• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangunan gedung yang digunakan oleh manusia haruslah mempunyai fungsi keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan dan kemudahan. Persyaratan keselamatan sebagaimana terkandung di dalam Peraturan Pemerintah no 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung pasal 32 meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

Pemasangan instalalasi petir harus dipasang pada gedung yang terletak secara geografis merupakan daerah sambaran petir. Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya. Secara teknis, tahanan suatu elektroda pentanahan yang dihubungkan dengan sistem penangkal petir, harus mempunyai nilai resistansi yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Karena, bila tahanan suatu grounding penangkal petir terlalu besar, dikhawatirkan tidak dapat dengan cepat menyalurkan arus listrik ke

Selain instalasi penangkal petir, instalasi listrik sangat harus diperhatikan pada suatu bangunan gedung, hal ini terkandung pada pasal 36 PP 36 tahun 205. Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 04-0225-2000 atau yang lebih dikenal dengan nama Peraturan Umum Instalasi Listrik (PULI 2000). Bahan dan peralatan yang dugunakan pada instalasi listrik suatu bangunan gedung, haruslah sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan, selain itu pemasangan instalasi listrik itu sendiri juga harus sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.

Untuk mengetahui baik dan buruknya suatu sistem pengetanahan instalasi dan instalasi listrik suatu bangunan, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian tahanan resistansi pengetanahan dan isolasi instalasi listrik, yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

5.2. PERCOBAAN 1

Pengukuran Tahanan Pentanahan Instalasi

5.2.1. Dasar Teori

Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunakan metode tiga titik, di mana titik pertama merupakan batang pentanahan yang akan diukur resistansinya, titik ke dua dan ketiga merupakan batang pengentanahan bantu. Metoda tiga titik diperlihatkan pada gambar berikut ini :

V

A

1 2 3

Gambar 5.1. Pengukuran tahanan pentanahan metode tiga titik

Bila titik 1 adalah elektroda batang pengetanahan, titik 2 adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda potensial, sedangkan titik 3 adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda arus, maka jika diberikan

tegangan arus bolak-balik dengan nilai konstan antara titik 1 dan 3, sehingga

mengalirkan arus

I

pada saluran tersbut. Dan jika terjadi perbedaan beda

potensial antara titik 1 dan 2 sebesar

V

, maka nilai tahanan pentanahan pada

elektroda 1 adalah :

I

V

R

x

=

( 5.1.)

Jarak optimal yang paling baik untuk mendapatkan nilai resistansi adalah 5 sampai 10 meter untuk setiap elektroda, di mana jarak antara titik 1 dan 2 5 sampai 10 m, begitu juga jarak antara titik 2 dan 3 adalah 5 sampai 10 meter. Resistansi pentanahan yang baik menurut standart adalah kurang dari 10 Ω, namun pada prakteknya sering digunakan maksimal 2 Ω.

5.2.2. Tujuan Percobaan

□ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi listrik □ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi petir □ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan pentanahan 5.2.3. Peralatan Yang Digunakan

19. Earth Resistance Tester 20. Kabel penghubung 21. Pasak pentanahan

5.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan

E P C

x y

merah kuning

hijau

Gambar 5.2 Diagram Rangkaian Pengukuran Pentanahan

9. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan di atas

10. Putarlah saklar pada pengukuran tegangan pentanahan, jika tegangan lebih dari 10 V, pengukuran dihentikan, karena terjadi kesalahan pada instalasi tersebut.

11. Lanjutkan pengukuran dengan nilai jarak x dan y yang bervariasi, antara 4 sampai 7 meter.

12. Catat nilai resistansi pada tabel 5.1. 5.2.6. Hasil Percobaan

Tabel 5.1. Hasil pengukuran nilai tahanan pentanahan

X 4 5 6 7

Y 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7

Rx

Catatan : x dan y dalam satuan meter

5.3. PERCOBAAN 2

Pengukuran Tahanan Isolasi Instalasi Listrik

5.3.1. Dasar Teori

Resistansi isolasi dari suatu isolasi didefinisikan sebagai resistansi (dalam megohm) yang ditimbulkan oleh isolasi karena diterapkan tegangan DC. Arus yang dihasilkan disebut arus isolasi dan terdiri dari dua komponen yang utama, yaitu arus yang mengalir di dalam isolasi, yang terdiri dari arus kapasitansi, arus dielektrik absorpsi, dan arus konduksi tetap. Komponen yang kedua adalah arus yang mengalir diatas permukaan isolasi, yang sering disebut sebagai arus bocor.

Teori pengukuran resistansi isolasi dan absorpsi dielektrik yaitu ketika suatu tegangan dc dari suatu tegangan tinggi, instrumen test dc isolasi tiba-tiba diterapkan pada isolasi, arus isolasi akan mulai pada suatu nilai yang tinggi, secara berangsur - angsur berkurang, dan akhirnya mencapai level off kenilai yang stabil. Resistansi isolasi awal yang rendah disebabkan oleh arus kapasitansi charging awal yang tinggi. Arus kapasitansi ini dengan cepat berkurang ke suatu nilai yang dapat diabaikan ( pada umumnya 15 detik). Resistansi isolasi awal yang rendah sebagian disebabkan oleh arus absorpsi dielektrik awal yang tinggi. Arus ini juga berkurang berdasarkan waktu, tetapi lebih secara berangsur-angsur, membutuhkan dari 10 menit sampai beberapa

jam untuk mencapai nilai yang dapat diabaikan. Resistansi isolasi bervariasi seperti halnya ketebalan dan kebalikannya sebagai area isolasi yang diuji. Suatu kurva yang diplot antara arus isolasi dan waktu ( atau resistansi isolasi dan waktu ) dikenal sebagai kurva dielektrik absorsi.

PUIL 2000 mensyaratkan nilai resistansi isolaso minimum adalah sebagai berikut :

No Tegangan Normal Rangkaian Tegangan Uji DC Resistansi Isolasi

1 Tegangan ekstra rendah 250 V

≥0,25

2 Tegangan sampai 500 V 500 V

≥0,5

3 Tegangan di atas 500 V 1000 V

≥0,1

5.3.2. Tujuan Percobaan

□ Dapat melakukan pengujian tahanan isolasi suatu instalasi listrik □ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan isolasi 5.3.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Insulasion Tester Digital 2. Kabel penghubung 3. Penunjuk waktu (jam)

5.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Sumber Listrik Sistem Instalasi Listrik

Gambar 5.3 Diagram Rangkaian Pengukuran tahanan isolasi

5.3.5. Langkah Kerja

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan

2. Matikan sumber listrik utama, dengan menurunkan tuas MCB

4. Lanjutkan pengukuran antara saluran fasa dengan saluran fasa yang lain 5. Catat nilai resistansi pada tabel 5.2.

5.3.6. Hasil Percobaan

Tabel 5.2. Hasil pengukuran nilai tahanan isolasi

No Waktu Tahanan Fasa - Netral Tahanan Fasa – Fasa

R-N S-N T-N R-S S-T T-R

1 1 menit 2 10 menit 3 15 menit

Dokumen terkait