• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KESEHATAN RAJAWALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL KESEHATAN RAJAWALI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4, Nomor 7, Oktober 2014

ISSN 2085-7764

JURNAL KESEHATAN

RAJAWALI

Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan

JURNAL ENAM BULANAN

Identifikasi Bakteri Aerob Gram Positif Dan Gram Negatif Pada Susu

Kental Manis Kemasan Kaleng Yang Disimpan Selama 7 Hari

Efektivitas Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia

mahagoni Jacq) Dalam

Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti

Hubungan Antara Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Di

Rsud Kota Bandung Tahun 2013

Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di

Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur Tahun 2013

Pengaruh Bermain Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat

Pemberian Injeksi Obat IV (Bolus) Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang

Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat 2014

Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran Air Susu Ibu (Asi)

Pada Ibu Postpartum Di Rumah Bersalin Wargi Lestari Kelurahan Utama

Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2014

Diterbitkan oleh

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes Rajawali Bandung)

(2)

Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan

Volume 4, Nomor 7, Oktober 2014

ISSN 2085-7764

Jurnal Kesehatan Rajawali merupakan jurnal ilmu-ilmu kesehatan yang memuat naskah hasil

penelitian bidang ilmu keperawatan, kebidanan dan analis kesehatan. Diterbitkan 6 bulan

sekali pada bulan Maret dan Oktober

Penanggungjawab

Tonika Tohri. S.Kp., M.Kes

Pemimpin Redaksi

Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes

Wakil Pimpinan Redaksi

Ally Kafesa, S.ST.,M.Si

Redaksi Pelaksana

Iga Retia, S.ST

Redaksi

Rustandi, dr., M.P.H.

H. Rachmat Sobarna, dr., Sp.O.G.

Handarini, S.Pd.,M.Si

Istianah S.Kep. Ners

Erni Hernawati, S.S.T.,M.M

Sekretaris Redaksi

Artha Kusumawardani, S.ST

Humas

Faruk Rasyid, S.E.

Tata Usaha

Fotuho Woruwu, S.E.

Alamat Redaksi

(3)

Vol.4, No.7, Oktober 2014;28-35

Pengaruh Bermain Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Pemberian Injeksi Obat Iv (Bolus) Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat 2014 (Luci Ariyanti, Eni Kusmiran dan Arie Septiani)

| 28

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN AKIBAT PEMBERIAN INJEKSI

OBAT IV (BOLUS) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI

RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

CIBABAT 2014

ABSTRACT

Introduction: Invasive procedures such as administration of IV drug injection (bolus) is a procedure that is often given to children during care and the child’s reaction is crying, uncooperative toward nurses. Effective media in reducing anxiety when the child due to giving an invasive procedure is therapeutic play. This Study Purpose to determine the effect of differences in therapeutic play coloring, clay and control the anxiety level ofpreschool children due to IV drug injections (bolus). Methode:. Using quasy experimental design approach post test only with control group. Sampling with consecutive sampling technique, the number of respondents 16 children coloring, clay and 16 children 16 children as controls. Data collected March – April 2014. Statistical test used is One Way ANOVA. Results: The results showed that the degree of anxiety among the three groups had significant statistical difference after interventions (p < 0,001). Moreover, the level of anxiety between the group coloring and control had a significant difference (p= 0,018), between the group clay and control (p=0,000), and between the group coloring and clay (p= 0,028). Conclusion: Therapeutic play with clay can be more effective in reducing anxiety compared to the coloring activities. This method can be used as an effective non-pharmaceutical method for reducing childrens’ anxiety during giving an invasive procedure.

Keywords: therapeutic play, anxiety children, clay, coloring, IV drug injection

PENDAHULUAN

Masa kanak-kanak merupakan suatu m a s a t e r j a d i n y a b e r b a g a i p r o s e s perkembangan dan pertumbuhan yang cukup pesat. Seperti orang dewasa, anak juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbeda jenis penanganannya, perawatan pada anak juga memerlukan keterampilan yang khusus dari perawat. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, terkadang anak masih sangat bergantung pada keberadaan orang terdekat. Oleh karena itu, penting sekali bagi perawat untuk mengetahui tugas atau tahap-tahap perkembangan anak agar dapat memberikan perawatan tanpa menimbulkan trauma, kecemasan atau rasa takut pada anak1. Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan terhadap ancaman sumber aktual yang tidak di k e t a h u i a t a u d i k e n a l . K e c e m a s a n merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan2. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab kecemasan bai k pada anak m aupu n keluargany a , terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan t u b u h , d a n r a s a n y e r i1. P a d a m a s a prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menangis, sering bertanya, menolak makan dan tidak kooperatif terhadap petugas k e s e h a t a n . Ru m a h s a k i t se r i n g k a l i dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa takut, malu, dan bersalah. Seringkali mereka harus m e n g a l a m i p r o s e d u r i n v a s i f y a n g m e n i m b u l k a n n y e r i , k e h i l a n g a n kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. Oleh karena itu, situasi tersebut m e ni m b ul k a n r e ak si a g r e si f , m ar a h, berontak , tidak mau bekerjasama dengan perawat3.

Prosedur invasif seperti pemberian injeksi obat intravena (bolus) merupakan salah satu prosedur yang sering diberikan kepada anak selama dirawat, hal yang menimbulkan kecemasan akan cedera tubuh pada anak. Secara umum persiapan anak seperti pengalihan

(4)

dan relaksasi dapat menurunkan kecemasan mereka. Pemenuhan kebutuhan anak yang menjalani hospitalisasi sangatlah penting bagi perawat untuk m e m i l i k i p e n g e t a h u a n t e r h a d a p pertumbuhan dan perkembangan anak kelompok usia berapapun. Selain itu perawat juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan terhadap penatalaksanaan k ec em a sa n y a n g ad e k uat , di sam pi n g bertujuan untuk mengurangi kecemasan pada anak, juga meningkatkan keeratan dan kerjasama antara pasien dengan perawat saat memberikan intervensi sehingga dapat m e n g u r a n g i b e b a n p e r a w a t d a l a m memberikan pelayanan. Media yang efektif dalam upaya untuk mengatasi kecemasan anak saat pemberian prosedur invasif adalah dengan pem berian m etode pengaliha n bermain terapeutik.

Bermain merupakan kebutuhan anak se p ert i j u g a m a ka n a n, k a si h say a n g, p e r a w a t a n , d a n l a i n - l a i n . B e r m a i n memberikan pengalaman hidup yang nyata dan kesenangan. Bermain juga merupakan u n s u r y a n g b e r p e r a n p e n t i n g d a l a m perkembangan anak baik emosi, mental, fisik dan sosial serta intelektual maupun kreatifitas1. Pada usia prasekolah, anak sudah menunjukkan perkembangan motorik. Keseimbangan antara tangan dan mata sudah lebih baik, anak juga mulai belajar mengenal warna dan objek-objek d i s e k i t a r n y a s e h i n g g a p a d a u s i a i n i permainan yang dianjurkan adalah jenis permainan yang didominasi oleh warna dan gambar4. Data yang didapat dari PTUK (Play Therapy United Kingdom) jenis permainan yang tepat untuk anak-anak usia 3 sampai 14 tahun adalah therapeutic play seperti menggambar, mewarnai, dan permainan yang bersangkutan dengan konstruksi dan seni lainnya. Metode bermain mewarnai dan bermain clay dipilih sebagai media bermain terapeutik selama anak usia prasekolah menjalani perawatan di rumah sakit yang bertujuan untuk mengurangi dampak hospitalisasi akibat prosedur keperawatan karena permainan ini mudah dan tidak memerlukan energi yang besar.

Berdasarkan data dari rekam medis R S U D C i b a b a t b a g i a n r u a n g a n a k didapatkan data dalam 3 bulan terakhir (November 2013 – Januari 2014) terdapat 359 anak usia 3-6 tahun yang dirawat. Beber apa ti ndakan kep era watan yan g dilakukan di ruangan rawat inap anak adalah pemasangan infus, pengambilan darah vena untuk menentukan diagnosis suatu penyakit, observasi tanda-tanda vital, pemberian obat baik oral, drip, maupun injeksi intravena melalui selang infus (bolus). Pemberian injeksi intravena (bolus) merupakan salah satu tindakan invasif yang sering dilakukan pada unit keperawatan pediatrik selama hospitalisasi, karena dapat meminimalisasi k e t i d a k n y a m a n a n p a s i e n d e n g a n m en gura ngi kebut uh an akan pr ose dur inv asif lainnya. Tindakan inv asif yang didapat anak bisa menimbulkan trauma berkepanjangan sehingga injeksi obat merupakan prosedur invasif yang sering menimbulkan kecemasan dan ketakutan anak. Peneliti mendapatkan hasil dari observasi di ruang anak didapatkan bahwa s e b a g i a n b e s a r a n a k y a n g d i r a w a t mengalami kecemasan dari hospitalisasi yan g b erd am p a k pa d a peri l ak u ti d ak ko op er atif saat per a wat m em b eri ka n tindakan pemberian injeksi obat melalui i n t r av e n a ( b o l u s) . R e a k si a n a k sa a t dilakukan tindakan keperawatan pemberian i nj e k s i a d a l a h m e n a n g i s , t a k u t , d a n mengeluh nyeri. Sehingga harus dilakukan teknik pengalihan atau bermain terapeutik untuk mengurangi kecemasan/ketakutan a n a k s e b e l um m e n g h a d a p i pr o s e d u r pemberian injeksi obat melalui intravena (bolus) selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Dari fenomena tersebut, peneliti menilai penting dilaksanakannya penelitian y a n g m em f o k u s k a n p a d a p e m b e r i a n i nt e r v en si b er m ai n t er a p e u t i k u nt uk mengurangi kecemasan anak akibat prosedur pemberian injeksi obat melalui intravena (bolus) selama menjalani hospitalisasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan pengaruh pemberian metode bermain clay dan metode bermain mewarnai terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien anak usia prasekolah.

METODE

Rancangan penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk m e l a k u k a n s u a t u p e n e l i t i a n y a n g m e m b er i k a n ar a h t e r h a d a p j al a n n y a penelitian5. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, rancangan dalam penelitian ini menggunakan metode quasy-experimental design yaitu penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol. Penelitian ini dengan pendekatan post test only control group.

(5)

Vol.4, No.7, Oktober 2014;28-35

Pengaruh Bermain Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Pemberian Injeksi Obat Iv (Bolus) Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat 2014 (Luci Ariyanti, Eni Kusmiran dan Arie Septiani)

| 30

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang dirawat di ruang anak RSUD Cibabat Cimahi. Jumlah sampel untuk kelompok m ewarnai 1 6 orang, clay 16 orang dan kontrol 16 orang. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada p o p u l a s i t a r g e t d a n p a d a p o p u l a s i terjangkau, kriteria tersebut harus relevan dengan masalah penelitian6. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya anak usia 4-6 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD Cibabat, anak yang terpasang infus, mampu berkomunikasi secara verbal dan non v erbal, anak yang tidak dilakukan tindakan invasif lain, dan anak yang tidak memiliki riwayat hospitalisasi. Kriteri a eksklusi dalam penelitian ini diantaranya anak dengan retardasi mental atau anak dengan gangguan pemusatan perhatian, anak yang tidak kooperatif atau mengantuk, terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran (bed rest total, dem am, isol asi) dan m enol ak m enjadi responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability s a m p l i n g d e n g a n t e k n i k c o ns e c ut i v e sampling yaitu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua indiv idu yan g di t em ui dan m em en uhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi5. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas berm ain terapeutik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat (bolus). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman wawancara berupa kuesioner dan observasi. Untuk memperoleh data kecemasan anak diperoleh dari lembar kuesioner The Child

Medical F e ar S c al e ( CMF S) d a n skal a waj a h Children’s Fear Scale yang dimodifikasi

dan t el ah dil akukan uji v ali di t as dan reliabilitas.

Peneliti melakukan pengambilan dat a kep ad a cal on resp on de n deng a n mengisi lembar kuesioner karakteristik responden dengan merujuk pada catatan medis responden. Sebelum anak diberikan injeksi obat, peneliti memberikan metode bermain yang sebelumnya pemilihan jenis permainannya dipilih oleh peneliti, yaitu bermain dengan clay atau mewarnai gambar. A nak di beri kan m edi a gam bar unt u k mewarnai atau bermain dengan clay selama 30 menit, jenis gambar atau warna clay dipilih sendiri sesuai keinginan anak. Setelah selesai mewarnai atau bermain clay, 2 menit kemudian anak diberikan injeksi obat IV (bolus) sesuai jadwal pemberian obat. Peneliti mengkaji tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner.

Kemudian data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan SPSS dengan menggunakan Uji statistik yang digunakan adalah uji One Way ANOVA7. tingkat kemaknaan

yang diperoleh 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi ada pengaruh pemberian bermain terapeutik terhadap tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Cibabat.

HASIL PENELITIAN

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Anak RSUD Cibabat bulan Maret-April 2014

No. Jenis Mewarnai (n=16) Clay (n=16) Kontrol (n=16)

Kelamin Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1 Laki-laki 5 31,2 7 43,8 9 56,2

2 Perempuan 11 68,8 9 56,2 7 43,8

Total 16 100 16 100 16 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini berjumlah 16 orang pada kelompok mewarnai sebagian besar jenis kelamin perempuan berjumlah 11 responden (68,8%), laki-laki berjumlah 5 responden (31,2%). Pada kelompok clay sebagian besar

(6)

(43,8%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar adalah laki-laki yan g berjumlah 9 responden (56,2%).

Tabel 4.2 Rata-rata skor kecemasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol anak usia prasekolah di Ruang Anak RSUD Cibabat Maret-April 2014

Variabel Mean Median SD Min- Max IK 95% Skor Kecemasan 21,81 5,924 12-33 18,66 - 24,97 Mewarnai 21,50 Skor Kecemasan 17,88 4,41 10-24 15,52 - 20,23 Clay 18,50 Skor Kecemasan 26,06 4,21 21-34 23,81 - 28,31 Kontrol 25,50

Berdasarkan hasil analisis statistik dari dat a yang t elah didapatkan mak a diperoleh hasil rata-rata skor kecemasan pada kelompok bermain mewarnai adalah 21,81, pada kelompok bermain clay adalah 17,88 dan pada kelompok kontrol 26,06. Selisih skor kecemasan antara setelah diberikan bermain terapeutik mewarnai dengan bermain

clay adalah 3,93, selisih antara setelah kelompok diberikan mewarnai dengan kelompok kontrol

4,25, sedangkan selisih antara kelompok yang diberikan clay dengan kelompok kontrol adalah 8,18.

Tabel 4.3 Hasil analisis one way ANOVA perbedaan rerata skor kecemasan antara kelompok mewarnai, clay dan kontrol pada anak usia prasekolah di Ruang Anak

RSUD Cibabat Maret-April 2014

N Rerata±SD p

Jenis Perlakuan Mewarnai 16 21,81±5,92 <0,001

Clay 16 17,88±4,41 Kontrol 16 26,06±4,21

Uji one way anova. Uji post-hoc LSD: mewarnai vs clay p = 0,028; mewarnai vs kontrol p = 0,018; clay vs kontrol p <0,001

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas diperoleh angka signifikansi yaitu p = 0,000 dengan demikian nilai p < a (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Karena nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata skor kecemasan yang bermakna antara kelompok anak yang bermain terapeutik dan kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

1. K ecemasan Anak Set elah B erm ain Mewarnai

Setelah diberikan mewarnai untuk bermain, peneliti melakukan penilaian tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner kecemasan. Hasil penelitian m e n u n j u k k a n b a h w a r a t a - r a t a s k o r kecemasan pada kelompok mewarnai adalah sebesar 21,8, angka ini termasuk ke dalam tingkat kecemasan sedang, yang ditandai dengan gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), tidak mampu menerima rangsang luar, hanya berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, menolak bekerja sama selama aktivitas, kurang komunikatif dan menangis. Kondisi ini didukung oleh hasil pengamatan p e n el i t i , t er d a p at 5 r e sp o n d e n y a n g bermakna itu ada maka dilakukan uji lanjut dengan analisis Post Hoc dengan hasil tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan ( p = 0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p = 0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p = 0,028), sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan skor rerata kecemasan berbeda secara bermakna pada semua kelompok.

(7)

Vol.4, No.7, Oktober 2014;28-35

Pengaruh Bermain Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Pemberian Injeksi Obat Iv (Bolus) Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat 2014 (Luci Ariyanti, Eni Kusmiran dan Arie Septiani)

| 32

menangis saat dilakukan pemberian injeksi dan menolak bekerja sama dengan perawat selama prosedur. Tahap perkembangan anak antara 3-6 tahun yang berbeda-beda juga dapat menjadi penyebab berbedanya skor kecemasan anak. Selain itu juga mungkin hal tersebut disebabkan karena pasien tidak begitu antusias dengan permainan mewarnai yang diberikan, serta waktu yang terlalu singkat dalam menyelesaikan gambar untuk di warnai. Peneliti mem beri kan wak t u s e l a m a 3 0 m e n i t n a m u n a n a k d a p a t menyelesaikan gambar dalam waktu sekitar 15 m enit, sebagian besar wakt u yang digunakan anak-anak bermain mewarnai tidak ada yang lebih dari 20 menit, ini disebabkan karena komposisi gambar yang sedi kit sehi ngga t erli hat ti dak begit u menarik perhatian anak. Alat-alat bermain perlu memiliki beberapa tingkat ukuran waktu agar mainan tidak terlalu cepat usang.

Hasil penelitian ini menunjukkan a d a ny a p er b e da a n a nt a ra r er at a sko r kecem asan anak kel om pok m e warnai dengan kelompok kontrol, selisih rerata sebesar 4,25 dan nilai signifikan p = 0,018 yang berarti p < 0,05, bahwa t erdapat perbedaan yang bermakna. Media yang cukup efektif dalam membantu mekanisme koping agar lebih adaptif pada anak pada saat hospitalisasi adalah dengan mengajak anak bermain. Salah satu permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah adalah bermain mewarnai8.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain di antaranya tahap perkembangan anak; status k e se h at a n a n ak ; j eni s k el am i n a n ak; lingkungan yang mendukung; alat dan jenis permainan. Semakin bertambahnya usia akan mempengaruhi kematangan psikologis seseorang, anak yang lebih muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua9. Mewarnai sebagai suatu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk b e b a s b e r e k s p r e s i s e h i n g g a d a p a t meminimalkan kecemasan anak.

2. Kecemasan Anak Setelah Bermain Clay

S e t e l a h d i b e r i k a n c l a y u n t u k bermain, peneliti melakukan penilaian tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner kecem asan anak yang sam a dengan kuesioner yang digunakan untuk m enil ai tingkat kecem asan kel om pok mewarnai. Hasil penelitian menunjukkan bah wa rata-rat a skor k ecemasan pada k e l o m p o k c la y a d a l a h s e b e sa r 1 7 , 8 mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok mewarnai, rerata skor tersebut termasuk dalam rentang tingkat kecemasan ringan, yang ditandai dengan muka berkerut, m a si h m am p u m e ne r i m a r a n g sa n g a n kompleks, dan menerima perhatian orang l a i n . S e b a g i a n b e s a r r e s p o n d e n memperlihatkan respon kecemasan sedikit cemas saat akan diberikan injeksi obat IV. Kondisi ini dinilai dari pengamatan peneliti terhadap keadaan responden yang dikaji sesaat setelah pemberian injeksi obat IV. Kecemasan ringan ini disebabkan karena pasien antusias dengan permainan

clay yang diberikan, anak tertarik dengan warna-warna dan bentuk konkret yang diberikan,

anak bebas mencampur warna, membuat bentukbent uk 3D, sert a lebi h m eni ngkatka n ekspresi kreatif anak dalam membuat benda sesuai dengan yang diinginkannya dengan m el i h at l em b ar c o nt o h g a m b ar y a n g diberikan. Pada saat penelitian anak terlihat begitu tenang, lama waktu pun bisa sampai 30 menit dan memberikan ketertarikan kepada anak untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Tidak ada situasi lain yang lebih memberi kesempatan untuk menjadi kreatif selain bermain. Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan-bahan mentah, fantasi dan eksplorasi, hal ini sesuai dengan bahan clay y a n g t e p at di g u n a k a n se b a g ai m edi a ek s pr e si f an ak . Pe nel iti an i ni se car a signifikan memiliki perbedaan skor rerata yang bermakna antara kelompok clay dan kelompok kontrol, seli sih rerata antar kelompok yaitu 8,18 dan nilai signifikan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna antar kelompok. Perbedaan

rerata pada dua kelompok ini lebih besar dibanding pada kelompok mewarnai dan kontrol. Nilai signifikansi pada kelompok mewarnai dan clay menunjukkan p = 0,028 dan selisi h rerata sebesar 3,93, dengan demiki an di simpulkan bahwa t erdapat perbedaan skor kecemasan yang bermakna a nt a r a k el o m p o k a n a k y a n g b e rm ai n mewarnai dan anak yang bermain clay. Pola asuh anak dapat mempengaruhi koping yang di g u n a k a n a n a k. A n a k y a n g t e r bi a s a dimanjakan dan jarang diajak bermai n d e n g a n t e m a n s e b a y a n y a a k a n s u l i t bersosialisasi dan menerima keberadaan orang lain di sekitarnya. Sementara itu, anak yang di rumah kurang diperhatikan akan banyak mencari perhatian dengan rewel dan cenderung bertindak agresif 8.

(8)

mem ahami dal am mem bangun bentuk b e n t u k s a d a r hi n g g a b e l a j a r t e n t a n g lingkungan sekitar, karena permainan ini bertujuan untuk mengembangkan imajinasi kreatif anak dan meningkatkan ekspresi diri. Pada anak- anak, clay m em ang di pili h sebagai salah satu teknik unt uk terapi, karena diyakini memberikan pendekatan alternatif untuk mempelajari paradigma kemampuan sosial motorik dan dapat m e n g e k s p r e s i k a n e m o s i s e r t a menyembuhkan, dikarenakan clay dapat memfasilitasi perkembangan kognitif serta afektif pada anak 10.

3. Kecemasan Anak yang Tidak Diberikan Intervensi Bermain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kecemasan pada kelompok kontrol adalah sebesar 26,06, angka ini termasuk ke dalam tingkat kecemasan sedang. Kondisi ini dinilai dari keadaan resp ond en yang di kaji se sa at set el ah pemberian injeksi obat IV, saat dilakukan pemberian injeksi respon anak berbedabeda. Tindakan invasif dapat menimbulkan perasaan takut dan cemas, apabila anak tidak mampu menangani stress maka dapat berkembang menjadi krisis dan dampaknya anak menangis, takut, agresif, menolak tindakan injeksi obat yang menimbulkan nyeri dan lain-lain. Anak prasekolah dapat menunjukkan letak nyeri mereka dan dapat menggunakan skala nyeri dengan tepat. Penelitian ini secara signifikan memiliki perbedaan skor rerata yang bermakna antara kelompok clay dan mewarnai, selisih rerata antara kelompok kontrol dan clay yaitu 8,18 sedangkan antara kelompok kontrol dan mewarnai yaitu 4,25 dan nilai signifikan p = 0,000 (p < 0,05) pada kelompok clay dan kontrol, nilai signifikan p = 0,018 (p < 0,05) pada kelompok mewarnai dan kontrol yang berarti ada perbedaan yang bermakna antar kelompok. Berdasarkan hasil penelitian ini juga ditunjukkan distribusi frekuensi pada kelompok kontrol jumlah responden lakilaki lebih banyak yaitu 9 responden (56,2%). Anak perempuan umumnya lebih adaptif terhadap stressor dibandingkan anak lakilaki.

Faktor risiko yang meningkatkan kerentanan anak terhadap kecemasan hospitalisasi adalah jenis kelamin laki-laki 3. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden sebagian besar pada kelompok ini berjenis kelamin laki-laki sehingga dapat meningkatkan skor kecemasannya. Faktor resiko individual lainnya membuat anaka n a k t e r t e n t u l e b i h r e n t a n t e r h a d a p

kecemasan hospitalisasi. Anak pedesaan menunjukkan tingkat kekacauan psikologis yang lebih besar secara signifikan daripada anak kota, karena anak-anak kota memiliki kesempatan untuk mengenal rumah sakit setempat. Selain itu, anak yang aktif dan berkeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan dengan anak yang pasif.

4. Perbedaan Rerata Skor Kecemasan pada Kelompok Bermain Terapeutik dan Kelompok Kontrol

Hasil analisis perbedaan pengaruh bermain terapeutik mewarnai, clay dan kontrol terhadap tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak usia prasekolah menunjukkan bahwa ada p e r b e d a a n y a n g b er m ak n a . B e r m ai n terapeutik yang diberikan kepada anak dapat mengatasi atau meminimalkan kecemasan h o s p i t a l i s a s i . H a s i l p e n e l i t i a n i n i menunjukkan ada perbedaan rerata tingkat kecemasan antara anak yang diberikan berm ai n m e wa r n ai , c l a y da n k o nt rol terhadap kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada pasien anak usia prasekolah, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi kelompok mewarnai vs clay p = 0,028; mewarnai vs kontrol p = 0,018; clay vs kontrol p < 0,001, yang berarti semua k e l o m p o k m e m i l i k i p e r b e d a a n y a n g b erm ak n a. Dal am h al i ni rer at a sk or kecemasan anak yang diberikan clay lebih rendah yaitu 17,8 dan termasuk tingkat kecemasan ringan dibandingkan dengan rerata skor kecemasan anak yang mewarnai yaitu 21,8, angka tersebut termasuk tingkat k e c e m a s a n s e d a n g d a n r e r a t a s k o r kecemasan anak yang tidak diberi kan perl akuan yait u 26,06, angka tersebut termasuk pula pada tingkat kecemasan sedang. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena jenis permainan clay mengutamakan pada cara mencampur warna, membuat b e n t u k - b e n t u k d a s a r , s e r t a l e b i h meningkatkan ekspresi kreatif dan imajinatif anak, ini terlihat pada saat proses pemberian intervensi anak lebih tertarik dengan p erm ai n a nn y a, se da n g ka n m e wa r n ai merupakan jenis permainan ekspresif yang sudah sering mereka temui sebelumnya sehingga memungkinkan menurunnya minat anak terhadap permainan tersebut.

Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian-penelitian sebelumnya, yang menunjukkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh bermain dokter-dokteran terhadap respons penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah di RSUD Sampang Madura, hal i ni

(9)

Vol.4, No.7, Oktober 2014;28-35

Pengaruh Bermain Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Pemberian Injeksi Obat Iv (Bolus) Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat 2014 (Luci Ariyanti, Eni Kusmiran dan Arie Septiani)

| 34

di perl i hat k an pa d a k el om p ok perl akuan yang memiliki respon baik sebanyak 60 %, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 20% 11. Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis p e r t a m a y a n g h ar u s d i h a d a p i a n a k . P e n y e b a b u t a m a k e c e m a s a n d a r i hospitalisasi antara lain adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri, hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa nyeri dapat tim bul akibat ti ndakan at au prosed ur pemberian injeksi obat IV (bolus) sehingga d a p a t m e n y e b a b k a n k e c e m a s a n d a n ketakutan pada anak. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka s e b e l u m n y a d e n g a n h o s p i t a l i s a s i , perpisahan, keterampilan koping yang mereka miliki dan dapatkan, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang ada seperti adanya fasilitas untuk bermain.

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk penatalaksanaan kecemasan, karena situasi tersebut sering disertai kecemasan dan ketakutan yang berlebihan maka anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam meminimalkan kecemasan tersebut. Manfaat b e r m a i n d i r u m a h s a k i t a n t a r a l a i n memberi kan pengali han dan rel aksasi, s e b a g a i a l a t u n t u k m e n c a p a i t uj u a n terapeutik, serta meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain 1. Secara umum persiapan anakanak untuk menghadapi prosedur yang menyakitkan dapat menurunkan ketakutan serta kecemasan mereka. Memanipulasi teknik prosedural seperti pemberian injeksi obat untuk anak-anak di setiap umur juga meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh.

Distraksi dan relaksasi merupakan tindakan asuhan keperawatan terhadap anak y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e m u s a t k a n perhatian dan merelaksasikan anak agar membantu dia berfokus pada sesuatu selain kecemasan terkait dengan prosedur, salah satu distraksi dan relaksasi yang dapat diberikan adalah bermain terapeutik seperti mewarnai ataupun clay. Dalam penelitian ini b e r m a i n t e r a p e u t i k t e r b u k t i d a p a t berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dibuktikan dengan adanya perbedaan rerata skor kecemasan antara kelompok yang bermain mewarnai, kelompok clay, dan kelompok kontrol. Ketiganya secara si g n i f i k a n m e m p e r l i h a t k a n a d a n y a perbedaan rerata, namun dalam hal ini p e n g a r u h b e r m a i n c l a y l e b i h b e s a r dibandingkan dengan pemberian mewarnai dalam meminimalkan kecemasan, meskipun f a k t o r - f a k t o r l u a r m a s i h d a p a t mempengaruhi.

KESIMPULAN

Rerata skor kecemasan anak yang diberikan permainan terapeutik mewarnai sebesar 21,8, yaitu termasuk rentang tingkat kecemasan sedang. Rerata skor kecemasan anak yang diberikan permainan terapeutik clay sebesar 17,8, yaitu termasuk rentang tingkat kecemasan ringan. Rerata skor kecem asan anak yang tidak diberikan bermain terapeutik sebesar 26,06, yaitu t erm a suk ti ngk at kecem a san sed a ng. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok mewarnai dan kontrol dengan perbedaan yang signifikan (p= 0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p= 0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p= 0,028), maka perbedaan skor rerata kecemasan berbeda secara bermakna pada semua kelompok anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat.

SARAN

Perawat dapat memasukkan bermain ke dalam asuhan anak jika perawat terlibat d i d a l a m p e r a w a t a n t e r s e b u t s e r t a m e n g g u n ak a n p er m ai n a n c l a y d al am tindakan pemberian injeksi obat IV untuk m engurangi tingkat kecemasan akibat tindakan yang menimbulkan trauma pada anak. Pembuat kebijakan Rumah Sakit atau unit pelayanan keperawatan anak dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan anak m emf asilit asi aktiv itas rua ng an bermain yang sesuai dengan perkembangan, karena di rua ng an i ni anak-a nak bi sa menjauhkan diri mereka dari ketakutan terhadap perpisahan,

kehilangan pengendalian, cedera tubuh dan nyeri. Orang tua agar berpartisipasi dalam perawatan anak seperti ikut berperan dalam program b e r m a i n t e r a p e u t i k d a n d a p a t mengoptimalkan perannya sebagai orang tua k a r e n a o r a n g t u a d i a n g g a p s e b a g a i kontributor paling utama terhadap kesehatan total anak.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hockenberry MJ & Wilson D. Essential of pediatric nursing. St. Louis: Mosby Year Book; 2008.

2.

Stuart GW. Keperawatan Jiwa. (Karyuni PE, editor Bahasa Indonesia). 5th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

3.

Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik. 1st Vol. Jakarta: EGC; 2003.

4.

Hubbuck C. Play for sick children: play specialists in hospitals and beyond. Philadephia: Jessica Published Kingsley; 2009.

5.

Dharma KK. Metodelogi penelitian keperawatan: panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media; 2011.

6.

Sastroasmoro S & Ismael S. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis, 4th ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

7.

Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

8.

Sukoati S & Astarani K. Aktifitas bermain mewarnai dapat meningkatkan m e k a n i sm e k o p i n g a d a p t i f sa a t menghadapi stress hospitalisasi pada anak. [serial online] 2012 [cited 2013 Oct 13]; Jurnal STIKES volume 5 No 2.

9.

Supartini Y. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2004.

10.

Sherwood P. The healing art of clay therapy. Melbourne: ACER press; 2004.

11.

Mashudi S & Zainal. Aplikasi terapi bermain terhadap respons penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah. 2003 [cited 2013 Oct 13];

12.

Adriana D. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika; 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat

Data di atas dapat ditafsirkan bahwa penguasaan pengetahuan pembuatan batik tulis meliputi aspek penerapan langkah- langkah pembuatan batik tulis “lebih dari

Berdirinya Kecamatan Muara Bangkahulu dan Universitas Bengkulu tahun 1982 menjadi kutub pertumbuhan ( growth pole ) penduduk dan pembangunan fisik yang relatif lebih cepat

Oleh karena itu, berdasarkan grafik yang ada pada gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa kondisi stabilitas arah sepeda motor yang paling baik adalah ketika sepeda motor berbelok

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini judul “ PENGGUNAAN MOTOR SERVO SEBAGAI PENGATUR FOKUS PADA MIKROSKOP REFLEKSI DIGITAL BERBASIS

Cara pem anggilan yang kedua ini digunakan unt uk m em anggil file header yang dibuat oleh program m ernya sendiri at au file header yang bukan file bawaan dari aplikasi Dev- C+

Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dihasilkan media pembelajaran berbantu Macromedia Flash pada materi fungsi

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Niken Kirana, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Sistem Informasi