• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5 Ringkasan

Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927. Kappa dapat dikatakan sebagai sebuah karya yang menggambarkan karikatur kehidupan masyarakat modern Jepang pada zaman Taisho. Salah satu tema yang diangkat dalam novel Kappa ini adalah merosotnya nilai moral manusia yang disebabkan oleh hasil kemajuan pola piker manusia sendiri yang merupakan akibat dari masuknya modernisasi dan kebudayaan Barat secara besar-besaran ke Jepang. Akutagawa Ryunosuke adalah salah seorang penulis Era Taisho (1912-1926) yang berhasil meraih pembaca dari luar Jepang sangat banyak. Karya-karyanya, sebagaimana karya-karya Natsumesoseki dan Mori Ogai, banyak mengilhami para sastrawan Jepang Modern. Hingga akhir hayatnya ia menulis lebih dari seratus cerita pendek (cerpen). Dalam skripsi ini penulis menganalisis salah satu cerpen Akutagawa Ryunosuke yang berjudul Kappa, yang dilihat dari psikologis tokoh utamanya. Tokoh utama dalam cerpen Kappa memperlihatkan masalah Ego yang menarik untuk dianalisis dimana Ego nya berperan besar dalam mempengaruhi perubahan sikap psikologis yang dialami. Penulis tertarik dengan Ego yang ditunjukkan oleh tokoh utama di akhir cerita, sehingga penulis mencoba menganalisis penyebab munculnya Ego yang pada akhirnya membawa tokoh utama kepada pandangan hidup yang berbeda dengan awal cerita.

(2)

Dalam menganalisis psikologis tokoh utama, saya menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, karena selain dia orang yang pertama kali menemukan teori dari psikoanalisis, teori Freud juga telah banyak dipergunakan untuk penelitian dalam bidang psikologis dan sastra. Penulis mencoba untuk menjelaskan bahwa perubahan sikap psikologis yang diperlihatkan Pasien 23 semuanya berkaitan dengan teori psikoanalisis Freud. Pada setiap perubahan psikologis Pasien 23 jelas terlihat bahwa yang paling berperan besar adalah Ego. Pasien 23 yang pada akhirnya memutuskan kembali ke dunia manusia merupakan gambaran akhir dari Ego Pasien 23, dimana Superego Pasien 23 tidak dapat meredam Ego pasien 23 untuk tetap didunia Kappa.

Penulis akan menganalisis psikologis Pasien 23 berdasarkan teori-teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, yaitu Struktur Kepribadian yang terdiri dari Kecemasan atau Ketakutan, yaitu Kecemasan Realistis dan Kecemasan Neurotis, dan Perkembangan Kepribadian yang terdiri dari Represi, Fiksasi, Regresi, Pembentukan Reaksi, dan Projeksi.

Penulis membagi cerita ini menjadi tujuh tahapan. Selain memudahkan dalam menganalisis juga dikarenakan setiap tahapan tersebut dibagi berdasarkan perubahan sikap psikologis atau pandangan hidup dari Tokoh Utama (Pasien 23). Tahapan pertama adalah Pasien 23 bertemu dengan Kappa. Pasien 23 merasa kaget, ada makhluk aneh yang terlihat melintas melalui arlojinya. Dengan spontan Pasien 23 menoleh ke arah tersebut, reaksi ini muncul karena adanya dorongan dari Id, yang mereduksi “ kekagetan “ dalam diri tokoh cerita. Dalam hal ini Id pada Pasien 23 bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan, yang timbul karena kemunculan kappa secara tiba-tiba. Sesuai dengan teori Frued yang menyatakan bahwa Ego itu timbul karena adanya dorongan dari Id, Id memberikan suatu respon secara spontan. Seperti kita ketahui

(3)

dimana proses itu bekerja guna mereduksi suatu masalah untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Nilai Id sebagai penghantar dimana Ego bekerja secara maksimal dan menjadikan nilai kepuasan sendiri. Ego Pasien 23 mengarahkannya kepada tahapan kedua. Tahapan kedua adalah Masuknya Pasien 23 kedunia Kappa, dan untuk pertama kalinya mengenal sesosok Kappa bernama Bag. Pada tahapan ini dengan membelalaknya mata seekor Kappa, kecemasan timbul pada diri Pasien 23, yang mengakibatkan terdoronganya perasaan dasar yaitu Id. Seperti yang dilampirkan pada bab 2 Id adalah segi kepribadian tertua, system kepribadian pertama (naluri), dan sejak lahir, diturunkan secara genetik. Dengan Id pada Pasien 23 memotivasinya untuk melakukan sesuatu, yaitu ia bangkit dari tempat duduknya karena merasa terancam. Tindakkan ini menemukan adanya tindakkan defensif dari si pelaku utama, yang mengakibatkan berkembangnya pembentukkan reaksi. Tindakkan itu berperan untuk menjaga suatu hal buruk dari kecemasan yang terjadi. Tahapan ketiga adalah Jijiknya Pasien 23 melihat kappa tersenyum. Pasien 23 mengalami konflik batin antara perasaan jijik dan keramahan yang selalu Tock berikan kepadanya. Hal ini disebabkan Id pada Pasien 23 sebagai pemuas dalam perasaan, kemudian Ego tokoh utama bekerja berdasarkan realitas yang ada. Dalam hal ini dengan perasaan jijik, tidak menjadikan suatu tindakan perasaan yang membuat tokoh utama terfokus pada suatu masalah. Dengan keramahan Tock membuat terjadinya pembentukan reaksi, dimana pembentukan reaksi merupakan tindakan defensif yang berguna untuk mereduksi suatu masalah, yang menyebabkan keterbalikan suatu perasaan awal ketahap yang lebih baik yang didasari oleh Superego tokoh utama.

Lalu Tahapan keempat adalah Perasaan kaget dan muak Pasien 23 karena menerima tawaran memakan daging buruh Kappa. Pasien 23 yang merasa kaget dan muak

(4)

menerima tawaran Gael, menunjukkan Ego Pasien 23 yang mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan. Dalam hal ini sesuai dengan teori Freud mengenai mekanisme pertahanan, yang menjelaskan bahwa karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka Ego kadang-kadang terpaksa mengambil cara singkat untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan, cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Dalam hal ini Pasien 23 mengalami represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua, represi adalah proses psikis yang tak sadar dimana pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas disingkirkan dari kesadaran, yang kemudian dipindahkan ke taraf lain, yaitu taraf tak sadar, dimana Pasien 23 yang merasa begitu kaget dan muak akan tawaran sandwich tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa sadar hendak pergi tanpa meminta ijin. Tahapan kelima adalah Kagetnya Pasien 23 akan kebakaran yang menimpa kontrakan rumah Gael. Dengan mendengar kabar atas kebakarannya kontrakan Gael, meyakinkan Pasien 23 untuk hengkang dari tempat duduknya, yang menimbulkan terdorongnya Id hingga titik puncak kecemasan yang terdapat pada Pasien 23 ikut terpacu, sehingga dengan spontan memberikan symbol akan terjadinya reaksi untuk mengambil suatu tindakan. Dimana perasaan cemas Pasien 23 itu yang membantu sebagai penggerak akan kepedulian Pasien 23 terhadap Gael yang dianggap sebagai kappa kapitalis.

Lalu tahapan keenam adalah tahapan yang menggambarkan kekhawatiran Pasien 23 terhadap lap dan tock. Pada tahapan ini Pasien 23 tidak mengetahui alasan kenapa Tock berteriak dan mencengkeram tangannya, dan keringat membasahi tubuhnya. Sehingga

(5)

Pasien 23 mengkhawatirkan keadaan Tock, dan menganjurkan Tock untuk segera pergi ke dokter. Dorongan superego yang Pasien 23 miliki mulai menundukkan hasrat dari Ego nya, karena Superego memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri. Kesadaran moral pada diri Pasien 23 telah mendorongnya untuk membuang jauh-jauh perasaan aneh terhadap Kappa, dimana pada awalnya sempat terlintas dalam benaknya. Sesuai dengan teori Freud yang telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya bahwa superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri, selalu menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hal ini menunjukkan kesadaran moral rupanya masih lebih kuat tertanam dalam diri Pasien 23. Perasaan aneh Pasien 23 ketika pertama kali melihat Kappa telah sepenuhnya hilang. Oleh keramahan dan kebaikan kappa yang begitu besar, keanehan itu berubah menjadi suatu kebaikkan yang dapat ia berikan.

Tahapan ketujuh merupakan akhir cerita. Dimana kembalinya Pasien 23 kedunia manusia dan merasakan hal aneh dalam dunia manusia. Ketika Pasien 23 pergi dari dunia kappa, dorongan Ego Pasien 23 mulai menundukan hasrat Id nya, dimana Ego bekerja pada prinsip realitas, yaitu agar dapat bebas Pasien 23 memutuskan untuk kembali kedunia manusia. Setelah masuk kedunia manusia Pasien 23 mengalami keanehan yang terdapat pada organ tubuh manusia. Rasa terganggu dan takut terhadap manusia menunjukan Ego Pasien 23 mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan. Pasien 23 mengalami represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan. Pasien 23 yang merasa terganggu dan takut ketika melihat sosok manusia tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa sadar kalau Pasien 23 adalah manusia juga. Reaksi

(6)

yang ditunjukan Pasien 23 muncul dari kecemasan realistis Pasien 23 yang begitu kuat sehingga memaksa Ego Pasien 23 melakukan mekanisme pertahanan untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan tersebut.

Simpulan dalam skripsi ini adalah psikologis tokoh utama Pasien 23 dalam cerita Kappa terdapat dorongan Id, Ego, Superego. Pasien 23 lebih memperlihatkan Id dan Ego nya dibanding Superego nya, dimana Id dan Ego lebih berperan besar dalam mempengaruhi perubahan sikap psikologis dan pandangan hidupnya. Pasien 23 yang pada akhirnya memutuskan kembali ke dunia manusia merupakan gambaran akhir dari Ego Pasien 23, dimana Superego Pasien 23 yang tadinya masih berperan untuk menghalangi niatnya untuk tidak kembali, kemudian menjadi tidak berperan lagi karena ditaklukan oleh dorongan Ego Pasien 23, akan tetapi Ego Pasien 23 lah yang paling berperan besar dalam mengambil keputusan untuk kembali ke dunia manusia.

Dengan mengetahui psikologis Pasien 23 melalui teori psikoanalisis, pembaca pun akan dapat memahami penyebab perubahan sikap psikologis Pasien 23 dengan lebih baik lagi.

Referensi

Dokumen terkait