• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor Produksi Sektor Pertanian

Pada dasarnya petani dalam berusahatani bertujuan untuk meningkatkan produksi sehingga didapatkan pendapatan yang tinggi. Petani perlu berusaha meningkatkan produksi yang erat kaitannya dengan usaha intensifikasi pertanian, dengan demikian diharapkan didapatkan tingkat produktivitas usahataninya meningkat. Dalam menunjang keberhasilan usahatani, memerlukan ketersediaan bahan baku pertanian secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Pengembangan usahatani sangat tergantung dari ketersediaan sumber daya (input) (Mubyarto, 1994: 69). Menurut (Prayitno, 1987: 17) ada empat sumberdaya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani: (1) tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas, (2) tenaga kerja manusia, (3) modal untuk pembelian input variabel dan (4) ketrampilan manajemen petani.

Input atau faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman, agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan secara optimal. Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produk yang diperoleh. Berbagai pengalaman menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi dalam Widowati, 2007:68).

Teori produksi menjelaskan hubungan teknis antara input dan output. Input adalah barang dan jasa yang diperlukan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Sedangkan proses produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah (Adiningsih, 2003: 8). Teori produksi juga berlaku pula untuk produksi bidang pertanian, khususnya padi. Produksi pertanian pada umumnya dan padi khususnya, tidak akan terlepas pada kondisi-kondisi

(2)

khusus yang ada pada bidang pertanian, antara lain musim, letak geografis, resiko dan ketidakpastian, serta sumber perubahan teknologi (Soeharno, 1992: 45).

Penerapan teknologi baru dalam bidang pertanian merupakan masalah yang mendapat perhatian cukup besar oleh pemerintah dalam melakukan kebijakan pertanian. Agar program inovasi teknologi pertanian dalam rangka untuk meningkatkan produksi pertanian juga sampai pada setiap petani, disinilah perlunya diintensifkan program bimbingan dan penyuluhan tentang penggunaan teknologi baru atau sistem tanam baru, dalam hal ini sistem tanam padi organik menjadi sangat diperlukan (Suprapto, 2010: 25).

Petani sebagai pelaksana, mengharapkan hasil produksi yang maksimal agar memperoleh pendapatan yang besar. Untuk itu, petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksi lainnya, sebagai umpan untuk mendapatkan produk yang diharapkan. Menurut Riri (2008: 12), ciri petani pedesaan yang tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab terhambatnya proses modernisasi pertanian karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini, maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan mereka.

Seiring perkembangan teknologi alat-alat pertanian, diadopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya gotong royong dan barter tenaga di antara petani karena umumnya teknologi hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia. Selanjutnya nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling tergantung antarpetani serta akses informasi dan tukar pendapat antarsesama petani mulai hilang (Dewandini, 2010: 13).

B. Petani Padi Sawah

Petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-faktor produksi pertanian (meliputi: tanah berikut faktor alam yang melingkupinya, tenaga kerja termasuk organisasi dan skill, modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara mandiri (otonom) atau bersama-sama

(3)

dengan pihak lain (Mardikanto, 1982: 3). Wikipedia (2010) dalam Wuri (2011: 24) mendefinisikan petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah, dan lain-lain) dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa, bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin, 1982: 4). Menurut Horton dan Hunt (1999: 3), ada petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan, peralatan, dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan.

Istilah ”petani” dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan definisi yang beragam. Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan. Tiga karakteristik petani, yaitu: subordinasi legal, kekhususan kultural, dan pemilikan de facto atas tanah. Petani merupakan: penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok tanam (Moore dalam Anantanyu, 2004: 1).

Daryanto (1997: 453 - 578) mendefinisikan petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam; sedangkan padi diartikan sebagai tumbuhan yang menghasilkan beras, termasuk jenis oryza, butir dan buah padi; serta sawah didefinisikan sebagai lahan yang digarap khusus untuk ditanami padi. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa petani padi sawah adalah orang yang pekerjaannya menanam tanaman padi di lahan khusus untuk tanaman padi. Petani padi sawah ini mengusahakan tanaman padi di sawah baik itu milik sendiri atau menggarap sawah milik orang lain dengan kesepakatan sistem pembagian hasil tertentu.

(4)

C. Tanaman Padi Sawah Varietas Unggul

Padi (Oryza sativa) berasal dari kelas Monocotyledoneae dengan ordo

oryza. Padi adalah tanaman yang menyerbuk sendiri yang secara alami kondisinya

adalah homozygot homogen, dan dalam kondisi tanaman hibrida bersifat heterozygot homogen, dan antar individu tanaman dalam populasi yang sama bersifat homogen (Wuri, 2011: 30). Londo dan Schaal (2008) dalam Irawati (2009: 24), mengungkapkan bahwa awalnya padi Oryza sativa indica ditanam di India, Myanmar dan Thailand. Sedangkan Oryza sativa japonica berasal dari Cina Selatan. Penemuan ini merupakan hasil dari riset yang telah mereka lakukan terhadap 300 jenis padi. Selanjutnya, Irawati (2009: 24) menyatakan bahwa padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poceae memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki akar serabut dan bunga majemuk, urat daun sejajar, berpelepah berbentuk sempit memanjang. Sedangkan buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir. Tanah yang lembab dan becek sangat disukai padi. Sehingga, padi tersebar diseluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat.

Daryanto (1997: 620-624) menyatakan bahwa varietas adalah tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu, sedangkan unggul didefinisikan sebagai juara, pemenang, atau paling dahulu. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa varietas unggul adalah tanaman dalam jenis atau spesies tertentu dengan sifat-sifat khusus yang lebih baik dan lebih diutamakan yang dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Sehubungan dengan tanaman padi, maka dapat pula disimpulkan bahwa padi varietas unggul adalah jenis tanaman padi yang memiliki sifat-sifat khusus yang lebih baik yang dapat memberikan produksi padi yang lebih baik.

Padi merupakan komoditas strategis yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia yang berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi budaya dan politik nasional. Untuk menjamin ketahanan pangan, maka peran teknologi sangat dibutuhkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi. Melalui teknologi rekayasa genetik di bidang pertanian, maka dihasilkanlah berbagai

(5)

macam benih padi varietas ungul dengan produktivitas yang tinggi dan mutu produksi yang lebih baik (Ishak dan Sugandi, 2011: 2).

Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009: 45). Di sisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi (Kementerian Pertanian, 2010: 2). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi padi. Hal ini dikarenakan biaya pemassalan benih bersertifikat relatif lebih murah daripada biaya produksi pupuk dan pestisida anorganik misalnya, karena pemassalan benih dapat dilakukan melalui penangkaran benih sumber di lahan petani (Ishak dan Sugandi, 2011: 2).

Penggunaan benih unggul di lapangan oleh masyarakat relatif masih terbatas. Menurut Daradjat et al., (2008: 2), benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang. Hal ini berarti bahwa petani padi belum merespon benih unggul padi dengan baik. Permasalahan yang dihadapi dalam percepatan penggunaan varietas unggul menurut Wahyuni (2011: 4) adalah sistem informasi keberadaan benih sumber masih lemah sehingga pengetahuan pengguna tentang varietas unggul masih terbatas, disamping itu ketersediaan varietas unggul juga terbatas.

Peningkatan produksi padi nasional sangat erat kaitannya dengan penggunaan benih padi varietas unggul bermutu. Kontribusi penggunaan benih varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan swasembada beras tahun 1984. Keberhasilan tersebut dapat dicapai salah satunya dengan penerapan Teknologi Revolusi Hijau. Teknologi Revolusi Hijau untuk padi pertama kalinya ditemukan oleh

International Rice Research Institute (IRRI) pada pertengahan 1980-an.

Karakteristik dasar dari teknologi ini adalah (1) benih unggul berumur pendek sehingga dapat meningkatkan hasil panen melalui peningkatan intensitas tanaman, (2) responsif terhadap pupuk kimia utamanya Urea sehingga dapat meningkatkan

(6)

intensitas tanaman melalui penggunaan pupuk, (3) membutuhkan lingkungan yang prima, utamanya irigasi terkelola (Maulana et al., 2006: 20).

D. Pemilihan Benih Padi Berlabel

Benih dapat diartikan sebagai biji atau buah yang dipersiapkan sebagai bibit (Daryanto, 1997: 94). Benih adalah sarana produksi yang mampu mengemban misi agronomi, bahkan sebagai wahana teknologi maju yang harus jelas identitas genetiknya (Sadjad, 1993 dalam Irawati, 2009: 24). Benih mempunyai pengertian yang berbeda dengan biji dan bibit. Menurut Wirawan (2002) dalam Irawati (2009: 24), biji dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa campur tangan manusia. Sedangkan benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Berbeda dengan biji dan benih, bibit adalah benih yang telah berkecambah.

Untuk mendefinisikan benih padi berlabel, maka perlu diketahui pula definisi tentang label. Menurut Daryanto, (1997: 94), label merupakan sepotong kertas yang yang ditempelkan pada barang, dan menjelaskan tentang nama barang dan sebagainya, merek dagang, catatan analisis pengujian mutu fisik, fisiologis, dan genetik dari benih. Label sama halnya dengan merek barang. seperti dikemukakan oleh Daryanto, (1997: 436) bahwa merek adalah cap atau tulisan yang merupakan penanda khusus pada suatu barang. Sehingga, berdasarkan definisi tentang benih dan label, maka dapat disimpulkan bahwa benih padi berlabel adalah biji padi yang dapat dipersiapkan sebagai bibit tanaman padi yang memiliki nama atau merek dagang yang telah melalui analisis pengujian mutu baik ditinjau berdasarkan fisik, fisiologis, dan genetiknya.

Benih padi berlabel yang beredar dipasaran umumnya termasuk varietas unggul. Sampai Tahun 2011 telah dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia yang telah dilepas oleh Kementerian Pertanian, 85% di antaranya dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. Dari data luas tanam pada Tahun 2009, lebih dari 75% telah ditanami dengan varietas unggul. Sampai dengan Tahun 2010,

(7)

varietas padi yang paling luas ditanam adalah Ciherang, IR64 dan Cigeulis (Sri Wahyuni, 2011).

Pada dasarnya petani telah memiliki pengetahuan lokal mengenai pemilihan benih yang terbentuk secara turun-temurun dari nenek moyang mereka dan berkembang seiring berjalannya waktu. Pengetahuan lokal ini berupa pengalaman bertani serta berinteraksi dengan lingkungannya. Pengetahuan lokal yang dimiliki petani bersifat dinamis, karena dapat dipengaruhi oleh teknologi dan informasi eksternal antara lain kegiatan penelitian para ilmuwan, penyuluhan dari berbagai instansi, pengalaman petani dari wilayah lain, dan berbagai informasi melalui media massa (Mulyoutami, 2003: 3).

Pengalaman petani merupakan suatu pengetahuan petani yang diperoleh melalui rutinitas kegiatan sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialaminya (Mahaputra, et al., 2006: 11). Petani mengembangkan pengetahuan baru dari pengetahuan dasar yang sudah mereka miliki ditambah dengan masukan eksternal. Apabila ada inovasi baru yang diperkenalkan kepada petani maka mereka akan melakukan serangkaian penelitian sederhana untuk menguji efektivitas dan manfaat dari inovasi baru tersebut. Jika hasilnya seperti yang mereka harapkan maka mereka akan mengadopsi pengetahuan tersebut (Mulyoutami, 2003: 3).

Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usahatani mereka, dan pengetahuan baru itu dikembangkan tidak hanya oleh lembaga penelitian, tetapi juga oleh banyak pelaku yang berbeda. Untuk mengelola usahatani dengan baik, petani memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai berbagai topik seperti hasil penemuan dari penelitian berbagai disiplin pengelolaan usahatani dan teknologi produksi, pengalaman petani lain, situasi mutakhir, dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input dan hasil-hasil produksi, dan kebijakan pemerintah (Van den Ban. AW, et al., 1999: 2).

Sumber informasi yang digunakan petani cukup bervariasi, yaitu berasal dari media interpersonal, media cetak, maupun audio visual. Sumber informasi interpersonal yang biasa dimanfaatkan petani untuk memperoleh informasi adalah sesama petani atau orang tua, petugas penyuluh lapangan, pedagang, dan

(8)

distributor. Sumber informasi melalui media cetak yang biasa diakses oleh petani adalah koran, majalah, dan brosur/leaflet. Sedangkan sumber informasi elektronis yang biasa dimanfaatkan petani adalah radio dan televisi. Beberapa lembaga yang berkaitan dengan kegiatan pertanian seperti Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan lembaga/asosiasi lainnya memberikan dukungan dalam penyediaan informasi pertanian (Mulyandari, et al., 2004: 6).

Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul tentu saja mendapat respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Harini (2003: 88) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Selain itu faktor-faktor yang terkait dengan keragaan agronomis yang ditampilkan oleh varietas unggul tertentu juga sangat mempengaruhi respons petani terhadap penggunaan benih unggul tersebut. Ruskandar (2006: 6) berpendapat bahwa petani tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya. Oleh karena itu perlu digiatkan penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun bentuk diseminasi/promosi lain agar informasi varietas cepat sampai di lahan petani baik melalui media cetak maupun elektronik.

E. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Petani Dalam Memilih Benih Tanaman Padi

Tujuan utama bagi seorang petani adalah bagaimana dia dapat memenuhi kebutuhannya. Assagaf (2004: 8) menyatakan bahwa motivasi bertani adalah dorongan pada petani melaksanakan teknik bercocok tanam dengan benar untuk memenuhi kebutuhannya yakni kebutuhan dasar, rasa aman, cinta kasih (keinginan untuk tetap berada dalam kelompok tani), penghargaan (keinginan untuk dihargai), dan percaya diri atau self actualization (keinginan untuk tetap sebagai petani).

Kebutuhan atau keinginan dapat dibagi menjadi 4 yaitu, pertama adalah kebutuhan untuk hidup (the desire to live) yaitu kebutuhan untuk dapat hidup, untuk hidup berkeluarga, untuk memelihara hidup dan hidup keluarganya. Kedua,

(9)

kebutuhan untuk memiliki sesuatu (the desire for posseion) yaitu dorongan yang timbul karena ingin memiliki sesuatu seperti rumah, mobil, kekayaan, dan lain sebagainya. Ketiga, kebutuhan untuk memiliki kekuasaan (the desire for power) yaitu dorongan yang timbul karena keinginan akan kekuasaan. Keempat, keinginan untuk diakui orang lain bahwa dia lain atau lebih dari yang lain (Petersen dalam Manullang, 1987: 21).

Ishak, et al., (2011: 7) menyatakan bahwa alasan-alasan petani memilih varietas padi yang ditanam beragam. Sesuai dengan hasil penelitiannya, alasan atau faktor penyebab petani memilih varietas padi yang akan ditanam adalah (1) rasa nasi disukai petani (2) produktivitas tinggi (3) harga jual tinggi, umur genjah, benih mudah diperoleh (4) daun bendera tegak (5) tahan rebah, tahan HPT (6) bulir malai panjang, wangi (7) tahan kekeringan.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yartiwi, et al. (2011: 5) dengan aspek yang diteliti sebanyak 11 aspek faktor alasan-alasan petani responden memilih varietas padi yang ditanam yaitu (1) benih mudah diperoleh (2) tahan HPT (3) rasa nasi disukai konsumen (4) rasa nasi disukai petani (5) bulir malai panjang (6) umur genjah (7) mutu gabah baik (8) aromatik (9) produktivitas tinggi (10) daun bendera tegak dan (11) tahan kekeringan.

Irawati (2009: 105) menyatakan bahwa penilaian terhadap tingkat kepentingan kepuasan petani padi secara keseluruhan terhadap benih varietas unggul, atribut yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih benih yaitu umur tanaman, produktivitas, kerebahan tanaman, tahan hama penyakit, rasa nasi, ketersedian benih, harga beli benih, harga jual gabah dan pemasaran hasil panen. Sedangkan Fachrista et al., (2012: 3) menyatakan bahwa pertimbangan petani dalam memilih benih antara lain: tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, bentuk bulir, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman (HPT), umur panen, rasa nasi, warna nasi, dan hasil produksi.

F. Penelitian Terdahulu

Wuri (2011), melakukan penelitian tentang faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida

(10)

pada Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Tujuan penelitian adalah untuk sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik survei. Analisis data menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada peogram BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori tinggi (68%), sikap petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong netral (68%), dan sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi pada program BLBU padi hibrida tergolong tinggi (76 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, dan tingkat pengaruh kepercayaan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida. Hubungan yang signifikan terdapat antara tingkat pendidikan non formal dan tingkat penggunaan media massa dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Ishak (2011), melakukan penelitian terhadap Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Varietas Unggul Padi di Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) adopsi petani terhadap varietas unggul padi sawah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2) pengaruh bantuan benih dari Pemerintah terhadap minat adopsi varietas unggul padi, dan (3) alasan-alasan petani memilih varietas padi. Analisis data secara deskriptif menggunakan tabulasi silang dan secara inferensial menggunakan regresi logistik dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) adopsi petani terhadap varietas unggul berlabel mencapai 85,29% yang dipengaruhi oleh pengalaman usahatani padi, luas lahan, dan persepsi petani terhadap varietas unggul; (2) minat adopsi petani tidak dipengaruhi oleh adanya bantuan benih unggul dari pemerintah; (3) alasan utama petani mengadopsi varietas unggul adalah rasa nasi disukai petani (88,24%), produktivitas tinggi (79,41%), harga jual tinggi, umur genjah, serta benih mudah diperoleh (64,71%).

(11)

Sumiati (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan petani Dalam Membeli Produk-produk Input Usahatani Padi. Tujuan penelitian: (1). Untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis produk input usahatani padi khususnya benih, pupuk dan obat-obatan yang beredar di masyarakat. (2). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam membeli produk-produk input usahatani padi khususnya benih, pupuk dan obat-obatan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1) Analisis deskriptif; (2). Analisis regresi model logit. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah; (1) Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam membeli benih yaitu umur dan harga benih; (2) Ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam membeli pupuk yaitu pendapatan usahatani, pekerjaan sampingan dan harga pupuk; (3) Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam membeli obat yaitu pendapatan usahatani dan harga obat.

Dewi (2012), melakukan penelitian tentang Preferensi Petani Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bangka Selatan. Tujuan penelitian adalah untuk; 1). Mengetahui karakteristik yang dipentingkan oleh petani dalam pemilihan varietas; 2). Mengetahui preferensi petani terhadap varietas unggul Ciherang, Ciliwung, dan Mekongga. Data dianalsis dengan menggunakan teknik percieved quality. Hasil penelitian menunjukkan: (1) atribut yang diutamakan petani dalam pemilihan varietas adalah hasil produksi serta ketahanan terhadap hama penyakit. (2) hasil uji terhadap varietas Mekongga, Ciherang, dan Ciliwung menunjukkan bahwa varietas Ciliwung dan Mekongga lebih disukai dibandingkan Ciherang.

Irawati (2009), melakukan penelitian tentang Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oryza sativa) Varietas Unggul di Kota Solok, Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Solok Sumatera Barat. Kecamatan yang dipilih adalah dua Kecamatan yang terdapat di Kota Solok yaitu Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Kecamatan ini dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa masing-masing kecamatan tersebut merupakan daerah penghasil beras di Kota Solok. Kelurahan

(12)

yang yang menjadi tempat penelitian adalah tujuh Kelurahan yang ada di Kecamatan Lubuk Sikarah yaitu Kelurahan Tanah Garam, IV Suku, Sinapa Piliang, IX Koto, KTK, Aro IV Korong dan Simpang Rumbio serta lima Kelurahan yang ada di Kecamatan Tanjung Harapan yaitu Koto PPA, Tanjung Paku, Nan Balimo, Kampung Jawa, Laing. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kota Solok. (2) Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kota Solok Pemilihan responden dilakukan dengan metode random sampling (acak) dengan teknik

simple random sampling, karena populasi dianggap homogen. Pengambilan

responden dilakukan dengan cara undian. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis karakteristik responden dan proses pengambilan keputusan pembelian. Untuk mengukur sikap responden terhadap benih varietas unggul digunakan model multiatribut Fishbein, sedangkan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Important Performance Analysis dan

Customers Satisfaction Index. Hasil analisis kepuasan berdasarkan Importance Performance Analysis (IPA), diketahui bahwa atrbut-atribut yang memiliki

tingkat kinerja tinggi dan kepentingan tinggi lebih banyak terdapat pada varietas Anak Daro dan Cisokan. Berdasarkan Costumer Satification Index (CSI), tingkat kepuasan konsumen terhadap keempat benih varietas unggul berada pada kategori puas.

Sugandi (2011), melakukan penelitian tentang Respons Petani Terhadap Penggunaan Varietas Unggul Padi di Provinsi Bengkulu. Survei dilaksanakan pada 9 kabupaten di Provinsi Bengkulu pada bulan November sampai dengan Desember 2011. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui respons petani terhadap varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data distribusi BLBU setiap kabupaten yang bersumber dari Dinas Pertanian, serta luas panen padi sawah dari BPS Provinsi Bengkulu. Respons petani dianalisis dengan regresi logistik dan chi square. Hasil penelitian

(13)

menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul di Bengkulu didominasi oleh Cigeulis dan Ciherang. Minat petani menggunakan benih unggul dipengaruhi oleh umur dan jumlah tanggungan keluarga. Penyaluran BLBU telah mendorong minat petani menggunakan varietas unggul.

G. Kerangka Pemikiran

Padi merupakan jenis tanaman yang menghasilkan beras. Beras merupakan makanan pokok dan komoditi yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Sehingga, produktivitas hasil pertanian khususnya tanaman padi perlu ditingkatkan. Upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang digunakan. Semakin baik kualitas benih padi yang digunakan maka semakin baik pula hasil yang diharapkan. Pada umumnya petani lebih menyukai benih padi yang berlabel. Namun, benih tanaman padi yang beredar di masyarakat sangat beragam dengan merek dan kualitas yang berbeda-beda sehingga ada banyak pilihan mengenai benih yang paling tepat untuk digunakan. Selain itu, pembelian benih padi berlabel tentunya memiliki mekanisme tersendiri.

Pemilihan dan penggunaan benih padi berlabel unggul tentu saja mendapat respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan keinginan petani. Namun, faktor yang mempengaruhi setiap petani berbeda-beda tergantung pada keinginan petani itu sendiri. Mekanisme pembelian benih padi berlabel oleh petani pun mungkin saja berbeda antara satu petani dengan petani yang lain. Untuk itu, perlu adanya suatu kajian melalui penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam pembelian benih padi berlabel dan bagaimana mekanismenya.

Berdasarkan pemikiran penulis, faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pembelian benih padi berlabel antara lain rasa nasi disukai petani/konsumen, produktivitas tinggi, harga jual tinggi/harga jual gabah, tahan kekeringan, tahan hama penyakit tanaman (HPT), dan mutu gabah baik. Adapun bagan kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(14)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Pembelian Benih Padi Berlabel di Desa Sidodadi Kecamatan Boliohuto Kabupaten Gorontalo.

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian adalah banyak faktor yang mempengaruhi petani dalam pembelian benih padi berlabel di Desa Sidodadi Kecamatan Boliohuto.

Peningkatan produksi padi

Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih benih padi berlabel:

- Rasa nasi disukai petani/konsumen (X1)

- Produktivitas tinggi (X2)

- Harga jual tinggi/harga jual gabah (X3)

- Tahan kekeringan (X4)

- Tahan hama penyakit tanaman (HPT) (X5)

- Mutu gabah baik (X6)

Penggunaan benih padi yang berlabel

Mekanisme pembelian benih padi berlabel

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam                       Pembelian  Benih  Padi  Berlabel  di  Desa  Sidodadi  Kecamatan                         Boliohuto Kabupaten Gorontalo

Referensi

Dokumen terkait

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI MEDAN PADA TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA KELEMBABAN UDARA DARI TAHUN 2006 –.. 2010 DENGAN FUNGSI

Menimbang, bahwa dalam persidangan Majelis Hakim telah berusaha secara maksimal menasihati Pemohon agar tetap mempertahankan rumah tangganya namun ternyata tidak

2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah langkah kebijakan paling akhir pemerintah bersama lembaga legislatif di bidang pemberantasan korupsi

Perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian anjak piutang meliputi perlindungan hokum bagi perusahaan anjak piutang yang memberikan jasa pembiayaan dengan cara

Untuk itu melalui program CSR, PT Pertamina bekerja sa- ma dengan CARE LPPM IPB melakukan inovasi- inovasi untuk meningkatkan efektifitas peter- nakan dan meningkatkan

Dalam penyediaan informasi dimaksud, Bank Indonesia, di samping memanfaatkan (dengan cara mengolah) data dan hasil Survei berbagai pihak, juga akan melakukan Survei secara

Hasilnya adalah, nilai-nilai karakter yang dipahami oleh subjek mencakup kesesuaian dengan visi misi sekolah (membentuk pribadi yang cerdas dan beriman), pentingnya menggunakan

Hasil lain memperlihatkan ada hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di instansi kesehatan (p-value = 0,006; OR 3,87, 95% CI: 1,54 – 9,67)