• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri Penyamakan Kulit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri Penyamakan Kulit"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri

Penyamakan Kulit

Sri Sutyasmi*

Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik, Jl Sokonandi 9,Yogyakarta 55166, Indonesia *Penulis korespondensi: Telp. +62 274 512929; 563939 – Fax +62 274 563655

E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRAK

Limbah shaving dihasilkan oleh industri Penyamakan kulit yang berupa serutan kulit tersamak yang mengandung krom. Limbah padat ini mempunyai volume yang sangat besar, sekitar 99 -100 kg setiap ton kulit garaman yang diproses, limbah ini sangat ringan dan tidak mudah terdegradasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menangani masalah limbah shaving dari industri penyamakan kulit yang banyak mengandung krom dan pemanfaatan dari hasil hidrolisa limbah shaving tersebut. Penanganan limbah shaving yang paling tepat dan sederhana serta bisa dimanfaatkan adalah dengan hidrolisa menggunakan alkali (NaOH) dengan variasi NaOH 1,5%, 2,5% dan 3,5%. Perbandingan alkali dan limbah shaving untuk hidrolisa adalah 5 : 1. Hasil hidrolisa dipisahkan antara protein kolagen dan krom dengan cara penyaringan. Limbah shaving sebelum dihidrolisa diuji kadar air, kadar protein dan kadar krom. Sedangkan protein kolagen diuji viscositas, kadar protein dan kadar krom. Protein kolagen bisa dimanfaatkan untuk industri yang menggunakan protein kolagen sedangkan krom bisa dimanfaatkan untuk penyamakan kulit dengan direcovery terlebih dahulu.

(2)

Hydrolysis is an Alternative for the Treatment of the Shaving

Waste on Tanning Industry

Sri Sutyasmi*

Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik, Jl Sokonandi 9,Yogyakarta 55166, Indonesia *Coresponding author: Telp. +62 274 512929; 563939 – Fax +62 274 563655

E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRACT

Shaving wastes are produced by the leather tanning industry in the form of chrome-tanned leather shavings. This solid waste has a very large volume, about 99 -100 kg per ton of processed salt skin, this waste is very light and not easily degraded. The aim of this research is to deal with the waste shavings problem of the chrome-containing tannery industry and the utilization of the shaving waste hydrolysis results. The most appropriate and simple shaving waste treatment can be utilized is by using alkali (NaOH) hydrolysis with 1.5%, 2.5% and 3.5% NaOH variations. The ratio of alkali and waste shavings to hydrolysis is 5 : 1. The hydrolysis results are separated between collagen proteins and chromium with filtering. Shaving waste tests before hydrolysis included water content, protein content and chromium content. Collagen proteins were tested for viscosity, protein content and chromium content. Collagen proteins can be used for industries that use collagen proteins while chromium can be used for tannery with first recovered.

(3)

PENDAHULUAN

Pada pembuatan kulit jadi dengan bahan baku satu ton kulit mentah sapi akan menghasilkan limbah padat 70 – 230 kg fleshing, 120 kg trimming kulit mentah 115 kg split wet blue, 100 kg trimming + shaving wet blue dan 2 kg debu buffing (Sutyasmi, 2010). Limbah shaving adalah serutan kulit tersamak yang merupakan limbah padat industri penyamakan kulit yang mengandung krom, sehingga sulit terdegradasi, tahan terhadap perlakuan fisik, kimia dan mikrobiologi (Sutyasmi, 2010). Limbah padat ini volumenya sangat besar yaitu sekitar 99 - 100 kg setiap ton kulit yang diproses dan juga ringan sehingga mempunyai volume yang sangat besar. Limbah

shaving ini kebanyakan belum ditangani, hanya dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Penanganan yang paling tepat dan sederhana adalah dengan hidrolisa limbah shaving. Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide (Fredrick, et al.,2013).

Kolagen merupakan material yang mempunyai kekuatan rentang dan struktur yang

berbentuk serat. Protein jenis ini banyak terdapat dalam vertebrata tingkat tinggi. Hampir

sepertiga protein dalam tubuh vertebrata berada sebagai kolagen (Katili, 2009) . Karena adanya sejumlah besar rantai samping yang hidrofil (suka air) dalam gelatin, maka dalam larutan air

membentuk suatu jaringan tidak teratur (Sharaf, at al, 2013). Dengan demikian kolagen termasuk

sebagai jaringan pengikat berkolagen terdiri dari serat. Struktur ini selanjutnya tersusun atas fibril kolagen yang nampak seperti garis melintang.

Protein serabut (fibrous protein) terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun memanjang dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol (Tahiri and M..De La Guardea, (2009)

Isolasi pemisahan protein kolgen dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yaitu dengan metode thermohidrolisis, hidrolisa secara asam, hidrolisa secara alkali, dan hidrolisa secara ensimatis. Cincin utama serabut kolagen dihubungkan oleh ikatan asilamid, yang dapat dihidrolisa pada suhu yang tinggi untuk mendapatkan protein kolagen yang dapat larut, tanpa aksi katalisis dari asam, basa maupun ensim maka hidrolisa dari ikatan asilamid kolagen akan berjalan lambat, dan ini akan sangat sulit apabila kolagen diikat kuat oleh bahan penyamak. (Ziwen, D, 2008). Sehingga limbah shaving yang sudah tersamak akan sulit terhidrolisa apabila tidak ada aksi katalis.

(4)

Catalina, at al, 2008 mengatakan bahwa ikatan asilamide dari jaringan kolagen mudah dihidrolisa dengan alkali pada suhu tinggi, alkali akan dinetralisir oleh karboksil kolagen yang baru dihasilkan dari kerusakan asilamide kolagen, sehingga alkali akan dikeluarkan pada saat hidrolisa berlangsung. Hidrolisa jaringan kolagen secara alkali jauh lebih mudah dan lebih sempurna dari pada pirolisis yang disebabkan oleh katalis alkali pada saat yang sama berat molekul dari protein kolagen yang terisolasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan protein yang dihasilkan oleh pirolisis yang diakibatkan oleh hidrolisa dengan alkali (Pati, at al, 2014). Komponen kolagen dihidrolisa dari limbah kulit dengan alkali dan akan larut dalam larutan air, tetapi garam krom dalam limbah kulit tetap tidak akan larut dalam kondisi alkali, sehingga diperlukan pemisahan protein kolagen dan garam krom (Hintermeyer.2008, Kanagaraj, at al, 2015).

Protein kolagen hasil dari hidrolisa secara alkali tergantung dari jenis dan jumlah alkali, suhu dan waktu. Kandungan krom, kadar abu dan berat molekul juga tergantung pada jenis dan jumlah alkali, suhu dan waktu hidrolisa (Odbaby, 2011, Jiang, at al, 2016,). Tujuan dari penelitian ini adalah menangani limbah shaving yang mengandung krom dan bisa memperoleh bahan baku untuk industri yang lain serta melindungi sumber daya tanah dan air.

BAHAN DAN METODE Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah shaving dari industri penyamakan kulit, bahan untuk hidrolisa yaitu NaOH, asam sulfat, kertas saring, pH dan bahan untuk pengawetan hasil hidrolisa protein kolagen yaitu formalin.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah waterbath untuk pemanasan, alat-alat gelas (beker glass), pengaduk, saringan alat bantu plastik untuk wadah hasil hidrolisa.

Metode

Limbah shaving sebanyak 200g dihidrolisa dengan NaOH dengan variasi konsentrasi 1,5%, 2,5% dan 3,5%. Perbandingan antara larutan NaOH dan Limbah shaving adalah 5:1. Sehingga limbah shaving 200g dimasukkan dalam larutan NaOH 1000 ml, dengan variasi seperti yang telah disebutkan diatas. Campuran larutan ini dihidrolisa dengan suhu 90C, selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Selanjutnya dipisahkan antara protein kolagen dan krom dengan cara penyaringan. Hasil pemisahan protein kolagen dan krom dapat dimanfaatkan untuk panyamakan kulit. Protein kolagen bisa digunakan untuk binder protein pada finishing kulit sedangkan krom hasil saringan dapat direcovery dan digunakan untuk menyamak kulit.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Limbah shaving

Hasil uji limbah shaving sebelum dihidrolisa adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji limbah shaving sebelum dihidrolisa

No Parameter Uji Hasil Uji Ulangan Rata-rata

1 Kadar Air,% 44,50 44,76 44,63 2 Kadar Krom, ppm 23468 22874 23171 3 Kadar Protein,% 53,30 53, 78 53,5

Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kadar air adalah 44,63%, kadar krom adalah 23171 ppm dan kadar protein adalah 53,54%. Ini membuktikan bahwa kadar krom dan kadar protein masuh tinggi dan bisa dimanfaatkan. Untuk itu perlu dihidrolisa dan dipisahkan antara krom dan protein kolagen agar masing-masing bisa dimanfaatkan. Pemisahan hasil hidrolisa limbah

shaving ini menggunakan penyaringan dengan kertas saring.

Hasil Uji Hasil Hidrolisa Limbah Shaving (Potein Kolagen)

Hasil uji hidrolisa Limbah shaving dari industri penyamakan kulit ini bisa juga disebut dengan protein kolagen, sedangkan krom yang telah dipisahkan dari protein kolagen dapat direcovery dan digunakan untuk menyamak kulit. Hasil uji protein kolagen dapat dilihat pada Grafik berikut ini.

Hidrolisa yang dilakukan terhadap limbah shaving adalah divariasi waktu yaitu 1 jam, 2 jam dan 3 jam dan variasi konsentrasi NaOH yaitu 1,5%, 2,5% dan 3,5% . Berikut adalah data atau grafik hasil uji dari protein kolagen. Grafik hasil uji Protein Kolagen dengan waktu hidrolisa 1 jam, 2 jam dan 3 jam dapat dilihat pada gambar berikut.

(6)

Gambar 1. Hasil uji protein dari hasil hidrolisa protein kolagen

Grafik hasil uji Protein dengan waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 1,5% menunjukkan bahwa kadar protein adalah 4,12%. Sedangkan pada waktu Hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi yang sama yaitu 1,5% NaOH, maka terlihat ada sedikit kenaikan kadar protein yaitu 6,13%. Pada waktu hidrolisa 3 Jam dan konsentrasi NaOH 1,5% kadar protein terlihat tinggi yaitu 15,88%. Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan waktu hidrolisa akan menambah kadar protein, dan waktu hidrolisa 3 jam diperoleh kadar protein yang paling tinggi karena pada waktu hidrolisa 3 jam maka watu hidrolisa sempurna dan pada waktu konsentrasi NaOH 1,5%.

Pada konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 1 jam maka pada grafik terlihat bahwa kadar protein yang diperoleh adalah 5,63%, ini berarti juga ada kenaikan pada konsentrasi NaOH yang digunakan, dari 4,12% (konsentrasi NaOH 1,5%) menjadi 5,63% (konsentrasi NaOH 2,5% NaOH). Dengan demikian dengan bertambahnya konsentrasi NaOH maka kadar protein bertambah. Sedangkan dengan waktu hidrolisa 2 jam dan konsentrasi NaOH 2,5% terlihat pada grafik ada kenaikan kadar protein yaitu dari 5,63% menjadi 6,11% berarti ada kenaikan kadar protein sebesar 0,48%. Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 2 jam sudah terjadi hidrolisa yang sempurna sehingga dengan bertambahnya waktu hidrolisa maka kadar protein juga bertambah. Pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrsasi NaOH masih 2,5% hidrolisa makin sempurna, sehingga ada kenaikan kadar protein sebesar 3,67%. Pada konsentrasi NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 1 jam terlihat pada grafik bahwa kadar protein pada waktu hidrolisa 1 jam terlihat

1 jam; 1,5; 4,12 1 jam; 2,5; 5,63 1 jam; 3,5; 65,99 2 jam; 1,5; 6,13 2 jam; 2,5; 6,11 2 jam; 3,5; 6,17 3 jam; 1,5; 15,88 3 jam; 2,5; 14,78 3 jam; 3,5; 13,09 K ad ar P rot e in ( % ) Konsentrasi NaOH (%)

Grafik Hasil Uji Protein berdasarkan waktu Hidrolisa dan konsentrasi NaOH

1 jam 2 jam 3 jam

(7)

tinggi (65,99) karena hidrolisa cukup optimum. Namun pada waktu hidrolisa 2 jam kenaikan kadar protein dari konsentrasi NaOh 2,5% menjadi konsentrasi 3,5% hanya ada sedikit kenaikan kasdar protein yaitu dari 6,11% menjadi 6,17. Waktu hidrolisa 1 jam, 2 jam dan 3 jaam pada grafik terlihat bahwa ada sedikit penurunan dari kadar protein dari konsentrasi 1,5% NaOH (15,88) menjadi konsentrasi 2,5% NaOH (14,78) dan konsentrasi 3,5% waktu hidrolisa 3 jam terjadi penurunan kadar protein. Hal ini kemungkinan karena dengan bertambahnya waktu hidrolisa dan konsentarsi NaOH tidak akan menambah kadar protein yang dihasilkan karena hidrolisa sudah optimum. jadi penambahan waktu hidrolisa dan konsentrasi NaOH tidak menabbah kadar protein tetapi malah menurunkan karena hidrolisa sudah maksimum. Untuk mengetahui kekentalan dari larutan hasil hidrolisa limbah shaving, selanjutnya diuji viskositas dari larutan. Hasil uji viskositas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Hasil uji viskositas dari hasil hidrolisa protein kolagen

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 1,5% diperoleh viskositas dari larutan adalah 3,42 cp, waktu hidrolisa 2 jam adalah 4,35 cp dan waktu hidrolisa 3 jam adalah 18,2 cp, Hal ini berarti dengan adanya kenaikan waktu hidrolisa pada konsentrasi yang sama yaitu 1,5% NaOH vikositas semakin bertambah. Pada konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 2 jam viskositas mempunyai nilai 14,1 cp dan pada waktu hidrolisa 2 jam dan konsentrasi sama yaitu 2,5% viskositas naik menjadi 42,10 cp. Pada waktu hidrolisa 3 jam viskositas turun menjadi 5,25. Hal ini membuktikan bahwa pada konsentrasi NaOH 2,5%, dan waktu hidrolisa 2 jam diperoleh viskositas paling tinggi yaitu 42,10 cp.

1 jam; 1,5; 3,42 1 jam; 2,5; 14,1 1 jam; 3,5; 8,5 2 jam; 1,5; 4,35 2 jam; 2,5; 42,10 2 jam; 3,5; 52,32 3 jam; 1,5; 18,2 3 jam; 2,5; 5,25 3 jam; 3,5; 4,4 V isko si ta s (cp ) Konsentrasi NaOH (%)

Grafik Hasil Uji Viscositas berdasarkan Waktu Hidrolisa dan Konsentrasi NaOH

1 jam 2 jam 3 jam

(8)

Pada konsentrasi NaOH 3,5%, waktu hidrolisa 1 jam nilai viscositas 8,5 cp dan pada waktu hidrolisa 2 jam viskositas mencapai nilai tertinggi yaitu 52,32. Namun pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrasi NaOH 3,5% viskositas menurun menjadi 4,4cp. Apabila dilihat dari waktu hidrolisa 1 jam maka viscositas tertinggi adalah pada konsentrasi NaOH 2,5%. Dan apabila dilihat dari waktu hidrolisa 2 jam maka viskositas semakin naik dan tertinggi pada konsentrasi NaOH 3,5% dengan nilai 52,32 cp. Ini berarti bahwa dengan waktu hidrolisa 2 jam nilai viskositas cenderung naik. Pada waktu hidrolisa 3 jam nilai viskositas semakin menurun. Hal ini kemungkinan karena waktu hidrolisa 3jam sudah tidak efektif (terlalu lama sehingga larutan menjadi encer karena hidrolisa terlalu lama.

Untuk mengetahui kadar krom dalam larutan hasil hidrolisa atau protein kolagen diuji kadar krom dalam larutan protein kolagen. Hasil uji dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Hasil uji kadar krom dalam larutan hasil hidrolisa (protein kolagen)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 1,5% diperoleh kadar krom dalam larutan adalah 59,16 ppm. Dan pada waktu hidrolisa 2 jam dan konsentrasi NaOH yang sama yaitu 1,5% kadar krom lebih tinggi yaitu 1164,35 ppm. Demikian juga untuk waktu hidrolisa 3 jam dengan konsentrasi yang sama (1,5% NaOH), kadar krom adalah 1154,66 ppm. Hal ini kemungkinan karena dengan waktu hidrolisa 1 jam hidrolisa belum sempurna (untuk konsentrasi NaOH 1,5%. Namun dengan konsentrasi 2 jam dan 3 jam hidrolisa limbah

shaving sudah mendekati sempurna sehingga kadar krom yang diperoleh jauh lebih besar. Pada

konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 1 jam terlihat bahwa kadar krom sedikit naik yaitu dari

1 jam; 1,5; 59,16 1 jam; 2,5; 68,16 1 jam; 3,5; 1174,13 2 jam; 1,5; 1.164,35 2 jam; 2,5; 55,22 2 jam; 3,5; 48,16 3 jam; 1,5; 1154,66 3 jam; 2,5; 58,54 3 jam; 3,5; 59,38 K on sent ra si kr om ( p p m ) Konsentrasi NaOH (%)

Grafik Hasil Uji kadar Krom Berdasarkan Waktu Hidrolisa dan Konsentrasi NaOH

1 jam 2 jam 3 jam

(9)

50,16% menjadi 68,16%, dan waktu hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi 2,5% NaOH adalah 55,22 ppm. Pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrasi NaOH 2,5% maka nilai kadar krom adalah 58,54 ppm (kaar krom sedikit naik dengan konsentrasi NaOH yang sama), Pada waktu hidrolisa 1 jam konsentrasi NaOH 3,5% diperoleh kadar kro tinggi yaitu 1174.13, selanjutnya masi dalam konsentrasi NaOH yang sama yaitu 3,5% waktu hidrolisa 2 jam diperoleh kadar krom yang rendah yaitu 48,16. Selanjutnya pada konsentrasi NaOH yang sama (3,5%) dan waktu hidrokisa 3 jam, naiklagi menjadi 59,38 ppm. Hal ini kemungkinan karena sudah terjadi hidrolisa yang sempurna pada watu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 3,5%. Pada waktu hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi NaOH 3,5%, maka terlihat kadar krom jauh menurun yaitu nilainya 18,16 ppm. Pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrasi NaOH 3,5% maka nilai kadar krom adalah 59,38 ppm. Ini berarti ada kenaikan kadar krom dari waktu hidolisa 2 jam, yang semula 18,16 ppm menjadi 59,38 ppm. Hal ini kemungkinan karena penambahan konsentrasi NaOH (3,5%) sehingga hidrolisa sangat sempuna dan efektif, walaupun waktu hidrolisa hanya 1 jam.

Apabila dilihat dari waktu hidrolisa maka kadar krom dengan waktu hidrolisa 1 jam ada kecenderungan semakin tinggi konsentrasi NaOH maka kadar krom semakin tinggi. Sedangkan pada wakktu hidrolisa 2 jam maka semakin tinggi konsentrasi NaOH kadar krom akan semakin turun. Untuk waktu Hidrolisa 3 jam maka terlihat bahwa pada konsentrasi 2,5% NaOH kadar krom sedikit menurun dengan nilai 55,22 ppm, dan pada konsentrasi 3,5% kadar krom sedikit naik dengan nilai kadar krom adalah 59,38 ppm . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada waktu hidrolisa 1 jam dengan penambahan konsentrasi NaOH kadar krom akan naik/meningkat,waktu hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi NaOH, kadar krom turun dan waktu hidrolisa 3 jam dengan kenaikan konsentrasi NaOH kadar krom juga turun.

Hasil Uji SEM/Morfologi Protein Kolagen

Hasil Uji morfologi kulit yang kami uji adalah hanya salah satu yaitu pada konsentrasi NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 1 jam karena pada waktu hidrolisa dan konsentrasi ini kadar protein yang dihasilkan adalah paling tinggi. Hasil uji SEM/morfologi protein kolagen hasil hidrolisa dapat dilihat pada gambar berikut:

(10)

Gambar 4. Morfologi protein kolagen

Morfologi Potein Kolagen yang bisa dimanfaatkan untuk binder Protein dengan NaOH 3,5% dan waktu 1 jam dengan perbesaran 1000 kali dapat dilihat pada Gambar 4. Dilihat dari morfologi dari protein kolagen tersebut maka terlihat bahwa protein ini belum tercampur sempurna (belum homogen) sehingga masih perlu dilanjutkan penelitian nya agar protein tercampur sempurna sehingga bila digunakan untuk binder protein akan lebih baik dan merata. Hal ini kemungkinan karena kurang pengadukan.

KESIMPULAN

Limbah Shavings Industri Penyamakan Kulit dapat ditangani dengan Hidrolisa. Hasil hidrolisa limbah shavings dapat ditangani dengan baik. Protein kolagen hasil hidolisa limbah

shavings dapat dimanfaatkan. Hasil uji protein kolagen yang tertinggi adalah pada konsentrasi

NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 1 jam. Sedangkan viskositas dari protein kolagen tertinggi adalah pada konsentrasi NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 2 jam. Kadar krom terendah adalah pada konsentrasi NaOH 2,5% dan watu hidrolisa 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil Uji morfologi dari protein kolagen menunjukkan kurang homogen.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang telah memberi kepercayaan dan dana untuk melakukan penelitian, serta kepada semua team pokja 1866.001.011D yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Catalina, M., Attenburrow, G., Cot, J., Covington, A. D., & Antunes, A.P.M. (2008). Isolation and characterization of gelatin obtained from chrome-tanned shavings, British School of Leather Technology, The University of Northampton; Boughton Green read; Northampton, NN2 7AL, United Kingdom. Consejo Superior de investigaciones Cientificas (CSIC); C/ Jordi Girona, 18-26, Barcelona 08034, Spain

Fredrick, W. S., Kumar, V. S., & Ravichandran, S. (2013). Protein analysis of the crab haemolymph collected from the trash. International journal of pharmacy and pharmaceutical sciences,

5(4), 304-308.

Hintermeyer, H. (2008). Separation of the chromium (III) present in tanning waste water by means of precipitation, reverse osmosis and adsotion. Journal of American applied research, 38, 63-71.

Kanagaraj, J., Senthilvelan, T., Panda, R.C., & Kavitha, S. (2015). Eco-friendly Waste Management Strategies for Greener Environment towards Sustainable Development in Leather Industry: A comprehensive Review. Journal of Cleaner Production, 89(2015), 1 -17. http://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.11.013

Katili A.S. (2009). Struktur dan Fungsi Protein kolagen, Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5), 19 – 29.

Odbaby, A. (2011). Waste from leather to the environment. J. Technical Transaction, 98, 43-48. Pati, A., R Chaudhary, S Subramani, 2014, A review on management of chrome-tanned leather

shavings: A holistic paradigm to combat the environmental issues, Environmental Science and Pollution Research, 21(19), 11266–11282.

Sharaf, S.A.A., Gurashi.A., Gasmelseed, & Musa, A. E. (2013). Extraction of Chromium Six from Chrome Shavings, Journal of forest products & industries, 2(2), 21-26

Sutyasmi, S. (2010), Pemisahan Protein Kollagen dalam Limbah shaving Industri Penyamakan Kulit, Prosiding workshop nasional Karya Tulis Ilmiah Journal Riset Industri, 137 – 146 Tahiri, M.. & De La Guardea. (2009), Treatment and Valorization of leather industry Solid wastes,

A Review. American Leather Chemists Association, 104(2), 52- 57.

Zhiwen, D., (2008). Leather waste resuse technology. Developing Countries Trainning Course on Eco-Leather Manufacture Technology, Chinese Leather and Foorwear Industry Research Institute.

(12)

Gambar

Tabel 1.   Hasil Uji limbah shaving sebelum dihidrolisa
Gambar 1.  Hasil uji protein dari hasil hidrolisa protein kolagen
Gambar 2.  Hasil uji viskositas dari hasil hidrolisa protein kolagen
Gambar 3.  Hasil uji kadar krom dalam larutan hasil hidrolisa (protein kolagen)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa untuk pemesanan jumlah tetap (sitem Q), jumlah pemesanan 3 kali rata-rata penggunaan bijih plastik ditambah safety stock merupakan rencana

Mengacu pada problematika diatas, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat forgiveness anak dalam menghadapi perceraian orangtua di

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian terkait pengaruh yang terjadi antar variable dengan judul penelitian “Pengaruh Gaya Hidup, Harga Dan Kemudahan

ollrnr r€qLUrl Ol' 9r trrol wruclcLt rictL!Il !u0Lrop sDds z rd.r

1) Melakukan pengawasan umum terhadap pelaksanaan tugas Kepala SKPD, terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar Isian

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

ia tidak berhenti pada satu titik keberhasilan untuk kemudian menceritakannya kepada setiap orang yang ia jumpai, melainkan melupakan semua sukses pada masa lalu untuk

Yang termasuk dengan kotoran ialah kotoran yang keluar dari manusia atau khewan, baik yang tidak larut maupun yang larut dalam air, begitu juga termasuk