• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETANI TERHADAP USAHATANI PADI VARIETAS CILAMAYA MUNCUL DAN CIHERANG DI KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI PETANI TERHADAP USAHATANI PADI VARIETAS CILAMAYA MUNCUL DAN CIHERANG DI KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

FIRUZA FILARDHI

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI PETANI TERHADAP USAHATANI PADI VARIETAS CILAMAYA MUNCUL DAN CIHERANG DI KECAMATAN PALAS

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

Firuza Filardhi

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui persepsi petani, apakah terdapat perbedaan persepsi petani, faktor apa saja yang paling berhubungan dengan persepsi petani, dan tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang. Penelitian ini dilakukan di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional sample random dengan total sampel 86 petani. Penelitian dilakukan pada Bulan November 2013 sampai Januari 2014. Metode penelitian yang dilakukan adalah survey. Hubungan antara variable diuji dengan menggunakan analisis Korelasi Kendall’s Tau_b dan perbedaan persepsi petani dengan uji beda Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu ialah lebih menguntungkan, sedangkan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Daya ialah Lebih Menguntungkan, (2) terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Restu terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul dan terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Daya terhadap usahatani padi varietas Ciherang, (3) faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya adalah tingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya adalah tingkat kebutuhan, (4) padi varietas Cilamaya Muncul dan padi varietas Ciherang di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan secara keseluruhan adalah menguntungkan.

(3)

ABSTRACT

FARMERS PERCEPTIONS ON THE FARM RICE VARIETIES CILAMAYA MUNCUL AND CIHERANG AT PALAS SUBDISTRICT

SOUTH LAMPUNG REGENCY By

Firuza Filardhi

This research aims to: knowing farmers perceptions, whether there are differences in theperception, what factors are most associated with the perception, the level of income of rice farmers Cilamaya Muncul and Ciherang. The study was conducted in the village Bumi Restu and the village Bumi Daya, Sub-District Palas, South Lampung regency. Determination of sampling using proportional random sampling method with a total sample size of 86 respondents. The study was conducted from November 2013 to Januari 2014. Research method used was a survey method. Inter-variable relationships were tested using analysis Partial Kendal correlation test, and perception differences examined with Mann-Whitney test. The result of research show that: (1) farmers perception the farm rice varieties Cilamaya Muncul at Bumi Restu village is more profitable, farmers perception the farm rice varieties Ciherang at Bumi Daya village is more profitable, (2) There is the difference perception between the farmers at Bumi Restu village on the farm rice varieties Cilamaya Muncul and there is the difference perception between the farmers at Bumi Daya village on the farm rice varieties Ciherang, (3) The factors that associated with the perception of farmers on Cilamaya Muncul rice varieties in Bumi Restu village and in Bumi Daya village is social interaction. Meanwhile the factors related to the perception of farmers on the Ciherang rice varieties in Bumi Restu village and Bumi Daya village is a necessity, (4) Cilamaya Muncul rice varieties and Ciherang rice varieties in Palas, Southern Lampung District as a whole is more profitable.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 24 Januari 1992 dari pasangan Bapak Dwi Agus Linggatjahya dan Ibu Lia Holiasari. Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 003 Balikpapan Selatan pada tahun 2003, SMP Negeri 12 Balikpapan pada tahun 2006, dan SMA Negeri 5 Balikpapan tahun 2009. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti “Orientasi Lingkungan

Pertanian dan Masyarakat Pedesaan” yang diadakan oleh Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 di Desa Bandar Agung Kecamatan Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Penulis pernah melakukan Praktik Umum (PU) di Perum Bulog Divre Lampung pada

bulan Januari 2012 dengan judul ”Manajemen Pemeriksaan Kualitas Beras Di

(8)

SANWACANA

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Persepsi Petani Terhadap Usahatani Padi Varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

(9)

skripsi ini.

3. Ir. Begem Viantimala, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas masukan, bantuan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Keluargaku tercinta, Ayahanda Dwi Agus Linggatjahya, S.E, Ibunda Lia Holiasari, saudaraku tersayang Marjan Kencanawati, S.E, adikku Zulkarina Muthia Sari serta seluruh keluarga yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun. Doa, semangat, perhatian, dukungan yang luar biasa untukku dalam menjalankan kehidupan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Ifan Affandi, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan nasihat selama penulis menuntut ilmu. 6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas arahan, bantuan dan nasihat yang telah diberikan.

7. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas arahan, bantuan dan nasihat yang telah diberikan. 8. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah

(10)

yang telah diberikan.

10. Sahabat-sahabat terbaikku, Dwi Apriliansyah Astanu S.P., Tio Wanda Hendaris S.P., Aris Ardiansyah S.P, Tika Mustika Wulandari S.P., Dede Putri S.P., Meta Kusuma Febriana, Citra Dara Anggun, dan Dea Amanda Puspita yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini.

11. Teman-teman Agribisnis 2009 Genap Abdul, Kemas, Agum, Mandala, Iqbal, Guntur, Tama, Desty, Monica, Putri, Yanti, Nia, Ocy, Dwinta, Gama, Wike, Vemy, Lidia, Reni, Maya, Mita, Imas, Riska N, Ockta, Vero, Tiara, Ayu, Mufri, Ica, Anggun, Ihsan, Ernas, Mbak Nuke, Mbak Tri, Kak Made. Agribisnis 2009 Ganjil Dedeh, Yunica, Eka, Ully, Peni, Novi, Edy, Rama, Adriez, Queen, Felicia, Melisa, Riska W, Tasya, Ony, Rendy, Syani, Ongki, Anita, Caut, Wayan, Rinaldi Revina, Arin, Anisa, Inke, Feby, Febry, Firjen, Adam, Hilman, dan teman-teman Agribisnis 2009 lainnya, atas pengalaman dan kebersamaan yang telah diberikan.

12. Rekan-rekan sosek angkatan 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

13. Teman-teman selama KKN Lilis Indarti, Adelaide, Ricky, Eti, dan Adit yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaan selama Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Lampung Timur.

(11)

15. Teman-teman guru di TK Kartina II-26, TK Ar-Raudah, TK Bina Karsa, SD Kartika II-25, SD Ar-Raudah, SMP N 1 Natar yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini..

16. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, November 2014

Penulis,

(12)

i

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. TujuanPenelitian ... 9

D. KegunaanPenelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS A. TinjauanPustaka ... 11

1. Pangan ... 11

2. Ketahanan Pangan ... 12

3. Tanaman Padi dan Klasifikasi Tanaman Padi ... 16

a. Tanaman Padi ... .. 16

b. Budidaya Tanaman Padi ... 17

c. Pengelolahan Lahan Padi Sawah ... 19

d. Varietas Padi ... 24

4. Konsep Usahatani ... 27

a. Pengertian Usahatani ... 27

b. Klasifikasi Usahatani ... 28

c. Pendapatan Usahatani ... 29

5. Konsep Kebutuhan ... 32

6. Konsep Persepsi ... 33

a. Pengertian Persepsi ... 33

b. Persepsi Sosial ... 36

c. Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Persepsi ... 37

B. KerangkaPemikiran ... 43

C. Hipotesis ... 46

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 47

1. Variabel Bebas (X) ... 47

2. Variabel Terikat (Y) ... 54

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 57

(13)

ii

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Luas Wilayah. ... 65

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... . 77

1. Umur ... . 77

2. Tingkat Pendidikan Formal ... . 78

3. Luas Lahan ... . 80

4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... . 81

B. Deskripsi Variabel Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Petani Terhadap Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 82

1. Pengetahuan Petani ... 82

2. Pengalamana Petani ... 86

3. Interaksi Sosial Petani ... 89

4. Kebutuhan Petani ... 91

C. Persepsi Petani Terhadap Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 95

1. Tingkat Keuntungan Relatif ... 96

2. Tingkat Kesesuaian (Kompatibility) ... 98

3. Tingkat Kerumitan (Kompleksitas) ... 100

4. Tingkat Dapat Dicoba (Trialbilitas) ... 102

5. Tingkat Dapat Diamati (Observabilitas) ... 103

D. Pengujian Hipotesis ... 106

E. Perbedaan persepsi petani padi varietas Cilamaya Muncul dan padi varietas Ciherang ... 109

F. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 111

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 116

B. Saran ... 117

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi

Lampung tahun 2009 – 2011 ... 4

2. Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011 ... 6

3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012 ... 7

4. Penggunaan lahan di Desa Bumi Restu tahun 2013 ... 66

5. Penggunaan lahan di Desa Bumi Daya tahun 2013 ... 67

6. Jumlah penduduk Desa Bumi Restu menurut umur tahun 2013 ... 68

7. Jumlah penduduk Desa Bumi Daya menurut umur tahun 2013 ... 69

8. Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 ... 70

9. Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 ... 70

10.Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 ... 71

11.Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 ... 72

12.Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan penggolongan agama tahun 2013 ... 73

13.Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan penggolongan agama tahun 2013 ... 73

14.Sarana dan prasarana di Desa Bumi Restu tahun 2013 ... 74

15.Sarana dan prasarana di Desa Bumi Daya tahun 2013 ... 75

16.Sebaran responden berdasarkan umur di Desa Bumi Restu ... 77

17.Sebaran responden berdasarkan umur di Desa Bumi Daya ... 78

18.Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bumi Restu ... 79

19.Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bumi Daya ... 79

20.Sebaran responden berdasarkan luas lahan di Desa Bumi Restu ... 80

21.Sebaran responden berdasarkan luas lahan di Desa Bumi Daya ... 80

22.Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Bumi Restu ... 81

23.Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Bumi Daya ... 82

(15)

iv

27.Sebaran responden berdasarkan pengalaman petani mengenai varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya ... 88 28.Sebaran responden berdasarkan interaksi sosial petani padi Cilamaya

Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 89 29.Sebaran responden berdasarkan interaksi sosial petani padi Ciherang

di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 90 30.Sebaran responden berdasarkan kebutuhan petani varietas padi

Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 92 31.Sebaran responden berdasarkan kebutuhan petani varietas padi

Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 92 32.Persepsi petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi varietas

padi Cilamaya Muncul dan varietas padi Ciherang... 94 33.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat keuntungan relative

varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa

Bumi Daya ... 96 34.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat keuntungan relatif

varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 97 35.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kesesuaian

(compatibility) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu

dan di Desa Bumi Daya ... 98 36.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kesesuaian

(compatibility) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di

Desa Bumi Daya ... 99 37.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kerumitan

(compleksitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu

dan di Desa Bumi Daya ... 100 38.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kerumitan

(compleksitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di

Desa Bumi Daya ... 101 39.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat dicoba

(trialbilitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 102 40.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat dicoba

(trialbilitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa

Bumi Daya ... 102 41.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat diamati

(observabilitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu

dan di Desa Bumi Daya ... 104 42.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat diamati

(observabilitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di

Desa Bumi Daya ... 104 43.Persepsi petani terhadap varietas padi Cilamaya Muncul dan varietas

padi Ciherang ... 105 44.Hasil analisis korelasi Kendall’s Tau_b antara variabel X dan variabel

(16)

v Kendall’s Tau_b

Y di Desa Bumi Daya dengan varietas padi Cilamaya Muncul ... 108 47.Hasil analisis korelasi Kendall’s Tau_b antara variabel X dan variabel

Y di Desa Bumi Daya dengan varietas padi Ciherang ... 108 48.Hasil Analisis Mann-Whitney Test padi varietas Cilamaya Muncul

dengan padi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu ... 109 49.Hasil Analisis Mann-Whitney Test padi varietas Cilamaya Muncul

dengan padi varietas Ciherang di Desa Bumi Daya ... 110 50.Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Varietas Padi Cilamaya

Muncul di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya di Kecamatan

Palas Kabupaten Lampung Selatan ... 112 51.Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Varietas Padi Ciherang di

Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya di Kecamatan Palas

(17)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Piramida Kebutuhan... 33

2. Proses Persepsi ... 35

3. Bagan Persepsi ... 39

4. Proses Terjadinya Persepsi ... 39

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pangan yang cukup dan bermutu. Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek diantaranya aspek pasokan (supply), aspek daya beli, dan aspek aksesibilitas. Aspek pasokan (supply) mencakup produksi dan distribusi pangan, aspek daya beli yang mencakup tingkat pendapatan individu dan rumah tangga, serta aspek aksesibilitas mencakup hal yang berkaitan dengan keterbukaan, kesempatan individu, dan keluarga mendapatkan pangan.

(19)

Usahatani memegang peranan penting terhadap ketersediaan pangan di Indonesia. Salah satu komoditas yang berperan dalam ketersediaan pangan tersebut adalah padi. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan makanan pokok untuk dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Ketersediaan bahan pangan (beras) dalam negeri yang belum mencukupi dapat menjadi masalah nasional bagi Negara Indonesia. Selain bahan pangan, beras juga merupakan bahan baku penting dalam beberapa industri makanan seperti mie dan kue. Oleh karena itu usahatani padi dituntut mampu menyediakan beras untuk memenuhi permintaan yang ada khususnya dalam negeri.

Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan akan beras. Kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Diketahui pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), pada tahun 2025 kebutuhan tersebut

diproyeksikan menjadi sebesar 65,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan konsumsi beras

cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2005).

(20)

tersebar. Upaya tersebut dilakukan untuk memenuhi kecukupan konsumsi maupun stock nasional yang sesuai persyaratan operasional logistik.

Beras yang diperoleh petani berasal dari butiran-butiran padi. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan utama, tanaman ini penghasil sebagian besar makanan pokok di Indonesia. Tanaman padi dapat dibedakan

berdasarkan 3 varietas yaitu varietas padi hibrida, varietas padi unggul dan varietas padi lokal. Varietas padi hibrida contohnya seperti intani 1 dan 2, PP1, H1, bernas prima, rokan, SL 8 dan 11 SHS, B3, B5, B8 DAN B9, hipa4, hipa 5 ceva, hipa 6 jete, hipa 7, hipa 8, hipa 9, hipa 10, hipa 11, long ping (pusaka 1 dan 2), adirasa-1, adirasa-64, hibrindo R-1, hibrindo R-2, manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS. Varietas padi hibrida juga ada yang dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi ada juga didatangkan

(import) dari negara lain. Varietas padi unggul contohnya seperti ciherang (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam di daerah Tanggerang), IR-64, IR-42, mekongga, cimelati, cibogo, cisadane, situ patenggang,

cigeulis, ciliwung, membramo, sintanur, jati luhur, fatmawati, situbagendit. Varietas padi lokal contohnya seperti varietas kebo, cilamaya muncul, dharma ayu, pemuda idaman, (indramayu), gropak, ketan tawon, gundelan, merong (pasuruan), simenep , srimulih, andel jaran, ketan lusi, ekor kuda, hingga gropak (Arifin, 2013).

(21)

penambahan luasan lahan pertanian tetapi juga melalui program intensifikasi pertanian dengan menanam beberapa varietas unggulan dan mengoptimalkan penggunaan sarana input. Produksi dan Rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2009 - 2011

Kabupaten / Kota

Padi Sawah Rata-rata Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Produksi

Produksi

3. Lampung Selatan 338.988 370.060 395.437 368.162

4. Lampung Timur 259.928 431.981 44. 552 378.487

Lampung 2.487.314 2.623.873 2.752.868 2.662.981

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012.

(22)

Kabupaten Lampung Timur sebanyak 378.487 Ton, serta Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 368.162 Ton. Kota Bandar Lampung memiliki produksi terendah dari daerah lainnya hanya sebanyak 9.002 Ton.

Kabupaten Lampung Selatan memiliki produksi terbesar ketiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur dengan rata-rata produksi padi sawah sebanyak 368.162 Ton. Kebutuhan bahan pangan yang semakin tahun semakin meningkat dan tidak pernah surut melainkan kian bertambah dari tahun ke tahunnya membuat produksi tanaman padi harus semakin ditingkatkan guna mencukupi kebutuhan pangan.

Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk meningkatkan produksi guna mencukupi stok pangan nasional. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam varietas padi baik varietas hibrida, varietas unggulan, maupun varietas lokal. Produksi padi di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 selalu mengalami peningkatan. Produksi padi pada tahun 2008 sebanyak 301.399 Ton, tahun 2009 produksi padi naik menjadi 386.856 Ton, tahun 2010 produksi padi naik menjadi 406.143 Ton, dan pada tahun 2011 produksi padi naik hingga

mencapai 421.700 Ton (Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan, 2011).

(23)

Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas dan rata-rata produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011

No Kecamatan

Padi Sawah Rata-rata

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Produksi Luas

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Palas pada tiga tahun terakhir memiliki luasan panen padi sawah terbesar yaitu seluas 13.407 Ha dan memiliki rata-rata produksi padi sawah terbesar sebanyak 65.697 ton, sedangkan Kecamatan Bakauheni pada tiga tahun terakhir memiliki rata-rata produksi padi sawah terendah yaitu hanya sebanyak 4.592 ton.

(24)

Tabel 3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012

No Desa

Varietas Padi

Cilamaya Muncul Ciherang Luas (Ha) Produktivitas

(Ton/Ha)

Luas (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palas, 2012

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat 21 Desa di Kecamatan Palas dan mayoritas petani membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang, tetapi masing-masing desa membudidayakan dengan luasan lahan yang berbeda-beda. Desa Bumirestu memiliki luas lahan yaitu seluas 792 Ha, sedangkan untuk Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 250 Ha dalam membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul. Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 275 Ha, sedangkan untuk Desa Bumurestu memiliki luas lahan terendah yaitu seluas 215 Ha dalam

(25)

Ketersediaan bahan pangan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan di suatu daerah. Salah satu pangan yang memiliki peran yang sangat vital adalah beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Beras diperoleh dari komoditas padi yang diusahakan oleh petani meskipun banyak varietas yang diusahakan.

(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul

dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan?

3. Faktor apa saja yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap jenis padi Cilamaya Muncul dan jenis padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?

4. Bagaimanakah tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk :

1. Mengetahui persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan?

(27)

4. Mengetahui tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih, menggunakan jenis padi yang baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan.

2. Dinas atau instansi terkait, dalam menetapkan kebijakan jenis-jenis varietas yang digunakan oleh petani.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai kompenen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,

keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No. 18 th. 2012 tentang pangan).

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses

(29)

sandang, pendidikan, kesehatan. karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan tidak ada kebudayaan (Diana,2013)

Menurut Astrika (2012), pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :

a. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya segala macam buah, air segar. b. Pangan olahan tertentu

Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

2. Ketahanan Pangan

Pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: a) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, b) aman, c) merata dan d)

(30)

a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta

turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas

dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.

c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan

mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau (UU RI No 7 th 1996 tentang pangan)

Menurut Tambunan (2009), keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus terceminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting, bukan saja hanya dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsekuensi politik yang sangat besar.

(31)

tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. UU ini sejalan

dengan definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat.

Menurut Tambunan (2009), faktor-faktor Utama Penentu Ketahanan Pangan di Indonesia yaitu lahan, infrastruktur, teknologi dan sumber daya manusia, energi, modal dan cuaca.

a. Lahan

Lahan sawah di Indonesia hanya 4,5% dari total luasan daratan. Sekitar 8,5% merupakan tanah perkebunan, 7,8% lahan kering, 13% dalam bentuk rumah, tegalan dan ilalang, serta 63% merupakan kawasan hutan. Keterbatasan lahan pertanian, khususnya untuk komoditas-komoditas pangan memang sudah merupakan salah satu persoalan serius dalam kaitannya dengan ketahanan pangan di Indonesia selama ini.

b. Infrastruktur

(32)

c. Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas, sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Bahkan dapat dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input-input modern tidak akan

menghasilkan output yang optimal apabila kualitas petani dalam arti pengetahuan atau wawasannya mengenai teknologi pertanian, pemasaran, standar kualitas, dan lain-lain rendah.

d. Energi

Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak, yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor. Sedangkan Jalur tidak langsungadalah energi yang digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya serta alat-alat transportasi dan komunikasi.

e. Modal

(33)

f. Cuaca

Tidak diragukan bahwa pemanasan global turut berperan dalam menyebabkan krisis pangan, termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim hujan dan musim kemarau yang makin kacau. Pertanian pangan merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, khususnya yang menyebabkan musim kering berkepanjangan, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit.

3. Tanaman Padi dan Klasifikasi Tanaman Padi

a. Tanaman Padi

Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian, setelah itu sawah mulai dilakukan pembajakan yang dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara

(34)

tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi

(Soemarjono,dkk,1990)

Menurut Prasetiyo (2002), tanaman padi merupakan tanaman

semusim termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi

sebagai berikut :

1) genus =oryza linn

2) family = gramineae (poaceae)

3) spesies = ada 25 spesies di antaranya adalah

a) oryza sativa L

b) oryza glaberima steund.

Sedangkan sub spesies oryza sativa L, dua di antaranya ialah

1) Indica (padi bulu)

2) Sinica (padi sere) dahulu di kenal japonica.

Tanaman padi (oryza sativa ) mempunyai jumlah kromosom 2n =

24 dan dapat di bedakan dalam 2 tipe yaitu padi kering yang tumbuh

di daratan tinggi dan padi sawah yang memerlukan air mengenang.

b. Budidaya Tanaman Padi

(35)

di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang

menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang yang biasanya disebut dengan padi gogo. Terdapat beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya:

1) Bertanam padi di sawah tadah hujan

Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:

a) Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air. b) Mudah memperoleh dan melepaskan air.

2) Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)

Padi yang di tanam pada lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.

3) Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)

(36)

mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh (Utomo,1990).

c. Pengolahan Lahan Padi Sawah 1) Persyaratan Benih

Syarat benih yang baik tidak mengandung gabah hampa, warna gabah sesuai aslinya dan cerah, bentuk gabah tidak berubah dan sesuai dengan aslinya, daya perkecambah 80 %.

2) Persiapan Benih

Benih dimasukan kedalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan. Penyemaian benih untuk 1 ha padi sawah diperlukan 25-40 kg benih. Lahan persemaian disiapkan 50 hari sebelum persemaian. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan TSP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.

3) Pemeliharaan Pembibitan atau Persemaian

Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.

(37)

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, dan tidak terserang hama dan penyakit.

5) Teknik Penanaman a) Pola Tanam

Pada areal beririgasi lahan dapat ditanami padi 3 kali setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan produktifitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo diantara ubi kayu dan kacang tanah. Pada penanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.

b) Penanaman Padi Sawah

Bibit ditanam pada larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm, tergantung pada varietas padi, kesuburan tanah dan musim.

6) Pemeliharaan Tanaman

(38)

b) Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah.

Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat penyiang

mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.

c) Pengairan

Syarat menggunakan air disawah :

(39)

d) Pemupukan Padi Sawah

Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan urea =300 kg/ha, TSP 36 = 75-175 kg/ha dan KCl = 50 kg/ha. Pupuk urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu dan 6-8 minggu setelah tanam. Urea

disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan

dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.

7) Hama, Penyakit dan Gulma

a) Hama-hama di persemaian basah (padi sawah)

Hama putih (Nymphula depunctalis), padi trip (Trips oryzae), ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu;

Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. Exempta, bergaris kuning). Pengendalian yairu dengan cara mekanis dan insektisida sevin, diazenon, sumithion dan agrocide. b) Hama-hama di Sawah

(40)

c) Penyakit

Bercak daun coklat, blast, penyakit garis coklat daun, busuk pelepah daun, penyakit fusarium penyakit bakteri daun bergaris/leafstreak penyakit kerdil, penyakit tungro. d) Gulma

Gulma yang tumbuh diantara tanaman padi adalah rumpu-rumputan seperti rumput teki dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mencabut/ menyiangi, jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida basagran 50 ML, difenex 7G, DMA 6.

8) Panen dan Pasca Panen a) Ciri dan Umur Panen

Padi siap panen : 95 % butir sudah menguning, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.

b) Cara Panen

Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.

c) Perkiraan Produksi

(41)

d) Pascapanen

Perontokan, bersihkan gabah dengan cara diayak atau ditapi. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3%, jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Penyimpanan gabah dimasukan gabah kedalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ketempat penggilingan beras (Aak, 1990).

d. Varietas Padi

Menurut Budi (2013), secara umum tanaman padi dibedakan dalam 3

jenis varietas, yaitu varietas padi hibrida, varietas padi unggulan, dan

varietas padi lokal.

1) Varietas Padi Hibrida

Adalah varietas padi yang hasilnya akan maksimal bila sekali

ditanam. Tetapi bila benih keturunannya ditanam kembali maka

hasilnya akan berkurang jauh. Memang varietas ini dibuat atau

direkayasa oleh pemiliknya untuk sekali tanam saja. Tujuannya

agar petani membeli kembali. Harga benih hibrida sangat mahal,

bisa mencapai 40 ribu-60 ribu per kilo. Kualitas berasnya saat

diolah lebih pulen. Varietas padi hibrida ada juga yang dilepas

pemerintah. Tapi ada juga yang didatangkan (import) dari negara

lain. Contoh padi hibrida seperti intani 1 dan 2, PP1, H1, bernas

prima, rokan, SL 8 dan 11 SHS, segera anak, sembada B3, B5, B8

dan B9, hipa4, hipa 5 ceva, hipa 6 jete, hipa 7, hipa 8, hipa 9, hipa

(42)

hibrindo R-1, hibrindo R-2, manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8

SHS, SL 11 HSS.

2) Varietas Padi Unggul

Adalah varietas yang bisa berkali-kali ditanam dengan perlakuan

yang baik dan tahan terhadap hama penyakit. Hasil dari panen

varietas ini bisa dijadikan benih kembali. Ada petani yang bisa

menanam sampai 10 kali lebih dengan hasil yang hampir sama.

Varietas padi unggul biasanya telah di lepas oleh pemerintah

dengan SK Menteri Pertanian. Varietas ini telah melewati

berbagai uji coba. Varietas padi ini cocok ditanam pada musim

penghujan dan kemarau serta varietas ini cocok ditanam pada

lahan dengan ketinggan 500 m diatas permukaan laut. Hasil dari

varietas padi ini cukup tinggi. Harga benih verietas ini murah,

harganya bisa mencapai 5 ribu- 10 ribu per kilo. Contoh dari

varietas ini yang banyak di tanam petani adalah Ciherang (bisa

mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam dan beberapa keunggulannya seperti produksi padi yang tinggi, tahan terhadap hama penyakit, cocok ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau), IR-64, mekongga, cimelati, cibogo, cisadane, situ patenggang, cigeulis, ciliwung, membramo, sintanur, jati luhur,

fatmawati, situbagendit. Sejak tahun 2008, penamaan padi

berubah. Untuk padi sawah dinamakan inpari (Inbrid Padi

Irigasi) misalnya, inpari 1-10, inpari 11, inpari 12 dan inpari 13.

(43)

cilosari, diahsuci, bestari, inpari sidenuk, pandan putri. Pada

tahun 2010-2011 untuk varietas Inpari,inpari 13 yang sudah

banyak ditanam petani. Pemerintah ingin agar inpari 13

menggeser varietas ciherang yang paling banyak ditanam petani.

Untuk tahun 2011 juga, BB padi telah mengeluarkan varietas

terbaru dengan keunggulan yang lebih baik seperti inpari 14

pakuan, inpari 15 parahyangan, inpari 16 pasundan, inpari 17,

inpari 18, inpari 19, inpari 20, inpari 21. Untuk tahun 2012 telah

dilepas beberapa varietas padi, antara lain inpari 22-29. Untuk

padi rawa ( inpara ) juga banyak dilepas pemerintah. Contohnya

seperti inpara 1-8. Demikian pula untuk padi gogo (inpago).

Contohnya seperti inpago 1-5.

3) Varietas Padi Lokal

Varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama

beradaptasi di daerah tertentu. Sehingga varietas ini mempunyai

karakteristik spesifik lokasi di daerah tersebut. Setiap varietas

mempunyai keunggulan dan kelemahan. Varietas ini mempunyai

ketahanan pada hama dan penyakit serta pada cekaman di

lingkungan sekitar. Umur dari varitas ini kisaran 3-4 bulan.

Demikian juga untuk varietas lokal contoh varietas lokal yaitu

varietas kebo, dharma ayu, pemuda idaman, Indramayu,

(44)

merong (pasuruan), simenep , srimulih, andel jaran, ketan lusi,

ekor kuda, hingga gropak (kulon progo-jogja), angkong,

bengawan, engseng, melati, markoti, longong, rejung kuning,

umbul-umbul, tunjung, rijal, sri kuning, untup, tumpang karyo,

rangka madu, sawah kelai, tembaga, tjina.

4. Konsep Usahatani

a. Pengertian Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air, dan lain – lainya. Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

(45)

b. Klasifikasi Usahatani

Menurut Rahim dan Retno (2007), usahatani diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu berdasarkan cara mengusahakan, sifat dan corak, pola usahatani, dan tipe usahatani. Berdasarkan cara

mengusahakannya, usahatani dapat dilihat dasar perbedaanya, yaitu organisasi atau lembaga dan pengusahaan faktor produksi.

Pengusahaan dapat diartikan lebih luas, berasal dari milik sendiri, bagi hasil, dan sewa. Berdasarkan cara mengusahakannya, usahatani dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Usahatani Perorangan

Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Kelebihan dari usahatani ini adalah dapat bebas mengembangkan kreasinya (menentukan jenis pupuk, bibit, pestisida, dan sebagainya), sedangkan

kelemahan dari usahatani ini adalah kurang efektif. 2) Usahatani Kolektif

Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama–sama atau kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota kelompok tersebut.

3) Usahatani Kooperatif

(46)

Berdasarkan sifat dan corak, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani subsisten dan usahatani komersil. Usahatani subsisten merupakan usahatani yang hasil panennya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang. Sedangkan usahatani komersial merupakan

usahatani yang keseluruhan hasil panennya dijual ke pasar atau melalui perantara maupun langsung ke konsumen.

Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola khusus, tidak khusus dan campuran. Pola usahatani yang khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang

usahatani, pola usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan dua cabang atau lebih usahatani, tetapi batasnya masih tegas, sedangkan pola usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih usahatani yang batasnya tidak tegas.

Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan jenis komoditas pertanian yang akan ditanam atau diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan usaha kehutanan.

c. Pendapatan Usahatani

(47)

pengelolaan (petani) yang menggunakan lahan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki oleh berusahatani.

Menurut Soedarsono (1986), terdapat dua pengertian mengenai pendapatan. Pendapatan kotor yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahataninya selama satu tahun yang diperhitungkan dari hasil penjualan/pertukaran hasil produksi. Pendapatan bersih yaitu sebagian pendapatan kotor yang telah dikurangi dengan biaya pruduksi merupakan biaya riil tenaga kerja dan biaya riil saana produksi.

Menurut Mubyarto (1989), membagi biaya produksi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk input tetap yang jumlahnya tidak

dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, yang tergolong biaya tetap adalah sewa tanah, peralatan pertanian, pajak, dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk input variabel yang jumlahnya tergantung dari jumlah yang ingin dihasilkan, yang tergolong ke dalam biaya variable adalah bibit, obat – obatan, pupuk dan upah tenaga kerja.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

(48)

dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan langkah antara untuk menghitung ukuran-ukuran keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi, 1986).

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan usahatani adalah selisih antara total revenue (TR) dan total cost (TC) (selisih antara penerimaan dan semua biaya). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi, maka dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya atau yang biasa disebut analisis R/C (Return Cost Ratio).

Kriteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ratio) adalah : 1) Jika R/C = 1 artinya usahatani yang dilakukan tidak

(49)

2) Jika R/C > 1, artinya suatu usahatani yang dilakukan itu dapat dikatakan menguntungkan.

3) Jika R/C < 1, maka usahatani itu dapat dikatakan merugikan.

5. Konsep Kebutuhan

Keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret (nyata) tetapi juga bersifat abstrak (tidak nyata). Konsep kebutuhan dasar manusia menurut Dr. Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkatkan yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat dibawahnya.

(50)

Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut (Potter dan Patricia, 1997) pada gambar 1.

Gambar 1. Piramida kebutuhan

6. Konsep Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang berasal dari komponen kognitif manusia mengetahui suatu objek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai dengan nilai kepribadiannya. Suatu objek psikologis ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologis tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan timbul ide kemudian konsep dari apa yang dilihat (Mar’at, 1984).

Aktualisasi Diri Harga Diri Rasa Cinta Memiliki dan

(51)

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Pengindareaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Stimulus yang mengenai individu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya tersebut. Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitar dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981 dalam Walgito,1978).

Persepsi tidak hanya datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan. Apabila yang menjadi objek persepsi adalah diri individu sendiri maka disebut dengan persepsi diri, karena dalam persepsi tersebut merupakan aktivitas intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan, berfikir, kerangka acuan, dan aspek lainnya yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut, (Walgito, 1978).

(52)

pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.

Menurut Gibson (1993), pengertian persepsi dengan menggunakan gambar mulai dari stimulus hingga hasil proses persepsi. Proses persepsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses persepsi

Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup

penerimaan, pengorganisasian, dan penterjemahan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil peristiwa

(53)

Menurut Thoha (1999), pada hakekatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami

informasi tentang lingkungannya, melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi yang menghasilkan suatu gambar yang mungkin sangat berbeda dari kenyataannya.

b. Persepsi Sosial

(54)

c. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi

Menurut Robbins (2003), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yang dimaksud yaitu diri individu itu sendiri, sedangkan yang dimaksud faktor eksternal yaitu faktor stimulus dan faktor

lingkungan pada persepsi itu berlangsung. Faktor internal dan faktor

eksternal ini saling berinteraksi dalam individu mengadakan

persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan

stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran.

Mengenai keadaan individu yang dapat mempengarui hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem psikologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, segi psikologis yang dimaksud antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan kerangka acuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Pelaku Persepsi

(55)

adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

2) Target

Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik dari target yaitu hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan

kedekatan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target terhadap latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan untuk pengelompokan benda-benda yang kedekatan atau mirip.

3) Situasi

Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi. Waktu adalah dimana suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi perhatian. Karakteristik-karakteristik dari suatu yang dapat mempengaruhi persepsi adalah waktu, keadaan/ tempat kerja dan keadaan sosial.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan persepsi individu diantaranya yaitu keyakinan, proses belajar, cakrawala, pengalaman, dan pengetahuan. Selain itu juga faktor kepribadian individu

(56)

Gambar 3. Bagan persepsi (Ma’at, 1982)

Menurut Gibson (1989) melukiskan terjadinya persepsi individu sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.

Gambar 4. Proses terjadinya persepsi (Gibson, 1989) Observasi

Objek Sikap Faktor-faktor lingkungan yang

berpengaruh

Keyakinan Proses Belajar Cakrawala Pengalaman Pengetahuan

Kepribadian

Kognitif

(57)

Gambar 4 menunjukkan proses terjadinya persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya suatu stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Stimulus diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Menurut A.W van de Ban dan H.S. Hawkins (1998), sebagian studi telah menganalisis hubungan antara ciri-ciri suatu inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi tersebut menggunakan pertimbangan objektif atau menganggap bahwa semua petani mempunyai persepsi yang sama. Hal ini menyebabkan hasil studi tidak mencapai kesimpulan yang sama, tetapi semuanya

menunjukkan adalanya beberapa ciri penting, sebagai berikut: a. Keuntungan relatif

Inovasi ini memungkinkan petani mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah dari pada yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Kompatibilitas atau Keselarasan

Kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan

(58)

c. Kompleksitas

Inovasi ini sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan atau

keterampilan khusus. d. Dapat dicoba

Petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik dari pada mengadopsi inovasi dengan cepat dalam skala besar. e. Bisa diamati

Petani dapat melihat dari jauh tentang rekannya yang telah beralih memberi jagung untuk pakan ternaknya, tetapi ia tidak tau tentang sistem tata buku yang digunakan tetangganya.

Menurut Evertt M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker (1981), terdapat 5 sifat inovasi. Setiap sifat secara empiris mungkin saling

berhubungan satu sama lain tetapi secara konseptual mereka itu berbeda. Kelima sifat itu ialah:

a. Keuntungan relatif

(59)

b. Kompatibilitas (keterhubungan inovasi dengan situasi klien) Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.

c. Kompleksitas (kerumitan inovasi)

Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dinggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Suatu ide baru mungkin dapat digolongkan ke dalam kontinum “rumit sederhana”.

Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan orang lainnya tidak.

d. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi)

Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat dari pada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba akan memperkecil resiko bagi adopter.

e. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi)

(60)

B. Kerangka Pemikiran

Moskowitz dan Orgel (1969) dalam Walgito (1978) berpendapat bahwa persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu. Seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.

(61)

Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah pengetahuan petani (X1), pengalaman berusaha tani (X2), interaksi sosial petani (X3), kebutuhan petani (X4). Variabel Y adalah persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang yang didasarkan menurut sifat-sifat inovasi yang dikemukakan oleh Evertt M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker (1981), meliputi (1) Keuntungan relatif yaitu semakin tinggi tingkat keuntungan yang didapat dari penerapan ide atau inovasi baru maka semakin cepat petani akan menerima inovasi, (2) Kompatibilitas yaitu semakin tidak berbeda jauh suatu inovasi yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya maka petani akan semakin cepat untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap inovasi baru tersebut, (3) Kompleksitas yaitu semakin susah atau rumit suatu inovasi untuk dipraktekan atau diterapkan maka petani semakin lama untuk menerima suatu inovasi, (4) Triabilitas yaitu semakin mudah suatu inovasi untuk dicoba atau diterapkan maka petani semakin cepat untuk menerima suatu inovasi, (5) Observabilitas yaitu semakin mudah suatu inovasi bila dilihat dari cara maupun hasilnya oleh petani maka petani semakin cepat untuk menerima suatu inovasi.

(62)

Gambar 5. Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap usahatahi padi varietas Cilamaya muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2014.

Harga

Persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi

Ciherang ( Variabel Y )

Biaya Produksi

Pendapatan Tingkat Interaksi Sosial petani

(X3)

Produksi Tingkat Pengetahuan petani

(X1)

Tingkat Pengalaman berusahatani (X2)

1. Tingkat Keuntungan relatif (relative

(63)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka d apat diturunkan beberapa hipotesis berikut ini:

1. Ada hubungan nyata antara pengetahuan petani mengenai padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan persepsi petani terhadap padi

Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.

2. Ada hubungan nyata antara pengalaman berusahatani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.

3. Ada hubungan nyata antara interaksi sosial petani dengan persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.

4. Ada hubungan nyata antara kebutuhan petani terhadap persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.

(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran

Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan diidentifikasikan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Persepsi petani dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diidentifikasikan sebagai variabel X dan persepsi petani terhadap usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang sebagai variabel Y. Dari beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan dan klasifikasi dari variabel-variabel sebagai berikut.

1. Variabel Bebas (X)

a. Pengetahuan petani (X1) adalah pengetahuan yang dimiliki petani mengenai budidaya padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani mengenai budidaya padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dilihat berdasarkan budidaya, pemasaran dan harga padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang mulai dari 1) pemilihaan benih, 2) persiapan lahan, 3) penanaman, 4) pengairan, 5)

(65)

1) Pengetahuan petani dalam pemilihan benih adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang pemilihan benih padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani dalam pemilihan benih diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (3,00 – 5,00), cukup tahu (5,01 – 7,01), dan tahu (7,02 – 9,00).

2) Pengetahuan petani tentang persiapan lahan adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang persiapan lahan dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang persiapan lahan diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (2,00 – 3,33), cukup tahu (3,34 – 4,66), dan tahu (4,67 – 6,00).

3) Pengetahuan petani tentang penanaman adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang cara penanaman padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang penanaman diukur berdasarkan 2 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (2,00 – 3,33), cukup tahu (3,34 – 4,66), dan tahu (4,67 – 6,00).

(66)

tahu (3,00 – 5,00), cukup tahu (5,01 – 7,01), dan tahu (7,02 – 9,00).

5) Pengetahuan petani tentang pemupukan adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang cara pemupukan dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang pemupukan diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (3,00 – 5,00), cukup tahu (5,01 – 7,01), dan tahu (7,02 – 9,00).

6) Pengetahuan petani tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang cara pengendalian hama dan penyakit tanaman dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman diukur berdasarkan 4 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (4,00 – 6,67), cukup tahu (6,68 – 9,34), dan tahu (9,35 – 12,00).

7) Pengetahuan petani saat panen dan pasca panen adalah

pengetahuan yang dimiliki petani dalam proses panen dan pasca panen dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi

(67)

8) Pengetahuan petani tentang pemasaran adalah pengetahuan yang dimiliki petani dalam pemasaran usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang pemasaran diukur menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu, cukup tahu dan tahu.

9) Pengetahuan petani tentang harga padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang adalah pengetahuan yang dimiliki petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang tentang harga padi tersebut. Pengetahuan petani tentang harga padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diukur berdasarkan 2 pertanyaan dengan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (2,00 – 3,33), cukup tahu (3,34 – 4,66), dan tidak tahu (4,67 – 6,00).

Pengetahuan petani mengenai padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diukur berdasarkan 26 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3. Dengan demikian diperoleh kisaran skor tertinggi 78 dan terendah 26 dan dan diklasifikasikan menjadi rendah, sedang dan tinggi.

(68)

1. Lama berusahatani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang adalah ukuran lama waktu petani dalam menggunakan padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diukur menggunakan satuan tahun.

Pengalaman berusahatani padi diukur berdasarkan dengan menggunakan satuan umur responden petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Dengan demikian dapat diklasifikasikan menjadi rendah, sedang dan tinggi.

c. Interaksi sosial petani (X3) adalah interaksi petani dengan lingkungannya dalam mendapatkan informasi mengenai padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Interaksi sosial petani dapat dilihat berdasarkan 1) interaksi petani dengan sesama petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang, 2) interaksi petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan

penyuluh pertanian dan 3) interaksi petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang terhadap media massa 4) interaksi petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang terhadap kios sarana produksi pertanian.

1. Interaksi petani dengan sesama petani adalah interaksi yang dilakukan oleh petani dengan sesama petani dalam penggunaan padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Interaksi petani dengan sesama petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diukur menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi jarang, cukup sering dan sering.

(69)

dan padi Ciherang. Interaksi petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan penyuluh diukur berdasarkan 4 pertanyaan dengan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi jarang (4,00 – 6,67), cukup sering (6,68 – 9,34), dan sering (9,35 – 12,00).

3. Interaksi petani terhadap media massa adalah interaksi yang dilakukan oleh petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang terhadap media massa seperti radio, tv dan koran untuk mendapatkan informasi dalam penggunaan padi Cilamaya Muncul dan padi ciherang. Interaksi petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang terhadap media massa diukur berdasarkan 2 pertanyaan dengan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi jarang, cukup sering dan sering.

4. Interaksi petani terhadap kios sarana produksi pertanian adalah interaksi yang dilakukan oleh petani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang terhadap kios sarana produksi pertanian dalam mendapatkan informasi tentang penggunaan padi Cilamaya Muncul dan padi

Ciherang. Interaksi petani terhadap kios sarana produksi pertanian diukur berdasarkan 2 pertanyaan dengan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi jarang, cukup sering dan sering.

Interaksi sosial petani diukur berdasarkan 7 pertanyaan dengan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3. Dengan demikian diperoleh kisaran skor tertinggi 27 dan terendah 9 dan dan diklasifikasikan menjadi

Gambar

Tabel 1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2009 - 2011
Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas dan rata-rata produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011
Tabel 3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012
Gambar 1. Piramida kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo meliputi: Fasilitas belajar pada kelas unggulan yang ada sekarang hanya berupa LCD proyektor

Program pembentukan dan pengembangan Credit Union ( CU ) masih perlu terus dilakukan karena masih banyak jemaat dan masyarakat membutuhkan modal meningkatkan usaha

Perancangan Fasilitas Eduwisata Sejarah Perjuangan Kota Surabaya ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan realita yang terjadi mengenai krisis identitas kota

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tutupan karang hidup di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), yakni di Kampung Nusi Inarusdi Pulau Nusi dan Kampung Wundi

Sebanyak 66 ujian seismos telah dijalankan pada 9 cerun jasad batuan iaitu 6 ujian di atas 1 cerun jasad batuan granit di JKR kuari Bukit Penggorak, Kuantan, Pahang; 26 ujian di

Sistem pengukuran kinerja dibangun dan dikembangkan untuk menilai sejauh mana capaian kinerja pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU TIMUR yang bisa

Dari hasil penelitian dan pengamatan yang telah penulis lakukan di Hotel Blambangan Semarang terhadap sistem yang berjalan selama ini, maka penulis dapat

Tahap Persiapan (Pra Inkubasi) Penyusunan Perencanaan Operasional (Pra Inkubasi) Tahap Penumbuhan (Inkubasi Ketat) Tahap Pengembangan (Inkubasi Longgar) Tahap