• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan yang memproduksi pupuk dan bahan kimia, dimana dalam proses distribusi produk maupun bahan baku dilakukan melalui jalur laut. Oleh karena itu pelabuhan merupakan bagian yang sangat penting. Pada tahun 2011 pelabuhan tersebut mampu menangani kegiatan bongkar hingga 3,2 juta ton pertahun dan terus meningkat pada tahun 2012. Namun, dalam proses bongkarnya, sering terjadi penumpukan antrian kapal yang akan bersandar. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang tinggi di pelabuhan tersebut dan menyebabkan antrian kapal. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemilihan alternatif solusi yang diusulkan untuk mengurangi antrian kapal yang terjadi. Untuk mempermudah analisa tersebut, diperlukan suatu metode simulasi. Simulasi yang dilakukan harus terlebih dahulu diverifikasi dan divalidasi sesuai operasional secara riil. Adapun variable yang disimulasikan meliputi pola kedatangan kapal, jenis muatan, jenis kapal, dermaga, kapasitas dan penggunaan fasilitas bongkar pelabuhan yang lain. Software yang digunakan dalam simulasi ini yaitu EXTEND Seri 6. Dari penelitian ini, diperoleh alternatif yang terbaik untuk mengurangi nilai antrian kapal yaitu dengan penambahan dermaga sebesar 260 meter dan menambah kapasitas alat bongkar berupa satu unit Kangaroo Crane yang memiliki nilai investasi sebesar Rp 273,739,393,100. Selain itu biaya demurrage yang dihasilkan kecil dan payback period sebesar 10 tahun.

Kata Kunci— antrian kapal, dermaga, laju pembongkaran,

simulasi.

I. PENDAHULUAN

elabuhan merupakan ujung tombak rantai distribusi dan pemasaran produk serta penentu kelancaran proses produksi pada industri berskala besar. PT Petrokimia Gresik memiliki terminal laut yang dioperasikan untuk kepentingan sendiri atau Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang menunjang aktifitas pembongkaran bahan-bahan baku untuk produksi dan aktifitas muat hasil produksi. PT Petrokimia Gresik memiliki 3 (tiga) dermaga untuk proses bongkar dan 2 (dua) dermaga untuk proses muat

.

Permasalahan yang terjadi di pelabuhan PT Petrokimia Gresik adalah kedatangan kapal yang cukup tinggi dan terjadi antrian kapal akibat dari proses bongkar yang terjadi selama ini masih belum maksimal sehingga masih terjadi keterlambatan dari waktu yang dijadwalkan yaitu sekitar 5 (lima) hari. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya jumlah tambatan dan kapasitas dermaga bongkar. Selain itu dapat pula akibat kapasitas dan jumlah peralatan bongkar yang kurang dan tidak dioptimalkan dengan baik. Hal-hal tersebut menyebabkan kapal yang telah datang di pelabuhan

PT. Petrokimia Gresik harus menunggu untuk berlabuh akibat dari keterlambatan proses bongkar sebelumnya. Antrian kapal untuk berlabuh ini akan mengakibatkan biaya tambahan karena setiap kapal yang terlambat berlabuh akan meminta tambahan biaya (demmurage) yang dihitung banyaknya kapal dan berapa hari lama kapal mengantri.

Penelitian ini bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan di PT Petrokimia Gresik dengan mengaji beberapa alternatif solusi untuk mengurangi antrian kapal dengan menggunakan metode simulasi. Digunakan metode simulasi karena dengan metode ini dapat memodelkan proses riil di lapangan dan dapat memperkirakan terjadinya masalah pada sistem tersebut yang tidak dapat dilakukan dengan metode manual. Alternatif solusi yang diberikan akan dipilih juga berdasarkan analisa biaya investasi yang dilakukan. Permodelan sistem pelabuhan dalam penelitian ini, dimulai dari sistem kedatangan kapal dan kapasitas dermaga yang meliputi fasilitas bongkarnya.

II. URAIAN PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan diagram alir seperti pada gambar 2.1 berikut ini:

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada

Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah

Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi

(Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

Kharolin Alqorni Winjarsih dan Sudiyono Kromodihardjo

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: sudiskr@gmail.com

P

START

Studi lapangan, studi literatur, dan identifikasi masalah yang ada

Perumusan Masalah :

Menentukan alternatif solusi untuk mengurangi antrian kapal dengan penambahan kapasitas dermaga dan kapasitas alat bongkar

Pengumpulan Data:

1. Laporan kegiatan bongkar muat di PT Petrokimia Gresik selama hampir setahun.

2. Layout dermaga

3. Jadwal rencana kedatangan kapal 4. Fasilitas peralatan bongkar dermaga 5. Jenis muatan dan pola kedatangan kapal 6. Data jumlah dan kapasitas peralatan bongkar

Pengolahan Data:

1. Penentuan kapasitas unloading barang dari dermaga 2. Distribusi waktu penggunaan alat bongkar

3. Distribusi kedatangan kapal berdasarkan jenis muatan 4. Distribusi kedatangan kapal berdasarkan wilayah tambatan.

(2)

Gambar 2.1 Diagram alir penelitian yang dilakukan B. Gambaran Umum Proses

Pelabuhan ini memiliki 3 bagian dermaga untuk aktifitas bongkar, yaitu Dermaga A, Dermaga B, Dermaga E yang masing-masing memiliki spesifikasi berbeda menurut jenis muatan, alat bongkar yang tersedia, dll seperti terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Spesifikasi Pelabuhan dan alat bongkar yang dimiliki PT Petrokimia Gresik (Sumber: Pelabuhan PT Petrokimia Gresik)

No. Dermaga Panjang Dermaga

Alat Bongkar 1 Dermaga A 220 meter CSU (Continous Ship

Unloading) Grabber, Hopper 2 Dermaga B 230 meter KC (Kangaroo Crane) 1

KC (Kangaroo Crane) 2 Grabber, Hopper 3 Dermaga E 210 meter Pompa

Sistem Perpipaan Setiap alat bantu bongkar memiliki kapasitas dan fungsi masing-masing sesuai dengan jenis muatan yang dibongkar, yaitu curah kering atau cair. Seperti yang tercantum dalam

tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini:

Tabel 2.2 Kapasitas Peralatan Untuk Muatan Kering yang Digunakan (Sumber: Pelabuhan PT Petrokimia Gresik)

Peralatan Kapasitas Jumlah Continuous Ship Unloading (CSU) 7000 Ton/hari 1 unit Kangaroo Crane (KC) 4200 Ton/hari 2 unit Grabber 8 Ton 6 unit Hopper 8 Ton 3 unit Tabel 2.3 Kapasitas Peralatan Untuk Muatan Cair yang Dimiliki (Sumber: Pelabuhan PT Petrokimia Gresik)

Jenis Muatan Kapasitas Pompa

Jumlah Phosporic Acid 800 Ton/jam Pipa 10” 3 unit

Sulfuric Acid 800 Ton/jam Pipa 6” 2 unit Amonia 800 Ton/jam Pipa 6” 1 unit Gambar 2.2 berikut ini adalah alur proses bongkar kapal bahan baku dan barang dagangan baik curah kering maupun curah cair :

Gambar 2.2 Alur proses bongkar dan pemilihan dermaga berdasarkan jenis muatan yang sudah ada di PT Petrokimia Gresik.

Seperti pada gambar di atas bahwa kapal yang datang membawa jenis muatan yang berbeda. Pada muatan Phospate Rock hanya dapat dibongkar melalui dermaga A saja dengan alat bongkar berupa CSU (Continous Ship Unloader ) dan didistribusikan ke gudang melalui conveyor. Sedangkan untuk muatan curah kering yang lain dapat dibongkar di dermaga B dengan alat bongkar berupa 2 buah KC (Kangaroo Crane), 2 buah Grabber, 2 buah Hopper yang dapat digunakan secara bersamaan dan diangkut dengan truk ke gudang. Kapal yang membawa muatan lain dapat dibongkar di dermaga A dengan alat bantu bongkar 1 buah Grabber dan 1 buah Hopper dan diangkut dengan truk ke gudang jika tidak ada kapal Phospate Rock. Sedangkan untuk kapal dengan muatan cair seperti Phosporic Acid, Sulfuric Acid, dan Ammonia dibongkar hanya di dermaga E saja dengan alat bantu bongkar berupa pompa dan sistem

Pembuatan model simulasi awal

Verifikasi model simulasi awal

Apakah model simulasi sudah sesuai dan bisa

dijalankan?

Validasi model dengan kejadian riil

Model valid?

Running model

Analisa data:

1. Menghitung jumlah kapal yang harus menunggu untuk masuk dermaga dan menghitung kerugian akibat kapal yang harus mengantri.

2. Mengolah beberapa alternatif solusi yang paling optimal untuk meminimalisir antrian kapal

Kesimpulan dan saran

FINISH A YES NO NO YES

Analisa Kelayakan Investasi

Investasi layak?

YES NO

(3)

perpipaan untuk menyalurkan ke gudang.

III. HASIL DAN DISKUSI A. Hasil Simulasi Dari Model Referensi

Setelah memodelkan sistem yang ada maka kemudian dilakukan running model tersebut sesuai yang diinginkan. Model yang sudah merepresentasikan sistem aktual disebut juga sebagai model referensi. Dari hasil simulasi yang dilakukan dengan model referensi yang sudah dibuaut didapatkan hasil berupa jumlah antrian kapal dan waktu tunggu kapal tersebut. Dari hasil simulasi tersebut terlihat bahwa antrian kapal yang akan singgah di pelabuhan tersebut semakin tinggi jumlahnya selama satu tahun.

Adanya antrian kapal yang tinggi ini diikuti dengan waktu tunggu kapal yang juga cenderung lama. Antrian kapal yang tinggi jumlahnya sangat tidak diinginkan. Adanya antrian kapal menunjukkan bahwa waktu singgah atau waktu tambat kapal pada pelabuhan tersebut cukup lama sehingga kapal lain yang datang untuk tambat harus terlebih dahulu mengantri. Dari hasil simulasi model referensi tersebut didapatkan jumlah kapal yang menunggu dan lamanya waktu menunggu kapal untuk sandar, seperti pada tabel 3.1 yang menunjukkan hasil simulasi dari model referensi seperti berikut ini :

Tabel 3.1 Hasil Simulasi Model Referensi Antrian Kapal di Dermaga

B. Model Alternatif 1

Pada alternatif 1 ini lebih menitik beratkan pada penambahan kapasitas dermaga atau sandaran kapal. Dalam hal ini penambahan panjang dermaga dapat dimodelkan dengan menambah lagi dermaga untuk sandar kapal. Gambaran untuk proses ditunjukkan pada gambar 3.1 seperti berikut ini:

Gambar 3.1 Gambaran proses model alternatif 1 setelah ditambahkan dermaga baru

Adanya penambahan dermaga baru tersebut dengan asumsi panjang dermaga tambahannya sama dengan dermaga B untuk proses bongkar curah kering. Hal ini dikarenakan terjadinya antrian kapal yang lebih banyak terjadi pada dermaga untuk bahan baku curah kering.

Pada penambahan dermaga baru ini tidak ditambahkan pula penambahan peralatan bongkar, melainkan dimaksimalkan penggunaan alat bongkar yang sudah dimiliki PT Petrokimia Gresik. Dari penambahan tersebut kapal yang datang membawa bahan baku curah kering dapat sandar di ketiga dermaga tersebut.

Dari hasil simulasi pada model alternatif 1 ini didaptkan hasil seperti yang tercantum pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Simulasi Model Alternatif 1

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai antrian kapal selama satu tahun berkurang setelah dilakukan alternatif 1 ini.

C. Model Alternatif 2

Pada skenario 2 ini lebih menitik beratkan pada penambahan kapasitas alat bongkar. Dalam hal ini penambahan peralatan bongkar seperti KC (Kangaroo Crane). Dengan asumsi kapasitas alat bongkar tersebut sama dengan alat bongkar yang sudah ada. Kapasitas alat bongkar tambahan ini sama dengan yang ada di dermaga B untuk proses bongkar curah kering. Diharapkan dengan adanya penambahan alat bongkar tambahan maka laju pembongkaran yang terjadi menjadi lebih cepat dan waktu sandar kapal juga semakin cepat sehingga kapal yang sudah datang dapat segera sandar tanpa harus mengantri. Gambaran untuk proses ini ditunjukkan pada gambar 3.2 seperti berikut:

Gambar 3.2 Gambaran proses model alternatif 2 setelah penambahan alat bongkar

Penambahan alat bongkar baru ini tanpa disertai dengan penambahan conveyor dan dermaga baru dengan tujuan

(4)

untuk memaksimalkan proses bongkar yang terjadi. Dari simulasi yang dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Hasil Simulasi Model Alternatif 2

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai antrian kapal selama satu tahun berkurang setelah dilakukan alternatif 2 ini.

D. Analisa Biaya

Akibat adanya antrian kapal di pelabuhan tersebut menyebabkan adanya biaya tambahan yang harus dibayar oleh PT Petrokimia Gresik yang dibiasa disebut demurrage. Biaya demurrage itu dikenakan sebesar USD 15000 atau Rp 150.000.000 sejumlah kapal hari.

Dari hasil simulasi pada model referensi diketahui bahwa biaya untuk demurrage dapat dilihat di tabel 3.4 seperti berikut ini:

Tabel 3.4 Total biaya demurrage selama satu tahun pada model referensi

Biaya Demurrage Total Biaya

Demurrage (Rp) Dermaga A dan B (Rp) Dermaga E (Rp) 255.611.000.000 9.557.348.427 265.168.000.000 Setelah dilakukan simulasi dengan alternatif 1 yang dapat menurunkan jumalah antrian kapal dan waktu tunggu kapal selama satu tahun maka nilai biaya demurrage juga berkurang. Hal ini dapat ditunjukkan melalui tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Total biaya demurrage selama satu tahun setelah dilakukan alternatif 1 dengan penambahan dermaga baru

Biaya Demurrage Total Biaya

Demurrage

(Rp) Dermaga A,B dan

Baru (Rp)

Dermaga E (Rp)

11.428.249.847 9.557.348.427 20,985,598,274 Dimana dalam biaya pengembangan dermaga ini sebesar 260 meter modal yang digunakan adalah dengan pinjaman bank, dimana bunga bank sebesar 13%. Dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 271.678.000.000 sesuai dengan total investasi dengan waktu pengembalian selama 10 tahun. Jadi total pengeluaran Pelabuhan PT Petrokimia Gresik untuk membayar pinjaman dan biaya demurrage selama setahun = Rp 48.669.586.470.

Sedangkan setelah dilakukan simulasi dengan alternatif 2

yang juga dapat menurunkan jumalah antrian kapal dan waktu tunggu kapal selama satu tahun maka nilai biaya demurrage juga berkurang. Hal ini dapat ditunjukkan melalui tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Biaya Demurrage Setelah Dilakukan Alternatif 2

Dimana dalam biaya penambahan Kangaroo Crane modal yang digunakan adalah dengan pinjaman bank, dimana bunga bank sebesar 13%. Dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 2,061,393,100 dengan waktu pengembalian selama 10 tahun. Jadi total pengeluaran Pelabuhan PT Petrokimia Gresik untuk membayar pinjaman dan biaya demurrage selama setahun = Rp 59.234.427.310

Dengan demikian maka dipilih alternatif solusi yang pertama karena memiliki nilai biaya yang lebih kecil setiap tahunnya. Selain itu juga alternatif penambahan dermaga ini dapat mengurangi antrian kapal yang lebih banyak selama satu tahun sehingga kegiatan bongkar menjadi lebih cepat.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dari hasil simulasi pada model alternatif skenario 1 dengan penambahan panjang dermaga, diperoleh hasil bahwa antrian kapal menurun hingga mencapai 11 kapal selama satu tahun.

2. Dari hasil simulasi pada model alternatif skenario 2 dengan penambahan kapasitas alat bongkar yaitu 1 unit Kangaroo Crane, diperoleh hasil bahwa antrian kapal menurun hingga mencapai 17 kapal selama satu tahun. 3. Dengan memperpanjang tambatan pada dermaga yang

ada, dapat mengurangi antrian yang terjadi dan dapat menampung lebih banyak kapal yang sandar pada dermaga. Selain itu biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya lebih kecil setelah ditambahkan demurrage yaitu sebesar Rp 48.669.586.470

Untuk pengaplikasian penelitian ini adapun saran yang perlu diperhatikan yaitu antara lain:

1. Untuk pembangunan dermaga baru secara nyata, diperlukan pengecekan kelayakan wilayah pembangunan, apakah dapat dijadikan dermaga atau tida, serta mengurangi resiko kerusakan sebelum umur yang ditetapkan

2. Biaya pembangunan dermaga dapat berubah setiap saat, sehingga sebelum membangun dermaga baru, perlu pengecekan biaya yang terjadi pada saat itu terlebih dahulu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis, K.A.W mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS dan Bapak Sudiyono Kromodihardjo sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir ini. Kepada Bapak Wignya Heri Junaedi dan Ibu Sukarsih selaku orang tua atas doa dan dukungan yang sangat luar

Biaya Demurrage Total Biaya

Demurrage (Rp) Dermaga A dan B (Rp) Dermaga E (Rp) 49.467.022.930 9.557.348.427 59.024.371.350

(5)

biasa. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya, terutama Bapak I Made Arya Djoni selaku dosen wali. Nila, Anne, Lungit, Fina, Rina, Femmy, dan Nining selaku sahabat dan partner Tugas Akhir yang hebat. Teman-teman seperjuangan angkatan M51 dan Taufan Yudhistira yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta doa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Chuanyu Chen. 2006. “Simulation and Optimization of Container Yard Operations: A survey”, Singapore.

[2] Siswadi. 2005. “KajianKinerja Peralatan Bongkar Muat Peti Kemas di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS)”, Semarang

[3] Sabila Fatimah. 2012. “Meningkatkan Kinerja Pelayanan Bongkar Muat Dengan Penambahan Kapasitas Dermaga Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus PT Berlian Jasa Terminal Indonesia)” Surabaya.

[4] D. Petrovic. 2007. “Increasing The Capacity Of Terminal For Bulk Cargo Unloading”, Serbia

[5] Eelco van Asperen, Rommert Dekker, Mark Polman, dan Henk De Swaan Arons. 2003. ”Modeling Ship Arrival in Ports”. Procedings of the 2003 Winter Simulation Conference.

[6] Sargent, R. G. 1998. “Verification and Validation of Simulation Models”. Proceedings of the 1998 Winter Simulation Conference. [7] Law, Averill.M, and W.D Kelton. 2000. “Simulation Modeling and

Analysis”. Cincinnati. Department of Quantitative Analysis and Operation Management. University of Cincinnati

[8] Pujawan, I Nyoman. 2008. “Ekonomi Teknik”. Jakarta. PT. Guna Widya.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram alir penelitian yang dilakukan
Tabel 3.1 Hasil Simulasi Model Referensi Antrian Kapal  di Dermaga
Tabel 3.3 Hasil Simulasi Model Alternatif 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar superoksida dismutase lensa berhubungan dengan peningkatan derajat kekeruhan lensa pada katarak

Itu bisa disebutkan sebagai komunikasi sastra karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya sesuai

DFD memperlihatkan bagaimana aliran informasi dan transformasi data dalam suatu data informasi. DFD dapat digunakan untuk merancang logika sebuah program atau

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Picture and Picture Pada Siswa Kelas 4 SD YPK Aryom Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian tepung azolla terfermentasi dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan pada perlakuan T2,

Menurut Wresniati (1997) variasi bahasa dibedakan berdasarkan: a) pokok pembicaraan, b) media yang digunakan, dan c) hubungan antara pembicara dengan khalayak. Penelitian

Umur suatu batuan erat hubungannya dengan lamanya proses pemanasan berlangsung serta jumlah panas yang diterima batuan induk, sehingga suatu batuan induk yang terletak

Investor yang berinvestasi disuatu perusahaan mempunyai harapan bahwa kekayaan yang ditanam diperusahaan tersebut bisa berkembang.Perusahaan mempunyai kebijakan untuk