, B. 1986. Ilmu Tanah Ultisol. IPB Press, Bogor.
Jamilah. 2006. Pemberdayaan Ultisol Dengan Pupuk Hijau, Fosfat Alam, SP - 36 dan CMA Untuk Tunpang Sari Jahe dan Jagung. Disertasi Doktor, Universitas Andalas, Padang.
Kartasapoetra, A. G. dan M. M. Sutedjo. 1987. Teknologi Konservasi Tanahdan Air. Rineka Cipta, Jakarta.
Kurnia, U., A. Rachman. dan A. Daraih. 2004. Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat BPPP Departemen Pertanian, Jakarta.
King, R. M and H. Robinson. 2008. Gulma Padang Rumput yang Merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia (WARTAZOA) Volume 17 No. 1 (2007). 13 Agustus 2008.
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Marsono dan P. Lingga. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta.
Munir, M. 1996. Tanah Ultisol – Tanah Ultisol Di Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Murbandono, 2000. Manfaat Bahan Organik bagi tanaman. Puslit Biologi, LIPI, Bogor.
Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Purnomo, E. 2006. Peranan Bahan Organik untuk Menyuburkan Tanah Ultisol. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Info Teknologi Pertanian No. 7,
dalam
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.
Rauf, A. 1999. Pengaruh Mulsa Vertikal Terhadap Sifat Tanah, Produksi Jagung, Erosi dan Pemanenan Air di Lahan Kering Berlereng Curam. Makalah Kongres VII dan Seminar Nasional HITI. Bandung. 27 - 28 November 1999.
Saidi, A. 2006. Fisika Tanah dan Lingkungan. Andalas University Press, Padang. Hal : 97 – 100.
Sarief, E. S. 1989. Fisika Kimia Tanah Ultisol Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Schnitzer, M. 1991. Soil Organic Matter. The Next 75 Year. Soil Science.
Sitorus, S. R. P., O. hariadjaja dan K. R. Brata. 1980. Penuntun Praktikum Fisika Tanah Ultisol. IPB, Bogor.
Setiawan, A. I. 2003. Penghijauan Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutanto. 2002. Ilmu Tanah. Kanisius, Jakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Yogyakarta.
Sutedjo. M. M. 2002. Analisis Tanaman. Kanisius, Jakarta.
Syafruddin, S. Saenong dan Subandi, 2008. Pemantauan Kecukupan Hara N Berdasarkan Bagan Warna Daun, Malang.
Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Satu Rekaman dan Analisis. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Tanah Dystrandepts
No Jenis Analisis Nilai Kriteria*
1. pH (H2O) 5.01 Masam
12. Tekstur Tanah Lempung Berpasir
Dianalisis di Laboratorium BPTP SUMUT
* : Sumber dari Balai Penelitian Tanah (2005) Td*) : Tidak terdeteksi
Lampiran 2. Hasil Analisis Kompos Tithonia diversifolia
No Jenis Analisis Nilai Kriteria*
1. pH (H2O) 7.21 > Maksimum
Dianalisis di Laboratorium BPTP SUMUT
* : sumber dari Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
Lampiran 3. Hasil Analisis Kompos Chromolaena odorata
No Jenis Analisis Nilai Kriteria*
1. pH (H2O) 8.21 > Maksimum
2. C-Organik (%) 10.51 > Minimum
3. Bahan Organik (%) 18.11 -
4. N-total (%) 0.76 > Minimum
6. Nisbah C/N 8.72 < Minimum
7. Kadar Air (%) 25.82 < Maksimum
Dianalisis di Laboratorium BPTP SUMUT
* : sumber dari Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
Lampiran 4. Kriteria Sifat Tanah
Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S.
Lampiran 5. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % - 50
Lampiran 6. Nilai rataan bulk density tanah akibat pemberian beberapa kompos Idengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif
I(g/cm3)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
Lampiran 7. Dwikasta bulk density tanah (g/cm3)
Kompos Waktu Pengomposan Total Rataan
0 2 4
Lampiran 8. Analisis keragaman bulk density tanah
Lampiran 9. Uji BNJ kompos terhadap bulk density tanah taraf 5% dan 1%
Lampiran 10. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap bulk density tanah taraf
5% dan 1%
Lampiran 11. Uji Duncan perlakuan terhadap bulk density tanah taraf 5% dan
kompos dengan berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif (%)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
Lampiran 13. Dwikasta total ruang pori tanah (%)
Kompos Waktu Pengomposan Total Rataan
0 2 4
Lampiran 14. Analisis keragaman total ruang pori tanah
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
Lampiran 15. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap total ruang pori tanah taraf
Waktu Pengomposan Total
Lampiran 16. Uji Duncan perlakuan terhadap total ruang pori tanah taraf 5% dan
Uji Jarak Duncan (UJD)
UJD (α,d, v) = UJD (α,d, v)d x (KT galat/n)1/2
UJD (α,d, v) = Tabel Duncan x (18.1929/3)1/2
UJD (α,d, v) = Tabel Duncan x 2.462578
Nilai Taraf 5% p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9
UJD (α) 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
Tabel Duncan
UJD (α) 7.388 7.757 7.954 8.127 8.225 8.299 8.348 8.397
(2.462578 x Pn)
Level CoW0 TdCoW0 CoW2 TdW0 TdW2 TdCoW2 TdW4 CoW4 TdCoW4
Rataan 50.133 51.900 52.167 57.833 58.433 62.167 62.733 63.967 64.000
A
B
C
Nilai Taraf 1% p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9
UJD (α) 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76
Tabel Duncan
UJD (α) 10.170 10.688 10.958 11.180 11.328 11.500 11.623 11.722
(2.462578 x Pn)
Level CoW0 TdCoW0 CoW2 TdW0 TdW2 TdCoW2 TdW4 CoW4 TdCoW4
Rataan 50.133 51.900 52.167 57.833 58.433 62.167 62.733 63.967 64.000
A
B
Lampiran 17. Nilai rataan C-organik akibat pemberian beberapa kompos dengan
berbagai masa pengomposan setelah akhir masa generatif (%)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
Lampiran 18. Dwikasta C-organik tanah (%)
Kompos Waktu Pengomposan Total Rataan
0 2 4
Lampiran 19. Analisis keragaman C-organik tanah
Lampiran 20. Uji BNJ waktu pengomposan terhadap C-organik tanah taraf 5%
dan 1%
Waktu Pengomposan Total (g/cm3)
Lampiran 21. Uji Duncan perlakuan terhadap C-organik tanah taraf 5% dan 1%
Uji Jarak Duncan (UJD)
UJD (α,d, v) = UJD (α,d, v)d x (KT galat/n)1/2
UJD (α,d, v) = Tabel Duncan x (0.1819/3)1/2
UJD (α,d, v) = Tabel Duncan x 0.246238
Nilai Taraf 5% p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9
UJD (α) 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
Tabel Duncan
UJD (α) 0.739 0.776 0.795 0.813 0.822 0.830 0.835 0.840
(0.246238 x Pn)
Level TdW0 CoW0 TdCoW0 CoW2 TdW2 TdW4 TdCoW2 CoW4 TdCoW4
Rataan 1.467 1.670 1.897 2.010 2.037 2.207 2.357 2.477 2.843
a
b
c
Nilai Taraf 1% p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9
UJD (α) 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76
Tabel Duncan
UJD (α) 1.017 1.069 1.096 1.118 1.133 1.150 1.162 1.172
(0.246238 x Pn)
Level TdW0 CoW0 TdCoW0 CoW2 TdW2 TdW4 TdCoW2 CoW4 TdCoW4
Rataan 1.467 1.670 1.897 2.010 2.037 2.207 2.357 2.477 2.843
A 1.377