P
Q S
ϕ
MODUL I
KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK
1.1 PendahuluanTerdapat tiga macam sifat-sifat beban listrik yaitu resistif, induktif dan kapasitif. Di dalam rangkaian listrik arus bolak – balik, terdapat tiga buah daya listrik yang diserap oleh beban, yaitu daya nyata
P
, daya reaktifQ
, dan daya semuS
.Apabila terdapat arus yang mengalir pada beban listrik sebesar
I
(A) dan besarnyategangan adalah
V
(Volt), maka besarnya daya semuS
(VA) yang dibutuhkanoleh beban listrik tersebut adalah :
VI
S
=
(1.1)Sedangkan daya real
P
(Watt) yang digunakan, dirumuskan sebagai :ϕ
ϕ
cos
cos
VI
S
P
=
=
(1.2) Sehingga :S
P
pf
=
=
ϕ
cos
(1.3)
=
−S
P
1cos
ϕ
(1.4)Di mana
cos
ϕ
adalah faktor daya (power factor,pf
). Untuk beban yang bersifatinduktif,
pf
lagging di mana arusnya tertinggal dari tegangannya. Dan untukbeban yang bersifat kapasitif,
pf
leading di mana arusnya mendahuluitegangannya.
ϕ
disebut sudut daya listrik, yang merupakan sudut antara daya aktif dan daya semu juga merupakan sudut antara tegangan dan arus listrik. Dan besarnya daya reaktifQ
(KVAR) adalah :ϕ
ϕ
sin
sin
VI
S
Q
=
=
(1.5)Hubungan daya beban listrik digambarkan sebagai segitiga daya sebagai berikut :
P
S
=
1.2 Percobaan 1
Karakteristik Beban Resistif
1.2.1 Dasar Teori
Beban listrik yang bersifat resistif sering dijumpai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh penggunaan beban listrik yang bersifat resistif adalah lampu pijar (dop). Lampu pijar sebagai beban listrik, akan menyerap arus listrik dan mengubah semua energi listrik yang didapatkannya menjadi energi cahaya dan energi panas semuanya. Contoh lain penggunaan beban listrik ang bersifat resistif adalah pemanas (heater), seterika listrik, kompor listrik, di mana beban listrik tersebut akan mengubah semua energi listrik yang diterimanya menjadi energi panas.
Energi cahaya dan energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat resistif merupakan energi nyata (real), sehingga beban jenis ini hanya mempunyai daya nyata
P
.ϕ
cos
VI
P
=
(1.6)Karena hanya mempunyai daya real
P
, maka :0
=
Q
(1.7) Sehingga,P
S
=
(1.8)Karena nilai daya aktif
P
sama dengan daya semuS
, maka faktor dayapf
daribeban resistif mempunyai nilai 1, di mana :
1
=
=
=
S
P
pf
cos
ϕ
(1.9)Dan sudut daya
ϕ
mempunyai nilai nol,ϕ
=
0
MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Beban lampu pijar
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat resistif
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap faktor daya listrik
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya dari beban resistif
1.2.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Multimeter digital : 1 buah 2. Clamp Meter : 1 buah 3. Lampu pijar : 6 buah 4. Kotak hubung : secukupnya 5. Kabel penguhubung : secukupnya
1.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 1.3 Rangkaian percobaan karakteristik beban resistif
1.2.5. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.1.
5. Tambahkan beban lampu pijar sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.1.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
Tabel 1.1 Hasil percobaan karakteristik beban resistif
No Beban
V
(Volt) (Ampere)
I
(Watt)P
cos
ϕ
1 2 3 4 5 6 1.2.7. Perhitungan Daya kompleksS
Daya reaktifQ
cosϕ
1.2.8. Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :
)
(I
f
P
=
;S
=
f
(I
)
;Q
=
f
(I
)
;cos
ϕ
=
f
(
I
)
Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
)
(cos
ϕ
f
P
=
;Q
=
f
(cos
ϕ
)
;S
=
f
(cos
ϕ
)
Diagram segitiga daya
P
Q S
ϕ
1.3.1 Dasar Teori
Beban listrik yang bersifat induktif antara lain adalah transformator, balas dari lampu TL, motor induksi satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk menggerakkan kipas angin, pompa air, lift, eskalator, kompresor, konveyor dan lain-lain. Seperti beban listrik yang bersifat resistif yang menghasilkan panas sebagai wujud dari daya nyata (real), beban – beban listrik yang bersifat induktif juga menyerap daya reaktif yang bersifat imajiner (tak tampak) yang digunakan untuk menghasilkan medan magnet.
Karena selain energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat induktif, maka daya kompleks
S
terdiri dari dua yaitu daya real (aktif)P
dan daya reaktifQ
, di mana :jQ
P
S
=
+
(1.10)ϕ
ϕ
cos
cos
VI
S
P
=
=
(1.11)ϕ
ϕ
sin
sin
VI
S
Q
=
=
(1.12)Beban listrik yang bersifat induktif mempunyai arus listrik yang tertingal dari tegangannya, karena sifat beban induktif yang menyimpan arus listrik, sehingga nilai faktor daya
pf
dari beban induktif adalah tertinggal atau disebut lagging(lag), di mana :
S
P
pf
=
cos
ϕ
=
(1.13)Dan sudut daya nya bernilai positif, di mana
=
−S
P
1cos
ϕ
(1.14)Gambar 1.4 Segitiga Daya Beban Induktif
MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Beban lampu TL
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat induktif
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap faktor daya
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban induktif
1.3.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Multimeter digital : 1 buah 2. Clamp meter : 1 buah 3. Lampu TL : 6 buah 4. Kotak hubung : secukupnya 5. Kabel penguhubung : secukupnya
1.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 1.5 Rangkaian percobaan karakteristik beban induktif
1.3.5. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.2.
5. Tambahkan beban lampu TL sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.2.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
No Beban (Volt)
V
(Ampere)I
(Watt)P
cos
ϕ
1 2 3 4 5 6 1.3.7. Perhitungan Daya kompleksS
Daya reaktifQ
cosϕ
1.3.8. Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :
)
(I
f
P
=
;S
=
f
(I
)
;Q
=
f
(I
)
;cos
ϕ
=
f
(
I
)
Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
)
(cos
ϕ
f
P
=
;Q
=
f
(cos
ϕ
)
;S
=
f
(cos
ϕ
)
Diagram segitiga daya
1.4. Percobaan 3
P
Q
S
ϕ
1.4.1 Dasar TeoriBeberapa contoh beban listrik yang bersifat kapasitif antara lainkapasitor dan motor sinkron. Fungsi dari kapasitor dan motor sinkron di dalam sistem tenaga listrik adalah sebagai reaktor, penyimpan tegangan, dan untuk perbaikan faktor daya. Seperti beban listrik yang bersifat induktif, beban – beban listrik yang bersifat kapasitif juga menyerap daya aktif dan daya reaktif yang bersifat imajiner (tak tampak), di mana daya reaktif ini digunakan untuk menghasilkan medan listrik. Daya kompleks
S
untuk beban kapasitif terdiri dari dua yaitu daya real (aktif)P
dan daya reaktif
Q
, di mana :jQ
P
S
=
−
(1.15)ϕ
ϕ
cos
cos
VI
S
P
=
=
(1.16)ϕ
ϕ
sin
sin
VI
S
Q
=
=
(1.17)Beban listrik yang bersifat kapasitif mempunyai tegangan yang tertingal dari arus listrikya, karena sifat beban kapasitif yang menyimpan tegangan, sehingga nilai faktor daya
pf
dari beban kapasitif adalah mendahului atau disebut leading (lead),di mana :
S
P
pf
=
cos
ϕ
=
(1.18)Namun sudut daya nya bernilai negatif, di mana
=
−S
P
1cos
ϕ
(1.19)Gambar 1.6 Segitiga Daya Beban Induktif
MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Beban lampu pijar Beban Kapasitor
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat kapasitif
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap faktor daya
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban kapasitif
1.4.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Multimeter digital : 1 buah
2. Clamp meter : 1 buah
3. Kapasitor : 6 buah
4. Lampu Pijar : 1 buah
5. Kotak hubung : secukupnya
6. Kabel penguhubung : secukupnya
1.4.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 1.7 Rangkaian percobaan karakteristik beban kapasitif
1.4.5. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.3.
5. Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.3.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
Tabel 1.3 Hasil percobaan karakteristik beban kapasitif
No Beban
V
(Volt) (Ampere)
I
(Watt)P
cos
ϕ
1 2 3 4 5 6 1.4.7. Perhitungan Daya kompleksS
Daya reaktifQ
cosϕ
1.4.8. Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :
)
(I
f
P
=
;S
=
f
(I
)
;Q
=
f
(I
)
;cos
ϕ
=
f
(
I
)
Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
)
(cos
ϕ
f
P
=
;Q
=
f
(cos
ϕ
)
;S
=
f
(cos
ϕ
)
Diagram segitiga daya
P 1
ϕ
ϕ
2 1 S 2 S 1 L Q 2 L Q C Q 1.5.1. Dasar TeoriDi dalam metode perbaikan faktor daya, daya nyata (real) atau daya aktif sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya mempunyai nilai yang tetap, di mana :
P
P
P
1=
2=
(1.20)Daya kompleks sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah :
1 1 1 1
ϕ
ϕ
cos
cos
P
P
S
=
=
dan 2 2 2 2ϕ
ϕ
cos
cos
P
P
S
=
=
(1.21)Daya reaktif sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah : 1 1 1 1 1 1
ϕ
ϕ
sin
ϕ
tan
ϕ
cos
sin
P
P
S
Q
L=
=
=
(1.22) 2 2 2 2 2 2ϕ
ϕ
sin
ϕ
tan
ϕ
cos
sin
P
P
S
Q
L=
=
=
(1.23)Selisih nilai daya reaktif karena perbaikan faktor daya :
(
1 2)
2 1
2
1
−
=
tan
ϕ
−
tan
ϕ
=
tan
ϕ
−
tan
ϕ
=
Q
Q
P
P
P
Q
C L L (1.24)
Gambar 1.8 Perbaikan faktor daya
Nilai reaktansi kapasitif
XC
dari kapasitor yang dipasang adalah :(
1 2)
2 2ϕ
ϕ
tan
tan
−
=
=
P
V
Q
V
XC
C (1.25) Nilai kapasitansi dari kapasitor yang dipasang adalah :(
)
2 2 12
2
1
fV
P
fXC
C
π
ϕ
ϕ
π
tan
tan
−
=
=
(1.26) 1.5.2. Tujuan PercobaanMULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Beban lampu TL Beban Kapasitor
2. Mahasiawa dapat menentukan besarnya nilai kapasitor untuk perbaikan faktor daya
1.5.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Multimeter digital : 1 buah 2. Clamp meter : 1 buah 3. Kapasitor : 6 buah 4. Lampu TL : secukupnya 5. Kotak hubung : secukupnya 6. Kabel penguhubung : secukupnya
1.5.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 1.5 Rangkaian percobaan perbaikan faktor daya
1.5.5. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.4.
5. Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.4.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
1.5.6. Hasil Percobaan
No Beban (Volt)
V
(Ampere)I
(Watt)P
cos
ϕ
1 2 3 4 5 6 1.5.7. Perhitungan Daya kompleks
S
setiap perubahan Daya reaktif
Q
L danQ
C setiap perubahan cosϕ
setiap perubahan Nilai kapasitansi setiap perubahan
1.5.8. Grafik
Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :
)
(I
f
P
=
;S
=
f
(I
)
;Q
=
f
(I
)
;cos
ϕ
=
f
(
I
)
Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
)
(cos
ϕ
f
P
=
;Q
=
f
(cos
ϕ
)
;S
=
f
(cos
ϕ
)
Diagram segitiga daya
MODUL II
ILLUMINASI
2.1. Pendahuluan
Illuminasi atau penerangan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata, syaraf dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri, penerangan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat penerangan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf. Untuk memperoleh kualitas penerangan yang optimal IES (Illumination EngineeringSociety) menetapkan standar kuat penerangan untuk ruangan.
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energi. Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromanetik. Jadi cahaya merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala geteran sejenis dengan cahaya adalah gelombang-gelombang panas, radio, televisi, radar dan sebagainya. Gelombang-gelombang tersebut hanya berbeda frekuensinya saja.
Silau disebabkan cahaya berlebihan yang langsung dari sumber cahaya atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Silau berpengaruh terhadap mata, yaitu ketidakmampuan mata merespon cahaya dengan baik, atau menyebabkan perasaan tidak nyaman, karena manik mata harus memicing disebabkan kontras yang berlebihan.
IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata. Hubungan kecepatan cahaya (
v
) dalam km/dt, dengan panjang gelombang (λ
) dalam m dan frekuensidalam Hz adalah :
f
v
=
λ
( 2.1 )Kecepatan rambat
v
gelombang-gelombang elektromagentik di ruang bebas samadengan 3.105 km per detik.
Untuk lebih memahami tentang teknik illuminasi (penerangan), diperlukan suatu pengertian dan pemahaman terlebih dahulu mengenai definisi-definisi yang relevan tentang sudut ruang (
ω
), energi cahaya (Q
), arus cahaya (Φ
), intensitas cahaya (I
~ ), intensitas (kuat) penerangan (E
), luminansi (L
), dan beberapa faktorpenerangan lainnya. Besaran penerangan yang sering dikacaukan pemahamannya adalah illuminasi (kuat penerangan) dan luminansi. Walaupun satuannya sama yang membedakan keduanya adalah kuat penerangan sebagai besaran penerangan yang dihasilkan oleh sumber penerangan, sedangkan luminansi merupakan kuat penerangan yang sudah dipengaruhi oleh faktor lain.
2.2. Percobaan 1
2.2.1. Dasar Teori
Arus cahaya adalah aliran rata – rata energi cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu penerangan. Arus cahaya disebut juga fluks cahaya. Arus cahaya didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya setiap detiknya.
Besarnya arus cahaya dinyatakan dengan satuan lumen (lm), di mana :
t
Q
=
Φ
(2.2)Dengan
Φ
: Arus cahaya (lumen,lm) Q
: Energi cahaya (lm.detik)t
: DetikSetiap lampu penerangan mempunyai nilai efikesi, yaitu besarnya arus cahaya yang dihasilkan oleh sebuah lampu penerangan dalam setiap watt nya, di mana :
P
efikesi
=
Φ
(2.3)Dengan
efikesi
: (lumen/watt)Φ
: Arus cahaya (lm)P
: wattEnergi cahaya disebut juga kuantitas cahaya
Q
merupakan produk radiasi visualpada rentang waktu tertentu, dinyatakan dengan :
∫
Φ
=
t
dt
Q
.
.
(2.4)2.2.2. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan tegangan terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan arus listrik terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh daya listrik terhadap arus cahaya pada lampu penerangan
2.2.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo) 2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung 4. Multimeter
2.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 2.1 Rangkaian percobaan arus cahaya pada lampu penerangan
2.2.5. Hasil Percobaan
Tabel 2.1 Hasil percobaan arus cahaya pada lampu penerangan
No
V
(Volt) (Ampere)
I
(Watt)P
1 2 3 4 5 6 2.2.6. Perhitungan • Arus cahayaΦ
2.2.7. Grafik)
(V
f
=
Φ
;Φ
=
f
(I
)
;Φ
=
f
(P
)
2.3. Percobaan 2 Intensitas Cahaya MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijarKet. :
Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya. Sebuah sumber cahaya akan memancarkan energi cahaya ke semua arah. Tetapi energi radiasinya tidak merata. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu arah tertentu disebut Intensitas Cahaya.
Intensitas cahaya diukur dalam satuan candela (cd). Istilah candela berasal dari kata candle yang berarti lilin, yang merupakan satuan tertua pada teknik penerangan, dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar. Foto meter standar primer merupakan black body radiasi yang intinya terbuat dari platina dan thorium osida, dan intensitas cahaya diukur pada temperatur platina (2042 K).
Apabila sebuah sumber cahaya ditempatkan di titik pusat dalam ruangan berbentuk bola yang mempunyai jari-jari 1 meter, maka sumber cahaya tersebut akan memancarkan 1 candela (cd) ke setiap arah. Sehingga permukaan bola akan mendapatkan penerangan yang merata.
Intensitas cahaya didefinisikan sebagai fluks cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu, di mana :
ω
Φ
=
~I
(2.5)Dengan
I
~ : Intensitas cahaya (cd)Φ
: Fluks cahaya (lm)ω
: sudut ruang (steradian,sr)Sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola, dilingkupi oleh 4π steradian, sehingga sumber tersebut memancarkan fluks cahaya sebesar :
~ ~
I
I
π
ω
=
4
=
Φ
(2.6) 2.3.2. Tujuan Percobaan1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas cahaya pada sebuah lampu penerangan
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami hubungan antara intensitas cahaya dan arus cahaya pada lampu penerangan
2.3.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo) 2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter
MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijar Luxmeter h 2.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 2.2 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan
2.3.5. Hasil Percobaan
Tabel 2.2 Hasil percobaan Intensitas cahaya
No
V
(Volt) (watt)P
~I
(cd) 1 2 3 4 5 6 2.3.6. Perhitungan • Arus cahayaΦ
• Hitung efikesi lampu sesungguhnya
2.3.7. Grafik
)
(
~V
f
I
=
;(
)
~P
f
I
=
;I
= f
( )
Φ
~ 2.4. Percobaan 3 Intensitas Penerangan 2.4.1. Dasar TeoriKet. :
Jarak pengukuran = 1 m
Efikesi lampu = lm/watt
Intensitas (kuat) penerangan atau illuminasi adalah pernyataan kuantitatif arus (fluks) cahaya yang jatuh pada permukaan suatu bidang. Intensitas penerangan dilambangkan dengan
E
, dan di ukur dengan satuan lux (lx), di mana :
A
E
=
Φ
(2.7)Dengan
E
: Intensitas penerangan (lx)Φ
: Fluks cahaya (lm)A
: luas permukaan bidang (m2)Apabila sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam ruangan berbentuk bola, maka luas permukaan bola adalah 2 2
4
π
r
=
ω
r
(r
= jari-jari bola). Karenapenyebaran cahaya meruang seluas permukaan bola, maka persamaan 2.7. menjadi : 2
r
E
ω
Φ
=
(2.8)Dengan memasukkan persamaan 2.6. ke dalam persamaan 2.8, maka intensitas penerangan menjadi : 2 2
r
I
r
I
E
~ ~=
=
ω
ω
(2.9) Dengan menganggap sumber penerangan sebagai titik yang jaraknyah
meter daribidang penerangan, sehingga jarak
h
tegak lurus dengan titik penerangan, dimana
h
sama jari-jarir
, maka :2
h
I
E
~=
(2.10) 2.4.2. Tujuan Percobaan1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas penerangan atau illuminasi
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang jarak penerangan terhadaap illuminasi
2.4.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo) 2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter
MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijar Luxmeter h 2.4.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 2.2 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan
2.4.5. Hasil Percobaan
Tabel 2.3 Hasil percobaan Intensitas cahaya No (m)
h
(lux)E
~I
(cd) 1 2 3 4 5 6 2.4.6. Perhitungan • Intensitas cahayaI
~ • Arus cahayaΦ
2.4.7. Grafik)
(h
f
E
=
;(
)
~h
f
I
=
;Φ
=
f
( )
h
2.5. Percobaan 4 Sudut Penerangan 2.5.1. Dasar TeoriKet. :
Tegangan lampu = volt
Efikesi lampu = lm/watt
P
Q
h
r
l
α
X
Apabila
h
adalah jarak tegak lurus sumber penerangan (titik X) dengan bidangpenerangan di titik P,
r
adalah jarak antara sumber penerangan dengan titik Q, dimana keduanya membentuk sudut
α
, danl
adalah jarak antara P dan Q, sepertipada gambar berikut ini :
Gambar 2.4. Sudut penerangan
Bila
α
cos
h
r
=
(2.13)Dapat di formulasikan kuat penerangan sepanjang bidang P – Q adalah :
α
2 2cos
~h
I
E
=
(2.14) 2.5.2. Tujuan Percobaan1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut penerangan terhadap intensitas cahaya
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut penerangan terhadap kuat penerangan
2.5.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo) 2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter
5. Multimeter
Kuat penerangan di titik P adalah : 2
h
I
E
P ~=
(2.11) Kuat penerangan di titik Q adalah :2 2 2
l
h
I
r
I
E
Q+
=
=
~ ~ (2.12)2.5.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 2.5 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan
2.5.5. Hasil Percobaan
Tabel 2.4 Hasil percobaan Intensitas cahaya No (m)
l
(m)r
α
(lux)E
~I
(lm) 1 2 3 4 5 6 2.5.6. Perhitungan • Intensitas cahayaI
~ • Arus cahayaΦ
2.4.7. Grafik)
(
α
f
E
=
;(
)
~α
f
I
=
;Φ
=
f
( )
α
MODUL III
INSTALASI PENERANGAN
3.1. Pendahuluan MULTIMETER DIGITAL input output + - + -Sumber Teg. AC Beban lampu pijar Luxmeter h l αKet. :
Tegangan lampu = volt
Efikesi lampu = lm/watt
Tinggi h
= m
Untuk pemasangan suatu instalasi listrik, harus terlebih dahulu dibuat gambar-gambar perencanannya berdasarkan daerah bangunan, di mana instalasinya akan dipasang. Gambar-gambar rencana tersebut harus jelas, artinya dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Gambar-gambar rencana instalasi tersebut antara lain yaitu :
1. Gambar situasi, yaitu gambar untuk menyatakan letak bangunan, di mana instalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungan dengan jaringan PLN.
2. Gambar instalasi, yaitu gambar yang menerangkan tentang penempatan semua peralatan yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, rencana penyambungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya, dan data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang. 3. Diagram garis tunggal (single line diagram), adalah diagram yang
menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya yang digambarkan dengan satu garis.
4. Diagram garis banyak (multi line diagram), adalah diagram yang menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya yang digambarkan dengan lebih dari satu garis.
Selain itu, dalam pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan standarisasi dan peraturan-peraturan yang berlaku. Tujuan dari standarisasi adalah untuk mencapai keseragaman mengenai ukuran, bentuk mutu barang, cara menggambar dan cara kerja. Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan. Beberapa organisasi standarisasi internatsional antara lain International Electrotechnical Commission (IEC), International Organization for Standardization (ISO), International Electrical Electronic Engineering (IEEE). Di Indonesia terdapat suatu standarisasi untuk produk industri yaitu Standar Industri Indonesia (SII). Untuk bidang teknik listrik arus kuat, terdapat peraturan dan standarisasi yang dibuat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Peralatan yang digunakan dalam instalasi listrik banyak sekali macamnya. Penggunaan peralatan instalasi tersebut tergantung dari kebutuhan dan pelayanan yang diminta dari seorang pelanggan, serta tergantung dari sifat ruangan dan keadaan lingkungan, di mana instalasinya akan dipasang.
Beberapa jenis peralatan instalasi listrik yang digunakan antara lain :
1. Perlengkapan hubung bagi, adalah suatu perlengkapan untuk mengontrol dan membagi tenaga listrik dan melindungi rangkaian serta pemanfaatan rangkaian.
2. KWH meter, adalah peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur energi listrik yang digunakan pada suatu instalasi listrik.
3. Saklar, adalah peralatan listrik yang digunakan untk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik. Saklar banyak sekali macamnya tergantung dari penggunaan dan kebutuhannya.
4. Kontak tusuk (stop kontak), adalah peralatan listrik yang digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Kontak tusuk harus
dibuat dari bahan yang tidak terbakar dan tahan lembab, dan harus cukup kuat.
5. Kabel, adalah penghantar listrik yang digunakan untuk menghubungkan peralatan listrik yang satu dengan yang lain. Kabel listrik banyak macamnya sesuai dengan bahan penyusun isolasi dan bahan hantarannya. Untuk instalasi tiga fasa, terdapat standarisasi pewarnaan kabel yang digunakan :
Fasa 1 ( R ) : merah
Fasa 2 ( S ) : kuning
Fasa 3 ( T ) : hitam
Netral : biru
Pentanahan : hijau kuning
6. Lampu pijar, merupakan sumber penerangan yang di dalamnya berupa hampa udara ataupun gas
7. Lampu TL (neon), sumber penerangan di mana cahaya diperoleh karena ionisasi
8. Kotak hubung, adalah peralatan listrik yang digunakan sebagai terminal bantu untuk penyambungan rangkaian instalasi listrik. Di dalam instalasi listrik, penyambungan kabel hanya boleh dilakukan di dalam kotak hubung, di mana sambungannya harus baik dan kuat.
3.2. Percobaan 1
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tunggal, Lampu Pijar Dan Stop Kontak
3.2.1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan satu lampu yang dilayani dengan
S 1 L 1 STK 1 Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung L N Pe
3.2.2. Peralatan Yang Digunakan 5. Saklar Tunggal 6. Lampu Pijar 7. Stop Kontak 8. Kotak Hubung 9. Kabel Penguhubung 10. Multimeter
3.2.3. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 3.1 Single line diagram percobaan 3.1
Gambar 3.2 Multi line diagram percobaan 3.1
3.2.4. Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Hasil Percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tunggal, Lampu Pijar Dan Stop Kontak
No
Posisi
Saklar Tegangan ( V ) ( A ) Arus ( Watt ) Daya
S1 L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1
S 1 L 1 STK 1
2 2 3
3 4
1 Off
2 On
3.2.5 Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem
3.3. Percobaan 2
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Seri, Dua Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak
3.3.1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan satu saklar seri
3.3.2. Peralatan Yang Digunakan 1. Saklar Seri
3. Stop Kontak 4. Kotak Hubung 5. Kabel Penguhubung 6. Multimeter
3.3.3. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 3.3 Single line diagram percobaan 3.2
Gambar 3.4 Multi line diagram percobaan 3.2
3.3.4. Hasil Percobaan
Tabel 3.2 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Seri, Dua Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak
No Posisi Saklar
Tegangan
( V ) Arus ( A ) ( Watt ) Daya
S1-1 S1-2 L1 L2 STK1 L1 L2 STK1 L1 L2 STK1 1 Off Off 2 Off On S 1 L 1 STK 1 Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung L N Pe L 2 Kotak Hubung S 1 L 2 STK 1 3 2 3 3 5 Suplai L 1 2 4
3 On Off
4 On On
3.3.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem
3.4. Percobaan 3
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tukar, Dan Lampu TL
3.4.1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan dua saklar tukar
3.4.2. Peralatan Yang Digunakan 1. Saklar Tukar
2. Lampu TL 3. Kotak Hubung 4. Kabel Penguhubung 5. Multimeter
3.4.3. Gambar Rangkaian Percobaan
Gambar 3.5 Single line diagram percobaan 3.3
Gambar 3.6 Multi line diagram percobaan 3.3
3.4.4. Hasil Percobaan
Tabel 3.3 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tukar, Dan Lampu TL
No Posisi Saklar
Tegangan
( V ) Arus ( A ) ( Watt ) Daya
S1 S2 L1 L2 L1 L2 L1 L2 1 Off Off 2 Off On 3 On Off 4 On On S 1 L 2 3 2 2 3 Suplai 2 2 S 2 3 L 1 S 1 L 1 Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung L N L 2 Kotak Hubung S 1
3.4.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem
3.5. Percobaan 4
Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel
3.5.1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan menggunakan system seri - paralel 3.5.2. Peralatan Yang Digunakan
1. Saklar Tunggal 2. Lampu Pijar 3. Kotak Hubung 4. Kabel Penguhubung 5. Multimeter
3.5.3. Gambar Rangkaian Percobaan
2 2
2 2
Suplai 3
2 2 2 2
Gambar 3.7 Single line diagram percobaan 3.4
Gambar 3.8 Multi line diagram percobaan 3.4
3.5.4. Hasil Percobaan
Tabel 3.4 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel
No Posisi Saklar
Tegangan
( V ) Arus ( A ) ( Watt ) Daya
S1 S2 S3 L1 L2 L3 L1 L2 L3 L1 L2 L3
1 Off Off Off 2 Off Off On 3 Off On Off 4 Off On On 5 On Off Off 6 On Off On S 1 Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung L N Kotak Hubung S 2 S 3 L 1 Kotak Hubung L 2 Kotak Hubung L 3
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik
32
7 On On Off 8 On On On
3.5.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun
sistem paralel
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun sistem
paralel
3.6. Percobaan 5
Instalasi Penerangan Satu Fasa Lengkap menggunakan Peralatan Hubung Bagi Dan KWH Meter
3.6.1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan peralatan hubung bagi dan kWh meter
3.6.2. Peralatan Yang Digunakan 6. Saklar Tunggal 7. Lampu Pijar 8. Stop Kontak 9. Kotak Hubung 10. Kabel Penguhubung 11. Multimeter
3.6.3. Gambar Rangkaian Percobaan
S 5 L 4 STK 2 3 2 3 3 5 L 3 2 4 3 2 3 2 2 3 S 1 Hubung bagi Group 3 Group 2 Group 1
Gambar 3.9 Single line diagram percobaan 3.5
3.6.4. Hasil Perocobaan
Tabel 3.5 Hasil percobaan 3.5 group 1 No
Posisi
Saklar Tegangan ( V ) ( A ) Arus ( Watt ) Daya
S2 L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1
1 Off
2 On
Tabel 3.6 Hasil percobaan 3.5 group 2
No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) ( Watt ) Daya
S2 S3 L2 L2 L2
1 Off Off
2 Off On
4 On On
Tabel 3.7 Hasil percobaan 3.5 group 3
No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) ( Watt ) Daya
S4-1 S4-2 L3 L4 STK2 L2 L3 STK2 L3 L4 STK2 1 Off Off 2 Off On 3 On Off 4 On On 3.6.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban, setiap group, dan sistem
♦ Cos ϕ
untuk setiap beban, setiap group dan sistemMODUL IV
INSTALASI TENAGA
4.1. PendahuluanDalam dunia industri, motor-motor listrik sering digunakan untuk membantu dan menjalankan proses produksi. Penggunaan motor listrik di dunia industri antara lain, untuk konveyor, sebagai penggerak pompa, kompressor, mixer, dan lain sebagainya. Motor listrik yang sering digunakan pada industri adalah motor induksi tiga fasa, dengan alasan karena harganya murah, perawatannya mudah, dan handal.
Terdapat tiga macam cara pengasutan motor induksi tiga fasa secara konvensional, yaitu :
1. DOL (Direct On Line), adalah cara pengasutan yang menghubungkan secara langsung sumber tenaga dengan terminal belitan motor
2. Star-Delta, adalah cara pengasutan yang menggunakan hubungan bintang pada saatmotor start dan setelah motor berputar pada kecepatan nominalnya, hubungan belitan diubah menjadi delta
3. Autotransformator, adalah cara pengasutan di mana arus listrik yang masuk ke terminal stator diatur dengan autotransformator
Di dalam perencanaan instalasi tenaga motor –motor listrik, terdapat beberapa gambar / diagram, yang digunakan untuk mengetahui hubungan komponen-komponennya, yaitu :
1. Diagram rangkaian tenaga (utama), adalah diagram yang menggambarkan hubungan rangkaian dari sumber listrik sampai ke terminal motor listrik 2. Diagram rangkaian kontrol, adalah diagram yang menggambarkan
hubungan komponen-komponen yang mengatur cara kerja motor listrik tersebut
Komponen-komponen yang dipergunakan di dalam instalasi tenaga motor listrik antara lain :
1. MCB, adalah pengaman yang digunakan untuk memutuskan rangkaian dan dilengkapi dengan pengaman termis untuk beban lebih dan rele untuk arus lebih atau hubung singkat. Pemilihan besarnya kapasitas MCB yang dipasang tergantung dari besarnya daya motor yang dilayani dan cara pengasutannya. Nilai nominal setelan tertinggi MCB sebagai pengaman rangkaian hubung singkat untuk pemutus tebaga adalah :
Motor induksi dengan pengasutan star-delat, DOL, atau tahanan luar
adalah 2,5xIn
Motor induksi dengan pengasutan autotrafo dan motor sinkron adalah
2xIn
Motor rotor lilit dan arus searah adalah 1,5xIn
2. TOLR, Thermal Over Load Relay adalah suatu peralatan pengaman yang berfungsi untuk mengamankan dan mendeteksi adanya arus lebih,mengisolir dan hanya memutuskan pada bagian yang berbeban saja. Jenis pengaman ini menggunakan prinsip bimetel, dimana panas yang terjadi akibat beban lebih pada bimetal diubah menjadi emergi mekanik. Kerja bimetal ini diatur sesuai dengan arus nominal pada beban
3. Tombol tekan, adalah peralatan listrik yang berfungsi sebagai saklar, tetapi alat ini bekerja hanya sesaat saja, yaitu pada saat ditekan. Dan apabila tobol tersebut dilepaskan, maka rangkaian akan kembali seperti semula. Tombol tekan ada dua jenis, yaitu :
Tombol tekan NO, Normally Open adalah tombol tekan dalam keadaan
normal terbuka
Tombol tekan NC, Normally Close adalah tombol tekan dalam keadaan
normal tertutup
4. Kontaktor, adalah suatu alat yang menghubungkan dan memutuskan rangkaian tenaga listrik. Alat ini bekerja berdasarkan gaya elektromagnetik yang dihasilkan oleh kumparan magnetic. Kontaktor magnet terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
Kontak utama, terdiri dari tiga buah kontak NO yang berfungsi sebagai
saklar tenaga dan mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik yang lebih besar
Kontak Bantu, terdiri dari beberapa kontak NO dan NC yang berfungsi untuk mengatur kerja kontak utama, mengatur rangkaian lain atu sebagai pengunci
Coil (kumparan), bekerja sebagai magnet apabila terdapat arus listrik
yang mengalirinya. Gaya magnet akan menarik logam yang dihubungkan dengan tuas untuk menggerakkan kontak-kontaknya.
4.2. PERCOBAAN 1
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan Direct On Line Hubung Bintang
4.2.1. Tujuan Percobaan
□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga □ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa yang diasut secara DOL 4.2.2. Peralatan Yang Digunakan
11. MCB
12. Tombol tekan NO 13. Tombol tekan NC 14. Kontaktor magnetik 15. TOLR
16. Motor induksi tiga fasa 17. Kabel penghubung 18. Multimeter
Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol
Gambar 4.1 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.1
L1 F S1 S2 K1 K1 13 14 A1 A2 95 96 N 3
M
L3 L2 L1 Q1 K1 TOLR A1 A2 97 98 96 95 1 3 5 6 4 2 T O L R 95 96 98 97 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK M C B U V W T S R N L3 L2 L1 N SUMBER LISTRIK S1 S2 1 3Gambar 4.2 Diagram pengawatan percobaan 4.1
4.2.4. Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan Direct On Line Hubung Bintang
No S1 S2 Tegangan Motor Arus Motor Keterangan
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn
1 - On
2 On -
4.3. PERCOBAAN 2
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengoperasian Dari Dua Tempat
4.3.1. Tujuan Percobaan
□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga □ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa yang dioperasikan dari dua tempat 4.3.2. Peralatan Yang Digunakan
1. MCB
2. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter
4.3.3. Gambar Rangkaian Percobaan
L1 L3
L2 L1
T O L R 95 96 98 97
M
5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK M C B U V W T S R N L3 L2 L1 N SUMBER LISTRIK S2 S4 1 3 S1 S3Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol
Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan 4.2
4.3.4. Hasil Percobaan
Tabel 4.2 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengoperasian Dari Dua Tempat
No S1 S2 S3 S4 Tegangan Motor Arus Motor
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Keterangan 1 - - on - 2 on - - - 3 - - - on 4 - On - - 5 - - on - 6 - On - - 7 - - - On 8 on - - - 4.4. PERCOBAAN 3
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik Arah Putaran
4.4.1. Tujuan Percobaan :
□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga □ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa dengan membali arah putaran motor 4.4.2. Peralatan Yang Digunakan :
1. MCB
2. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter
4.4.3. Gambar Rangkaian Percobaan :
L1
F L3
L2 L1
T O L R 95 96 98 97
M
5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 1 M C B U V W T S R N L3 L2 L1 N SUMBER LISTRIK S2 S3 1 3 S1 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 2 1 3Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik
42
Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan 4.3
4.4.4. Hasil Percobaan
Tabel 4.3 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik Arah Putaran
No S1 S2 S3 Tegangan Motor Arus Motor
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Keterangan 1 - on - 2 on - - 3 - - on 4 on - 5 - on - 6 - - on 7 on - - 4.5. PERCOBAAN 4
Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Mandiri
4.5.1. Tujuan Percobaan :
□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga □ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua
buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara mandiri 4.5.2. Peralatan Yang Digunakan :
1. MCB
2. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter
4.5.3. Gambar Rangkaian Percobaan : L1 L2 L3 Q1 1 3 5 1 3 5 L1 F S1 S3
T O L R 1 95 96 98 97
M1
3 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 1 M C B U V W T S R N L3 L2 L1 N SUMBER LISTRIK S2 S1 1 3 S4 T O L R 2 95 96 98 97M2
3 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 2 U V W 1 3 S3Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 44
Gambar 4.8 Diagram pengawatan percobaan 4.4
4.5.4. Hasil Percobaan
Tabel 4.4 Hasil percobaan Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Dari Satu Tempat
No S1 S2 S3 S4
Tegangan
M1 Arus M1 Tegangan M2 Arus M2
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn 1 - - On - 2 on - - - 3 - - - On 4 - on - - 5 - - On - 6 - on - - 7 - - - On 8 on - - - 4.6. PERCOBAAN 5
Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Berurutan
4.6.1. Tujuan Percobaan
□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga □ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua
buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara berurutan 4.6.2. Peralatan Yang Digunakan
1. MCB
2. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter
4.6.3. Gambar Rangkaian Percobaan
L3 L2 L1 Q1 1 3 5 1 3 5 L1 F S1 K1 33 34
T O L R 1 95 96 98 97
M1
3 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 1 M C B U V W T S R N L3 L2 L1 N SUMBER LISTRIK S2 S1 1 3 S4 T O L R 2 95 96 98 97M2
3 5 6 4 2 13 14 21 22 33 34 41 42 A1 A2 KONTAKTOR MAGNETIK 2 U V W 1 3 S3Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol
Gambar 4.9 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.5
4.6.4. Hasil Percobaan
Tabel 4.5 Tabel percobaan 4.5 Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Berurutan
No S1 S2 S3 S4
Tegangan
M1 Arus M1 Tegangan M2 Arus M2
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn 1 - - On - 2 on - - - 3 - - - on 4 - on - - 5 - - On - 6 - on - - 7 - - - on 8 on - - -
MODUL V
PENGUJIAN RESISTANSI PADA INSTALASI LISTRIK
5.1. PendahuluanBangunan gedung yang digunakan oleh manusia haruslah mempunyai fungsi keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan dan kemudahan. Persyaratan keselamatan sebagaimana terkandung di dalam Peraturan Pemerintah no 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung pasal 32 meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
Pemasangan instalalasi petir harus dipasang pada gedung yang terletak secara geografis merupakan daerah sambaran petir. Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya. Secara teknis, tahanan suatu elektroda pentanahan yang dihubungkan dengan sistem penangkal petir, harus mempunyai nilai resistansi yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Karena, bila tahanan suatu grounding penangkal petir terlalu besar, dikhawatirkan tidak dapat dengan cepat menyalurkan arus listrik ke
Selain instalasi penangkal petir, instalasi listrik sangat harus diperhatikan pada suatu bangunan gedung, hal ini terkandung pada pasal 36 PP 36 tahun 205. Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 04-0225-2000 atau yang lebih dikenal dengan nama Peraturan Umum Instalasi Listrik (PULI 2000). Bahan dan peralatan yang dugunakan pada instalasi listrik suatu bangunan gedung, haruslah sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan, selain itu pemasangan instalasi listrik itu sendiri juga harus sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.
Untuk mengetahui baik dan buruknya suatu sistem pengetanahan instalasi dan instalasi listrik suatu bangunan, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian tahanan resistansi pengetanahan dan isolasi instalasi listrik, yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
5.2. PERCOBAAN 1
Pengukuran Tahanan Pentanahan Instalasi
5.2.1. Dasar Teori
Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunakan metode tiga titik, di mana titik pertama merupakan batang pentanahan yang akan diukur resistansinya, titik ke dua dan ketiga merupakan batang pengentanahan bantu. Metoda tiga titik diperlihatkan pada gambar berikut ini :
V
A
1 2 3
Gambar 5.1. Pengukuran tahanan pentanahan metode tiga titik
Bila titik 1 adalah elektroda batang pengetanahan, titik 2 adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda potensial, sedangkan titik 3 adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda arus, maka jika diberikan
tegangan arus bolak-balik dengan nilai konstan antara titik 1 dan 3, sehingga
mengalirkan arus
I
pada saluran tersbut. Dan jika terjadi perbedaan bedapotensial antara titik 1 dan 2 sebesar
V
, maka nilai tahanan pentanahan padaelektroda 1 adalah :
I
V
R
x=
( 5.1.)Jarak optimal yang paling baik untuk mendapatkan nilai resistansi adalah 5 sampai 10 meter untuk setiap elektroda, di mana jarak antara titik 1 dan 2 5 sampai 10 m, begitu juga jarak antara titik 2 dan 3 adalah 5 sampai 10 meter. Resistansi pentanahan yang baik menurut standart adalah kurang dari 10 Ω, namun pada prakteknya sering digunakan maksimal 2 Ω.
5.2.2. Tujuan Percobaan
□ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi listrik □ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi petir □ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan pentanahan 5.2.3. Peralatan Yang Digunakan
19. Earth Resistance Tester 20. Kabel penghubung 21. Pasak pentanahan
5.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan
E P C
x y
merah kuning
hijau
Gambar 5.2 Diagram Rangkaian Pengukuran Pentanahan
9. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan di atas
10. Putarlah saklar pada pengukuran tegangan pentanahan, jika tegangan lebih dari 10 V, pengukuran dihentikan, karena terjadi kesalahan pada instalasi tersebut.
11. Lanjutkan pengukuran dengan nilai jarak x dan y yang bervariasi, antara 4 sampai 7 meter.
12. Catat nilai resistansi pada tabel 5.1. 5.2.6. Hasil Percobaan
Tabel 5.1. Hasil pengukuran nilai tahanan pentanahan
X 4 5 6 7
Y 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7
Rx
Catatan : x dan y dalam satuan meter
5.3. PERCOBAAN 2
Pengukuran Tahanan Isolasi Instalasi Listrik
5.3.1. Dasar Teori
Resistansi isolasi dari suatu isolasi didefinisikan sebagai resistansi (dalam megohm) yang ditimbulkan oleh isolasi karena diterapkan tegangan DC. Arus yang dihasilkan disebut arus isolasi dan terdiri dari dua komponen yang utama, yaitu arus yang mengalir di dalam isolasi, yang terdiri dari arus kapasitansi, arus dielektrik absorpsi, dan arus konduksi tetap. Komponen yang kedua adalah arus yang mengalir diatas permukaan isolasi, yang sering disebut sebagai arus bocor.
Teori pengukuran resistansi isolasi dan absorpsi dielektrik yaitu ketika suatu tegangan dc dari suatu tegangan tinggi, instrumen test dc isolasi tiba-tiba diterapkan pada isolasi, arus isolasi akan mulai pada suatu nilai yang tinggi, secara berangsur - angsur berkurang, dan akhirnya mencapai level off kenilai yang stabil. Resistansi isolasi awal yang rendah disebabkan oleh arus kapasitansi charging awal yang tinggi. Arus kapasitansi ini dengan cepat berkurang ke suatu nilai yang dapat diabaikan ( pada umumnya 15 detik). Resistansi isolasi awal yang rendah sebagian disebabkan oleh arus absorpsi dielektrik awal yang tinggi. Arus ini juga berkurang berdasarkan waktu, tetapi lebih secara berangsur-angsur, membutuhkan dari 10 menit sampai beberapa
jam untuk mencapai nilai yang dapat diabaikan. Resistansi isolasi bervariasi seperti halnya ketebalan dan kebalikannya sebagai area isolasi yang diuji. Suatu kurva yang diplot antara arus isolasi dan waktu ( atau resistansi isolasi dan waktu ) dikenal sebagai kurva dielektrik absorsi.
PUIL 2000 mensyaratkan nilai resistansi isolaso minimum adalah sebagai berikut :
No Tegangan Normal Rangkaian Tegangan Uji DC Resistansi Isolasi
1 Tegangan ekstra rendah 250 V
≥
0
,
25
2 Tegangan sampai 500 V 500 V
≥
0
,
5
3 Tegangan di atas 500 V 1000 V
≥
0
,
1
5.3.2. Tujuan Percobaan
□ Dapat melakukan pengujian tahanan isolasi suatu instalasi listrik □ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan isolasi 5.3.3. Peralatan Yang Digunakan
1. Insulasion Tester Digital 2. Kabel penghubung 3. Penunjuk waktu (jam)
5.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan
Sumber Listrik Sistem Instalasi Listrik
Gambar 5.3 Diagram Rangkaian Pengukuran tahanan isolasi
5.3.5. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Matikan sumber listrik utama, dengan menurunkan tuas MCB
4. Lanjutkan pengukuran antara saluran fasa dengan saluran fasa yang lain 5. Catat nilai resistansi pada tabel 5.2.
5.3.6. Hasil Percobaan
Tabel 5.2. Hasil pengukuran nilai tahanan isolasi
No Waktu Tahanan Fasa - Netral Tahanan Fasa – Fasa
R-N S-N T-N R-S S-T T-R
1 1 menit 2 10 menit 3 15 menit