• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni : dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni : dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelelahan Kerja

2.1.1 Teoritis Kelelahan Kerja

Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni :

a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda seperti :

- Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan.

- Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu obyek (layar monitor) – seperti yang dialami oleh operator komputer misalnya – akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

- Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (proses berpikir sebagai contoh). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak.

-Lelah monotonis, adalah sejenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang sangat menjemukan. 8)

(2)

b. Kelelahan kerja (Job Burnout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya, seperti perawatan kesehatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan dan sebagainya. Konsekuensi kelelahan kerja adalah memburuknya hubungan si pekerja dengan rekan kerja lainnya. Suatu studi mengenai kesehatan mental pekerja menemukan bahwa orang-orang yang mengalami perasaan tidak simpatik terhadap kliennya atau konsumen yang dilayaninya juga banyak menceritakan hal-hal buruk tentang kliennya atau konsumen yang dilayaninya kepada rekan kerjanya sehingga menciptakan suatu atmosfir negative di antara satuan kerja tersebut. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja ini juga akan sering tidak masuk kerja dan mengambil waktu istirahat. 8)

c. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. 8)

d. Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, ketrampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan ( Mc Farland, 1972 ).

e. Kelelahan kerja merupakan criteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominannya hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja ( Cameron, 1973 ).

(3)

f. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas terus-menerus ( Anastesi, 1979 ).

2.1.2 Jenis kelelahan Kerja

Kelelahan kerja dibedakan berdasarkan waktu terjadinya kelelahan : a. Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu :

1. Kelelahsn akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

2. Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain.

b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. c. Depresi yang berat, dan lain-lain. 14)

b. Proses dalam otot yang terdiri atas :

1. Kelelahan otot atau kelelahan fisik ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. 9)

2. Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas (Grandjean,1985). Perasaan adanya kelelahan secara umum adalah ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ

(4)

penglihatan (mata), mengantuk, stress(pikiran tegang) dan rasa malas bekerja. 4)

c. Penyebab terjadinya kelelahan :

1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi.

2. Faktor psikologi, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial. 5)

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang bisa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolak ukur yang sering dipakai untuk mengevaluasi tingkatan kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekuensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian, yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh faktor kelelahan saja. 8)

Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan “tantangan”, tidak memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi pekerja rendah. Di sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan atau lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada

(5)

pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri. 10)

Suhu di tempat kerja sangat berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Suma’mur (1993) menyebutkan bahwa suhu nikmat adalah sekitar 24 - 26º C bagi orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris. 10)

Aspek lain yang tak kalah penting adalah penerangan. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. 10)

Faktor individu seperti umur dan jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap timbulnya perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot yang menyebabkan lebih cepat mangalami kelelahan. 11)

Menurut ILO (1983) dan Suma’mur (1993) salah satu faktor penyebab timbulnya kelelahan kerja adalah sifat pekerjaan yang monoton atau kurang bervariasi, keadaan lingkungan kerja (cuaca kerja, penyinaran dan kebisingan), sebab-sebab mental (faktor psikologis), penyakit-penyakit dan gizi. 10)

Selain faktor di atas, faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan

(6)

Silaban (1996) yang menyatakan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift ini nyata lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circadian rhythm (gangguan tidur). 12)

Suma’mur (1993) menyatakan bahwa salah satu penyebab kelelahan kerja adalah lamanya kerja mental dan fisik dan faktor-faktor lain yang telah disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis seperti mengantuk. Dan para pekerja shift rotasi maupun shift permanent sangat potensial mengalami kelelahan tersebut karena metabolisme tubuh terganggu. 10)

Selain hal di atas faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai, dan kerja yang berulang-ulang. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat mengakibatkan seseorang berhenti bekerja. 10)

Sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam sikap posisi kerja yang lain, pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap/posisi kerja akan sangat penting. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan

(7)

kadang-kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau menderita cacat tubuh. 8)

Sikap tubuh dalam bekerja harus memperhatikan :

a. Agar senantiasa diupayakan agar semua pekerjaan dilaksanakan denagn sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.

b. Segala posisi dan sikap tubuh yang tidak alami dihindarkan atau diusahakan agar beban statis sekecil-kecilnya. 7)

2.1.4. Kerja Otot Statis

Otot tersusun dari serat-serat otot yang bekerja dengan jalan mengerut (kontraksi). Otot dapat bekerja secara statis (menetap) dan dinamis (ritmis, berirama). Pada kerja otot statis soatu otot menetap berkontraksi untuk suatu periode waktu secara kontinu, panjang otot tetap dan seolah-olah tidak kelihatan kerja luar, sehingga energi tidak dapat diperhitungkan dari besarnya kekuatan. Kerja statis lebih menyerupai bekerjanya suatu elektromagnet yang bebannya tetap dekalipun harus mempertahankan tingkat energi yang tetap. Sedangkan pada kerja otot dinamis, kerutan dan pengenduran suatu otot terjadi silih berganti, energi kerja hasil perkalian diantara selisih panjang otot sebelum dan pada keadaan maksimum kontraksi dengan besarnya kekuatan.

Keadaan peredaran darah berbeda pada kerja otot statis dan dinamis. Dalam otot yang bekerja statis, pembuluh-pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam otot dan dengan begitu peredaran darah dalam otot itu menjadi berkurang. Sebaliknya, otot yang berkontraksi dinamis berlaku sebagai suatu pompa bagi peredaran darah. Kerutan disertai pemompaan darah keluar otot,

(8)

pengenduran adalah kesempatan bagi darah untuk masuk ke dalam otot. Jelaslah bahwa otot yang berkontraksi dinamis memperoleh glukosa dan oksigen sehingga kaya akan tenaga dan sisa-sisa metabolisma dibuang segera.

Otot-otot yang berkontraksi statis tidak mendapat glukosa dan oksigen dari darah sehingga harus menggunakan cadangan-cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar melainkan tertimbun. Hal ini mengakibatkan rasa nyeri dan lelah pada otot. Rasa nyeri dan kelelahan ini memaksa untuk menghentikan kerja otot statis. Sebaliknya, kerja otot dinamis dengan irama yang tepat dapat lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot. Sehingga secara fisiologis terbukti bahwa kerja otot statis kurang efisien daripada kerja otot dinamis karena lebih cepat menimbulkan kelelahan. 11)

2.1.5. Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan sering terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. 9)

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak

(9)

terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Secara lebih jelas, penyebab timbulnya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 9)

1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO2, Saerolactic, Phospat dan

sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan

di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cc darah normal akan membawa 1 mm3 glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 % dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7 %.

3. Dalam keadaan normal, jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara sekitar 15 liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O (air) dan CO2 (karbondioksida) agar

(10)

laktat itu sendiri (asam laktat terakumukasi dalam otot atau dalam peredaran darah).

Untuk kelelahan psikologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (Cortex Cerebri) yang bekerja atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh kearah bereaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat sangat terganggu pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. 9)

2.1.6. Akibat Kelelahan

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul, seperti : 9)

1. Menunjukkan pelemahan kegiatan

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat, menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

(11)

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis

Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernafasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat badan.

2.1.7. Pengukuran Kelelahan Kerja

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.

Pengukuran kelelahan kerja terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara objektif dan pengukuran secara subyektif.

Secara obyektif dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja, antara lain : 15)

a. Pengukuran waktu reaksi

Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya :

1. Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan waktu tertentu.

(12)

3. Sentuhan badan dan pemutaran setir. b. Uji hilangnya kelipan ( Flicker Fusion Test )

Dengan kelelahan-kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah, semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Salah satu alat uji kelip adalah buatan sibata. Uji kelipan menunjukkan pula keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

c. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik.

Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisiensinya dapat dinilai seperti : 1. Keseimbangan badan ketika berdiri.

2. Koordinasi mata dan tangan. 3. Uji akomodasi mata dan tangan. 4. Kemampuan tangan dan jari.

Kelelahan kerja akan menurunkan koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik. d. Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi

Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas yang diberikan merupakan pencerminan dari konsentrasi atau daya piker yang baik.

Pengukuran secara subyektif dilakukan dengan menggunakan kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2).

KAUPK2 merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gajala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis, sehingga mereka dating ke poliklinik untuk berobat setelah perasaan ini dialaminya untuk beberapa waktu (Nasution,H.R )

(13)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja ( KAUPK2).

2.2. Hotel

2.2.1. Teoritis Hotel

Ada beberapa teori hotel yakni : 17)

a. Hotel adalah bentuk bangunan yang menyediakan kamar-kamar untuk menginap para tamu, makanan dan minuman, serta fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan, dan dikelola secara professional untuk mendapatkan keuntungan (profit).

b. Hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa akomodasi yang dikelola secara komersial. Di dalam hotel para tamu mendapatkan layanan penginapan, makanan dan minuman, serta fasilitas lainnya.

c. Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan minum (SK Menteri Perhubungan No. Pm. 10/Pw. 301/Phb. 77).

d. Menurut SK Menteri Perhubungan No. 241/II/1970, hotel adalah perusahaan yang menyedikan jasa dalam bentuk akomodasi serta menyediakan hidangan dan fasilitas lainnya di dalam hotel untuk umum yang memenuhi syarat

comfort dan bertujuan komersial dalam jasa tersebut (STP, Bandung,1992:6).

e. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh area bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan/penginapan, makan, minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial (SK Menparpostel No. Km. 34/NK.103/MPPT 87).

(14)

f. Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

g. Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diteriam tanpa adanya perjanjian khusus.

2.2.2. Jenis Hotel

Berdasarkan sistem penetapan tarif kamar (room rate), hotel dibagi menjadi: 17) a. Full American Plan (FAP), yaitu hotel yang menganut sistem di mana harga

kamar termasuk tiga kali makan atau room rate include 3 time meals, yaitu

breakfast (makan pagi), lunch (makan siang), dan dinner (makan malam).

b. Modified American Plan (MAP), yaitu hotel yang menganut sistem di mana harga kamar termasuk makan dua kali atau room rate include 2 time meals, yaitu makan pagi dan makan siang atau makan pagi dan makan malam.

c. Continental Plan (CP), yaitu hotel yang menganut sistem di mana harga kamar termasuk makan pagi atau room rate include breakfast, yang dalam hal ini adalah Continental breakfast.

d. Bermuda Plan, dengan sistem sewa kamar yang sudah termasuk makan pagi ala Amerika (American Breakfast).

e. European Plan, yaitu hotel yang menganut sistem di mana harga kamar tidak termasuk makan (room rate only).

(15)

Menurut jumlah kamar yang tersedia, hotel dibagi menjadi: 17)

a. Hotel kecil, yaitu hotel yang memiliki jumlah kamar paling banyak 25 buah kamar.

b. Hotel menengah, yaitu hotel yang memiliki jumlah kamar antara 25 sampai 100.

c. Hotel sedang, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar antara 100 sampai 300 buah.

d. Hotel besar, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar di atas 300 buah. Menurut areal tugasnya, hotel dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: 17)

a. Bagian depan (front of the house) dikenal dengan nama Front Office (FO), yang dibagi menjadi beberapa seksi, antara lain:

- Reservation - Reception - Operator

- Concierge (Bell Boy) - Information

b. Bagian belakang (back of the house), dikenal juga sebagai Back Office yang dibagi menjadi:

- House Keeping Departement - Food and Beverage Departement - Accounting Departement

- Personnel Departement - Engineering Departement - Purchasing Departement

(16)

- Store Departement - Security Departement

- Linner and Laundry Departement

Tiap-tiap departemen ini masih terbagi lagi menjadi beberapa seksi untuk mendukung kelancaran tugas sehari-hari.

Hotel Patra Dumai, tempat penulis mengadakan penelitian mempunyai enam departemen dan terbagi menjadi beberapa seksi dan subseksi yaitu:

1. Departemen Front Office yang terdiri dari :

a. FO. Supervisor yang bertanggung jawab atas semua penjualan kamar di hotel.

b. FO. Ast. Supervisor yang membantu Supervisor dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

c. Shift Leader FO mempunyai tugas dalam mengkoordinasi pekerja pada setiap shift.

d. Operator bertugas menerima & menyambungkan panggilan telepon dari kamar tamu.

e. Bell Boy mempunyai tugas membantu membawa barang-barang bawaan tamu hotel dan mengantar tamu ke kamar dan membukakan pintu kamar kepada tamu hotel.

f. Receptionist bertugas dalam melayani langsung tamu hotel yang mengianap di hotel.

(17)

2. Departemen House Keeping yang terdiri dari :

a. House Keeping Supervisor bertanggung jawab atas semua kebersihan, kerapian, serta keindahan seluruh area hotel, baik yang berada di luar gedung.

b. House Keeping Ast. Supervisor yang membantu Supervisor dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

c. Shift Leader House Keeping mempunyai tugas dalam mengkoordinasi pekerja pada setiap shift.

d. House Man bertanggung jawab atas semua kebersihan di are hotel.

e. Gardener mempunyai tugas khusus memelihara, menata, dan mengatur semua taman yang ada di are hotel.

f. Room Boy bertugas dalam membersihkan kamar tamu, menjaga kerapian, keindahan, kenyamanan dan kelengkapan kamar-kamar tamu. g. Laundry bertugas dalam mencuci perlengkapan kamar hotel, seperti

sheets; pillow case; blanket; bed cover; towel, dan mencuci pakaian

yang berasal dari para tamu.

h. Mini Bar Clerk mempunyai peranan dalam menyediakan semua kelengkapan peralatan dikamar hotel, seperti handuk, sabun, shampo, pasta gigi, bantal, bed cover.

3. Departemen food and Beverage yang terdiri dari : a. Food and Beverage Service yang terbagi lagi atas :

a. FBS. Supervisor yang bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional kerja yaitu dalam penyajian makanan dan minuman para tamu.

(18)

b. Ast. Supervisor FBS membantu supervisor dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

c. Shift Leader mempunyai tugas dalam mengkoordinasi pekerja pada setiap shift.

d. Waiter bertugas dalam memberikan pelayanan langsung kepada tamu dengan melayani tamu yang akan memesan makanan dan minuman. e. Chasier bertanggung jawab atas semua hasil penjualan makanan dan

minuman di hotel.

b. Food and Beverage Product yang terbagi lagi atas :

a. FBP. Supervisor bertanggung jawab dalam membuat dan mengolah makanan serta menyediakan jenis-jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan hotel untu keperluan para tamu.

b. Ast. Supervisor FBP membantu supervisor dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

c. Cook Helper bertugas dalam mengolah makanan.

d. Shift Leader mempunyai tugas dalam mengkoordinasi pekerja pada setiap shift.

e. Staff Cook membantu cook helper dalam mengolah menu makanan. f. Staff Juicer membuat berbagai macam jenis juice sesuai dengan

keperluan para tamu.

4. Departemen Acctant yang terdiri dari :

a. Ast. Finance bertanggung jawab dalam mengatur keungan di hotel.

b. Purchasing bertugas dalam menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh setiap departemen yang ada di hotel.

(19)

c. Senior Book Keeper bertanggung jawab memeriksa semua laporan keuangan hotel.

d. Book Keeper mempunyai peranan dalam menerima semua penjualan harian untuk dipertanggungjawabkan pada senior book keeper

e. Senior Store bertanggung jawab dalam mengeluarkan barang yang diperlukan oleh setiap departemen.

f. Store Adm. mempunyai tugas mencatat semua penjualan dan pembelian keperluan hotel.

5. Departemen Personnel yang terdiri dari :

a. Security bertugas dalam menjaga keamanan di seluruh area hotel.

b. Driver bertugas dalam mengantarkan pimpinan hotel, misalnya jika ada pertemuan di tempat lain atau kepentingan yang lainnya dan tamu hotel. 6. Departemen Engineering yang terdiri dari :

a. Chief Engineering bertugas dalam memelihara dan memperbaiki peralatan yang ada di hotel jika ada yang rusak.

b. Staff Engineering mempunyai tugas dalam membantu chief engineering dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Kerjasama antar departemen sangatlah penting dikarenakan hubungan kerja antar departemen sangat erat satu dengan yang lain dalam mencapai efisiensi dan kelancaran operasional. Dengan demikian , agar para tamu yang mempergunakan hotel merasa senang, nyaman, serta mendapatkan kepuasan di dalam menerima service selama tinggal di hotel, maka hotel harus dikelola secara professional dan antar departemen harus membina hubungan yang baik untuk menunjang kelancaran tugas sehari-hari.

(20)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian KELELAHAN KERJA Pekerja Hotel :

• Departemen Front Office • Departemen House Keeping • Departemen Food and Beverage • Departemen Acctant

• Departemen Personnel • Departemen Engineering

Referensi

Dokumen terkait

Tebal total perkerasan lentur landas pacu untuk tipe High Strength Bound Base Material diperolah setebal 621 mm, yang terdiri atas 40 mm Marshall Asphalt Surface Course , 60 mm

Untuk itu dalam penelitian ini telah dihasilkan suatu sistem baru yaitu penggunaan gelagar rangka multi konektor, yang fungsinya mengurangi keruwetan tiang perancah

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan modal sosial Kepala Desa dalam pembangunan, baik itu sumber, bentuk, dan implikasi modal sosial bagi pembangunan Desa.

Merujuk pada fakta-fakta di atas, jika dihubungkan dengan konsep perlindungan hukum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pasal Pasal 86 dan pasal 87 UU

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perceived Quality terhadap keputusan pembelian produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(4) Prestasi belajar mata pelajaran produktif, kinerja guru pembimbing dan kinerja pembimbing di industri berhubungan secara positif dan signifikan dengan prestasi

(Perawat pun meninalkan ruanan dan pa%ien mera%a %enan dirawat oleh perawat Mer* walaupun han*a !e!erapa

keuangan, karena selama dua tahun mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp. Beban personalia tersebut, yaitu biaya tenaga kerja,