• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS GULMA AIR TERHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM (Cr) DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JENIS GULMA AIR TERHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM (Cr) DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Arfiatul Isnaini1, Fatchur Rohman2, Hawa Tuarita2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5 Malang, Indonesia

Arfiatulisnaini1990@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian mengenai pengaruh jenis gulma air terhadap penurunan kadar krom dalam limbah cair industri penyamakan kulit di kota Malang telah dilakukan dengan tujuan yaitu mengetahui pengaruh (Eicchornia crassipes, Pistia

stratiotes dan Salvinia natans) terhadap penurunan kadar krom total dalam air

limbah penyamakan kulit dan organ tanaman gulma air setelah perlakuan dan menemukan efektivitas jenis gulma air dalam menurunkan kadar krom total dalam air limbah dan penyerapan kadar krom total dalam organ tanaman gulma air. Penelitian ini dilakukan pada pada bulan April hingga Juni 2015. Penelitian ini menggunakan 3 macam perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan 4 ulangan selama 15 hari. Pengamatan dilakukan terhadap pengukuran kadar krom dalam organ tanaman gulma air dan penurunan kadar krom pada media tanam berupa limbah cair industri penyamakan kulit setelah 15 hari. Desain percobaan pada tahap perlakuan berupa randomized control group pretest-postest, yang terdiri atas kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil analisis varian tunggal menunjukkan jenis gulma air (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia

natans) berpengaruh terhadap penurunan kadar krom total dalam air limbah

penyamakan kulit dan penyerapan kadar krom total dalam organ tanaman. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan Pistia stratiotes merupakan jenis gulma air yang paling efektif dalam menurunkan kadar krom total dalam air limbah penyamakan kulit dengan nilai rerata paling kecil sebesar 0,12975 mg/L dan Salvinia natans merupakan jenis gulma air yang paling efektif menyerap kadar krom total dalam organ tanaman dengan nilai krom sebesar 4,43850 mg/L yang berbeda nyata dengan perlakuan Eicchhornia crassipes dan perlakuan Pistia stratiotes.

Kata Kunci: gulma air, penurunan kadar krom, limbah cair industri penyamakan kulit

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit tersamak dengan proses pengerjaan yang menggunakan air dan bahan kimia tambahan dalam jumlah besar. Proses penyamakan kulit tersebut melalui beberapa proses produksi yang nantinya akan menghasilkan limbah cair yang mengandung banyak sekali logam berat dan zat kimia yang tidak baik untuk lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya akan menyebabkan pencemaran apabila dibuang secara langsung ke badan perairan (Mariska, 2010). Penanganan limbah industri di Indonesia sering mengabaikan standar penanganan limbah industri yang aman bagi keberlangsungan lingkungan hidup manusia. Pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutu limbah menyebabkan pencemaran lingkungan. Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri penyamakan kulit akan mengandung zat atau kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan. Kadar logam pencemar tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan apabila dibiarkan terus bertambah dalam lingkungan melebihi kadar maksimum sebesar 0,5 mg/L yang sudah ditetapkan dalam baku mutu limbah cair untuk industri

(2)

penyamakan kulit sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014. Pengelolaan lain perlu dilakukan dengan memanfaatkan gulma perairan yang tumbuh subur di kawasan perairan Taman Wisata Wendit Malang dan Sumber Air Ronggojalu Probolinggo perlu dilakukan. Gulma perairan mengapung yang tumbuh di perairan Taman Wisata Wendit Malang dan Sumber Air Ronggojalu Probolinggo dapat dimanfaatkan adalah eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia

stratiotes) dan kiambang (Salvinia natans) yang berpotensi mengakumulasi logam

berat dan memiliki kemampuan penyerapan logam berat. Pemilihan berbagai macam jenis tumbuhan gulma air tersebut dari segi ekonomi harganya relatif murah, tidak memerlukan perawatan khusus dan pemeliharaan sangat mudah, serta jumlahnya yang sangat berlimpah di kawasan perairan Taman Wisata Wendit dan Sumber Air Wisata Ronggojalu. Beragam jenis gulma air (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia natans) tersebut dipilih untuk mengetahui kemampuan menurunkan kadar krom total yang paling efektif.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 3 macam perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan 4 ulangan selama 15 hari. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi jenis gulma air (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia natans), sedangkan variabel terikat merupakan konsentrasi kadar krom total pada air limbah yang digunakan sebagai media tanam dan konsentrasi kadar krom total pada seluruh organ tanaman gulma air. Desain percobaan pada tahap perlakuan berupa randomized

control group pretest-postest, yang terdiri atas kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Bagan desain percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Percobaan Penelitian

Pengukuran Sebelum

Perlakuan (pretest) Perlakuan

Pengukuran Setelah Perlakuan (posttest) Eichhornia crassipes T1 P1 T11 Pistia stratiotes T2 P2 T22 Salvinia natans T3 P3 T33 Kontrol T4 P0 T44 Sumber: Nazir (1988)

Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh organ tanaman gulma air (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia natans) yang meliputi akar, batang dan daunnya, serta air limbah penyamakan kulit yang digunakan sebagai media tanam gulma air tersebut, baik sebelum maupun setelah diberi perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji statistik anova pada tingkat signifikansi 5% dan apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.

(3)

HASIL

Pengaruh Jenis Gulma Air Terhadap Penurunan Kadar Krom Total dalam Air Limbah Penyamakan Kulit dan Organ Tanaman Gulma Air Setelah Perlakuan

Hasil penelitian terhadap kadar krom total dalam air limbah sebagai media tanam gulma air menunjukkan bahwa rerata kadar krom total dalam air limbah setelah perlakuan selama 15 hari mengalami penurunan. Penurunan kadar krom total dalam air limbah dapat terlihat melalui rerata kadar krom total masing-masing perlakuan. Penurunan kadar krom total dalam air limbah dapat diketahui melalui rerata sebelum perlakuan sebesar 0,279 mg/L, sedangkan untuk rerata setelah perlakuan Eicchornia crassipes, Pistia stratiotes, dan Salvinia natans masing-masing sebesar 0,159 mg/L, 0,130 mg/L, dan 0,140 mg/L. Pada perlakuan kontrol rerata sebelum dan setelah perlakuan tetap 0,279 mg/L. Hasil analisis statistik dengan program Seri Program Statistik Sosial (SPSS) menggunakan uji anava pada tingkat signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Anava Data Kadar Krom Total dalam Air Limbah Sebagai Media Tanam Gulma Air

JK db KT F Sig.

Perlakuan 0,057 3 0,019 13,360 ,000

Galat 0,017 12 0,001

Total 0,074 15

Berdasarkan hasil uji anava pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai F hitung (13,360) > F tabel (3,49) dengan nilai Sig. hitung (0,000) < Sig. tabel (0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jenis gulma air terhadap kadar krom total dalam air limbah. Adanya pengaruh tersebut diperlukan uji lanjut untuk mengetahui jenis gulma air yang paling efektif dalam menurunkan kadar krom total.

Hasil penelitian terhadap kadar krom total dalam organ tanaman air menunjukkan bahwa rerata kadar krom total dalam organ tanaman setelah perlakuan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diketahui melalui uji kadar krom total awal yang menunjukkan hasil tidak terdeteksi kadar krom total, sedangkan rerata hasil uji kadar krom total setelah perlakuan untuk Eicchornia crassipes, Pistia

stratiotes, dan Salvinia natans masing-masing sebesar 0,0475 mg/L, 1,7675 mg/L,

dan 4,4385 mg/L. Peningkatan kadar krom total dalam organ tanaman dapat terlihat melalui rerata kadar krom total masing-masing perlakuan. Hasil analisis statistik data untuk sampel tanaman gulma air menggunakan uji anava dengan tingkat signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Anava Kadar Krom Total dalam Organ Tanaman Gulma Air

JK dB KT F Sig.

Perlakuan 39,165 2 19,582 13,320 ,002

Galat 13,231 9 1,470

Total 52,396 11

Berdasarkan hasil uji anava yang disajikan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai Sig. hitung (0,002) < Sig. tabel (0,05) dan nilai F hitung (13,320) > F tabel (4,256), sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis gulma air berpengaruh terhadap kadar krom total dalam organ tanaman gulma air.

(4)

Efektivitas Jenis Gulma Air yang Mampu Menurunkan Kadar Krom Total dalam Air Limbah dan Organ Tanaman

Hasil analisis varian pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat digunakan sebagai acuan dalam menemukan perlakuan jenis gulma air yang paling efektif dalam menurunkan kadar krom total air limbah dan organ tanaman. Uji lanjut Duncan perlu dilakukan untuk melihat perlakuan yang paling berbeda nyata dengan kontrol dalam air limbah sebagai media tanam gulma air. Hasil uji lanjut Duncan dengan tingkat signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Duncan sig 5% Data Kadar Krom Total dalam Air Limbah Sebagai Media Tanam Gulma Air

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jenis gulma air yang paling efektif terhadap penurunan kadar krom total dalam air limbah adalah Pistia stratiotes dengan nilai rerata krom paling kecil, yaitu sebesar 0,12975 mg/L. Namun, Pistia stratiotes ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan

Eicchhornia crassipes dan perlakuan Salvinia natans.

Uji lanjut Duncan juga perlu dilakukan untuk melihat tanaman gulma air yang paling berbeda nyata dalam organ tanaman gulma air. Hasil uji lanjut Duncan dengan tingkat signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Lanjut Duncan Sig. 5% Data Kadar Krom Total dalam Organ Tanaman Gulma Air

Sampel Tanaman Gulma Air Rerata Notasi

1 2

Eicchornia crassipes 0,04750 a

Pistia stratiotes 1,76750 a

Salvinia natans 4,43850 b

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jenis gulma air yang paling efektif terhadap penyerapan krom pada air limbah media perlakuan adalah Salvinia natans, dengan nilai sebesar 4,43850 yang berbeda nyata dengan perlakuan Eicchhornia crassipes dan perlakuan Pistia stratiotes.

PEMBAHASAN

Perlakuan penambahan Eicchornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia

natans berpengaruh terhadap penurunan kadar krom total dalam air limbah dengan

nilai yang signifikan, yaitu signifikansi hitung (0,000) lebih kecil dari signifikansi tabel (0,05) dan nilai F hitung (13,360) lebih besar dari F tabel (3,49). Pengaruh yang diberikan oleh Eicchornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia natans berbeda terhadap penurunan kadar krom, seperti yang disampaikan oleh Puspita, et al. (2011) bahwa Eichornia crassipes dan Pistia stratiotes mampu menurunkan kadar krom air limbah batik dengan persentase penurunan sebesar 49,56% dan 33,61%. Penelitian tersebut membuktikan bahwa berbagai jenis gulma air berpengaruh terhadap

Perlakuan Rerata Notasi

1 2

Pistia stratiotes 0,12975 a

Salvinia natans 0,14025 a

Eicchornia crassipes 0,15850 a

(5)

penurunan kadar krom dalam air limbah dengan pengaruh yang berbeda untuk tiap jenisnya.

Efektivitas pengaruh yang dimiliki oleh ketiga gulma tersebut juga perlu diketahui melalui hasil uji lanjut Duncan yang menunjukkan bahwa Pistia stratiotes yang paling efektif menurunkan kadar krom dalam air limbah dengan nilai rerata paling kecil sebesar 0,12975 mg/L. Mishra dan Tripathi (2008) mempertegas pernyataan tersebut yang menjelaskan bahwa akumulasi logam yang berbeda terjadi dalam tanaman Pistia stratiotes dan Eichornia crassipes dalam menurunkan logam krom di air. Hal tersebut juga didukung oleh hasil uji anava yang menunjukkan bahwa signifikansi hitung (0,002) lebih kecil dari signifikansi tabel (0,05) dengan nilai Fhitung (13,320) lebih besar dari nilai Ftabel (4,26) yang berarti gulma air terapung berpengaruh sangat nyata terhadap penyerapan logam berat krom. Puspita,

et al. (2011) mendukung hasil penelitian tersebut bahwa perlakuan penambahan Eichornia crassipes dan Pistia stratiotes yang diberikan pada limbah cair industri

batik berpengaruh sangat nyata, yang berarti pengaruh perlakuan terhadap penyerapan kromium tumbuhan sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan oleh kemampuan tumbuhan beradaptasi, kemampuan tumbuhan mengakumulasi logam berat dan kemampuan tumbuhan meredam stres metal. Sugiyanto, et al. (1991) memperkuat pernyataan tersebut yang mengemukakan bahwa gulma air terapung, yaitu Eicchornia crassipes, Salvinia molesta dan Pistia stratiotes mampu menyerap logam berat krom dari medium air habitatnya dan lebih banyak tertimbun di akar daripada di daun. Kemampuan ini didukung oleh mekanisme tumbuhan tersebut dalam mengakumulasi logam berat krom, seperti yang dijelaskan oleh Thilakar, et al. (2012) dan Prajapati, et al. (2012) yang menyebutkan bahwa Pistia stratiotes merupakan tanaman air yang lebih efisien dalam mengakumulasi logam berat kromium melalui proses rhizofiltrasi.

Keadaan stress logam berat kromium yang terjadi pada Pistia stratiotes menyebabkan terjadinya gangguan homeostasis atau stimulasi terhadap pertumbuhan, signaling dan survival sel. Tanaman biasanya akan menghasilkan

Reactive Oxygen Species (ROS) yang diproduksi oleh sel sebagai respon terhadap

penyebab stres. Berbagai penyebab stres seperti akumulasi logam krom akan memicu produksi ROS dan juga memicu produksi antioksidan enzimatik, seperti glutathione

synthetase. Jika produksi ROS seimbang dengan kapasitas oksidan akan mengarah

pada pertumbuhan, signaling, dan survival. Kerusakan jaringan akibat serangan ROS dikenal dengan stress oxidatif, sedangkan faktor yang dapat melindungi jaringan terhadap ROS disebut antioksidan. Peningkatan kadar ROS dalam tubuh akan direspon dengan memproduksi enzim glutathione synthetase untuk menetralkan ROS. Produk metabolisme intraseluler, seperti glutathione (GSH) dan protein pengikat logam, yang berlimpah bermanfaat untuk berikatan dengan logam berat sebagai mekanisme detoksifikasi.

GSH memainkan peranan penting dalam banyak proses detoksifikasi seluler xenobiotik dan logam berat. Sintesis glutathione (GSH) melalui dua langkah proses enzimatik yang membutuhkan ATP (Noctor, et al., 1998). Tahap pertama L-glutamate dan L-cystein dikonjugasi oleh enzim γ-glutamylcysteine synthetase dengan menggunakan energi ATP dan kemudian menghasilkan γ-glutamylcysteine (γ-EC). Konjugasi GSH dengan molekul diatur oleh glutathione-S-transferase. Konjugat tersebut kemudian diangkut ke vakuola dan melindungi sel mereka dari efek berbahaya. Tahap kedua dikatalis oleh glutathione synthetase, yang

(6)

menambahkan glisin pada γ-glutamylcysteine untuk membentuk

γ-glutamylcysteinylglycine atau GSH. Glutathione telah terbukti bertindak sebagai

pengatur ekspresi gen. Glutathione juga bertindak sebagai prekursor phytochelatins, yang mengikat konsentrasi logam berat secara optimal dan merupakan substrat bagi

glutathione-S-transferase untuk mengkatalis konjugasi GSH dengan polutan

xenobiotic. GSH memainkan peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap stress oksidatif.

Proses selanjutnya adalah translokasi logam dari akar ke tajuk yang diangkut melalui jaringan pengangkut. Logam diikat oleh molekul khelat untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan. Hidayati (2014) menguatkan pernyataan tersebut bahwa translokasi ini dikendalikan oleh pergerakan ion ke xilem. Hal ini juga mengindikasikan adanya sistem translokasi logam dari akar ke tajuk yang efisien. Pada proses penyerapan akar, tanaman biasanya melakukan perubahan pH. Notodarmojo (2005:433) menjelaskan bahwa penurunan pH menyebabkan terjadinya mobilisasi logam krom (Cr). Tanaman kemudian akan membentuk suatu zat khelat. Logam berat krom tersebut kemudian dapat diserap oleh akar melalui ikatannya dengan zat khelat. Zat khelat disintesis dan dilepaskan oleh tanaman pada saat kondisi stress seperti kekurangan nutrisi untuk mengikat logam yang dibutuhkan. Logam berat yang masuk dalam tubuh tumbuhan mampu bersaing untuk berikatan dengan fitosiderofor untuk kemudian diangkut dari akar menuju organ lainnya (Agustin, 2014). Mekanisme perpindahan logam dari larutan ke akar terjadi melalui beberapa proses, seperti yang dijelaskan Sune, et al. (2007) bahwa pengendapan krom pada Pistia stratiotes diinduksi oleh akar dengan memindahkan logam dari larutan melalui proses penyerapan dengan mengekskresi zat khelat. Jadi ketika krom memasuki tumbuhan, maka logam krom akan menyebabkan peningkatan produksi GSH yang berlebih untuk mempertahankan metabolisme sel dalam tanaman.

Pistia stratiotes juga melindungi dirinya dari stress dan efek kelebihan logam

berat secara morfologis dengan meningkatkan lignifikasi di jaringan akar yang dapat membatasi jalannya logam di jalur apoplas dan simplas serta translokasi dari akar ke batang. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pertahanan diri tumbuhan agar logam berat yang sudah masuk tidak terlalu banyak masuk ke organ lainnya, sehingga metabolisme selnya dapat berjalan normal. Kemampuan tersebut yang dapat membantu Pistia stratiotes menurunkan kadar krom di air limbah dan bertahan dalam kondisi stress.

Hasil uji lanjut duncan yang lain menunjukkan bahwa jenis gulma air yang paling efektif terhadap penyerapan kadar krom dalam air limbah adalah Salvinia

natans dengan nilai sebesar 4,43850 mg/L, karena perlakuan Salvinia natans berbeda

nyata dengan 2 perlakuan lainnya, yaitu perlakuan Eicchornia crassipes dan Pistia

stratiotes. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan anatomi dan mekanisme

penyerapan yang dimiliki oleh masing-masing gulma air tersebut. Kemungkinan lain disebabkan oleh Salvinia natans yang digunakan dalam pengukuran kadar krom total sebelum perlakuan tidak sama dengan Salvinia natans yang digunakan dalam pengujian sampel di laboratorium setelah perlakuan 15 hari. Namun memang dalam penelitian Thilakar et al. (2012) dijelaskan bahwa penyerapan kromium oleh Salvinia

natans menunjukkan akumulasi lebih baik daripada Pistia stratiotes. Sedangkan

kemampuan yang dimiliki Pistia stratiotes adalah memecah krom menjadi partikel yang tidak membahayakan bagi tumbuhan dan kemampuannya membentuk fitokelat

(7)

yang mampu mengikat logam berat sehingga menghilangkan efek toksiknya untuk kemudian menyimpannya dalam vakuola.

KESIMPULAN

1. Jenis gulma air (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes dan Salvinia natans) berpengaruh terhadap penurunan kadar krom total dalam air limbah penyamakan kulit dan penyerapan kadar krom total dalam organ tanaman.

2. Pistia stratiotes merupakan jenis gulma air yang paling efektif dalam menurunkan kadar krom total dalam air limbah penyamakan kulit dengan nilai rerata paling kecil sebesar 0,12975 mg/L dan Salvinia natans merupakan jenis gulma air yang paling efektif menyerap kadar krom total dalam organ tanaman dengan nilai krom sebesar 4,43850 mg/L yang berbeda nyata dengan perlakuan Eicchhornia crassipes dan perlakuan Pistia stratiotes.

DAFTAR RUJUKAN

Agustin, H.Y. 2014. Analisis Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan eceng Gondok

(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) untuk Fitoremediasi Limbah Cair di Sungai Badeg Kecamatan Sukun, Malang Sebagai Buku Ajar Matakuliah Pencemaran Lingkungan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca

Sarjana Universitas Negeri Malang.

Hidayati, N. 2013. Mekanisme Fisiologis Tumbuhan Hiperakumulator Logam Berat. Jurnal Teknik Lingkungan, 14(2): 75-82, (Online), (http://limnologi.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyI d/2285/02_Mekanisme_Fisiologis_Tumbuhan_Hiperakumulator_Logam_Ber at.pdf), diakses pada 03 Desember 2014.

Mariska, D.C. 2010. Pengolahan Limbah Cair pada PT. Kasin Malang

Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja Lapang tidak diterbitkan. Malang:

Universitas Brawijaya.

Mishra, V.K. dan Tripathi, B.D. 2008. Concurrent Removal and Accumulation of Heavy Metals by The Three Aquatic Macrophytes. Bioresour Technol.,

99(1): 7091-7097. (Online),

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18296043/?report=abstract&format=te xt), diakses pada 22 Juni 2015.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noctor, G., Arisi, A.C.M., Jouanin, L., Kunert, K.J., Rennenberg, H., dan Foyer, C.H. 1998. Glutathione: biosynthesis, metabolism and relationship to stress tolerance explored in transformed plants. Journal of Experimental Botany,

49(321): 623-647. (Online),

(http://jxb.oxfordjournals.org/content/49/321/623.full.pdf), diakses pada 07 Juli 2015.

(8)

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Pusat Jaringan

Dokumentasi dan Informasi Hukum Provinsi Jawa Timur. (Online), (http://blh.jatimprov.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downl oad&gid=540&Itemid=156), diakses pada 21 Mei 2015.

Prajapati, S.K., Meravi, N., dan Singh, S. 2012. Phytoremediation of Chromium and Cobalt using Pistia stratiotes: A Sustainable Approach. Proceedings of

The International Academy of Ecology and Environmental Sciences, 2(2):

136-138. (Online),

(http://www.iaees.org/publications/journals/piaees/articles/2012-2(2)/phytoremediation-of-chromium-and-cobalt.pdf), diakses pada 22 Juni 2015.

Puspita, U. R., Siregar, A. S., dan Hidayati, N. Vita. 2011. Kemampuan

Tumbuhan Air Sebagai Agen Fitoremediator Logam Berat Kromium (Cr) yang terdapat Pada Limbah Cair Industri Batik. Berkala Perikanan Terubuk,

39 (1): 58-64, ISSN 0126-4265. (Online),

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=31782&val=2275&title ), diakses 23 Agustus 2014.

Sugiyanto, T., Darussalam, M., dan Nurhidayat N. 1991. Pemanfaatan Gulma Air

untuk Menanggulangi Pencemaran Limbah Aktif Cr-51. Makalah disajikan

pada Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains dan Teknologi menuju Era Tinggal Landas, Bandung, 8-10 Oktober 1991.

PPTN-BATAN. (Online).

(http://digilib.batan.go.id/e-prosiding/File%20Prosiding/Energi/PPTN_91/Reak_Nuk_PPTN_91/T_Sugiy anto_291.pdf), diakses 23 Agustus 2014.

Sune, N., Sanchez, G., Caffaratti, S., dan Maine, M.A. 2007. Cadmium and

Chromium Removal Kinetics from Solution by Two Aquatic Macrophytes.

Environ Pollut., 145(2):467-473. (Online),

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16815611/?report=abstract&format=te xt), diakses pada 22 Juni 2015.

Thilakar, R.J., Rathi, J. dan Pillai P.M. 2012. Phytoaccumulation of Chromium and Copper by Pistia stratiotes L. and Salvinia natans (L.) All. J. Nat. Prod.

Plant Resour., 2(6): 725-730. (Online),

(http://scholarsresearchlibrary.com/JNPPR-vol2-iss6/JNPPR-2012-2-6-725-730.pdf), diakses pada 13 September 2014.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Percobaan Penelitian
Tabel 4.1 Hasil Uji Anava Data Kadar Krom Total dalam Air Limbah Sebagai Media Tanam     Gulma Air
Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Duncan sig 5% Data Kadar Krom Total dalam Air Limbah Sebagai     Media Tanam Gulma Air

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teori uses and gratifications terdapat pula unsur motif untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya.Motif tersebut menjadikan khalayak menggunakan media untuk mencari kepuasan

1. Olah tanah konserv asi merupakan olah tanah yag mampu melestarikan baik fisik, biologis, maupun kimia tanah. System olah tanah konservasi dapat dijadikan sebagai

SSO, sistem informasi penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia, gudang bahan baku, dan gudang barang jadi termasuk di bagian Key Operational dikarenakan seluruh

Berdasarkan analisis data hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan tentang data altivitas guru, aktivitas siswa yang menunjukan adanya peningkatan pada setiap pertemuan,

Berdasarkan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Undang Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Yang termasuk dengan kotoran ialah kotoran yang keluar dari manusia atau khewan, baik yang tidak larut maupun yang larut dalam air, begitu juga termasuk

produksi akan diberikan oleh divisi PPC (Production Planning Control) berupa jumlah komponen yang akan diperlukan, dalam divisi produksi juga wajib untuk memiliki Planning