• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA KEMAMPULABAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KINERJA KEMAMPULABAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KINERJA KEMAMPULABAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL

MODERASI

(Survey Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

Rineu Sentika Pratiwi (113403197)

Email : [email protected]

ABSTRACT

The aim of this reseacrh is to examine and analyze the effect of : 1) Performance profitability to Firm Value, 2) Dividen Policy of the relationship between Performance profitability with the Firm Value Manufacturing Company Registered in Indonesia Stock Exchgane. The population of this research is all the manufacturing companies listed on the Indonesia Exchange. This research sample is manufacturing sector companies that pay dividends in 2013 by using methode of purposive sampling. There are 30 companies in 2013 which fulfilling criterion as this research sample. The analysis methode of this reasearch is simple regression analysis and moderated regression analysis. The result of reseach show that : 1) profitability performance affect the value of the company with a level sig. 0.00 < α (0.05), and a coeficcient 30.353 than Ha accepted. 2) Dividen Policy is not moderation variabel that can interact performance profitability relationship with valuation company to the level of sig. 0.376 > α (0.05), and a coifficient -3.162 than Ha1 is rejected.

Keywords: Performance profitability, dividend policy, Firm Value.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kinerja kemampulabaan terhadap nilai perusahaan. (2) pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan kinerja kemampulabaan dengan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sample penelitian ini adalah perusahaan sector manufaktur yang membayar dividen pada tahun 2013 dengan menggunakan metode perposive sampling. Terdapat 30 perushaan pada tahun 2013 yang memenuhi kriteria sebagai sample penelitian. Metode analisis pada penelititan ini adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi moderasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) kinerja kemampulabaan berpengaruh

(2)

signifikan terhadap nilai perusahaan dengan nilai koefisien sebesar 30.353 dan sig. 0.00 < α (0.05), ini berarti Ha diterima. 2) Kebijakan Dividen tidak dapat memoderasi hubungan

kinerja kemampulabaan terhadap nilai perusahaan dengan nilai koefisien -3.162 dan sig. 0.376 > α (0.05), ini berarti Ha1 ditolak.

Kata kunci : Kinerja Kemampulabaan, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan.

I. PENDAHULUAN

Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Harjito dan Martono, 2005:3).

Kinerja kemampulabaan perusahaan merupakan bagian dari kinerja keuangan perusahaan yaitu menjadi salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja kemampulabaan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Laporan keuangan adalah akhir dari proses akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam suatu periode. Informasi keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004:105). Para pelaku pasar modal seringkali menggunakan informasi tersebut sebagai tolak-ukur atau pedoman dalam melakukan transaksi jual-beli saham suatu perusahaan.

Pengukuran kinerja perusahaan merupakan salah satu indikator yang dipergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan dari harga pasar saham tersebut di bursa efek Indonesia. Semakin baik kinerja perusahaan maka akan semakin tinggi return yang akan diperoleh oleh investor. Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja kemampulabaan terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dikatakan perolehan modal perusahaan dan nilai perusahaan akan meningkat apabila

(3)

perusahaan memiliki reputasi baik yang tercermin dalam laporan keuangannya. (Horne, 2005 : 234) menyatakan bahwa pengukuran kinerja keuangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang berbasis pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan telah di audit akuntan publik. Rasio-rasio tersebut dirancang untuk membantu para analisis atau investor dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Begitu halnya dengan kinerja kemampulabaan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas.

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan itu didirikan sampai saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm Value (Nilai Perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin : 7, 2008 dalam Kusumadilaga, 2010). Wahyudi, Nurlela dan Ishaluddin (2008 : 8) dalam Kusumadiaga (2010) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan.

Investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual, akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi tersebut berguna dalam menentukan tingkat keuntungan beserta resiko saham yang akan dijual atau dibeli. Salah satu informasi yang dapat diperoleh seorang investor adalah pengumuman pembayaran deviden. Pengumuman tersebut dalam pasar modal tertera nama saham, tanggal saham, jumlah deviden yang dibagikan serta jenis deviden.

Kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai deviden atau ditahan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden, maka akan mengurangi total sumber dana internal. Jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Saat laba akan dibagi atau ditahan, tetap harus

(4)

mempertimbangkan tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan.

Kebijakan deviden sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan kata lain, kebijakan deviden menyediakan informasi mengenai performa perusahaan. Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan deviden yang berbeda-beda, karena kebijakan deviden berpengaruh dalam membayar deviden kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhan dimasa mendatang. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan (Nurmala,2006 : 18).

Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013 sebanyak 136 perusahaan dari 453 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industry manufaktur dalam perekonomian di Indonesia mempunyai posisi yang dominan.

Pertumbuhan pada industri manufaktur merupakan alasan mengapa para investor tertarik melakukan investasi pada sektor industri manufakur. Selain itu, industri manufaktur memiliki peran besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia meningkat setiap tahunnya, dan membuat perusahaan manufaktur menempati posisi yang dominan (www.idx.co.id). Hal ini mengakibatkan pentingnya informasi bagi para investor untuk menilai kinerja keuangan perusahaan manufaktur, sehingga dikemudian hari dapat menghasilkan return yang diharapkan. Perusahaan-perusahaan manufaktur publik di Indonesia mengukur kinerja keuangannya dengan rasio keuangan yaitu dengan menganalisis laporan keuangan neraca dan laba rugi. Dari data yang ada dalam laporan neraca dan laba rugi perusahaan dianalisis dengan membandingkan akun-akun dalam neraca dan laba rugi baik secara vertikal maupun horisontal.

Kebijakan dividen digunakan sebagai variabel moderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan dalam penelitian ini, karena perusahaan akan memaksimumkan nilai perusahaan dapat dicapai bila perusahaan memperhatikan stake holder atau pemegang saham. Keseimbangan pencapaian tujuan stake holder perusahaan berpeluang mendapatkan keuntungan optimal sehingga kinerja perusahaan akan dinilai baik oleh investor. Respon positif ini akan ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan saham

(5)

perusahaan. Apabila permintaan saham meningkat sedang yang sudah memiliki saham tersebut juga enggan menjual (karena kinerja perusahaa bagus) maka harga saham akan meningkat. Meningkatnya harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan salah satu di ukur dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham (Murtini,2008:54).

II. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriftif analisis metode dan metode korelasional. Metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan atau yang menggambarkan situasi pada masa sekarang, kemudian menganalisis serta menginterprestasikan data – data yang diperoleh dengan analisa tertentu. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013. Diperoleh sampel sebanyak 30 perusahaan dari 138 perusahaan.

Pengukuran Variabel

1.Variabel independen, yaitu kinerja kemampulabaan diukur dengan rumus :

ROE = EAT pemegang Saham Biasa x 100%

Ekuitas Saham Biasa

2. Variabel dependen, yaitu nilai perusahaan di ukur dengan rumus:

Market to book ratio = Harga pasar per lembar saham

Nilai buku per lembar saham

3. Variabel Pemoderasi yaitu kebijakan dividen dengan rumus:

Dividen Payout Ratio = 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

(6)

Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kinerja kemampulabaan (X)

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Y), serta untuk menguji apakah kebijakan dividen (Z)

mempunyai pengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Alat analisis

yang digunakan untuk mengolah data adalah sebagai berikut :

- Persamaan Regresi Sederhana

Y = a + bX

Keterangan :

Y = Variabel Dependen (nilai perusahaan)

X = Variabel Independen (kinerja kemampulabaan)

a = konstanta

b = koefisien regresi

- Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)

Y = a + b1 X+ b2 Z+ b3 XZ

keterangan:

Y = Variabel Dependen (nilai perusahaan)

X = Variabel Independen (kinerja kemampulabaan)

Z = Variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi (kebijakan dividen)

a = konstanta

(7)

III. PEMBAHASAN

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 17. Data yang diolah adalah kinerja kemampulabaan dengan menggunakan return on equity, nilai perusahaan dengan menggunakan market to book ratio, dan kebijakan dividen dengan menggunakan dividen payout ratio.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kinerja Kemampulabaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan Kebijakan Dividen tidakmampu memoderasi hubungan antara Kinerja Kemampulabaan dengan Nilai Perusahaan.

Pengaruh Kinerja Kemampulabaan Terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji koefisien determinasi didapatkan hasil bahwa nilai R square adalah sebesar 0,882. Hal ini berarti besarnya peran atau kontribusi variabel independen kinerja kemampulabaan mampu menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 88,2% dan sisanya dipengaruhi faktor lain, misalnya oleh factor corpoorate social responsibility (CSR) dsb. Ini menunjukan bahwa Kinerja kemampulabaan mempunyai hubungan yang kuat terhadap nilai perusahaan.

Dari hasil uji statistik t, nilai t hitung sebesar 14,438 dengan t tabel 1,703 dan signifikan pada

0.000, maka Ho ditolak dan Ha diterima karena t hitung (14,438) ≥ t tabel (1.703) atau sig. (0.000)

≤ α (0.05). Ini berarti kinerja kemampulabaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa kinerja kemampulabaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Ini artinya bahwa, baiknya kinerja kemampulabaan dengan mampu menghasilkan laba yang tinggi maka akan menjamin meningkatnya nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Retno Endah (2012), bahwa ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini perusahaan mampu menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dengan modal sendiri yang dimiliki. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, sehingga akan berdampak pada tingginya nilai perusahaan. Tingginya

(8)

kemakmuran pemegang saham, maka semakin tinggi pula harga saham yang mencerminkan nilai suatu perusahaan.

Kebijakan Dividen Memoderasi Hubungan Kinerja Kemampulabaan Terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil pengujian regresi Kinerja Kemampulabaan dan Kebijakan Dividen terhadap nilai perusahaan diketahui bahwa, nilai probabilitas (Fhitung) sebesar 103.92 dengan Ftabel 3.35

dan signifikan pada 0.000. karena nilai Fhitung (103.92) ≥ Ftabel (3.35) atau nilai Sig. (0.000) ≤ α

(0.05) maka secara simultan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sama halnya dengan hasil uji statistik t, secara parsial kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan perolehan nilai : kebijakan dividen memiliki nilai thitung-0.901 dengan ttabel 1.703 dan signifikan pada 0.376,karena nilai thitung

(-0.901) ≤ ttabel (1.703) atau nilai Sig. (0.376) ≥ α (0.05) maka kebijakan dividen tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari pengujian regresi kinerja kemampulabaan, kebijakan dividen, dan variabel interaksi (perkalian antarakinerja kemampulabaan dengan kebijakan dividen) terhadap nilai perusahaan pada lampiran hal : 95 diketahui bahwa nilai probabilitas (Fhitung) sebesar 87.3 dengan Ftabel2.98

dan signifikan pada 0.000. karena nilai Fhitung (87.3)≥ Ftabel (2.98) atau nilai Sig. (0.000) ≤ α

(0.05), maka secara simultan variabel interaksi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sama halnya dengan hasil uji statistik t, secara parsial variable interaksi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan perolehan nilai : Variable inetraksi memiliki nilai thitung-2.664 dengan ttabel 1.703 dan signifikan pada 0.13. karena nilai thitung

(-2.664) ≤ ttabel 1.703 atau Sig. (0.13) ≥ α (0.05). Sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan

uji moderasi yaitu, jika pada persamaan 1 β2 tidak signifikan, dan pada persamaan 2 β3 juga

tidak signifikan, maka Z bukan merupakan variable moderasi, tetapi hanya sebagai variable biasa saja.

Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa pada regresi pertama, kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan pada regresi kedua variabel interaksi tidak berpengaruh signifikan tehadap nilai perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa “Kebijakan Dividen tidak dapat memoderasi hubungan antara Kinerja Kemampulabaan terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil ini menunjukan adanya variabel lain yang bisa menginteraksi hubungan kinerja kemampulabaan dengan kebijakan dividenatau sebagai vairabel pemoderasi.

(9)

Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar jumlah pembayaran dividen belum mampu memperkuat hubungan kinerja kemampulabaan dengan nilai perusahaan. Ini berarti, besarnya jumlah pembayaran dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak bepengaruh signifikan terhadap meningkatnya kinerja kemampulabaan untuk dapat mempengaruhi tingginya nilai perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen dengan menyatakan besarnya dividen yang dibagikan pada pemegang saham tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Mungkin ini karena ada pengaruh negatif kepada investor atau pemegang saham mengenai dividen. Dalam teori Signaling hipotesis, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan sehingga pembagian dividen akan memberikan pengaruh positif atau negatif kepada pemegang saham atau investor ( Hanafi, 2004:371). Pengaruh positif karena pembagian dividen akan memberi informasi bahwa perusahaan telah mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan harapan pemegang saham dan dapat memberikan proyeksi peningkatan laba yang akan datang. Sebaliknya pengaruh negatif apabila pembagian dividen disebabkan oleh tidak adanya investasi yang akan mendatangkan peningkatan laba masa datang.

Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Erlangga (2009), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas (kinerja kemampulabaan) terhadap nilai perusahaan. Ada kemungkinan ini karena terdapat perbedaan dengan penelitian Erlangga (2009) yaitu indikator Nilai perusahaan menggunakan tobin’s Q sedangkan penelitian ini menggunakan market to book ratio serta Erlangga (2009) tidak hanya meneliti satu tahun saja melainkan empat tahun berturut-turut.

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pengaruh kinerja kemampulabaan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaann maufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. - Vairabel Kinerja kemampulabaan dengan nilai terendah dimiliki oleh PT. Trias Sentosa Tbk dan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk, PT Unilever menunjukan kinerja kemampulabaan yang baik dengan meningkatnya tingkat return on

(10)

equity perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya, ini berbeda dengan PT Trias Sentosa Tbk yang mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.

-Variabel Nilai Perusahaan dengan nilai terendah dimiliki oleh PT. KMI Wire and Cable Tbk dan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. Hal tersebut tidak terlepas dari kepercayaan pasar terhadap perusahaan, PT Unilever yang menunjukan harga pasar yang terus meningkat dan membuat nilai perusahaan PT Unilever Tbk ini ikut meningkat juga.

- Variabel Kebijakan dividen dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan dividen masing-masing perusahaan, PT Multi Bintang Indonesia memang selalu konsistensi dalam pembagian dividen karena ingin mensejahterakan para pemegang saham, berbeda dengan PT Tiga Pilar Sejahtera yang memberikan kebijakan yang berbeda-beda dari tiap tahunnya.

2. Kinerja Kemampulabaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Kinerja kemampulabaan menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak, sehingga dengan return on equity yang tinggi dapat memberikan nilai perusahaannya yang tercermin pada harga sahamnya.

3. Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja kemampulabaan dengan nilai perusahaan. Kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan pada saat return on equity tinggi dan kebijakan dividen tidak dapat menurunkan nilai perusahaan pada saat return on equity rendah.

5.1 Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran yang lain terhadap variabel kinerja kemampulabaan dan proksi nilai perusahaan yang lain, misalnya : return on asset, profit margin, net profit margin, Tobins’Q, atau kriteria lain yang telah ditetapkan.

(11)

2. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan supaya mencegah hilangnya kepercayaan dari para investor maupun dari publik bahkan dapat menarik minat investor untuk membeli saham dengan cara menciptakan kinerja kemampulabaan yang baik.

V. DAFTAR PUSTAKA

Agnes Sawir. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Brigham and Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Jakarta : Salemba empat.

hariri, A dan I. Ghozali. 2007. Teori Akunatnsi, Edisi Ketiga. Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Erlina. 2002. Manajemen Keuangan. Universitas Sumatera utara : program studi akuntansi.

Erlangga, Enggar. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR, GCG dan kebijakan deviden sebagai variabel moderasi. Jurnal , Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Ika Yoana (2013). Pengaruh Deviden, kebijakan hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Gitman, Lawrance. J. 2003. Principles of Mangerial Finance. 10thedition.

Addison Wesley.

Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat.

Yogyakarta: BF

Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel Moderating. Skripsi Universitas Dipenogoro Semarang.

(12)

Kharisma Rizka Putri. 2011. “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur Kepemilikan dan Cash Holding terhadap Nilai Perusahaan”. Skripsi Universitas Diponegoro.

Keown et al. 2005. Manajemen Keuangan (prinsip-prinsip dan aplikasi). Jakarta Barat :PT indeks kelompok Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

11 Penelitian lain menyebutkan bahwa secara signifikan ( p =0,001) terjadi penurunan kadar glukosa darah setiap minggu pada tikus diabetes yang diberi pakan dengan substitusi tempe,

Perancahan Rakan Sebaya : Aktiviti antara ahli-ahli kumpulan dalam mengutip data, menyemak, memantau, membimbing, memberi tunjuk ajar, serta menyumbang idea dan maklumbalas

Performansi terbaik dari turbin hidrokinetik Darrieus sumbu vertikal yang disusun secara cascade dengan passive variable pitch didapatkan pada kecepatan aliran 0,8

Produk Midi Cashew pada tahun ini juga terlihat lebih baik di bandingkan dengan pola permintaan yang terjadi pada produk-produk yang lain, dimana pada periode-periode

rifle 3 positions) 29 July Bronze Chandrakant Mali Weightlifting Men's Weightlifting (94 kg) 29 July Bronze Navjot Kaur Wrestling Women's Wrestling (69 kg) 30 July Bronze

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan

NO NAMA BARANG D SAT HARGA SATUAN B.SIMPAN BIAYA SIMPAN D*H. 1 HVS 60 GRAM

Fungsi terpenting dari vitamin C berkaitan dengan sintesis kolagen, suatu protein yang terdapat dalam jaringan penghubung.. Jaringan ini terdiri dari serat kolagen yang tidak