• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk mencegah dan mengurangi dampak yang diakibatkan oleh kebakaran. Perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan standar atau peraturan yang telah ditetapkan. Manfaat dari perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan tentang sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Dalam suatu perencanaan sistem proteksi kebakaran suatu gedung, harus memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan ancaman kebakaran pada gedung tersebut. Hasil identifikasi potensi ancaman kebakaran pada suatu gedung, akan menjadi dasar dalam merencanakan suatu sistem proteksi kebakaran yang efektif dan efisien.

Adapun lagkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan sistem proteksi kebakaran pada gedung adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data teknis bangunan gedung yang meliputi, luas bangunan, tinggi bangunan, bahan konstruksi, fungsi gedung, isi gedung dan situasi lingkungan gedung.

b. Mengidentifikasi potensi ancaman kebakaran berdasarkan data teknis yang didapat seperti; bahan mudah terbakar, sistem kelistrikan, peralatan elektronik, kegiatan dapur dan lain-lain.

(2)

c. Menentukan jenis dan type alat proteksi kebakaran yang efektif dan efisien untuk potensi ancaman bahaya kebakaran suatu gedung.

d. Merencanakan pemasangan sistem proteksi kebakaran, yang menentukan posisi titik dan jumlah sesuai standar yang berlaku.

Adapun hasil dari identifikasi potensi ancaman kebakaran pada gedung Kantor PT. Raka Utama antara lain:

a. Lingkungan Bangunan

Lokasi gedung Kantor PT. Raka Utama ini dapat diakses langsung oleh mobil pemadam kebakaran karena letaknya berada pada Jl. Teuku Nyak Arief, Kebayoran Lama dengan pintu masuk yang cukup lebar.

Untuk sumber air hanya mengandalkan dari mobil pemadam kebakaran saja, dikarenakan lokasi yang jauh dari aliran sungai.

b. Luas Bangunan

Luas tiap lantai bangunan kantor ini ± 265 M2, gedung kantor ini tidak terlalu luas

sehingga pengawasan ke bagian-bagian gedung lebih mudah jika ada indikasi bahaya kebakaran.

c. Tinggi Bangunan

Tinggi bangunan kantor ini ± 22,5 M’ terdiri dari 5 lantai dan 1 basement. Dengan kondisi bangunan seperti ini, upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif adalah dari dalam bangunan. Dengan demikian perlu perencanaan sistem proteksi kebakaran aktif yang efektif namun masih mengacu pada standar yang berlaku.

(3)

d. Bahan Bangunan

Untuk bahan bangunan dari gedung kantor ini sendiri terdiri dari struktur utama adalah beton bertulang dan dinding bata merah, sedangkan untuk dinding penyekat bagian dalam menggunakan partisi aluminium dan partisi gypsum. Dari penggunaan bahan tersebut, bangunan ini secara struktur dapat digolongkan dalam Kelas A sedangkan dari segi bahan partisi yang digunakan beberapa material dapat di golongkan dalam bahan yang mudah terbakar.

e. Fungsi Bangunan

Fungsi dari bangunan ini yaitu sebagai kantor yang sebagian besar aktifitasnya relatif kecil berpotensi kebakaran, namun ada beberapa lantai yang didalamnya terdapat dapur kering dan dapur basah. Secara keseluruhan gedung kantor ini sangat perlu diterapkan sistem proteksi kebakaran aktif.

f. Isi Bangunan

Isi bangunan ini sebagian besar terdiri dari perlengkapan kerja seperti alat tulis kantor yang biasa digunakan, komputer, elektronik, dan perlengkapan dapur seperti kompor dan alat memasak. Dari keseluruhan isi bangunan ini tidak terlepas dari potensi bahaya kebakaran terutama bagian dapur, maka diperlukan sistem proteksi yang memadai guna penanggulangan bahaya kebakaran.

4.2. Sistem Proteksi Kebakaran Eksisting

Untuk sistem proteksi kebakaran yang sudah ada pada gedung kantor ini seperti penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang berbahan powder dan terpasang di setiap lantai serta akses tangga yang dapat digunakan sebagai tangga darurat jika terjadi kebakaran.

(4)

Mengacu pada PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan, maka Gedung Kantor PT. Raka Utama berdasarkan fungsi nya sebagai perkantoran maka termasuk dalam Angka Klasifikasi Resiko Kebakaran 7 dimana tingkat kebakaran termasuk golongan ringan.

(5)

Gambar 4.2. Foto Pintu Darurat Existing

(6)

Selain data diatas, pada Kantor PT. Raka Utama pernah dilakukan pelatihan tanggap darurat bahaya kebakaran sebagai salah satu kepedulian dan pengenalan tentang bahaya kebakaran kepada seluruh karyawan. Dalam latihan tanggap darurat bahaya kebakaran ini dengan menggunakan kelengkapan sistem proteksi kebakaran yang sudah ada mampu menempuh waktu 2,36 menit untuk waktu evakuasi seluruh karyawan menuju titik berkumpul yang aman. Laporan pelatihan tanggap darurat terdapat dalam lampiran 1, 2, 3 dan 4.

4.3. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Existing A. Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Untuk Perancangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada gedung kantor ini sudah digunakan dan ditempatkan pada masing-masing lantai.

Pada Gedung Kantor PT. Raka Utama ini menggunakan APAR Powder dengan kapasitas masing lantai 3 kg dan ditempatkan di setiap lantai masing-masing 1 unit. Setiap APAR selalu dilakukan pengecekan setiap bulannya dan pengisian dilakukan per 6 (enam) bulan sekali. Inspeksi APAR terdapat dalam lampiran 5.

Untuk posisi perletakan APAR existing yang terdapat pada Gedung Kantor PT. Raka Utama dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar Perletakan APAR Existing.

Mengacu pada PERMEN PU NO. 26/PRT/M/2008, Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, maka dapat dibuat penilaian terhadap APAR yang sudah ada pada Kantor PT. Raka Utama seperti pada Tabel 4.1.

(7)

Tabel 4.1. Evaluasi APAR Sesuai Standar yang Berlaku

No. Item Evaluasi Standar Existing Kesimpulan Referensi

1. Posisi penempatan Mudah dilihat Mudah dilihat Memenuhi Soehatman

Ramli (2010)

2. Tinggi APAR 125 cm 120 cm Memenuhi Soehatman

Ramli (2010)

3. Berat minimum APAR 2 kg 3 kg Memenuhi KEPMEN PU NO. 26/PRT/M/2008

4. Luas Lantai Maksimum 278 m2 265 m2 Memenuhi KEPMEN PU NO. 26/PRT/M/2008

5. Luas jangkauan 100 m2 >100 m2 Memenuhi KEPMEN PU NO.

26/PRT/M/2008

B. Evaluasi Tangga Darurat/Fire Exit

Gedung Kantor PT. Raka Utama sudah dilengkapi dengan sarana Fire Exit dan Tangga Darurat, dari kedua sarana tersebut perlu dievaluasi sesuai standar yang berlaku. Adapun evaluasi untuk Fire Exit dan Tangga Darurat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Evaluasi Fire Exit dan Tangga Darurat

No. Item Evaluasi Standar Existing Kesimpulan Referensi Fire Exit

1. Tingkat Ketahanan Api

Pemisah 2 Jam 3 Jam Memenuhi

KEPMEN PU 01-KPTS-1985 2. Tanda/Rambu-rambu Rambu Exit Rambu Pintu

Darurat Memenuhi

KEPMEN PU 01-KPTS-1985 3. Jenis Pintu Engsel/Ayun Engsel dan Door

Closer Memenuhi

PERMEN PU No.26/PRT/M/2008 4. Bukaan Pintu Arah Keluar Arah Keluar Memenuhi PERMEN PU

No.26/PRT/M/2008

Tangga Darurat

1. Lokasi Tangga Harus terpisah dan menggunakan pintu

Terpisah dan

menggunakan pintu Memenuhi

PERMEN PU No.26/PRT/M/2008

2. Lebar Tangga 1,2 m 1 m Kurang PERMEN PU

No.26/PRT/M/2008 3. Hand Railling 1,1 m 1,1 m Memenuhi PERMEN PU

No.26/PRT/M/2008 4. Lebar dan Tinggi Anak

Tangga Lebar = Min. 28 cm Tinggi = Maks. 20 cm 30 cm 16 cm Memenuhi PERMEN PU No.26/PRT/M/2008 5. Jarak Tangga ke pintu 1 m 1 m Memenuhi PERMEN PU

(8)

Untuk posisi fire exit dan tangga darurat dapat dilihat pada Lampiran 7. Gambar Tangga Darurat dan Fire Exit.

Pada bulan Juni 2015 Kantor PT. Raka Utama pernah melakukan pelatihan tanggap darurat dengan tema evakuasi bencana kebakaran dan waktu evakuasi mencapai 2,36 menit. Berdasarkan Soehatman Ramli 2010, maka Kantor PT. Raka Utama masuk dalam kategori Kelas B dengan waktu evakuasi 2,5 menit, terlampir data hasil latihan tanggap darurat evakuasi kebakaran pada Lampiran 1, 2, 3 dan 4.

Kontrol Terhadap Fire Exit Existing ; 1. Menentukan jumlah unit yang diperlukan;

Dimana:

U = Jumlah unit keluar yang diiperlukan N = Jumlah penghuni

40 = Standar arus keluar – konstan

T = Waktu Keluar

Maka dapat dihitung;

(9)

2. Menentukan jumlah Fire Exit

Dimana :

E = jumlah pintu keluar;

U = jumlah unit lebar keluar ( dari rumus di atas ); 4 = ukuran jalan keluar terbesar yang diijinkan;

1 = tambahan guna memastikan bahwa pintu keluar sekurang – kurangnya tersedia 1 unit.

Maka dapat dihitung;

Dari hasil perhitungan didapat jumlah pintu keluar 1,25, maka dibulatkan menjadi 1 unit.

Dari kontrol perhitungan dalam menentukan jumlah Fire Exit yang diperlukan dengan menggunakan data hasil dari analisa sebelumnya di dapatkan 1 unit fire exit, sedangkan untuk kantor PT. Raka Utama sendiri yang terdiri dari 5 lantai memiliki 1 fire exit di tiap lantai sehingga total keseluruhan dalam satu gedung terdapat 5 fire exit.

4.4. Perencanaan Sistem Sprinkler

Untuk sistem Sprinkler belum tersedia pada Kantor PT. Raka Utama, oleh karena itu penulis mencoba untuk merencanakan sistem sprinkler sesuai standar yang berlaku.

(10)

Dalam merancang sistem sprinkler harus terlebih dahulu melakukan perencanaan, termasuk dalam kategori klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran yang diklasifikasikan menurut struktur bahan bangunan, bahan yang ada di dalamnya dan sifat dari kemudahan bahan tersebut terbakar. Maka perencanaan tersebut harus meliputi beberapa hal dibawah ini:

 Fungsi gedung : Perkantoran (Pengamatan)

 Klasifikasi sistem : Sistem Kebakaran Ringan (SNI 03-3989-2000)  Sistem penyediaan air : Tangki Gravitasi (Pengamatan)

 Kapasitas tangki : 2 x 1050 liter (Pengamatan)

 Sistem Sprinkler : Sistem Pipa Basah (SNI 03-3989-2000)  Kepadatan pancaran : 2,25 mm/menit (SNI 03-3989-2000)  Kapasitas aliran : 225 liter/menit (SNI 03-3989-2000)  Tekanan aliran : 2,2 kg/cm2(SNI 03-3989-2000) A. Menentukan Jumlah Sprinkler

Dari tingkatan bahayakebakaran pada Gedung Kantor PT. Raka Utama tergolong dalam Tingkat Bahaya Rendah dan mengacu pada SNI 03-3989-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sprinkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan sesuai klasifikasi tingkatan bahayanya maka jumlah sprinkler dapat di hitung sebagai berikut :

 Area jangkauan sprinkler 4,6 m x 4,6 m

 Direncanakan antara sprinkler terjadi overlap 1/4 area jangkauan seperti gambar dibawah

(11)

X = Jarak Maksimum antar Sprinkler – (1/4 x Jarak Maksimum) = 4,6 m – (1/4 x 4,6 m)

= 3,45 m

Jarak antar sprinkler menjadi 3,45 m, maka area jangkauan sprinkler menjadi:

A = X . X

= 3,45 m x 3,45 m = 11,9 m2

Jumlah Sprinkler tiap lantai dapat di hitung seperti berikut: Lantai Basement

Luas Lantai = 13,38 m x 14,5 m = 194,01 m2

Maka Jumlah Sprinkler Lantai Basement adalah:

= = 16,3 = 16 buah sprinkler

Lantai 1

Luas Lantai = 15,26 m x 14,5 m = 221,27 m2

= 3,98 m x 11,75 m = 46,77 m2 +

(12)

Maka Jumlah Sprinkler Lantai 1 adalah:

= = 22,52 = 23 buah sprinkler

Lantai 2

Luas Lantai = 15,06 m x 14,5 m = 218,37 m2

Maka Jumlah Sprinkler Lantai 2 adalah:

= = 18,35 = 18 buah sprinkler

Lantai 3

Luas Lantai = 15,06 m x 14,5 m = 218,37 m2

Maka Jumlah Sprinkler Lantai 3 adalah:

= = 18,35 = 18 buah sprinkler

Lantai 4

Luas Lantai = 15,06 m x 14,5 m = 218,37 m2

Maka Jumlah Sprinkler Lantai 4 adalah:

= = 18,35 = 18 buah sprinkler

Lantai 5

(13)

Maka Jumlah Sprinkler Lantai 5 adalah:

= = 18,35 = 18 buah sprinkler

Tabel 4.3. Jumlah Kepala Sprinkler Tiap Lantai

Lantai Luas (m2) Jumlah Sprinkler Lantai Basement 194,01 16 Lantai 1 268,04 23 Lantai 2 218,37 18 Lantai 3 218,37 18 Lantai 4 218,37 18 Lantai 5 218,37 18

Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk penempatan titik sprinkler dapat dilihat pada gambar lampiran 8 dan isometri pada gambar lampiran 9.

B. Volume Persediaan Air

Dalam pengoperasiannya dibutuhkan air yang dapat mengoperasikan sprinkler tersebut. Volume kebutuhan air sprinkler perlu diperhatikan sehingga tidak terjadi kelebihan air atau kekurangan air yang dapat mengganggu kinerja sprinkler tersebut.

Dalam hal ini untuk volume persediaan air menggunakan 2 tangki existing yang sudah ada dan masih digunakan untuk suply air bersih.

(14)

Sedangkan volume kebutuhan air untuk sprinkler dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

V = Q x T Dimana :

V : Volume kebutuhan Air (m3)

Q : Kapasitas air 225 dm3/menit (SNI 03-3989-2000)

T : Waktu operasi sistem 30 menit (SNI 03-3989-2000) Maka volume kebutuhan air untuk sprinkler adalah : V = Q x T

= 225 dm3/menit x 30 menit

= 6.750 dm3 = 6,75 m3

Dari hasil tersebut terlihat bahwa volume tangki yang ada tidak mencukupi untuk mensuplai seluruh kebutuhan air.

Maka Vtotal = 2,1 + 6,75 = 8,85 m3

C. Perhitungan Sistem Perpipaan

Dari gambar isometri yang terlampir pada lampiran 9, penulis mencoba menghitung debit aliran dalam pipa dengan data sebagai berikut:

 Diameter pipa seperti pada gambar isometri lampiran 9  Volume kebutuhan air yaitu 8,85 m3

 Tinggi bangunan : Basement 2,5 m dan Lt. 1 s/d Lt. 5 : 21m  Debit yang disyaratkan 225 dm3

/menit = 3,75x10-3 m3/s

 Pipa tegak Ø 6“

(15)

 Pipa pembagi Ø 2“  Pipa cabang Ø 1”

 Panjang pipa tegak 24 m  Pipa Tegak

 Luas penampang pipa:

Pipa baja ASTM A53 SCH40 dengan Ø6”

A1 =

A1 =

A1 = 0,018 m2

 Menentukan Kecepatan Aliran: Q1 = v1 x A1

dimana:

Q : Debit air (m3/s)

v : Kecepatan aliran (m/s) A : Luas penampang pipa (m2)

Maka kecepatan aliran menjadi:

v1 =

(16)

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 39.470,662

Re = 39.470,662 > 4000, maka aliranya bersifat turbulen

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Pipa yang digunakan adalah pipa besi dengan nilai kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,26 mm, maka nilai relative roughnessnya adalah:

= = 0,00171

Panjang pipa adalah 24 m

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 3,947x104 adalah 0,03.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

(17)

 Kerugian Gesekan Minor Losses

Belokan pada pipa utama pengeluaran berupa belokan 90° dengan jumlah belokan sebanyak 6 belokan. Maka nilai f dapat dicari dengan menggunakan rumus :

f = 0,131 + 1,847

f = 0,131 + 1,847 = 1,978 m.

Maka kerugian gesekan minor losses adalah:

hf = f x

hf = 1,978 x = 0,346 m

Karena terdapat 6 belokan maka: hf = 6 x 0,346 = 2.08 m

 Total Head Kerugian (hftot)

hftot = Mayor losses + Minor Losses = 2,48 + 2,08 = 4,56 m

 Pipa Pembagi Utama  Luas penampang pipa:

(18)

A2 =

A2 =

A2 = 8,167x10-3 m2

 Menentukan kecepatan aliran:

Debit air yang digunakan adalah debit air pada pipa tegak dibagi 6 pipa pembagi utama, sehingga debit yang digunakan adalah:

Q2 =

Q2 = 6,25x10-4 m3/s

Maka kecepatan aliran menjadi:

v2 =

= = 7,653 m/s

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

(19)

Re = = 974.539,326

Re = 974.539,326 > 4000, maka aliranya bersifat turbulen

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Pipa yang digunakan adalah pipa besi dengan nilai kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,26 mm, maka nilai relative roughnessnya adalah:

= = 0,00256

Panjang pipa terjauh adalah 11,75 m

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 9,745x105 adalah

0,0251.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,0251 x = 34,533 m

 Kerugian Gesekan Minor Losses

Belokan pada pipa pembagi utama berupa belokan 90° dengan jumlah belokan sebanyak 6 belokan. Maka nilai f dapat dicari dengan menggunakan rumus :

(20)

f = 0,131 + 1,847

f = 0,131 + 1,847 = 1,978 m.

Maka kerugian gesekan minor losses adalah:

hf = f x

hf = 1,978 x = 5,911 m

Karena terdapat 6 belokan maka: hf = 6 x 5,911 = 35,466 m

 Total Head Kerugian (hftot)

hftot = Mayor losses + Minor Losses = 34,533 + 5,911 = 40,444 m

 Pipa Pembagi

 Luas penampang pipa:

Pipa baja ASTM A53 SCH40 dengan Ø2”

A3 =

A3 =

(21)

 Menentukan kecepatan aliran:

Debit air yang digunakan adalah debit air pada pipa pembagi utama dibagi 6 pipa pembagi, sehingga debit yang digunakan adalah:

Q3 =

Q3 = 1,56x10-4 m3/s

Maka kecepatan aliran menjadi:

v3 =

=

= 7,699 m/s

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 488.276,155

(22)

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Pipa yang digunakan adalah pipa besi dengan nilai kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,26 mm, maka nilai relative roughnessnya adalah:

= = 0,00512

Panjang pipa terjauh adalah 5,48 m

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 4,883x105 adalah 0,03.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,03 x = 9,787 m

 Kerugian Gesekan Minor Losses

Belokan pada pipa utama pengeluaran berupa belokan 90° dengan jumlah belokan sebanyak 2 belokan. Maka nilai f dapat dicari dengan menggunakan rumus :

f = 0,131 + 1,847

(23)

Maka kerugian gesekan minor losses adalah:

hf = f x

hf = 1,978 x = 5,982 m

Karena terdapat 2 belokan maka: hf = 2 x 5,982 = 11,964 m

 Total Head Kerugian (hftot)

hftot = Mayor losses + Minor Losses = 9,787 + 11,964 = 21,751 m

 Pipa Cabang

 Luas penampang pipa:

Pipa baja ASTM A53 SCH40 dengan Ø1”

A4 =

A4 =

A4 = 5,065x10-4 m2

 Menentukan kecepatan aliran:

Debit air yang digunakan adalah debit air pada pipa pembagi dan diambil cabang terbanyak yaitu 5 pipa cabang, sehingga debit yang digunakan adalah:

(24)

Q4 =

Q4 = 0,312x10-4 m3/s

Maka kecepatan aliran menjadi:

V4 =

=

= 0,062 m/s

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 1.966,042

Re = 1.966,042 < 2000, maka aliranya bersifat laminer

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Karena aliran bersifat laminer, maka untuk nilai f di peroleh dari:

(25)

Panjang pipa terjauh adalah 0,6 m Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,033 x = 1,529x10-4 m

 Kerugian Gesekan Minor Losses

Kerugian pipa cabang pada perubahan geometri (minor losses) tidak ada karena pipa cabang tidak menggunakan katup dan tidak ada belokan.

 Total Head Kerugian (hftot)

hftot = Mayor losses + Minor Losses = 1,529x10-4 + 0 = 1,529x10-4 m

Diketahui pada sistem ini terdapat 110 pipa cabang, maka head friction pada sistem ini adalah:

hf = hftot x 110 = 1,529x10-4 x 110

= 0,017 m

 Kerugian Gesekan Fitting pada Pipa Tegak Ø6”  Luas penampang pipa:

(26)

A1-1 =

A1-1 = 0,018 m2

 Menentukan Kecepatan Aliran:

Karena terdapat 6 fitting pada pipa tegak ini maka debit yang ada menjadi:

Q1-1 = = = 0,625x10-3m3/s

Q = v x A dimana:

Q : Debit air (m3/s)

v : Kecepatan aliran (m/s) A : Luas penampang pipa (m2)

Maka kecepatan aliran menjadi:

v1-1 =

= = 0,035 m/s

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

(27)

Re =

Re = = 6.641,698

Re = 6.641,698 > 4000, maka aliranya bersifat turbulen

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Pipa yang digunakan adalah pipa besi dengan nilai kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,26 mm, maka nilai relative roughnessnya adalah:

= = 0,00171

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 6,642x103 adalah 0,039.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,039 x = 2,438x10-6 m

Diketahui dari gambar pada lampiran 8 gambar rencana sprinkler terdapat 6 fitting, sehingga kerugian gesekan pada fitting total adalah:

hftot = hfx 6

(28)

 Kerugian Gesekan Fitting pada Pipa Pembagi Utama Ø4”  Luas penampang pipa:

A2-1 =

A2-1 =

A2-1 = 8,167x10-3 m2

 Menentukan Kecepatan Aliran:

Karena aliran terbagi menjadi 6 aliran, maka:

Q2-1 = = = 0,104x10-3 m3/s

Q = v x A dimana:

Q : Debit air (m3/s)

v : Kecepatan aliran (m/s) A : Luas penampang pipa (m2)

Maka kecepatan aliran menjadi:

V2-1 =

(29)

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 1.617,228

Re = 1.617,228 < 2000, maka aliranya bersifat laminer

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Karena aliran bersifat laminar, maka untuk nilai f di peroleh dari:

f = = = 0,0396

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,0396 x = 0,329x10-6 m

Diketahui dari gambar pada lampiran 8 gambar rencana sprinkler terdapat 22 fitting, sehingga kerugian gesekan pada fitting total adalah:

hftot = hf x 22

(30)

 Kerugian Gesekan Fitting pada Pipa Pembagi Ø2”  Luas penampang pipa:

A3-1 =

A3-1 =

A3-1 = 2,026x10-3 m2

 Menentukan Kecepatan Aliran:

Karena aliran terbagi menjadi 4 aliran, maka:

Q3-1 = = = 0,026x10-3 m3/s

Q = v x A dimana:

Q : Debit air (m3/s)

v : Kecepatan aliran (m/s) A : Luas penampang pipa (m2)

Maka kecepatan aliran menjadi:

V3-1 =

(31)

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 811,785

Re = 811,785 < 2000, maka aliranya bersifat laminer

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Karena aliran bersifat laminar, maka untuk nilai f di peroleh dari:

f = = = 0,0788

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 2,169x103 adalah 0,058.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

hf = 0,0788 x = 0,659x10-6 m

Diketahui dari gambar pada lampiran 8 gambar rencana sprinkler terdapat 98 fitting, sehingga kerugian gesekan pada fitting total adalah:

hftot = hf x 98

(32)

 Kerugian Gesekan Fitting pada Pipa Cabang Ø1”  Luas penampang pipa:

A4-1 =

A4-1 =

A4-1 = 5,065x10-4 m2

 Menentukan Kecepatan Aliran:

Karena aliran langsung menuju kepala sprinkler, maka debit air yang ada pada pipa cabang sam dengan debit air yang berada pada pipa pembagi. Q4-1 = Q3-1 = 0,026x10-3 m3/s

Q = v x A dimana:

Q : Debit air (m3/s)

v : Kecepatan aliran (m/s) A : Luas penampang pipa (m2)

Maka kecepatan aliran menjadi:

V4-1 =

(33)

 Bilangan Reynolds (Re)

Mengacu pada Tabel 2.15 dengan suhu 30oC maka nilai = 0,801x10-6 m2/s

Maka bilangan Reynolds dapat dihitung:

Re =

Re = = 1.626,742

Re = 1.626,742 < 2000, maka aliranya bersifat laminer

 Kerugian Gesekan dalam Pipa (Mayor Losses)

Karena aliran bersifat laminar, maka untuk nilai f di peroleh dari:

f = = = 0,0393

Didapat nilai f dari grafik moody dengan nilai Re = 3,250x103 adalah 0,06.

Maka Mayor Losses didapat:

hf = f x

(34)

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Sistem Perpipaan Jenis Pipa Diameter Pipa (inch) Diameter Pipa (m) Luas Pipa (m2) Kecepatan Aliran (m/s) Bilangan Re Mayor Losses (m) Minor Losses (m) Total Head (m) Pipa Tegak 6 0,1524 0,018 0,208 39.470,662 2,46 2,08 4,56 Pipa Pembagi Utama 4 0,102 8,167x10 -3 7,653 974.539,326 34,533 35,466 40,444 Pipa Pembagi 2 0,0508 2,026x10-3 7,699 488.276,155 9,787 11,964 21,751 Pipa Cabang 1 0,0254 5,065x10-4 0,062 1.966,042 1,529x10-4 - 0,017 Fiiting 6 0,1524 0,018 0,035 6.641,698 1,463x10-5 - 1,463x10-5 Fiiting 4 0,102 8,167x10-3 0,0127 1.617,228 0,726x10-5 - 0,726x10-5 Fiiting 2 0,0508 2,026x10-3 0,0128 811,785 6,458x10-5 - 6,458x10-5 Fiiting 1 0,0254 5,065x10-4 0,0513 1.626,742 1,463x10-5 - 0,528x10-5

Sumber : Hasil Perhitungan

 Head Akibat Mayor Losses dan Minor Losses

Jadi head kerugian total pipa yang diperkirakaan pada sistem proteksi sprinkler ini adalah:

H1 = head pipa tegak + head pipa pembagi utama + head pembagi + head pipa

cabang + head fitting pipa tegak + head fitting pipa pembagi utama + head fitting pipa pembagi + head fitting pipa cabang

H1 = 4,56 + 40,444 + 21,751 + 0,017 + 1,463x10-5 + 0,724x10-5 + 6,458x10-5 + 0,528x10-5 H1 = 66,772 m  Head Tekanan (Δhp) Tekanan hisap (P1) P1 = ρ x g x ha = 1000 x 9,8 x 2,5 = 24.500 kg/ms2

(35)

Dimana:

ρ : Berat jenis air diambil 1 kg/l = 1000 kg/m3 ha : Tinggi pipa hisap dari pompa ke tangki 2,5 m

Tekanan sprinkler maksimum (P2) adalah tekanan absolute sebesar 7 bar, maka tekanan pada instalasi pipa sebesar:

P2 = 7 bar – tekanan udara

= 7 bar – 1 atm = 7 bar – 1,01325 bar

= 5,987 bar x 1,019x104 kg/ms2

= 6,1007x104 kg/ms2

Dimana: 1 atm = 1,01325 bar 1 bar = 1,019x104 kg/ms2

Maka head tekanan menjadi:

Δhp =

=

= 3,725 m

 Head Total pada Instalasi Perpipaan Sprinkler HLT = H1 + ha + Δhp

= 66,772 + 2,5 + 3,725 = 72,997 m

(36)

D. Daya Pompa

Penentuan daya pompa pada sistem ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:

 Daya Air (Pw) max Pw = γ x Q x HLT

= 9,765 x 0,00375 x 72,997

= 2,673kW

= 3,584 hp Dimana:

γ adalah ketetapan berat air per satuan volume 9,765 KN/m3 1 kW = 1,341 hp

4.5. Analisis Data

1. Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan

Dari hasil evaluasi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang sudah ada dan mengacu pada PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008:

 Dilihat dari kesesuaian, untuk system proteksi kebakaran yang sudah ada dapat dikatakan sesuai dan memenuhi yang disyaratkan.

 Untuk tingkat kesesuaian untuk Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah 100%.

2. Evaluasi Tangga Darurat dan Fire Exit

Dari hasil evaluasi terhadap tanggan darurat dan fire exit pada Gedung Kantor PT. Raka Utama adalah:

(37)

 Untuk tangga darurat dan fire exit dapat dikatakan kurang sesuai dikarenakan pada lebar tangga lurang memenuhi, hanya 1 m sedangkan yang disyaratkan 1,2 m.

 Tingkat kesesuaian untuk tangga darurat dan fire exit dapat dinilai 80% terhadap PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.

3. Perencanaan Sprinkler

Pada perancangan sistem instalasi sprinkler ini diketahui bahwa untuk klasifikasi tingkat risiko bahaya pada Gedung Kantor PT. Raka Utama adalah bahaya kebakaran ringan, yang telah disesuaikan berdasarkan SNI 03-3989 tahun 2000.

Jenis sprinkler yang digunakan adalah Standard Response Pendent Sprinkler

VK003 dengan arah pancaran kebawah dan menggunakan sistem Wet Pipe

yaitu sistem yang disambungkan ke suply air, dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

4. Perencanaan Perpipaan

Dari hasil perhitungan system perpipaan pada perancangan sistem sprinkler ini menggunakan sistem tangki gravitasi dengan penampungan air berada di roof top, namun untuk mendapatkan tekanan yang cukup untuk memancarkan air dari kepala sprinkler maka dibantu dengan menggunakan pompa sebagai pendorong. Pipa yang digunakan dari jenis pipa baja ASTM A53 SCH40 dengan diameter 6”, 4”, 2” dan 1”.

(38)

5. Perhitungan Sistem Pompa

Dari hasil perhitungan untuk sistem pompa untuk sistem sprinkler diperoleh Total Head yang dibutuhkan adalah 72,997 m dan Daya pompa yang dibutuhkan adalah 3,584 hp. Sehingga pompa yang digunakan dari jenis pompa Grundfos Type CRE 3 Head max. 820 ft atau 249,94 mdengan daya 3 kW.

Gambar

Gambar 4.1. Foto Penempatan APAR Existing
Gambar 4.2. Foto Pintu Darurat Existing
Tabel 4.2. Evaluasi Fire Exit dan Tangga Darurat
Tabel 4.3. Jumlah Kepala Sprinkler Tiap Lantai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk Semarang telah menyediakan sarana pemadam kebakaran (APAR, hydrant, fire alarm, smoke detector, fire detector) dan sistem proteksi

Berupa detektor kebakaran, alarm kebakaran, sistem air pemadam, hidran, sprinkler, APAR, monitor kebakaran dan sarana proteksi kebakaran lainnya.. Inspeksi rutin dengan

Dengan hormat disampaikan kepada para peserta pelelangan umum Pengadaan Pekerjaan Renovasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung Kantor Kementerian Luar Negeri

Pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung Pd-T-11- 2005-C mengukur tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung dengan melakukan

Setelah selesai pelatihan, peserta mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran mula dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam

Berupa detektor kebakaran, alarm kebakaran, sistem air pemadam, hidran, sprinkler, APAR, monitor kebakaran dan sarana proteksi kebakaran lainnya.. Inspeksi rutin dengan

Fery mengaku sudah berkoordinasi dengan Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (SPKP) Jakarta Selatan terkait pengadaan alat pemadam api ringan (APAR) untuk

Perbandingan kondisi sitem proteksi aktif Komponen Kondisi Hotel UNY IGD Fatmawati Alarm kebakaran Baik Baik Siamese connection Baik Baik APAR Cukup Cukup Hidran Gedung Baik Baik