• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, terutama di permukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan lingkungan desa. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Agar arah pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam ekowisata. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, teknik analisa skoring, dan teknik analisa triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian, kawasan permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo merupakan kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan. Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam, peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove, peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata, pembentukan kelembagaan formal, peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitas lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.

Kata Kunci: Ekowisata, permukiman nelayan.

I. PENDAHULUAN

Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000). Di Indonesia, pemerataan pembangunan masih kurang maksimal, seperti halnya pembangunan yang terjadi di wilayah pesisir padahal diketahui bahwa potensi kelautan dan pesisir di Indonesia sangat besar.

Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu

penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai di kota Surabaya.

Dalam RTRW Surabaya 2013, diketahui bahwa kawasan pantai timur Surabaya (Pamurbaya) ditetapkan sebagai kawasan lindung. Penetapannya sebagai kawasan lindung tidak serta-merta membatasi pengelolaannya (Suwandi, 2007). Apalagi Pantai Timur Surabaya mempunyai potensi sumber daya alam yang besar, antara lain, hutan mangrove, pertambakan dan satwa unggas serta sarana ekowisata yang ada di Pantai Timur Surabaya juga cukup banyak.

Sebagaimana adanya program pencanangan kawasan ekowisata bertujuan untuk lebih memantapkan kawasan Pantai Timur Surabaya maka permukiman nelayan kawasan pantai timur Surabaya ini harus menjadi bagian integral dan penting di dalam pembangunan kota Surabaya (Darmiwati, 2001). Pencanangan ekowisata ini diperkirakan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan potensi kawasan pesisir di sekitar pantai Timur Surabaya, termasuk permukiman nelayan.

Agar arah pengembangan permukiman nelayan di kawasan Pantai Timur Surabaya dari aspek keruangan, aspek lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan ekonomi nelayan dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya.

II. METODEPENELITIAN

Untuk menghasilkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata maka diperlukan beberapa tahapan analisis, adapun tahapan analisis tersebut adalah sebagai berikut:

A. Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Dalam melakukan identifikasi karakteristik fisik, karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat dilakukan dengan menggunakan Theoretical Descriptive.

Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis

Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya

Imroatul Mufida Nugrahanti, dan Ardy Maulidy Navastara, S.T.,M.T.

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

Analisis tersebut merupakan analisis yang akan digunakan untuk memberikan gambaran mengenai objek studi secara mendalam disertai dengan pembahasan-pembahasan yang disesuaikan dengan teori-teori yang terkait. Analisa deskriptif ini dilakukan untuk mengidentifikasi identifikasi karakteristik fisik, karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat di kawasan permukiman nelayan di Pantai Timur Surabaya. Dengan analisa ini akan membantu dalam mengidentifikasi karakteristik dan potensi masing-masing kawasan permukiman yang menjadi fokus penelitian.

B. Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan Permukiman Nelayan

Pada tahapan analisa ini, dilakukan skoring untuk menentukan kawasan permukiman nelayan yang menjadi prioritas pengembangan permukiman nelayan yang berada di kawasan Pantai Timur Surabaya. Dari tahap analisa sasaran 1 diperoleh data karakteristik masing-masing kawasan dengan tolak ukur variabel tersebut. Hasil tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan parameter dengan melihat dari besar potensi dan karakteristik kualitas dari masing-masing kawasan untuk dapat dijadikan sebagai kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan. Hasil skoring ini diakumulasikan dengan cara menjumlahkan skor masing-masing variabel untuk masing-masing-masing-masing kawasan. Di mana nilai yang paling tinggi pada kawasan akan dijadikan sebagai kawasan prioritas pengembangan.

C. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Untuk membobotkan faktor-faktor yang mempenfaruhi dalam pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata dilakukan dengan menggunakan teknik skoring. Skoring dilakukan berdasarkan jawaban responden terhadap tingkat kepentingan dari faktor pertimbangan pengembangan permukiman. Untuk input data yang digunakan adalah data kualitatif yang dikonversikan kedalam skala likert.

Dalam penggunaan skala likert pada analisa ini, tidak diperlakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hal tersebut disebabkan karena seluruh faktor yang ditanyakan dalam kuesioner telah dianggap penting, berdasarkan hasil sintesa pustaka yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, dan stakeholder yang menjadi responden merupakan responden yang mempunyai kapasitas untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hasil analisa stakeholder. Jadi uji validitas dan reliabilitas tidak diperlukan pada analisa ini, karena faktor-faktor yang dipakai telah dianggap memenuhi tujuan penelitian.

D. Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Untuk merumuskan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) dilakukan dengan menggunakan analisa triangulasi. Analisa triangulasi pada dasarnya menggunakan 3 sumber data yang nantinya akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam merumuskan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) yang implementatif.

Dalam penelitian ini, sumber informasi yang akan digunakan adalah

1. Hasil penelitian yang berupa faktor yang pempengaruhi pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata 2. Tinjauan teori

3. Kondisi eksisting kawasan

III. HASILDANDISKUSI

A. Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Analisa ini ini bertujuan untuk menjabarkan potensi dan karakteristik masing-masing kawasan yang menjadi fokus penelitian.

1. Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman

Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman ini mencakup ketersediaan utilitas yaitu ketersediaan pelayanan listrik, persampahan, sanitasi dan drainase, jaringan jalan, jaringan air bersih serta komunikasi. Pada dasarnya seluruh kawasan yang menjadi wilayah penelitian sudah terpenuhi dengan baik dengan kondisi yang cukup baik hanya saja masih perlu perbaikan dan peningkatan eksisting.

2. Ketersediaan pelayanan sarana permukiman

Kondisi eksisting masing-masing kawasan menunjukkan bahwa kawasan-kawasan permukiman nelayan sudah terlayani dengan baik oleh sarana permukiman, seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan dan ruang terbuka hijau. namun untuk pelayanan terhadap beberapa fasilitas tersebut tidak ada, tetapi tidak menjadi masalah karena bisa terjangkau dengan mudah di sekitar permukiman nelayan.

3. Ketersediaan fasilitas ekowisata

Fasilitas ekowisata berkaitan dengan fasilitas perdagangan sebagai sarana pemasaran produk ekowisata, adanya pelayanan perahu untuk akomodasi ekowisata, fasilitas penangkapan ikan dan fasilitas pendukung ekowisata lainnya (informasi wisata, fasilitas pengamatan burung, dan lain-lain) sebagai upaya menarik minat masyarakat untuk ekowisata. Pada permukiman nelayan di kelurahan Kalisari, Kejawan Putih Tambak, Keputih, Medokan Ayu tidak mempunyai fasilitas ekowisata dan pendukungnya. Sedangkan di kawasan permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo dan Gunung Anyar Tambak terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung ekowisata seperti pelayanan perahu, sarana edukasi, pengamatan burung dan lain sebagainya.

4. Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata

Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata ini yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat nelayan di permukiman nelayan yang mendukung kegiatan ekowisata. Pada kawasan permukiman nelayan kelurahan Kejawan Putih Tambak, dan Keputih, tidak ada jenis kegiatan signifikan yang berhubungan dengan ekowisata, sedangkan pada kelurahan Kalisari, masyarakat nelayan hanya melakukan penjemuran hasil perikanan di kawasan permukimannya. Untuk kawasan permukiman nelayan di kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo dan Gunung Anyar Tambak, masyarakat nelayan melakukan kegiatan yang mendukung kegiatan ekowisata, seperti kegiatan menjemur ikan, pengolahan hasil perikanan dan mangrove.

(3)

5. Ketersediaan daya tarik lingkungan alam

Berkaitan dengan keberadaan serta kondisi dari hutan mangrove, luas area tambak yang digunakan untuk budidaya bandeng, udang dan jenis hasil tambak lain dan ketersediaan beragam spesies unggas yang berhabitat di hutan mangrove. Secara umum, kondisi lingkungan alam pada seluruh kawasan cukup baik.

6. Kualitas sumber daya manusia

Ketersedian SDM dan SDA yang memadai merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan daerah karena adanya SDA yang potensial tidak akan berkembang tanpa adanya pengelolaan dari SDM.

Kualitas sumber daya manusia disini berkaitan dengan tingkat pendidikan masyarakat nelayan yang telah di tempuh, ketersediaan pelatihan terhadap masyarakat nelayan untuk memberikan keterampilan dan keahlian, adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi untuk memelihara lingkungan, ketersediaan budaya masyarakat local sebagai ciri khas yang menarik untuk dipelajari dan dilestarikan. Secara umum, pada setiap kawasan, masyarakat nelayan turut berperan dan berpartisipasi dalam memelihara lingkungan dan mangrove.

7. Ketersediaan kelembagaan

Ketersediaan kelembagaan ini berkaitan dengan adanya kelompok social masyarakat nelayan dan adanya manajemen pengelolaan ekowisata yang dapat mendukung kegiatan ekowisata. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo,terdapat lembaga yang mengatur tentang ekowisata, sedangkan pada kawasan lainnya belum ada, tetapi terdapat kelompok-kelompok nelayan pada setiap kawasan.

8. Kondisi social-ekonomi masyarakat

Kondisi social-ekonomi masyarakat disini, dilihat dari tingkat pendapatan nelayan dan adanya usaha produk olahan hasil perikanan dan mangrove yang dilakukan masyarakat nelayan. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan Kalisari, Kejawan Putih Tambak dan Keputih, tidak terdapat usaha produk hasil olahan ikan dan mangrove. Sedangkan di kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo, dan Gunung Anyar Tambak terdapat usaha produk hasil olahan ikan dan mangrove yang diolah menjadi sepat ikan, kerupuk ikan dan udang, sirup mangrove, batik mangrove dan sebagainya. Hal ini tentulah berpengaruh pada ekonomi masyarakat nelayan sendiri.

B. Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan Permukiman Nelayan

Pemilihan kawasan yang paling berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan wisata budaya dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing kawasan di setiap variabel penelitian. Tabel berikut ini merupakan hasil kumulatif penilaian masing-masing variabel di setiap kawasan.

Tabel 3.1

Nilai Total Hasil Skoring dari Masing-masing Kawasan Permukiman No. Kawasan Skor

1. Kelurahan Kalisari 15

2. Kelurahan Kejawan Putih Tambak 14

3. Kelurahan Keputih 15

No. Kawasan Skor

4. Kelurahan Wonorejo 23

5. Kelurahan Medokan Ayu 16

6. Kelurahan Gunung Anyar Tambak 21

Sumber: Hasil Analisa 2012

Dengan melihat hasil analisa kumulasi masing-masing kawasan di atas terdapat kawasan dengan nilai tertinggi, yaitu kawasan permukiman nelayan kelurahan Wonorejo dengan nilai total kawasan sebesar 23, kemudian kawasan permukiman nelayan Gunung Anyar Tambak sebesar 21.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara kuantitaf dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa kawasan permukiman nelayan kelurahan Wonorejo adalah kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan di Pantai Timur Surabaya.

C. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata, dilakukan dengan melalui tahapan dengan menggunakan analisa skoring dengan menggunakan pembobotan skala likert. Dalam analisa ini, kuesioner dibagikan kepada 11 responden yang sebelumnya telah ditetapkan dengan menggunakan analisis stakeholder. Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 3.2

Pembobotan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

No Faktor Skala Nilai Total Bobot Faktor 1 2 3 4 5 1 Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman 0 0 4 3 4 11 4 0 0 12 12 20 44 2 Ketersediaan pelayanan sarana

permukiman

0 0 7 4 0 11

3,36

0 0 21 16 0 37

3 Ketersediaan fasilitas ekowisata 0 0 2 5 4 11 4,18

0 0 6 16 25 46

4 Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata 0 0 2 5 4 11 4,18 0 0 6 20 20 46 5 Ketersediaan potensi lingkungan alam 0 0 1 4 6 11 5 0 0 9 16 30 55

6 Kualitas sumber daya manusia 0 0 4 3 4 11 4

0 0 12 12 20 44

7 Ketersediaan Kelembagaan 0 0 6 4 1 11 3,54

0 0 18 16 5 39

8 Kondisi social - ekonomi masyarakat

0 0 3 4 4 11

4,09

0 0 9 16 20 45

Sumber: Hasil Analisa,2012

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bobot dari masing-masing faktor. Bobot tertinggi dimiliki oleh faktor ketersediaan potensi lingkungan alam yaitu sebesar 5. Bobot tertinggi kedua dimiliki oleh faktor ketersediaan fasilitas ekowisata, dan penggunaan lahan permukiman dan ekowisata yaitu sebesar 4,18. Faktor lain yang menjadi masukan dari

(4)

responden adalah adanya dukungan dari pemerintah dan kualitas lingkungan permukiman.

Langkah selanjutnya dideksriptifkan dari variabel-variabel sebelumnya dan dikaitkan dengan kondisei eksisting kawasan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan dari permukiman nelayan.

Dari hasil analisa tersebut diperoleh faktor-faktor yang memepengaruhi pengembangan, yaitu 1) Peningkatan kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam. 2) Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove. 3) Peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan. 4) Peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman. 6) Peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata. 7) Pembentukan kelembagaan formal. 8) Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. 10) Perbaikan kualitas lingkungan permukiman. Selain itu, terdapat faktor tambahan yang juga perlu diperhatikan. Mengingat fungsi utama kawasan Pantai Timur Surabaya adalah konservasi dan rehabilitasi lingkungan maka 11) diperlukan suatu regulasi yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan seperti zona konservasi dan zona pemanfaatan.

D. Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Untuk merumuskan arahan pengembangan, akan dilakukan dengan analisa triangulasi dimana sebelumnya telah diketahui faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman nelayan yang berbasis ekowisata dengan menggunakan skoring. Pada analisis ini akan dibandingkan masing-masing faktor-faktor yang telah didapat pada sasaran sebelumnya, tinjauan teori, dan kondisi eksisting kawasan.

Dan diperoleh arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata, yaitu:

- Peningkatan kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam untuk kegiatan wisata sebagai upaya konservasi lingkungan alam.

- Pembangunan dan penyediaan fasilitas pendukung ekowisata harus ramah lingkungan dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan yang berwawasan pariwisata dan konservasi.

- Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan dan makanan khas kawasan kelurahan Wonorejo.

- Peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan sebagai ciri khas kegiatan masyarakat untuk menunjang ekowisata di kawasan permukiman nelayan dan sekaligus peningkatan ekonomi lokal

- Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata dengan memanfaatkan pengelolaan wilayah pesisir melalui pengolahan produk olahan laut, mangrove, dan pengelolaan kawasan wisata.

- Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman dengan perbaikan askses jalan, prasarana

sanitasi lingkungan, perbaikan saluran drainase, perbaikan atau penyediaan sumber-sumber air bersih dan lain-lain. - Peningkatan kualitas masyarakat nelayan di bidang

lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat seperti sosialisasi dan pelatihan.

- Peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataa, dan ekowisata sehingga peran masyarakat akan secara maksimal dalam kegiatan wisata di kawasan permukiman nelayan kelurahan Wonorejo.

- Pembentukan kelembagaan formal untuk meminimalisir kepentingan konflik-konflik kepentingan yang berbasis masyarakat, yaitu berasal dari warga setempat.

- Peningkatan kerjasama antara antara pemerintah dan masyarakat dengan peningkatan kerjasama di bidang pemberdayaan ekonomi dan perbaikan lingkungan. - Perbaikan kualitas lingkungan permukiman nelayan yang

sehat dan estetika guna menghadirkan permukiman yang layak secara fisik dan non fisik.

- Regulasi zoning dapat dilakukan dengan pengendalian terhadap cara penggunaan dan pengelolaan tanah oleh penduduk atau proyek pembangunan (sektoral) tertentu yang diperbolehkan, agar tidak mengganggu fungsi lindung; pembuatan buffer zona (kawasan penyangga) untuk membatasi antara fungsi lindung dan budidaya. Seperti kegiatan ekowisata ini, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat ekonomi pengolahan lahan, namun juga berpartisipasi dalam pengelolaan; serta sosialisasi terbuka kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan lindung dan kawasan budidaya, serta syarat-syarat pelaksanaan kegiatan budidaya di dalam kawasan lindung.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, kawasan permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo merupakan kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan. Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam, peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove, peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata, pembentukan kelembagaan formal, peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitas lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.

DAFTARPUSTAKA

[1] Adisasmita, Rahardjo. 2006.“Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan”, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[2] Adisasmita, Rahardjo.2010. “Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang”, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[3] Agus, Erwan.2007 “Metode Penelitian Kuantitatif”, Gava Media, Yogyakarta.

(5)

[4] Alder, Jackie and Robert Key. 1999. “Coastal Planning And Management”, Spon Press, London.

[5] Arikunto, Suharsimi. 2010. “Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Yogyakarta.

[6] Azizah dkk. 2011. “The Sustainability Of Pamurbaya Mangrove Forest Ecosystem At East Java Indonesia”. Universiti Putra Malaysia – Mitsubishi Corporation

[7] Dahuri, Rokhmin dkk. 2001. “Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu”, Pradnya Paramita, Yogyakarta.

[8] Damanik, Janianton. 2006. “Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi”, Andi, Yogyakarta.

[9] Kusnadi.2009.“Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir”, Puslit Univ.Jember, Jember.

[10] Kusnadi. 2000. “Nelayan Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”, Humaniora Utama Press, Bandung.

[11] Kuswartojo, Tjuk. 2005. “Perumahan dan Permukiman di Indonesia”. Bandung. Penerbit ITB.

[12] Marlina, Endy. 2006. “Perencanaan Dan Pengembangan Perumahan”, Andy, Jogjakarta.

[13] Mubyarto. 1984. ”Nelayan dan Kemiskinan”,Yayasan Agro Ekonomika, Jakarta.

[14] Panudju, Dr. Ir. Bambang. 2009. “Pengadaan Perumahan Kota Dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah”. PT. Alumni, Bandung.

[15] Pramono, Y. Setyo. 2010. Seminar Nasional Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. “Pengembangan Kampung Wisata Nelayan Puger Kabupaten Jember”. Malang. FTSP-ITN

[16] Sinulingga, Budi. D, 2005. “Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

[17] Soemarwoto, Otto. 1983. “Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan”, Djambatan, Jakarta.

[18] Subri, Mulyadi. 2007. “Ekonomi Kelautan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

[19] Tarigan, Robinson.2004. “Perencanaan Pembangunan Daerah”, Bumi Aksara, Jakarta.

[20] Tuwo, Ambo. 2011. “Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut”, Brilian Internasional, Surabaya.

[21] Satiadella, Rizkyanti Intan. 2006. “Penentuan Faktor-Faktor Utama Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal”. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota, ITS. Surabaya.

[22] Zulfani, Rizfan. 2008. “Pengembangan Kawasan Nelayan Berdasarkan Prefrensi Masyarakat Nelayan, Lokasi Studi:Desa Puger Kulon Kecamatan Puger – Jember”. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota, ITS, Surabaya.

[23] Christian, Iman “Pantai Timur Surabaya” diunduh tanggal 12 November 2011 dari http://wikimapia.org/19357926/pamurbaya-surabaya-timur

[24] Konservasi Pantai Timur Surabaya” diunduh pada tanggal 13 November 2011 dari http://archispace.co/perkotaan/42-perkotaan/47-konservasi-pantai-timur-surabaya.html

Referensi

Dokumen terkait

Materi Informasi ini harus dianggap sebagai hak milik Bank CIMB Niaga serta dipresentasikan hanya untuk kepentingan informasi Nasabah dan baik materi presentasi maupun informasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan pesisir dan laut, mengidentifikasi isu dan permasalahan yang ada, serta menyusun strategi pengelolaan lingkungan

Oleh karena itu hasil perhitungan yang menunjukkan nilai p < 0,05 pada nyeri saat bangkit dari posisi duduk dan nyeri saat naik tangga 3 trap, artinya terdapat

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu apakah EVMS sudah diterapkan oleh perusahaan pelaksana jasa konstruksi di kota Manado sebagai alat pemantau dan

Listrik aliran atas merupakan salah satu istilah yang digunakan oleh perusahaan kereta api yang ada di Indonesia khususnya yang berada di wilayah Jabotabek untuk suatu

Sudut jam matahari (ω) dihitung berdasarkan jam matahari. Definisi sudut jam matahari adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis siangnya.. Radiasi beam

Sehat selain sebagai salah satu hak dasar manusia, juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

Selain itu untuk menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa yang memperhatikan masalah anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya tentang penanganan untuk anak autis