• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan yang drastis. Pendidikan di Indonesia tidak hanya fokus pada pelajaran umum, seperti matematika, IPA, IPS, dan lain-lain tetapi sudah sadar akan pentingnya belajar bahasa asing selain bahasa Inggris, maka pemerintah pun menetapkan bahasa asing sebagai muatan lokal. Bahasa asing ini bisa berfungsi untuk berkomunikasi dengan dunia luar, untuk menyampaikan info dengan bahasa asing, dan lain-lain. Ini bertujuan untuk mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan saat bekerja nanti.

Perkembangan jaman saat inilah yang memaksa kita untuk bisa menguasai bahasa asing sebanyak mungkin. Generasi muda Indonesia juga banyak yang berminat mempelajari bahasa asing, selain bahasa Inggris. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia pun membuat kebijakan di setiap SMA (Sekolah Menengah Atas) untuk diadakannya pelajaran muatan lokal bahasa asing sehingga saat ini pun setiap SMA memberikan pelajaran muatan lokal bahasa asing yang berbeda-beda, seperti bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Jerman, Spanyol, Prancis dan juga Korea.

(2)

Diantara bahasa asing yang banyak diminati oleh kaum muda-mudi ini adalah bahasa Korea. Alasannya karena Korean Wave sedang meledak dan ini pun membuat bahasa Korea menjadi bahasa yang banyak diminati, terutama penikmat Korean Wave. Banyak peminat Korean Wave yang ingin mengetahui budaya dan bahasa Korea sehingga mereka memilih untuk mempelajari bahasa Korea. Selain itu, ada banyaknya peluang kerja yang tersedia jika bisa berbahasa Korea. Salah satunya adalah jasa penerjemah untuk perusahaan Korea di Indonesia dan juga jasa guide untuk wisatawan Korea yang datang ke Indonesia. Akan tetapi, mempelajari bahasa Korea bukan suatu hal yang mudah karena bahasa Korea memiliki kaidah bahasa yang berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia.

Adanya perbedaan bahasa Indonesia dan bahasa Korea membuat orang-orang Indonesia yang belajar bahasa Korea mengalami kesulitan, terutama pelafalan. Bahasa Korea memiliki kaidah pelafalan yang khusus, seperti halnya tajwid dalam bahasa Arab dan kaidahnya berbeda dengan bahasa Indonesia. Ada beberapa pelafalan bahasa Korea dibaca berbeda dengan bacaan aslinya, seperti contohnya 십만 “sibman” ini dilafalkan menjadi [심만] [simman] bukan sesuai bacaan aslinya 십만 [sibman]. Pertemuan konsonan ㅂ[p] dan ㅁ[m]pada kata십 만 “sibman” ini dalam kaidah bahasa Korea konsonan ㅂ [p] berubah menjadi konsonan sengau. Berbeda dengan bahasa Indonesia, jika konsonan [p] dan [m] bertemu, seperti contohnya kata “atapmu” ini dibaca [atapmu] tanpa adanya perubahan menjadi konsonan sengau. Perbedaan cara pelafalan bahasa Korea dan bahasa Indonesia tersebut menyebabkan banyak orang Indonesia, khususnya

(3)

mahasiswa Sekolah Vokasi bahasa Korea UGM susah dalam melafalkannya. Pelafalan merupakan hal yang terlihat sepele tetapi hal tersebut sebenarnya adalah hal yang sangat penting dan sangat mendasar ketika belajar bahasa asing. Kesalahan pelafalan bisa membuat pendengar, dalam kasus ini orang Korea tidak menerima informasi yang disampaikan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kesalahan pelafalan bahasa Korea yang sering dilakukan oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Korea. Penelitian ini dilakukan secara fonemik untuk mengetahui bentuk kesalahan pelafalan bahasa Korea. Menurut Crystal (Pateda,1989:32) analisis kesalahan adalah sesuatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh murid yang sedang belajar bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik yang ada. Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang memiliki makna hampir sama, yaitu kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam mempelajari bahasa asing. Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku. Contoh kesalahan pemilihan kata adalah “Pusing mencari jalan ke rumah Rani”, kalimat yang benar seharusnya “Bingung saat mencari jalan ke rumah Rani”. Sedangkan, kekeliruan merupakan penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku, tetapi tidak dipandang sebagai suatu pelanggaran dalam berbahasa. Contoh kekeliruan bahasa adalah “absen” berasal dari bahasa Inggris, absent yang artinya tidak hadir. Oleh karena itu, analisis kesalahan ini lebih cenderung fokus

(4)

pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan dari kaidah bahasa yang diterapkan.

Objek penelitian ini adalah orang Indonesia yang sedang belajar bahasa Korea, yaitu mahasiswa Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM angkatan 2012. Penelitian ini diharapkan bisa menganalisis kesalahan pelafalan bahasa Korea, terutama perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau sehingga kesalahan ini bisa cepat diidentifikasi agar diperbaiki dan tidak berkelanjutan lagi. Kesalahan dalam berbahasa, terutama bahasa asing yang memang tidak dipahami akan berakibat fatal jika tidak lekas diperbaiki.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.

a. Apa saja bentuk-bentuk kesalahan pelafalan perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau yang dilakukan oleh orang Indonesia?

b. Bentuk kesalahan pelafalan bahasa Korea mana yang paling banyak dilakukan dan bagaimana presentasenya?

c. Apa saja faktor-faktor penyebab kesalahan pelafalan perubahan konsonan hambat menjadi konsonan sengau?

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan pelafalan perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau yang dilakukan oleh orang Indonesia.

b. Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk kesalahan pelafalan bahasa Korea mana yang paling banyak dilakukan dan presentasenya.

c. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan pelafalan bahasa Korea.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini akan dilakukan untuk 10 orang mahasiswa Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM angkatan 2012. Mahasiswa ini dipilih berdasarkan kriteria perempuan karena diasumsikan bahwa mahasiswa perempuan bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM ini banyak yang tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan Korea, aktif sebagai mahasiswa Sekolah Vokasi UGM, tidak pernah menempuh pendidikan bahasa Korea di Korea karena kurangnya sarana untuk berbicara bagi mahasiswa yang belajar bahasa Korea di Indonesia sehingga ingin mengetahui tingkat kemampuan pelafalan bahasa Koreanya, berusia 19-20 tahun, dan belajar bahasa Korea sekitar 2 tahun.

(6)

Mahasiswi yang diteliti ini akan direkam untuk pelafalan perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau, khususnya konsonan letup di bibir menjadi konsonan sengau, perubahan konsonan letup di langit-langit depan menjadi konsonan sengau dan perubahan konsonan letup di langit-langit lunak menjadi konsonan sengau. Mahasiswi juga akan melafalkan daftar kosakata yang dibuat untuk melengkapi data penelitian.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat yang bisa diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini ialah menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan masyarakat umum dalam mengetahui kesalahan pelafalan bahasa Korea, khususnya perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau sehingga dapat mengetahui lebih dalam kesalahan pelafalan bahasa Korea orang Indonesia, khususnya mahasiswa Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM sejauh ini. Kesalahan ini bisa cepat diidentifikasi agar bisa cepat diperbaiki dan tidak berkelanjutan lagi. Selain itu, dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelafalan bahasa Korea.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Program Studi Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM untuk bisa memperbaiki pengajaran, khususnya pelafalan bahasa Korea kedepannya dan dapat meningkatkan penerapan ilmu linguistik terutama fonologi untuk bahasa Korea.

(7)

1.6 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta kejadian yang dialami. Dengan membuat gambaran yang sistematis, pembaca akan lebih mudah untuk memahami.

Objek penelitian ini adalah 10 mahasiswi Sekolah Vokasi Bahasa Korea UGM angkatan tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan penyajian hasil pengolahan data.

1.6.1. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang menunjang bagi penelitian ini, dilakukan pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan merekam menggunakan Samsung Galaxy Note seri E160. Jarak merekam 10 cm dari bibir, file akan dirubah ke format mp3 dan disimpan di dalam komputer. Mahasiswi Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM membaca beberapa kosakata bahasa Korea yang sudah disiapkan sebanyak 2 kali.

(8)

b. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesalahan pelafalan bahasa Korea.

1.6.2. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data mengenai kesalahan pelafalan bahasa Korea, kemudian dilakukan pengolahan data sebagai berikut.

a. Menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan pelafalan bahasa Korea, khususnya perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau saat membaca kosakata bahasa Korea yang sudah disiapkan. Data hasil rekaman akan diolah menggunakan excel 2007 kemudian dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan data yang diperoleh.

b. Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk kesalahan pelafalan bahasa Korea, khususnya perubahan konsonan letup menjadi konsonan sengau mana yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa berdasarkan data yang diperoleh dan juga presentasenya dengan menggunakan penghitungan di excel 2007.

e. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab mahasiswa salah pelafalan bahasa Korea dan memaparkan faktor penyebab salah pelafalan tersebut.

(9)

1.6.3. Penyajian Hasil Pengolahan Data

Setelah data diproses dan dianalisis maka ditemukan kesimpulan yang bermanfaat sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tugas akhir yang ditulis secara runtut dan dengan menggunakan bahasa yang formal.

1.7 Sistematika Penyajian

Dalam menyajikan Tugas Akhir ini penulis berusaha menyusun secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi empat bab, adapun masing-masing bab akan dijelaskan di bawah ini.

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penyajian. Selanjutnya pada Bab II Landasan Teori yang memaparkan tentang teori analisis kesalahan, pelafalan dan pelafalan bahasa Korea. Selanjutnya Bab III menjelaskan mengenai hasil analisis kesalahan pelafalan bahasa Korea serta faktor-faktor penyebab kesalahan pelafalan.

Bab IV terdapat Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran merupakan masukan untuk mahasiswa dan jurusan Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM untuk memperbaiki pelafalan bahasa Korea kedepannya.

Referensi

Dokumen terkait

Masa  manfaat  dari  masing‐masing  aset  tetap  Entitas  diestimasi  berdasarkan  jangka  waktu  aset  tersebut  diharapkan  tersedia  untuk  digunakan. 

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap cookies kelor menunjukkan bahwa konsentrasi tepung kelor (T) dan suhu pemanggangan (S) berpengaruh nyata

Hal tersebut dikarenakan saluran komunikasi politik yang tersedia cukup banyak, diantaranya terdapat saluran komunikasi politik yang meliputi kampanye terbuka, iklan

44 BEBEN SUPRAYOGI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MESIN PRODUKSI 45 BENYAMIN ASKEN SINGARIMBUN POLITEKNIK NEGERI MEDAN TEKNIK LISTRIK 46 Chandra Andromeda Hafiz Politeknik

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini yaitu untuk menyusun kronologi perkembangan lingkungan fisik kawasan Pecinan Pasar Gede dalam

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian adalah untuk inventarisir cendawan yang terbawa benih padi, kedelai, dan cabai serta mengetahui pengaruh keberadaan cendawan

Jika produksi I-125 dilakukan menggunakan sasaran xenon alam, dalam proses produksi dihasilkan 125 I dengan radioaktivitas yang kecil untuk tiap satuan sasaran karena

Hasil yang diharapkan dari adanya kegiatan pembinaan ini adalah ibu menjadi terampil dalam mengasuh dan mendidik khususnya dalam menunjang proses tumbuh kembang balita, ibu