• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RASIO PROTEIN KASAR DAN ENERGI TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS FISIK DAGING PADA DOMBA LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH RASIO PROTEIN KASAR DAN ENERGI TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS FISIK DAGING PADA DOMBA LOKAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RASIO PROTEIN KASAR DAN ENERGI

TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS

FISIK DAGING PADA DOMBA LOKAL

(The Effect of Crude Protein and Energy Ratio to Chemical Composition and

Physical Meat Quality in Indigenous Sheep)

A.S.SUPARNO,A.A.K.RUKMI,R.ADIWINARTI,E.PURBOWATI,M.ARIFIN danS.MAWATI

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang

ABSTRACT

Twenty four indigenous male sheep with averaged initial body weight 18 kg (CV 17.15%), and age 5 – 7 m.o. were used to study the effect of protein and energy (or TDN) ratio in the diet on chemical composition of meat. These sheep were separated into six groups (each four heads) based on a Completely Randomized Design (CRD) for six feeding treatments as follow, low protein-low TDN (PRTR; 18.84% CP and 61.56% TDN), low protein-high TDN (PRTT; 16.29% CP and 66.51% TDN), medium protein-low TDN (PSTR; 19.94% CP dan 60.29% TDN), PSTT, high protein-low TDN (PTTR; 20.88% CP dan 60.47% TDN), and high protein and TDN (PTTT; 20.12% CP dan 63.05% TDN). The feed was prepared in form pellet consisting of elephant grass, beer cake, Leucaena leaves, rice bran and dried cassava. Sheep was raised under feeding treatment for 3 months prior to be slaughtered to obtain Longissimus dorsi (LD) and Biceps femoris (BF) samples for analysis. Results indicated that feeding treatments did not differ (P > 0.05) the water, protein and ash contents in meat, but differ (P < 0.05) fat content in meat. The results also found that no different in chemical composition of meat based on muscle location (P > 0.05). This study concluded that protein and TDN ratio could not influence chemical composition of meat, but could improve fat content of meat.

Key Words: Sheep, Pelleted Feed, Chemical Composition of Meat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan komplit dengan berbagai rasio protein kasar dan energi terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging domba lokal. Materi penelitian berupa 24 ekor domba lokal jantan berumur 5 – 7 bulan dengan rata-rata bobot badan awal 18 ± 3,1 kg (CV 17,15%) dirancang dengan rancangan acak lengkap (RAL) ke dalam 6 perlakuan pakan. Perlakuan tersebut adalah protein rendah-TDN rendah (PRTR; PK 18,84% dan TDN 61,56%), Protein rendah-TDN tinggi (PRTT; PK 16,29% dan TDN 66,51%), protein sedang-TDN rendah (PSTR; PK 19,94% dan TDN 60,29%), PS-TT (PK 19,40% dan TDN 67,31%), protein tinggi-TDN rendah (PTTR; PK 20,88% dan TDN 60,47%), dan PT-TT (PK 20,12% dan TDN 63,05%) yang disusun dari bahan pakan yang terdiri dari rumput gajah, ampas bir, tepung daun lamtoro, bekatul dan gaplek yang diolah dan diberikan ke ternak dalam bentuk pelet. Domba dipotong setelah diberi perlakuan selama 3 bulan dan sampel daging yang dianalisan diambil dari Longissimus dorsi (LD) dan Biceps femoris (BF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P > 0,05) pada kadar air, protein dan abu, namun perbedaan (P < 0,05) diperoleh pada kadar lemak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa letak otot tidak memberikan perbedaan pada komposisi kimiawi daging. Perlakuan pakan pada penelitian ini juga tidak memberikan perbedaan pada kualitas fisik daging (P > 0,05), demikian pula pada lokasi otot yang berbeda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah imbangan protein-TDN tidak mempengaruhi komposisi kimiawi daging secara umum, namun hanya dapat meningkatkan kadar lemak daging.

(2)

PENDAHULUAN

Daging domba memiliki peran yang sangat penting dalam memasok kebutuhan daging nasional. Saat ini pangsa pasar daging domba di Indonesia tergolong sangat rendah atau hanya sebesar 5%, daging unggas 56% , daging sapi 23%, daging babi 13%, daging lainnya 3% (DITJEN PETERNAKAN, 2006). Potensi untuk mengembangkan domba di Indonesia sangat terbuka lebar, karena kurang lebih 30 persen kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak, sehingga keberadaan domba menjadi sangat strategis dalam kehidupan manusia.

Daging yang beredar di pasaran saat ini kebanyakan bersumber dari peternakan rakyat yang kualitasnya kurang baik, karena kendala peternakan domba adalah rendahnya mutu dan kurangnya jumlah pakan yang tersedia sepanjang tahun. Menurut LAWRIE (2003), komposisi daging ruminansia dengan pakan sesuai dengan kebutuhan ternak mempunyai komposisi 75% air, 19% protein, 3,5% substansi nonprotein terlarut, dan 2,5% lemak. Faktor selain komposisi kimia ada satu faktor lagi yang menentukan kualitas daging yaitu sifat fisik daging. Sifat fisik daging yang berkualitas baik adalah daging yang warnanya cerah, tidak pucat dan mengkilap, tidak ada bau asam dan bau busuk, daging masih elatis dan tidak kaku, apabila dipegang daging tidak terasa lengket pada tangan dan masih terasa agak basah (HADIWIYOTO, 1982). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas daging diantaranya kandungan nutrisi, dan penanganan prapemotongan (genetik, spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, pakan) dan pascapemotongan (metode pelayuan, metode pemanasan, pH daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, antibiotik, lemak intramuskular atau marbling dan metode penyimpanan) (SOEPARNO, 1998).

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk hewan yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air (HARTADI etal., 2005;

PURBOWATI et al., 2008). Pakan komplit dibuat

dalam bentuk pellet. Pellet adalah ransum pakan ternak yang telah mengalami

ASTUTI, 1993). Menurut PURBOWATI et al.

(2008), dalam pakan komplit, semua bahan pakan, baik bahan pakan berserat maupun konsentrat dicampur dalam bentuk satu pakan. Domba yang diberi pakan dalam bentuk pellet secara signifikan lebih baik dari pada ternak yang diberi pakan tidak dalam bentuk pellet (STANTON dan LEVALLEY, 2004). Adanya potensi pakan pellet dengan berbagai imbangan protein dan energi yang kemungkinan dapat menyebabkan perubahan komposisi kimiawi daging dan sifat fisik daging, maka dibutuhkan penelitian lebih mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian protein dan energi dengan imbangan yang berbeda terhadap komposisi kimiawi daging dan sifat fisik daging. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kualitas daging domba melalui perbaikan pakan.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini menggunakan domba lokal jantan sebanyak 24 ekor dengan bobot badan (BB) awal 18 ± 3,1 kg (CV = 17,15%), dan umur 5 – 7 bulan. Domba dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan pakan yang berbeda imbangan PK dan TDNnya, keenam perlakuan tersebut adalah protein rendah-TDN rendah (PRTR), protein rendah-TDN tinggi (PRTT), protein sedang-TDN rendah (PSTR), protein sedang-TDN tinggi (PSTT), protein tinggi-TDN rendah (PTTR) dan protein tinggi-tinggi-TDN tinggi (PTTT). Komposisi pakan ditampilkan pada Tabel 1.

Domba diberi pakan berupa pelet dengan komposisi bahan pakan yang telah dihitung seperti pada Tabel 1. Pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Air diberikan secara ad libitum setiap hari. Kandungan nutrisi pakan perlakuan tercantum pada Tabel 1.

Sebelum memasuki tahap perlakuan domba diadaptasikan dengan lingkungan penelitian termasuk pakan dan pekerja. Pada tahap perlakuan, pakan diberikan sebanyak 4% dari bobot badan ternak (sesuai kemampuan ternak yang diperoleh dari tahap sebelumnya) dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari yaitu

(3)

Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan penelitian

Perlakuan Bahan Pakan

PRTR PTTT PSTR PSTT PTTR PTTT

...(%BK)...

Tep. daun lamtoro 6,97 7,08 7,05 6,94 6,95 7,02

Bekatul 3,90 65,31 56,30 0,97 0,97 45,17

AmpasbBir 34,31 8,20 19,31 50,29 43,30 31,54

Rumput Gajah 12,17 12,36 12,32 12,13 12,14 12,27

Gaplek 42,66 7,05 5,02 29,66 36,63 4,00

Kandungan nutrisi pakan

Bahan kering (%) 90,86 89,95 90,25 89,41 88,38 88,04

Protein kasar (%)a 18,84 16,29 19,94 19,40 20,88 20,12

TDN (%)a* 61,56 66,51 60,29 67,31 60,47 63,05

a.

Komposisi bahan pakan berdasarkan 100% bahan kering *TDN = total digestible nutriens menurut HARTADI et al. (1991)

ad libitum. Sebelum pemberian pakan dan air

minum di pagi hari dilakukan penimbangan sisa pakan. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah ransum yang diberikan. Selama tahap ini dilakukan tahap pengumpulan data yaitu data konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Pada akhir tahap perlakuan dilakukan pemotongan ternak.

Pemotongan dilakukan secara bertahap dengan pemotongan 3 ekor perhari. Sebelum dilakukan pemotongan, domba dipuasakan selama 12 jam kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot potong. Pemotongan domba dilakukan pada bagian leher dengan memutus trachea, vena jugularis,

arteri carotis, dan oesophagus. Darah yang

keluar ditampung dan ditimbang, kemudian domba digantung kaki belakangnya untuk dilakukan pengulitan. Setiap bagian dari domba yang dilkuliti ditimbang semua. Setelah diperoleh karkas dilakukan pelayuan selama 8 jam. Setelah dilayukan karkas dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri. Karkas bagian kiri dipotong dalam potongan komersial lalu dipisahkan antara daging, tulang, dan lemak. Sampel untuk komposisi kimiawi daging dengan mengambil Longissimus dorsi yang terletak pada bagian Loin sebgaai perwakilan otot pasif. Untuk Biceps femoris diambil dari

bagian Leg sebagai perwakilan otot aktif. Setelah itu baru dilakukan analisis proksimat.

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data antara lain pH meter untuk uji nilai pH, tabung erlenmeyer, pengaduk kaca dan blender. Peralatan yang digunakan dalan uji warna daging adalah score card, plastik

sheet, label, klip, waterbath dan thermometer

yang digunakan untuk menentukan besarnya susut masak, Warner Bratzler Meat Shear model Salter 235 untuk uji keempukan daging, sedangkan peralatan yang digunakan untuk uji daya ikat air adalah oven, presser, cawan petri,

candler, dua plat kaca, kertas saring, plastik

transparasi, timbangan dan timer.

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam pola tersarang (hierarchi) (ASTUTI, 1980). Untuk mengatasi ketidak seragaman data terlebih dahulu diuji kenormalan Liliefors (NASOETION dan BARIZI, 1988) dan uji homogenitas Barttlet (SIREGAR, 2005). Apabila terjadi ketidaknormalan data ditransformasikan ke akar kuadrat karena transformasi ini cocok untuk data persentase yang wilayahnya antara 0 dan 30% atau 70% dan 100% (GOMEZ dan GOMEZ, 1995). Apabila terjadi perbedaan dari uji yang dilakukan maka dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan (STELL dan TORRIE, 1991).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap komposisi kimiawi dan kualitas fisik daging

Komposisi kimiawi daging domba yang diberi pakan dengan berbagai imbangan protein dan energi yang berbeda tertera pada Tabel 2. Setelah dilakukan analisis statistik, perlakuan pakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05)pada kadar air, kadar protein dan abu daging, sedangkan parameter kadar lemak daging terjadi perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).

Rata-rata kadar air daging domba yang diperoleh adalah 74,498%. Secara statistik kadar air daging domba perbedaannya tidak nyata (P>0,05). Kadar air daging secara umum masih dalam kisaran yang normal. Menururt LAWRIE, (2003) umumnya kadar air daging berkisar antara 68-80%. Hasil ini lebih rendah daripada hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) dengan kadar air berkisar antara 74 – 76%, domba tersebut diberi perlakuan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. Secara deskriptif terjadi penurunan kadar air pada perlakuan PSTT dibandingkan perlakuan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena kadar lemak perlakuan PSTT lebih tinggi dari pada yang lainnya yaitu sebesar 5,35%.

Secara keseluruhan kadar protein daging domba lokal tidak berbeda nyata (P > 0,05). Kadar protein ini masih dalam kisaran yang normal yaitu 18 – 19%. Kisaran kadar protein daging berkisar 19% (16 – 22%) (LAWRIE, 2003). Menurut ANGGORODI (1994), komponen bahan kering terbesar adalah protein yaitu sebesar 75 – 80%. Hasil ini secara umum lebih

tinggi dari hasil penelitian HASNUDI (2004) dengan domba yang diberi perlakuan limbah kelapa sawit.

Rata-rata kadar lemak daging domba adalah sebesar 3,2%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari PURBOWATI dan SURYANTO (2000) dengan kisaran 2 – 3%. Secara statistik tidak terjadi perbedaan nyata (P > 0,05). Kadar lemak untuk kelompok perlakuan PSTT lebih tinggi dari pada perlakuan yang lain, karena nilai energi pakan lebih tinggi dari perlakuan yang lain, sehingga kadar lemak meningkat lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (2005), pakan dengan energi tinggi akan menghasilkan karkas yang banyak mengandung lemak.

Kadar abu hasil penelitian ini tidak berbeda nyata (P > 0,05). Rata-rata hasil yang diperoleh sebesar 1,2%, lebih tinggi dari hasil penelitian PURBOWATI et al.(2006) yaitu sebesar 1,06%. Secara umum kadar abu relatif konstan dan variasinya kecil dibandingkan komposisi yang lain. Hal ini sesuai dengan PURBOWATI et al. (2006), kadar abu meningkat dengan laju yang paling rendah dibandingkan komposisi yang lainnya.

Kualitas fisik daging domba tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan pakan maupun lokasi otot yang berbeda. Data kualitas fisik daging domba dengan perlakuan pakan dan lokasi otot yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2 dan 3. Kualitas fisik daging domba hasil penelitian ini tidak berbeda nyata diantara perlakuan pakan, diduga karena konsumsi BK, PK dan TDN pakan juga tidak berbeda nyata (P > 0,05). Dugaan ini sesuai dengan pernyataan SOEPARNO (1998), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas daging adalah pakan.

Tabel 2. Komposisi kimiawi daging domba yang mendapat pakan dengan berbagai imbangan protein dan

energi Perlakuan Komposisi Kimia PRTR PRTT PSTR PSTT PTTR PTTT Ket. Air (%) 75,011 74,240 74,685 73,124 74,393 75,538 TN Protein (%) 19,573 18,540 19,395 19,879 19,650 19,227 TN Lemak (%) 2,896 3,316 2,738 5,005 3,252 2,028 SN Abu (%) 1,403 1,009 1,319 1,289 1,168 1,178 TN

(5)

Tabel 2. Konsumsi pakan dan kualitas fisik daging dengan perlakuan pakan yang berbeda PRTR PRTT PSTR PSTT PTTR PTTT Ket Parameter daging pH 6,59 6,45 6,65 6,52 6,38 6,55 TN Warna 2,88 3,63 3,67 3,67 3,63 3,38 TN Keempukan (kg/cm2) 5,47 5,02 5,44 5,24 5,68 5,34 TN Susut masak (%) 33,41 28,36 32,00 32,88 26,96 30,98 TN

Daya ikat air (%) 37,73 40,58 33,32 37,60 38,61 35,56 TN Hasil analisis statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05)

Nilai pH pada daging domba lokal jantan antar perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini dikarenakan konsumsi pakan dalam penelitian ini sama, sehingga cadangan glikogen ternak saat dipotong diduga sama, dan asam laktat yang dihasilkan juga sama. Dugaan ini sesuai dengan pernyataan SOEPARNO (1998), bahwa penimbunan asam laktat dan tercapainya pH ultimat otot tergantung pada jumlah cadangan glikogen otot pada saat pemotongan. Menurut FORREST et al. (1975), pH otot akan turun, bila terjadi akumulasi asam laktat akibat proses glikolisis selama proses konversi otot menjadi daging pascapemotongan.

Warna daging dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan pakan. Rata-rata nilai warna daging adalah 4 artinya merah cerah, merupakan warna yang disukai konsumen. Warna daging yang disukai oleh konsumen adalah warna merah cerah. Menurut AMLC (1994), nilai warna daging berkisar 1 – 6 yaitu daging berwarna merah terang hingga coklat gelap. Warna daging dipengaruhi oleh kandungan hemoglobin dan myoglobin

(FORREST et al., 1975), tipe molekul dan status kimia myoglobin serta kondisi kimia dan fisik komponen lain dalam daging (LAWRIE, 1995). Warna daging antar perlakuan yang tidak berbeda nyata dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan konsumsi pakan dan pH yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan SOEPARNO (1998) bahwa banyak faktor yang mempengaruhi warna daging, termasuk pakan, stres (tingkat aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen.

Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada Tabel 2 dan 3, dapat diketahui bahwa nilai

keempukan daging tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan pakan dan lokasi otot. SOEPARNO (1998) menyatakan bahwa domba jantan dan betina yang mengkonsumsi pakan berenergi rendah akan menghasilkan daging yang kurang empuk dibandingkan domba yang mengkonsumsi pakan berenergi tinggi. Konsumsi energi (TDN) dalam penelitian ini tidak berbeda nyata, maka keempukan daging juga tidak berbeda nyata. Menurut HUFFMAN et

al. yang disitasi oleh RIYANTO (2004), adanya perbedaan serabut otot dan jaringan ikat dapat mengakibatkan adanya perbedaan tingkat keempukan daging diantara otot yang berbeda pada karkas yang sama atau diantara otot yang sama pada karkas yang berbeda. Pengaruh aktivitas gerak terhadap keempukan daging menurut PRAWOTO et al. (2004) berhubungan dengan jumlah jaringan ikat daging, yaitu otot yang sering digunakan untuk bergerak maka ukuran diameter jaringan ikatnya lebih besar, sehingga lebih liat.

Nilai susut masak pada penelitian masih dalam kondisi normal dari nilai susut masak pada umumnya yang bervariasi dengan kisaran 15 – 40% (SOEPARNO, 1998). Keadaan ini dikarenakan ternak yang dipelihara secara intensif mendapatkan pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi sehingga deposisi lemak sangat mudah karena aktivitas ternak yang terbatas. Kandungan lemak yang lebih besar akan meningkatkan susut masak daging yang lebih tinggi.

Nilai daya ikat air berpengaruh besar terhadap kualitas fisik daging. Daya ikat air daging tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan pakan dan lokasi otot. Keadaan ini diduga karena konsumsi pakan domba pada penelitian ini relatif sama. Pakan dengan

(6)

kandungan energi yang tinggi akan menyebabkan ternak menghasilkan karkas yang banyak mengandung lemak (SOEPARNO, 1998). Menurut LAWRIE (1995), kandungan lemak yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan menahan air oleh protein daging karena adanya lemak intramuskular yang menutup jaringan mikrostruktur daging sehingga menaikkan kapasitas menahan air daging.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan pakan dengan berbagai imbangan protein dan energi (TDN) tidak dapat meningkatkan komposisi kimia dan sifat fisik daging domba lokal.

DAFTAR PUSTAKA

ANGGORODI, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

AUSTRALIAN MEAT and LIVESTOCK COORPORATION

(AMLC). 1994. Handbook of Australian Meat. 5th Ed. Published by Australian Meat and Livestock Coorporation AUSMEAT, Brisbane.

FORREST, J.C., E.D. ABERLE, H.B. HEDRICK, M.D. JUDGE and R.A. MERKEL. 1975. Principles of Meat Science. 1st Ed. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.

GOMEZ, K.A. dan A.A. GOMEZ. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Sjamsuddin dan J.S. Baharjah. UI Press, Jakarta.

HADIWIYOTO, S. 1982. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A. D. TILLMAN. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

HASNUDI. 2004. Pengaruh penggunaan pakan limbah kelapa sawit terhadap komposisi kimia dan kolesterol daging domba sungei putih dan lokal sumatera. J. Ilmiah Pertanian Kultura 39(1) : 1 – 6.

LAWRIE, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: A. PARAKKASI. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

NASOETION, A.H. dan BARIZI. 1988. Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. Edisi yang Disempurnakan. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

PRAWOTO, J.A., A. SETIAWAN dan C.M.S. LESTARI. 2004. Keempukan, warna dan pH daging domba lokal jantan yang diberi pakan rumput gajah dan dedak halus padi. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition October 2004: 98 – 103.

PURBOWATI, E dan E. SURYANTO. 2000. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis 25(2): 66 – 72.

PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2006. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. J. Animal Production 8(1): 1 – 7.

PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2008. Pemanfaatan energi pakan komplit berkadar protein-energi berbeda pada domba lokal jantan yang digemukkan secara feedlot. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(1): 59 – 65.

SIREGAR, S. 2005. Statistik Terapan unutk Penelitian. Grasindo, Jakarta.

SOEPARNO. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

STANTON, T.L. and S.B. LEVALLEY. 2004. Lamb

Feedlot Nutrition. Colorado State University Cooperative Extension, Colorado.

STELL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Principles and Procedurs of Statistic. Grow-Hill Book Co. Inc. Pub. Ltd. 2nd Ed. London. Diterjemahkan oleh: B. SUMANTRI. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

(7)

DISKUSI

Pertanyaan:

Mengapa perbedaan hanya pada kadar lemak sementara protein pakan berbeda?

Jawaban:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Manajer Investasi menerima atau menyimpan permohonan penjualan kembali Unit Penyertaan dalam 1 (satu) Hari Bursa lebih dari 10% (sepuluh persen) dari total Nilai

Bagi cabaran road relay ini pasukan AW – PSIS dibahagikan kepada 3 kumpulan kecil dengan setiap satu berkekuatan 4L dan 1P tidak termasuk anggota simpanan 2L dan 1P (Total

Ujian praktek mengajar dilaksanakan setelah kemampuan mengajar dinilai cukup oleh Guru Pamong dan Dosen Pembimbing. Pengaturan ujian mengajar diserahkan kepada

Selain itu penelitian (Hariyanti, 2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan garam beryodium dengan kejadian Gondok pada wanita usia

Tabel 3 menunjukkan perlakuan herbisida dengan bahan aktif isopropil amina glifosat, paraquat diklorida, mesotrion + atrazin maupun perlakuan tanpa bahan aktif herbisida

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran ganda istri nelayan, bagaimana kontribusi mereka terhadap perekonomian keluarganya, serta

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan analisa penetapan harga jual unit rumah perumahan Prabanata Village dengan menggunakan metode analisa titik

Terdapat pendapat yang beragam menyikapi hal tersebut yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman dalam hidup serta budaya dapat berperan terhadap